Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 52029 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rheta Indra
"Latar Belakang: Kalsium sulfat merupakan salah satu material alloplast yang banyak digunakan untuk bone graft. Namun, memiliki memiliki tingkat resorpsi yang cepat. Salah satu pengembangan kalsium sulfat yaitu blok biphasicHA/CS yang telah berhasil dilakukan melalui metode disolusi presipitasi dengan tujuan untuk memperlambat resorpsi dari kalsium sulfat. Kelarutan blok biphasic HA/CS tersebut belum diketahui besar kelarutannya. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kelarutan blok biphasic HA/CS pada larutan penyangga asam asetat 0,08 mol/L selama 7 hari. Metode Penelitian: Blok biphasic HA/CS sebanyak sembilan blok dibagi menjadi tiga kelompok dengan setiap kelompok memiliki komposisi hidroksiapatit dan kalsium sulfat yang berbeda-beda dan blok kalsium sulfat sebanyak tiga blok pada satu kelompok. Setiap kelompok direndam dalam larutan penyangga asam asetat 0,08 Mol/L dengan suhu 37°C selama 7 hari. Setelah 7 hari, kelarutan diukur dengan atomic absorption spectroscopy (AAS). Hasil: Kelarutan berdasarkan hasil uji AAS pada blok biphasic HA/CS mengalami penurunan dibandingkan blok kalsium sulfat. Kelarutan pada blok biphasic HA/CS dengan komposisi 73,9% CS & 25,5% HA, 52,4% CS & 46,7% HA, 20,8% CS & 78,1% HA berturut-turut yaitu 46,44 mg/L; 40,53 mg/L dan 24,28 mg/L. Sedangkan kelarutan blok kalsium sulfat yaitu 59,7 mg/L. Kesimpulan: Blok biphasic HA/CS mengalami penurunan kelarutan dibandingkan blok kalsium sulfat dan semakin banyak komposisi hidroksiapatit pada blok biphasic HA/CS, maka kelarutannya akan semakin menurun.

Background: Calcium sulfate is one of the most widely used alloplast materials for bone graft. However, it has a fast resorption rate. One of the developments of calcium sulfate is the biphasic HA/CS block which has been successfully carried out through the precipitation dissolution method with the aim of slowing the resorption of calcium sulfate. The solubility of the biphasic HA/CS block is not yet known. Objective: This study aimed to determine the solubility of biphasic HA/CS block in 0.08 mol/L acetic acid buffer solution for 7 days. Research Methods: Nine biphasic HA/CS blocks were divided into three groups with each group having different hydroxyapatite and calcium sulfate compositions and three calcium sulfate blocks in one group. Each group was immersed in 0.08 Mol/L acetic acid buffer solution at 37°C for 7 days. After 7 days, the solubility was measured by atomic absorption spectroscopy (AAS). Results: The solubility based on the results of the AAS test on the biphasic HA/CS block decreased compared to the calcium sulfate block. Solubility in the biphasic HA/CS block with the composition of 73.9% CS & 25.5% HA, 52.4% CS & 46.7% HA, 20.8% CS & 78.1% HA, respectively, namely 46, 44 mg/L; 40.53 mg/L and 24.28 mg/L. While the solubility of calcium sulfate block is 59.7 mg/L. Conclusion: The biphasic HA/CS block has decreased solubility compared to the calcium sulfate block and the more hydroxyapatite composition in the biphasic HA/CS block, the lower the solubility.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Syifaa Sagakirana
"Latar belakang: Pengembangan material kalsium sulfat yang digabungkan dengan hidroksiapatit, disebut sebagai biphasic hidroksiapatit/kalsium sulfat (biphasic HA/CS), bertujuan untuk dapat menurunkan kelarutan kalsium sulfat. Salah satu pembuatan blok biphasic HA/CS telah berhasil dilakukan melalui metode disolusi presipitasi. Namun, besarnya kelarutan blok biphasic HA/CS tersebut belum diketahui. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk menguji kelarutan blok biphasic HA/CS pada larutan penyangga 0,05 mol/L Tris-HCl. Metode: Penelitian ini menggunakan tiga kelompok spesimen blok biphasic HA/CS dengan jumlah komposisi HA dan CS yang berbeda, serta satu kelompok spesimen blok kalsium sulfat (blok CS) sebagai kelompok kontrol. Keempat kelompok spesimen tersebut kemudian direndam dalam larutan penyangga Tris-HCl pH 7,4 dan disimpan dalam inkubator dengan suhu 370C selama 7 hari. Setelah 7 hari, spesimen dikeluarkan dari larutan penyangga Tris-HCl dan konsentrasi ion kalsium spesimen yang terlarut dalam larutan penyangga Tris-HCl diukur menggunakan atomic absorption spectroscopy (AAS). Analisis data dilakukan dengan uji statistik One-Way ANOVA. Hasil: Rerata konsentrasi ion kalsium terlarut antara kelompok blok biphasic HA/CS dengan blok CS menunjukkan perbedaan bermakna secara statistik (p<0,05). Rerata konsentrasi ion kalsium kelompok blok CS yang terlarut pada larutan penyangga Tris-HCl, yaitu 206,15 mg/L. Sedangkan, rerata konsentrasi ion kalsium kelompok blok biphasic HA/CS yang terlarut untuk komposisi HA/CS 1 (25,5% HA, 73,9% CS), HA/CS 2 (46,7% HA, 52,4% CS), dan HA/CS 3 (78,1% HA, 20,8% CS), yaitu 121,08; 106,99; dan 94,7 mg/L. Kesimpulan: Blok biphasic HA/CS memiliki kelarutan yang lebih kecil dibanding blok CS. Selain itu, semakin besar komposisi HA pada blok biphasic HA/CS, semakin kecil kelarutan blok biphasic tersebut. Nilai kelarutan terkecil hingga terbesar dari blok biphasic HA/CS secara berurut, yaitu kelompok HA/CS 3, HA/CS 2, dan HA/CS 1.

