Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 63519 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Theressa Putri
"Sejak awal 2020 hingga pertengahan 2021, India berada dalam krisis akibat pandemi COVID-19. Menurut para pengamat politik, kondisi tersebut disebabkan oleh kurang maksimalnya kinerja pemerintahan PM Narendra Modi sementara tugas politiknya untuk menyebarkan ideologi terus berjalan. Ideologi digunakan sebagai strategi persuasi massa dalam pidato politik dengan menonjolkan kesamaan identitas. Karya tulis ilmiah ini ditulis untuk mengungkap ideologi yang terkandung dalam pidato- pidato PM Narendra Modi tentang COVID-19 yang berhubungan dengan pergerakan Hindutva atau nasionalisme Hindunya. Tiga teks pidato dari situs resmi Narendra Modi dipilih untuk diteliti berdasarkan dinamika pandemi di India, dengan judul “From midnight, the entire country shall go under complete lockdown”, “Fight against Coronavirus has become people-driven”, dan “India’s response to Coronavirus is one of self-confidence and self-reliance”. Teori yang digunakan sebagai dasar pencarian ideologi tersebut adalah Analisis Wacana Kritis dari Fairclough dengan bantuan Analisis Transitivitas dari Halliday untuk pendeskripsian elemen-elemen linguistik dalam teks pidato, interpretasi tema-tema utama yang terkandung, dan menjelaskan ideologi yang disampaikan. Tema-tema utama dan jenis proses transitivitas yang terjadi didapat dengan metode deskriptif-kualitatif, didukung oleh metode kuantitatif. Hasil penelitian menemukan bahwa ketiga pidato PM Modi mengandung ideologi solidaritas sebagai perwujudan dari prinsip ajaran Hindu “Vasudhaiva kutumbakam”, yang dalam Bahasa Indonesia berarti, “Seluruh dunia adalah keluarga”. Ideologi tersebut dikemukakan melalui proses relasional (54.38%).

COVID-19 terribly impacted India from the beginning of 2020 until the middle of 2021. Political observers suggested that the situation happens due to the lack of maximum governance of PM Narendra Modi, but his political duty in spreading ideology persists. Ideology highlights common identity which motivates the mass to follow the persuasions of politicians in speeches. This paper aims to disclose the ideology contained in the speeches of PM Narendra Modi on COVID-19 related to his Hindutva or Hindu nationalism movement. Three speeches from the official website of Narendra Modi have been chosen in accordance with pandemic dynamics in India, titled “From midnight, the entire country shall go under complete lockdown”, “Fight against Coronavirus has become people-driven”, and “India’s response to Coronavirus is one of self-confidence and self-reliance”. For disclosure of the ideology in the speeches, Critical Discourse Analysis by Fairclough is used to describe the linguistic features with Transitivity Analysis from Halliday, to interpret the main themes, and to explain the ideology. The main themes and transitivity process are generated with descriptive-qualitative methods, aided by quantitative method. It was found that the speeches of PM Modi are underlined with solidarity as a manifestation of a Hindu principle “Vasudhaiva kutumbakam”, translated to English as “The world is our family”, which are delivered through relational process (54.38%)."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Price, Lance
"India kini merupakan kekuatan baru dalam revolusi ekonomi dan teknologi. Dengan penduduk mencapai 800 juta jiwa yang berusia di bawah 35 tahun, India menjadi kekuatan penting di panggung global. Dalam posisi yang penting ini, secara mengejutkan muncul pemimpin baru yang berasal dari tempat yang tak diduga oleh para pengamat politik kelas dunia sekalipun"
Jakarta: Kaki Langit Kencana, 2016
954 PRI n
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Cindy Julianti Setiawan
"Tulisan ini membahas mengenai pengaruh sosok Narendra Modi terhadap kemenangan yang diraih oleh Bharatiya Janata Party pada Pemilihan Umum Lok Sabha 2019. Narendra Modi telah muncul menjadi sebagai sosok yang berpengaruh di India sejak pelaksanaan Pemilu 2014, ketika untuk pertama kalinya Modi terjun dalam politik tingkat Nasional dan mampu membawa BJP menjadi pemenang, dan menjadi Perdana Menteri. Kemenangan BJP bersama Modi kembali terulang pada pemilu 2019 dengan peningkatan jumlah kursi di Parlemen Lok Sabha. Argumentasi penulis ialah bahwa kemenangan BJP pada 2019 ini merupakan pengaruh dari sosok Narendra Modi sebagai kandidat dari BJP. Penulis menggunakan teori dari Pierre Bourdieu yakni Capital Theory untuk memaparkan mengenai berbagai jenis modal yang dimiliki oleh sosok Narendra Modi dalam mempengaruhi preferensi pemilih masyarakat India pada Pemilu 2019.