Background: The development of calcium sulfate material combined with hydroxyapatite, called biphasic hydroxyapatite/calcium sulfate (biphasic HA/CS), aimed to reduce the solubility of the calcium sulfate. The fabrication of biphasic HA/CS block has been successfully carried out through the dissolution-precipitation method. However, the solubility of the biphasic HA/CS block is not yet known. Objective: This study aimed to test the solubility of the biphasic HA/CS block in 0.05 mol/L Tris-HCl buffer solution. Methods: This study used three groups of biphasic HA/CS block with different amounts of HA and CS composition, and one group of calcium sulfate block (CS block) as a control group. The all four groups were then immersed in a Tris-HCl buffer solution with pH 7.4 and stored in an incubator at a temperature of 370C for 7 days. After 7 days, the specimens were removed from the Tris-HCl buffer solution, and the calcium ion concentration of the specimen dissolves in the Tris-HCl buffer solution was measured using atomic absorption spectroscopy (AAS). Data analysis was performed using One-Way ANOVA statistical test. Results: The mean concentration of dissolved calcium ion between the biphasic HA/CS block with CS block group showed a statistically significant difference (p<0.05). The mean concentration of calcium ion in the CS block group dissolves in the Tris-HCl buffer solution was 206.15 mg/L. Meanwhile, the mean concentration of dissolved calcium ion in the biphasic HA/CS block group, HA/CS 1 (25.5% HA, 73.9% CS), HA/CS 2 (46.7% HA, 52.4% CS), and HA/CS 3 (78.1% HA, 20.8% CS), were 121.08, 106.99, and 94.7 mg/L. Conclusions: The biphasic HA/CS block has smaller solubility than the CS block. In addition, the greater the HA composition in the biphasic HA/CS block, the smaller the solubility of the biphasic block. The smallest to the greatest solubility value of biphasic HA/CS blocks respectively are HA/CS 3, HA/CS 2, and HA/CS 1 groups."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Stella Sandra Aurelia
"Hidroksiapatit merupakan salah satu material yang dapat digunakan sebagai bahan bone graft. Adanya pori pada hidroksiapatit dapat membantu mempercepat pertumbuhan tulang. Pembuatan hidroksiapatit berpori yang dilakukan dengan cara sintering menghasilkan derajat kristalinitas yang tinggi. Untuk menghasilkan hidroksiapatit dengan derajat kristalinitas yang rendah dapat menggunakan metode disolusi presipitasi. Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan hidroksiapatit berpori dengan menggunakan kalsium sulfat hemihidrat sebagai prekursor dan PMMA sebagai porogen yang direndam ke dalam 0,5 mol/L larutan Na3PO4 selama 48 jam pada suhu 600C, 800C, dan 1000C. Spesimen dibuat dengan mencampurkan kalsium sulfat hemihidrat dengan bubuk polymethylmethacrylate (rasio berat kalsium sulfat hemihidrat : PMMA adalah 2 : 1). Setelah itu, bubuk dimasukan ke dalam air (rasio w/p 0,5)
dan diaduk hingga rata lalu dimasukkan ke dalam mold dengan tinggi 3 mm dan diameter 6 mm. Setelah itu, spesimen dibakar pada suhu 8000C selama 4 jam untuk menghilangkan porogen. Spesimen yang sudah dibakar direndam ke dalam 0,5 mol/L larutan Na3PO4 pada
suhu 600C, 800C, dan 1000C selama 48 jam masing-masing kelompok 11 spesimen. Uji pola difraksi sinar-X menggunakan PANalytical Xpert PRO (Malvern, UK) dilakukan pada 1 spesimen setiap kelompok dan uji kekuatan tarik diametral menggunakan Universal Testing Machine AGS-X (Shimadzu, Japan) pada 10 spesimen setiap kelompok. Hasil karakterisasi pola difraksi sinar-X pada setiap kelompok perlakuan menunjukkan fasa CaSO4 masih dominan dan fasa hidroksiapatit yang terbentuk masih sedikit. Setiap kelompok perlakuan menghasilkan persentase fasa yang berbeda-beda. Pada kelompok perendaman 1000C ditemukan fasa Ca(OH)2. Nilai kekuatan tarik diametral diuji statistik menggunakan One-Way ANOVA dan post-hoc Bonferonni. Dari hasil uji statistik, tidak ditemukan adanya perbedaan bermakna sebelum perendaman dan setelah perendaman. Pada kelompok perendaman 600C dan 1000C terdapat perbedaan bermakna. Hidroksiapatit berpori tidak sepenuhnya terbentuk pada perendaman kalsium sulfat anhidrat berpori dalam larutan 0,5 mol/L Na3PO4 pada suhu 600C, 800C, ataupun 1000C selama 48 jam."
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ferdian Yudha Ranadya
"Penelitian ini bertujuan untuk melakukan evaluasi karakteristik pada Thermoluminescence Dosimeter berbahan CaSO4 yang diberikan pendadah fosfor dan berbahan LiF. TLD LiF merupakan dosimeter komersial yang hingga saat ini seringkali digunakan dalam aplikasi klinis seperti radiografi, radioterapi, cath lab, dll. Penggunaan TLD berbahan LiF ini didasarkan karena sifatnya yang mampu menyerap radiasi yang diterima dengan baik karena nilai Atomic Number yang mendekati jaringan manusia. Namun, TLD LiF ini memiliki metode sintesis yang tergolong sulit dan harganya yang cukup mahal, sehingga penelitian ini bertujuan untuk meninjau TLD berbahan lain yakni CaSO4 yang diberi pendadah fosfor untuk melihat sifat dan responnya dalam menyerap radiasi terutama pada energi rendah 50 kVp, 60 kVp, 70 kVp, 80 kVp, 90 kVp dengan mAs yang dijaga konstan sebesar 10 mAs, dan modalitas mamografi 100 mAs, 160 mAs, 200 mAs, dan 250 mAs dengan kVp yang dijaga konstan sebesar 30 kVp. TLD CaSO4:P disintesis menggunakan metode ko-presipitasi kimia dan diuji karakteristiknya menggunakan X-Ray Fluorescence (XRF), X-Ray Diffraction (XRD), dan Scanning Electron Microscope (SEM). Dari penelitian ini, TLD CaSO4:P memiliki karakteristik yang mirip sebagaimana TLD LiF dalam menyerap radiasi, meskipun sensitivitasnya tidak jauh lebih baik namun TLD CaSO4:P memiliki potensi untuk menjadi alternatif dalam penggunaan TLD kedepannya dikarenakan metode sintesisnya yang tergolong mudah dan biaya pembuatannya yang jauh lebih murah.

This research aims to evaluate the characteristics of Thermoluminescence Dosimeters (TLD) of CaSO4 with phosphor dopant and LiF. LiF TLD is a commercial dosimeter that is frequently used in clinical applications such as radiography, radiotherapy, cath lab, etc. The use of LiF-based TLD is based on its ability to efficiently absorb and store received radiation due to its Atomic Number value close to human tissue. However, LiF TLD has a relatively difficult synthesis method and is quite expensive. Therefore, this research aims to explore another TLD material, CaSO4 doped with phosphor, to examine its properties and response in absorbing radiation, especially at low energies of 50 kVp, 60 kVp, 70 kVp, 80 kVp, 90 kVp with constant 10 mAs, and mammography modality at 100 mAs, 160 mAs, 200 mAs, and 250 mAs with constant 30 kVp. CaSO4:P TLD were synthesized using a chemical co-precipitation method and their characteristics were tested using X-Ray Fluorescence (XRF), X-Ray Diffraction (XRD), and Scanning Electron Microscope (SEM). From this research, CaSO4:P TLD exhibit similar characteristics to LiF TLD in terms of absorbing radiation. Although their sensitivity is not significantly better, CaSO4:P TLDs have the potential to become an alternative for future TLD applications due to their relatively easy synthesis method and lower production cost."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fatimah Azzahrah Hanifah
"Dosimeter termoluminesensi (TLD) merupakan dosimetri relatif berupa padatan berbahan fosfor yang digunakan untuk mengukur dosis. TLD telah banyak digunakan dalam aplikasi medis baik radiodiagnostik, radioterapi, dan kedokteran nuklir. TLD berbahan fosfor kalsium sulfat (CaSO4) memiliki sifat termoluminesensi dengan sensitivitas tinggi dan pemudaran TL yang rendah. Pendadah P banyak ditambahkan sebagai kodoping pada TLD CaSO4:Dy dan dilaporkan dapat meningkatkan sensitivitas TL tanpa terjadi pergeseran suhu puncak pada TLD. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari sifat termoluminesensi dari penambahan pendadah P (fosforus) pada TLD CaSO4:P hasil sintesis dengan variasi pendadah P yaitu 0,1; 0,5; 1; dan 1,5 mol%. Hasil karakterisasi XRD menunjukkan bahwa CaSO4:P memiliki bentuk kristal ortorombik dan memiliki kemiripan dengan CaSO4 anhidrat (COD 96-500-0041). Selain itu, ukuran rata-rata kristal (D) juga cenderung mengecil seiring bertambahnya konsentrasi pendadah P. Berdasarkan hasil karakterisasi XRF menunjukkan bahwa penambahan pendadah P akan mengalami saturasi pada 0,1 molar. Sementara, hasil karakterisasi SEM menunjukkan bahwa penambahan pendadah P pada kristal