This research explain the influence of Narendra Modi's figure on the victory achieved by the Bharatiya Janata Party at the 2019 Lok Sabha General Election. Narendra Modi has emerged as an influential figure in India since 2014 Indian General Election, when for the first time Modi entered national-level politics and able to bring BJP to be the winner, and become the Prime Minister. The BJP victory with Modi was repeated in the 2019 elections with an increase in the number of seats in the Lok Sabha Parliament. The author's argument is that the BJP's victory in 2019 is happened because the influence of Narendra Modi's figure as a candidate for the BJP. The author uses the theory from Pierre Bourdieu, namely Capital Theory, to explain the various types of capital owned by Narendra Modi in influencing the preferences of Indian voters in the 2019 Election."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2021
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Vina Ardha Sukma
"

Kendatipun Jepang sempat mengalami stagnasi selama dua dekade, dewasa ini Jepang tetap berkomitmen untuk meningkatkan hubungan kerja sama dengan negara-negara anggota ASEAN.  Hal itu dapat diamati dari berbagai kebijakan Shinzo Abe yang ditujukan untuk menciptakan kemakmuran, perdamaian, dan stabilitas di kawasan ASEAN. Pada tahun 2013, ketika Shinzo Abe kembali menjabat sebagai Perdana Menteri Jepang, ia banyak melakukan lawatan ke luar negeri dan aktif berpidato di depan publik untuk menyampaikan visi dan misinya terkait kemitraan Jepang dan ASEAN. Sebagai penutur, Shinzo Abe memiliki strategi tersendiri dalam menyampaikan gagasan-gagasan ideologisnya. Melalui penelitian deskriptif kualitatif dengan menggunakan teori analisis wacana kritis yang memusatkan perhatian pada proses produksi teks, distribusi, dan konsumsi, ideologi dalam wacana akan dapat diungkap. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi muatan ideologi yang digunakan Perdana Menteri Shinzo Abe dalam pidato yang mengangkat tema hubungan ekonomi luar negeri Jepang terhadap ASEAN tahun 2013. Melalui analisis wacana kritis, ditemukan sebanyak 9 ideologi yang dianut oleh Shinzo Abe, yakni: sentralitas ASEAN (11 data); negara sejahtera (10 data); berkontribusi secara proaktif untuk perdamaian (6 data); nemawashi (6 data); Cool Japan (4 data); pemimpin Asia (3 data); omotenashi; (3 data) progender; (2 data); dan Jepang negara pariwisata (1 data). Dari 46 data, sebanyak 24 data menunjukkan bahwa pemerolehan legitimasi dilakukan Shinzo Abe secara simbolis dan 22 data diperoleh secara materiil.