CaSO4 menyebabkan perubahan pada morfologi kristal CaSO4 dan menghasilkan ukuran partikel yang semakin mengecil seiring bertambahnya konsentrasi pendadah P. Hasil uji respon TLD CaSO4:P hasil sintesis menunjukkan sensitivitas yang paling baik pada konsentrasi pendadah P 0,1 mol% dengan hasil respon bacaannya sebesar 22,34 ± 11,99 nC, 51,26 ± 24,01 nC, 53,05 ± 10,45 nC dan 63,56 ± 13,23 nC untuk energi 70 kVp, 90 kVp, 6 MV, dan 10 MV. Penambahan pendadah P di atas 0,1 mol% menghasilkan perangkap elektron yang terlalu banyak sehingga elektron sulit tereksitasi dari pita valensi ke pita konduksi dan menyebabkan banyak perangkap elektron yang kosong. TLD CaSO4:P hasil sintesis memiliki respon yang meningkat hingga energi 10 MV dengan suhu puncak kurva pancar di atas 300°C. Berdasarkan perbandingan hasil respon bacaan antara TLD CaSO4:P hasil sintesis dan TLD komersil LiF:Mg,Ti menunjukkan hasil yang cukup sensitif pada energi rendah dengan sensitivitas maksimum pada energi 90 kVp dan perbandingan hasil respon bacaan yang didapatkan yaitu 51,26 ± 24,01 nC untuk TLD CaSO4:P hasil sintesis serta 76,50 ± 26,04 untuk TLD komersil LiF:Mg,Ti.

Thermoluminescence dosimeter (TLD) is a relative dosimetry device made of solid phosphor material used to measure radiation dose. TLD has been widely used in medical applications, including radiodiagnostics, radiotherapy, and nuclear medicine. TLD based on phosphor calcium sulfate (CaSO4) exhibits thermoluminescent properties with high sensitivity and low TL fading. Phosphorus (P) dopant is often added as a co-dopant in TLD CaSO4:Dy and reported to enhance TL sensitivity without shifting the TL peak temperature. This study aims to investigate the thermoluminescent properties of TLD CaSO4:P synthesized with varying concentrations of P dopant, namely 0.1; 0.5; 1; and 1.5 mol%. XRD characterization results show that CaSO4:P has an orthorhombic crystal structure and is similar to anhydrous CaSO4 (COD 96-500-0041). Additionally, the average crystal size (D) tends to decrease with increasing P dopant concentration. Based on XRF characterization, the addition of P dopant reaches saturation at a concentration of 0.1 mol%. SEM characterization results show that the addition of P dopant to CaSO4 crystals alters the crystal morphology and leads to smaller particle sizes with increasing P dopant concentration. The synthesized TLD CaSO4:P shows the best sensitivity at a P dopant concentration of 0.1 mol%, with response readings of 22.34 ± 11.99 nC, 51.26 ± 24.01 nC, 53.05 ± 10.45 nC, and 63.56 ± 13.23 nC for energies of 70 kVp, 90 kVp, 6 MV, and 10 MV, respectively. Adding P dopant above 0.1 mol% results in an excessive number of electron traps, making it difficult for electrons to be excited from the valence band to the conduction band and causing many empty electron traps. The synthesized TLD CaSO4:P exhibits an increased response up to 10 MV energy with the peak temperature of the glow curve above 300°C. By comparing the response readings between synthesized TLD CaSO4:P and commercial TLD LiF:Mg,Ti, a sufficiently high sensitivity is observed at low energies, with the maximum sensitivity occurring at 90 kVp energy. The obtained response readings are 51.26 ± 24.01 nC for synthesized TLD CaSO4:P and 76.50 ± 26.04 nC for commercial TLD LiF:Mg,Ti."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vallen Damayanti
"Blok hidroksiapatit yang dibuat melalui metode sintering sulit teresorpsi di dalam tubuh karena memiliki kristalinitas yang tinggi. Blok hidroksiapatit dengan kristalinitas rendah dapat dibuat melalui reaksi disolusi presipitasi. Kalsium sulfat dihidrat memenuhi persyaratan sebagai prekursor reaksi disolusi presipitasi, yaitu biokompatibel dan secara termodinamik lebih stabil dibandingkan dengan hidroksiapatit. Penelitian ini bertujuan menghasilkan blok hidroksiapatit menggunakan prekursor blok CaSO4.2H2O dengan metode disolusi presipitasi. Spesimen dibuat dengan mencampurkan bubuk CaSO4.1/2H2O dan akuades dengan rasio akuades banding bubuk 0,5. Blok CaSO4.2H2O direndam di dalam larutan Na3PO4 0,5 mol/L dan dipanaskan pada suhu 80˚C selama 24 jam, 48 jam, dan 72 jam. Karakterisasi blok hidroksiapatit dilakukan dengan uji X-ray Diffraction (XRD), kemudian data yang didapatkan dianalisis menggunakan Rietveld Refinement (High Score Plus, PANalytical). Uji kekuatan tarik diametral (DTS) dilakukan untuk mengevaluasi kekuatan mekanik spesimen. Tidak terdapat fasa hidroksiapatit yang teridentifikasi pada seluruh kelompok spesimen. Fasa yang teridentifikasi pada kelompok yang direndam selama 24 jam adalah CaSO4.2H2O, CaSO4, dan Ca(OH)2. Sedangkan pada kelompok yang direndam selama 48 jam dan 72 jam, fasa yang teridentifikasi adalah CaSO4 dan Ca(OH)2. Berdasarkan uji statistik One-Way ANOVA dan Post-Hoc Tamhane (IBM SPSS 2.0), terdapat penurunan nilai DTS yang signifikan pada kelompok sebelum dan sesudah perendaman selama 24 jam, 48 jam, dan 72 jam. Penurunan nilai DTS juga signifikan antara kelompok yang direndam selama 24 jam dengan kelompok yang direndam selama 48 jam dan 72 jam. Namun, tidak terdapat perbedaan bermakna antara nilai DTS kelompok 48 jam dan 72 jam. Disimpulkan bahwa hidroksiapatit tidak terdeteksi pada kelompok spesimen CaSO4.2H2O yang direndam dalam larutan Na3PO4 0,5 mol/L selama 24 jam, 48 jam, dan 72 jam.

Sintered hydroxyapatite cannot be resorbed in the body due to its high crystallinity. Low crystalline hydroxyapatite can be fabricated through dissolution-precipitation reaction. Calcium sulfate dihydrate meets the requirements to be used as a precursor for dissolution-precipitation reaction, that is biocompatible and thermodynamically more stable than hydroxyapatite. The aim of this study was to produce hydroxyapatite block using CaSO4.2H2O based on dissolution precipitation method. Specimens were made from CaSO4.1/2H2O powder mixed with distilled water at a water-to-powder ratio of 0,5. The CaSO4.2H2O blocks were immersed in Na3PO4 0,5 mol/L solution at 80˚C for 24, 48, and 72 hours each. For characterization of the specimens, X-ray Diffraction (XRD) analysis was used and data obtained from the test was analyzed with Rietveld Refinement (High Score Plus, PANalytical). Diametral tensile strength (DTS) was used for mechanical strength evaluation. There was no hydroxyapatite phase identified in all groups of specimens. The phases identified in group with 24 hours immersion time were CaSO4.2H2O, CaSO4, and Ca(OH)2. Whereas in group with 48 and 72 hours immersion time, the phases identified were CaSO4, and Ca(OH)2. Based on statistical analysis using One Way Anova and Post-Hoc Tamhane tests (IBM SPSS 2.0), there was a significant decrease in DTS value between group of specimens before and after immersion for 24, 48, and 72 hours. The decrease in DTS value was also significant between group of specimens with 24 hours immersion time and groups of specimens with 48 hours and 72 hours immersion time. But, the difference between group of specimens with 48 hours and 72 hours immersion time was not significant. It was concluded that there was no hydroxyapatite phase identified in groups of specimens immersed in Na3PO4 0,5 mol/L solution at 80˚C for 24, 48, and 72 hours."
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhamad Sontang
"ABSTRAK
Telah dilakukan penelitian hydroxyapatite dalam tulang sapi yang dapat diaplikasikan sebagai pengganti tulang manusia. Hydroxyapatite merupakan. kristal dari kelompok mineral apatite dengan rumus molekul Ca10 (PO4)8(OH)2. Penelitian ini bertujuan untuk mengoptimasikan hydroxyapatite dalam tulang sapi melalui proses sintering dalam kondisi hampa udara (vacum). Untuk menentukan perkiraan suhu sintering diakukan penentuan suhu titik lebur tulang sapi dengan menggunakan alat Differential Thermal Analysis (DTA). Hasil yang diperoleh adalah 1227 °C. Proses sintering dilakukan melaluialat Boehler Furnace Automatic Digital dengan pompa vacum yang bertekanan P=103 Torr. Dilakukan pengujien pada soli 500, 600, 700, 800, den 900 selama 2 jam dan pengujian dilarutkan pada suhu 1000, 1100, 1200, 1300, 1400 0C selama 2, 3 and 4 jam. Indicator parameter pengujian dilakukan dengan cara analisa komposisi kilmia, struktur kristal dengan penghalusan data, struktur mikro, dan radikal bebas. Analisa pengujian komposisi kimia secara kualitatif pada permukaan tulang sapi dilakukan dengan alat Energy Diffraction Analysis X-ray (EDAX).