Though Japan encountered economic stagnation for two decades, the country recently remains committed to develop international partnership with the members of ASEAN. It is palpably seen from Shinzo Abes multiple policies aimed at creating prosperity, peace, and stability in ASEAN region. When Shinzo Abe reserved as Japanese Prime Minister in 2013, he frequently travelled abroad and actively gave speech in public to deliver his vision and mission related to the partnership of Japan and ASEAN. As a speaker, he has distinctive strategies to deliver his ideological ideas. This research employed descriptive qualitative method with critical discourse analysis theory focusing on text production, distribution, and consumption to reveal ideologies in three speeches. This research aims to identify ideologies in Shinzo Abe Prime Ministers speeches about Japans foreign economic relations to ASEAN in 2013. The research reveals that Shinzo Abe adopts 9 ideologies in his speech, they are ASEAN centrality (11 data); prosperous country (10 data); proactive contribution to create peace (6 data); nemawashi (6 data); Cool Japan (4 data); Asia leader (3 data); omotenashi; (3 data); pro-gender (2 data); and Japan as tourism oriented country (1 data). Of the 46 data, 24 of them indicate that Shinzo Abe gain legitimacy symbolically, and 22 data are gained materially."
Depok: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Kajian Wilayah Jepang, 2019
T52266
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nadiah Atsil Gustina
"Penelitian ini bertujuan untuk membahas penyebab kegagalan kebijakan Make in India pada masa pemerintahan Narendra Modi periode 2014-2019. Kebijakan ini memiliki tujuan untuk memfasilitasi investasi, mendorong inovasi, meningkatkan pengembangan keterampilan pekerja, dan membangun India menjadi negara pusat industri manufaktur dunia. Teori the Competitive Advantage of Nations oleh Michael Porter digunakan sebagai pedoman analisis. Teori ini digunakan untuk menganalisis faktor-faktor yang membuat target program Make in India tidak tercapai. Ditemukan bahwa kegagalan reformasi undang-undang di bidang ketenagakerjaan (Factory Act 1948, The Apprentices Act 1961, dan Labor Laws 2011) dan pembebasan lahan (Land Acquisition Bill 2015) berimplikasi pada ketidaktercapaian target dan tujuan dari program. Make in India. Reformasi dua undang-undang ini terhenti karena adanya penolakan dari pihak oposisi di parlemen dan serikat pekerja. Hal ini akhirnya berdampak pada tingkat kompetitif perusahaan manufaktur domestik di India yang seharusnya menjadi kunci untuk memiliki keunggulan kompetitif di perdagangan global.

This study aims to discuss the causes of the failure of the Make in India policy during the reign of Narendra Modi in the 2014-2019 period. This policy aims to facilitate investment, encourage innovation, enhance worker skills development, and build India into a global manufacturing hub. The Competitive Advantage of Nations theory by Michael Porter is used as a guideline for analysis. This theory is used to analyze the factors that prevent the targets of the Make in India program from being achieved. It was found that the failure to reform labor laws (Factory Act 1948, The Apprentices Act 1961, and Labor Laws 2011) and land acquisition (Land Acquisition Bill 2015) had implications for the targets and objectives of the Make in India program not being achieved. The reform of these two laws was halted due to resistance from the opposition in parliament and the trade unions. This ultimately impacts on the competitive level of domestic manufacturing companies in India which should be the key to having a competitive advantage in global trade."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Buku ini mengisahkan mengenai raja Futty Sing yang sangat berkuasa karena kaya raya, dan memberikankesejahteraan bagi rakyatnya. Suatu hari ia bermimpi ia (sang raja) merasa sangat hebat, sehingga ia merasa tidak ada cacatnya. Namun yang Maha Kuasa akhirnya memperlihatkan kesalahannya. Pada bagian akhir cerita disajikan, bahwa Allah telah memasrahkan pada Yesus Kristus untuk memelihara alam semesta."
Bandoeng: Lectuurcommissie V/D N. I. Z. B., 1932
BKL.0828-AK 22
Buku Klasik  Universitas Indonesia Library
cover
Lely Demiyati
"Penelitian ini membahas pemagaran atau hedging dalam pidato politik bahasa Jepang. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi jenis dan fungsi pagar dalam teks-teks pidato perdana menteri Jepang Shinzo Abe. Teks pidato yang dijadikan sumber data berjumlah lima pidato yang diunduh dari situs resmi lsquo;perdana menteri Jepang dan kabinetnya rsquo;. Pagar temuan dalam pidato akan dianalisis menggunakan pagar taksonomi Salager-Meyer 1994 sebagai acuan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pagar yang dominan digunakan adalah frasa pembuka sebesar 50 . Urutan kedua pagar adalah verba bantu modal sekitar 22 . Urutan ketiga jenis pagar kata penunjuk derajat, kuantitas frekuensi dan waktu sekitar 11 . Jenis pagar verba leksikal modal urutan ke empat sekitar 6 . Urutan kelima pagar frasa modal nomina, adjektiva dan adverbia berjumlah 5 atau. Jenis pagar klausa bersyarat menempati urutan keenam yaitu 4 . Urutan terakhir adalah pagar majemuk sekitar 2 . Fungsi dari pagar-pagar yang digunakan oleh PM Abe ini sebagai mitigasi, melindungi diri dari kritik, menunjukkan kesantunan, mencegah konfrontasi, membangun hubungan baik dengan mitra tutur dan menunjukkan kurangnya komitmen atau tanggung jawab.Kata kunci: Pemagaran, pidato politik, Shinzo Abe, pragmatik, kesantunan.