Hasil yang diperoleh adalah terdapat unsur penyusun utama Ca, P, 0, H and Na/lMg (zat an-organik). Pengujian standar mikro permukaan dilakukan dengan Scanning Electron Microscope (SEM) tulang sapi dengan ditemukannya lobang pori-port yang tersebar secara acak dan merata di setiap permukaan. Selanjutnya untuk melihat tingkat kemurnian hydroxyapatite tulang sapi bila dibandingkan dengan standar hydroxyapatite murni melalui parameter pengujian dan dianalisa dari struktur kristalnya secara kuantitatif dengan melihat profil pola dilfraksi sinar - x (X-Ray Diffraction) melalui acuan secara manual (File Data Hanawalt). Selanjutnya data struktur kristalografil hydroxyapatite tulang sapi yang terbaik yaitu pada suhu 1000 °C dengan lama sintering 3 jam dan dihaluskan dengan Rietan. Diperoleh parameter kisi a = 9,435 A° , c = 6,895 A°, volume unit cell (V = 531,605 A3), d = 1,2459, Density (D = 3, 131 gr/cm3). Untuk melihat perkembangan Jumlah radikal bebas dilakukan pengukuran dan pengujian dengan menggunakan sampel yang diradiasi dengan Basis 25 kGy, dan laju dosis 7,5 kGy/h Pengukuran dan pengujian rnenggunakan alat Electron Spin Resonance (ESR). Hasllnya menunjukkan bahwa terdapat pola profil yang spesifik yang sesuai dengan standard hydroxyapatite. Hal ini menunjukkan bahwa pada tulang sapi terdapat dua fase komponen penyusun zat an-organik (radical bebas yang berumur pendek dan berumur panjang). Radikal bebas yang berumur pendek (short life radical) dengan waktu penyimpanan antara (0-60 hari), terdapat pada bagian sisa mineral apatite (residual ash). Sedangkan radikal bebas yang berumur panjang (long life radical) dengan waktu penyimpanan (60-75 hari) terdapat pada bagilan hydroxyapatite. Dengan demikian diharapkan upaya mengoptimasikan hydroxyapatite yang terdapat dalam tulang sapi secara optimal baik kuantitas maupun kualitas produksinya dapat tercapai,melalui proses sintering pada suhu 1000 °C selama 3 jam.

ABSTRACT
It has researched the bovine bone hydroxyapatite that is applied as human bone substitution. Hydroxyapatite is a crystal come from apatite mineral group that's molecul formulated as Cato (POI)s(OH)2. These observance purposes to optimize hydroxyapatite In bovine bone by sintering process In vacuum circumstance. To determine sintering temperature estimation is accomplished with determining melting point temperature of bovine bone by using Differential Thermal Analysis (DTA) device. The obtained result Is 1227 C. Sintering process Is carried out by Boehier Furnace Automatic Digital of vacuum pump P=10-3 Tor- pressurized. The testing was accomplished in temperature for 500, 600,700, 800, 900 gradually taken for 2 hours and for temperature 1000, 1100, 1200, 1300, 1400 °C for 2, 3 and 4 hours. Testing limit Indicator Is accomplished by analyzing chemical composition, crystal structure with smoothing data, micro structure and free radical. Analysis of chemical composition test of bovine bone surface qualitatively is carded out by Energy Diffraction Analysis X-ray (EDAX) device.
The obtained results, there are the main complier element an Inorganic substance. The experiment of surface micro structure Is accomplished by Scanning Electron Microscope (SEM) bovine bone and it got disordered porous and spread out to the standard of pure hydroxyapatite so the trial parameter is analyzed from its crystal structure quantitatively by watching X-ray diffraction patten profil (X-ray Diffraction) throught out the Hint manually (File Data Hanawalt). Than the structure of the best bovine bone hydroxyapatite crystograf reached 1000 °C taken for 3 hours sintering and smoothed by Rietan. Obtained grill parameter a = 9,435 A° , c = 6,895 A°, unit cell volume (V = 531,605 As), d = 1,2459, Density (D = 3, 131 gr/cm3). Watching the growth of the sum of bovine bone free radical with irradiation dose 25 key/rate dose 7,5 kGy/lh. Measuring and testing by using Electron Spin Resonance (ESR) device. Its result shows that the spesific pattern profile those suits with hydroxyapatite standard. It proves that bovine bone has 2 fase components to compile inorganic substance. It has short life radical with 0 - 60 stared day is in the of apatite mineral (residual ash).Otherwise the long life radical with 60-70 stared day is in hydroxyapatite-part. After all, it's expected the effort to optimized hydroxyapatite in the bovine bone for its production both quality and quantity can be reached optimally through out sintering process in temperature 1000 °C for 3 hours.

"
2000
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kristanto
"PCC (Precipitated Calcium Carbonate) merupakan bahan baku industri yang berasal dari batuan dolomit. Jumlah dolomit yang terdapat di Indonesia sebanyak 600 jt ton dan pemanfaatannya masih belum menguntungkan karena hanya masih digunakan sebagai bahan dasar pupuk. Dalam upaya meningkatkan nilai tambah mineral dolomit, penelitian sebelumnya menggunakan leaching untuk memisahkan kandungan CaCO3 dalam dolomit sehingga menghasilkan CaCO3 murni untuk digunakan industri.
Pada penelitian ini dilakukan modifikasi pada metode leaching yaitu penambahan cosolvent HCl pada asam asetat untuk meningkatkan kemampuan leaching. Penambahan cosolvent ini diberikan dengan variasi volume agar diketahui berapa volume cosolvent (2, 3, 4, 5 %) optimum. Tujuan dari penambahan cosolvent adalah untuk meningkatkan kemurnian CaCO3 yang dihasilkan dengan menggunakan beberapa kondisi pada penelitian ini seperti (0,1 M, rasio massa/volume solven 10/100, waktu reaksi 50 menit dan ukura partikel <=100 Mesh) dan menghasilkan kemurnian CaCO3 95,74%.

PCC (Precipitated Calcium Carbonate) are materials from dolomite that used for several industries. The amount of dolomite found in Indonesia are around 600 billions tons and the usage of it still not profitable since it was only used as materials for fertilizers. Today,in the attempt of dolomite?s enhancement, there are some research about leaching technology to separate CaCO3 from dolomite to make high purity CaCO3 that could be use in industry.
In this research, we add cosolvent into the leaching method to enhance the leaching. The amount of HCl as cosolvent that would be added was given variation (2, 3, 4, 5 %) to find the optimum volume of cosolvent. The objective of adding cosolvent is to enhance the purity of CaCO3 with the optimum condition without cosolvent are 0.1 M of acetic acid concetration and ratio dolomite?s mass/volume and the output of the test of cosolvent is at 95,74% of purity."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
S64688
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Devi Nathania
"[Pemanfaatan radikal sulfat pada proses oksidasi lanjut belum banyak digunakan untukk mendegradasi limbah cair. Pada penelitian ini, akan dilakukan degradasi limbah amonia sintetik dengan proses oksidasi lanjut memanfaatkan radikal sulfat. Radikal sulfat ini disinyalir dapat mendegradasi amonia lebih efisien dibandingkan radikal hidroksil karena bekerja dengan 3 prinsip kerja yakni transfer elektron, pemutusan ikatan rangkap C, dan abstraksi hydrogen. Radikal sulfat didapatkan dari ion persulfat hasil ionisasi K2S2O8 kemudian radikal sulfat diaktifkan dengan menggunakan panas dari heater dengan memvariasikan suhu sebesar 27oC, 50oC dan 70oC. Limbah amonia sintetik dibuat dengan memvariasikan konsentrasi awal amonia sebesar 10 mg/L, 25 mg/L, dan 50 mg/L dan tingkat keasaman (pH) juga divariasikan pada pH 4,7,dan 10 untuk merepresentasikan keadaan asam, netral dan basa limbah amonia sintetik untuk melihat apakah amonia dapat terdegradasi lebih baik dalam bentuk ion atau radikal. Kadar amonia akhir setelah proses oksidasi diukur dengan menggunakan amoniameter dengan prinsip colorimetri. Didapatkan hasil degradasi amonia yang paling baik adalah 22,7% dengan kondisi optimum suhu 50oC, pH 10, dan konsentrasi awal amonia sebesar 10 mg/L., Degradation Technologies using Advanced Oxidation Process with sulfate radical has not been widely developed yet. This research will bring this technology to degrade sintetic amonia waste. Sulfate Radical may reduce ammonia more efficiently than hidroxyl radical mainly with 3 pathways, there are electron transfer, cut of unsaturated bond, and hydrogen abstraction. Sulfate Radical can be got from persulfate ion from Pottasium Persulfate that ionized and activated to be sulfate radical by heat from heater. Temperature of activation becomes one of the research variabel in 27oC, 50oC and 70oC. Initial sintetic ammonia waste is varied from 10 mg/L, 25 mg/L, and 50 mg/L. Acidity is also varied in 4, 7, and 10 that present acid, neutral, and base condition to see whether the amonia will be well degraded as ionic or molecule. The end concentration of ammonia is measured with martini ammoniameter. The best result for this research is 22,7% of ammonia removal in 50oC, pH 10, and the first ammonia concentration of 10 mg/L.]"