The object of this research is hedging in Japanese political speeches. The objective of this research is to identify types and functions of hedging in the speeches of the Japan Prime Minister Shinzo Abe. The data consist of five Shinzo Abe rsquo s speeches taken from website Prime Minister and Cabinet at http www.kantei.go.jp. The hedges found in the speeches are analyzed using the taxonomy and functions of hedges according to Salager Meyer 1994 . The analysis shows that the most frequently used hedges in political speeches by Shinzo Abe is introductory phrases 50 , followed modal auxiliaries 22 , approximators of degree, quantity, 11 , lexical verb 6 , frasa modal nomina, adjektiva dan adverbia 5 , lsquo if rsquo type clauses 4 , and compound hedge 2 . In addition, the function of hedging in the speeches of Shinzo Abe is to mitigate, to protect himself from critique, to show politeness, to prevent confrontation, to build a good relation with the hearer, and show lack of commitment or responsibility.Key words pragmatics, hedging, political speech, politeness. "
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2018
T49377
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Samuel Samingko
"Media telah menjadi pusat informasi dan penyebaran ideologi yang efektif di masa krisis seperti pandemi Covid-19. Media membentuk pola pikir masyarakat terkait sebuah fenomena dengan informasi yang dimediasi kepada pembaca. Penelitian ini mengkaji bagaimana fenomena rasisme dikonstruksi lewat penggunaan ilustrasi media berbasis portal berita yang inheren, menggambarkan diskriminasi terhadap ras tertentu dan memicu penyebaran kebencian. Penelitian ini menggunakan metode analisis tekstual dan pendekatan semiotika Rolland Barthes untuk melihat bagaimana teks dan citra gambar diberikan konteks terhadap sebuah fenomena. Berdasarkan aspek asosiasi teks-gambar menunjukkan orang Asia khususnya masyarakat Tiongkok diposisikan sebagai tokoh yang bertanggung jawab terhadap peristiwa pandemi sehingga rentan mengalami diskriminasi.

Media has become a central source of information and effective dissemination of ideologies, especially during crises such as the Covid-19 pandemic. Therefore, it shapes the mindset of society regarding a phenomenon through information mediated to readers. This research examines how the phenomenon of racism is constructed through the use of inherent portal news-based media illustrations, depicting discrimination against certain races and triggering the spread of hatred. The study employs textual analysis and Roland Barthes's semiotic approach to examine how text and image are contextualized within a phenomenon. Based on the association of text and image aspects, it is evident that Asians, especially the Chinese community, are positioned as responsible figures for the pandemic, making them vulnerable to discrimination. "
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Rahmat Riadi
"Pelaksanaan Pemilihan Serentak di masa pandemi COVID-19 beresiko terhadap keamanan dan keselamatan baik penyelenggara maupun pemilih. Hal ini membutuhkan strategi penanganan yang tepat untuk menghadapi situasi dan kondisi penyebaran COVID-19. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji strategi penanganan bencana non-alam COVID-19 dalam Pemilihan Serentak tahun 2020. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kepustakaan dengan mengkaji jurnal atau karya ilmiah yang relevan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penyelenggaraan Pemilihan Serentak di masa pandemi COVID-19 berpotensi menimbulkan implikasi pada sektor kesehatan, pada struktur anggaran, dan tahapan penyelenggaraan Pemilihan. Komisi Pemilihan Umum (KPU) telah menyusun strategi pelaksanaan Pemilihan Serentak di masa pandemi melalui penundaan tahapan Pemilihan, re-schedule tahapan Pemilihan, penerapan sistem kerja Work From Home (WFH), penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) di tempat kerja, menjaga jarak dalam berinteraksi, melaksanakan rapid test bagi penyelenggara, pengurangan jumlah pemilih di setiap TPS, pengaturan waktu pemilihan di TPS, mengatur cara memilih bagi pemilih dengan suhu tubuh 37,3°C atau lebih, mengatur cara memilih bagi pemilih positif COVID-19, serta membangun kemitraan atau kerjasama dengan pemerintah, partai politik, tokoh agama/tokoh masyarakat, media, lembaga pengawas, lembaga pengamanan, dan kerjasama internal penyelenggara."
Jakarta: Komisi Pemilihan Umum , 2021
320 JTKP 2:2 (2021)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Fatma Lestari
Jakarta: Badan Nasional Penanggulangan Bencana, 2020
614 FAT p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>