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S58831
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gita Andani Pradana
"Hidroksiapatit (HA) berkristalinitas rendah lebih cepat diserap oleh tubuh dibanding HA berkristalinitas tinggi. Disolusi Presipitasi merupakan salah satu cara untuk menghasilkan HA berkristalinitas rendah. Hidroksiapatit dapat dibuat dalam berbagai macam sediaan. Hidroksiapatit berbentuk blok membutuhkan waktu lebih lama untuk dikonversi dibanding granul HA. Penambahan kondisi hidrotermal dapat mempercepat waktu konversi prekursor menjadi HA. Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan blok hidroksiapatit berkristalinitas rendah dari blok CaSO4.2H2O yang direndam dalam larutan Na3PO4 0,5 mol/L pada durasi waktu berbeda melalui metode disolusi presipitasi pada kondisi hidrothermal pada suhu 150°C. Blok CaSO4.2H2O padat berukuran diameter 6 mm x lebar 3 mm dibuat dari pencampuran bubuk CaSO4.1/2H2O dan akuades dengan rasio air banding bubuk 1:2. Spesimen diberikan perlakuan berupa perendaman dalam larutan Na3PO4 0,5 mol/L pada kondisi hidrotermal suhu 150°C selama 6, 12, dan 24 jam. Spesimen dikarakterisasi dengan X-Ray Diffractometer PANalytical: X’PERT PRO. Hasil karakterisasi selanjutnya diolah menggunakan Rietveld Refinement untuk mendapatkan persentase fasa-fasa dalam specimen. Kekuatan tarik diametral diuji menggunakan Universal Testing Machine AGS-X (Shimadzu, Japan). Hasil karakterisasi difraksi sinar X menunjukkan 3 fasa pada ketiga kelompok disolusi presipitasi, yaitu CaSO4, Ca10(PO4)6(OH)2 dan Ca(OH)2. Fasa prekursor sudah tidak terdapat dalam ketiga kelompok perlakuan. Terdapat perbedaan persentase fasa HA dan CaSO4 pada seluruh kelompok perlakuan. Persentase fasa HA meningkat seiring dengan meningkatnya waktu reaksi, sedangkan persentase fasa CaSO4 menurun. Persentase fasa Ca(OH)2 tidak mengalami banyak perubahan dengan penambahan waktu reaksi. Kristalinitas HA hasil disolusi presipitasi kondisi hidrotermal 1500C sedikit lebih tinggi dibanding kristalinitas referensi HA berkristalinitas rendah. Data hasil kekuatan tarik diametral diolah menggunakan One-Way ANOVA dan Post-Hoc Bonferroni.. Terdapat penurunan bermakna nilai kekuatan tarik diametral kelompok kontrol dari 2,05 ± 0,23 MPa menjadi 0,68 ± 0,13 MPa setelah disolusi presipitasi selama 24 jam, menjadi 0,57 ± 0,14 MPa setelah disolusi presipitasi selama 12 jam dan menjadi 0,51 ± 0,18 MPa setelah disolusi presipitasi selama 6 jam. Sedangkan, antara kelompok perlakuan disolusi presipitasi tidak terdapat perbedaan bermakna. Dapat disimpulkan bahwa metode disolusi presipitasi blok CaSO4.2H2O dalam larutan Na3PO4 0,5 mol/L pada kondisi hidrotermal 150°C menghasilkan HA dengan kristalinitas lebih tinggi dibanding referensi dan waktu selama 24 jam masih belum dapat menghasilkan konversi HA sempurna.

Low-crystalline hydroxyapatite (HA) resorbs faster compared to highly crystalline HA. Dissolution precipitation is one of the methods used for fabricating low-crystalline HA. Hydroxyapatite can be produced into many shapes. Hydroxyapatite blocks require longer conversion time than HA granules. Applying hydrothermal condition to dissolution precipitation reaction would compensate for longer conversion time. The objective of this study was to produce low-crystalline hydroxyapatite block through immersion of CaSO4.2H2O block in Na3PO4 0,5 mol/L solution based on dissolution precipitation method under hydrotermal conditions at 150°C for 6, 12, and 24 hours. Dense CaSO4.2H2O blocks with 6 mm in diameter and 3mm in thickness were made from mixing of CaSO4.1/2H2O powder with distilled water at water to powder ratio 1:2. The blocks were then immersed in Na3PO4 0,5 mol/L solution under hydrothermal conditions at 150°C for 6, 12 and 24 hours. Specimens were characterized using X-Ray Diffractometer PANalytical : X’PERT PRO. Phase percentage analyzed using Rietveld Refinement. Diametral tensile strength (DTS) test was done with Universal Testing Machine AGS-X (Shimadzu, Japan). X-Ray characterization identify CaSO4, Ca10(PO4)6(OH)2, and Ca(OH)2 present in all experimental groups. All experimental group diffraction pattern show no precursor phase present. Differences of phase percentage were found between each experimental groups. Hydroxyapatite phase percentage increases with increasing reaction times, whereas CaSO4 undergo a decrease in phase percentage as reaction time increases. Phase percentage of Ca(OH)2 did not show any significant difference relative to reaction time. Crystallinity of fabricated HA based on dissolution precipitation reaction under hydrothermal conditions at 150°C was slightly higher than low-crystalline HA used for reference. The data obtained was analyzed with One-Way ANOVA and Post-Hoc Bonferroni tests. Significant reduction of DTS was observed with the control group (2,05 ± 0,23 MPa) and experimental group with 24 hour reaction time (0,68 ± 0,13 MPa), experimental group with 12 hour reaction time (0,57 ± 0,14 MPa) and experimental group with 6 hour reaction time (0,51 ± 0,18 MPa). Statistically, there was not any significant difference of DTS between all experimental groups. The conclusion of this study was dissolution precipitation of CaSO4.2H2O block immersed in Na3PO4 0,5 mol/L solution under hydrothermal conditions at 150°C resulted in higher crystallinity compared to low-crystalline HA and reaction time of 24 hours was not enough to produce full HA conversion."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>