Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 178745 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sherly
"Dengan berkembangnya teknologi menyebabkan banyaknya kerentanan yang dapat terjadi pada jaringan wireless yang sering kali dimanfaatkan oleh berbagai pihak contohnya serangan DoS. Oleh karena itu sangat dibutuhkan sistem yang user friendly untuk memudahkan user dalam mendeteksi dan mencegah serangan tersebut sebelum attacker membahayakan jaringan. System tersebut dinamakan Intrusion Detection System (IDS). Pada pengujian ini menggunakan sistem operasi windows 10 dengan beberapa tools yaitu Snort sebagai IDS software, BASE sebagai report modul, Kiwi Syslog untuk menampilkan alert, dan hub sebagai network device. Ada beberapa jenis serangan yang dilakukan yaitu IP Scan dan Port Scan digunakan untuk mencari IP dan Port yang terbuka agar dapat diserang, dan Flooding sebagai penyerangnya. Dalam pengujian ini, terdapat beberapa skenario yang dilakukan yaitu pengujian Functionality Test pada client 1 – 3 untuk membandingkan nilai serangan, dan juga untuk mengetahui response time dari serangan yang dilakukan tersebut. Pada skenario pertama, dilakukan flooding pada 1 client (komputer target) dengan IP address 192.168.0.8 selama 60 menit lalu mendapatkan hasil 307.758 alert dan response time selama 0.000105741 s. Pada skenario kedua, dilakukan flooding terhadap 2 client sekaligus dengan IP address 192.168.0.1 dan 192.168.0.5 lalu hasil yang didapatkan sebanyak 378.920 alert dan response time selama 0.000127213 s. Dan pada skenario ketiga, dilakukan flooding terhadap 3 client sekaligus dengan IP address 192.168.0.8, 192.168.0.9, dan 192.168.0.4 lalu mendapatkan hasil sebanyak 430.212 alert dan response time selama 0.000142852 s. Pada setiap skenario dilakukan pengujian sebanyak 10 kali untuk melihat hasil yang didapatkan. Hasil yang didapat setelah melakukan pengujian tersebut ternyata mengalami kenaikan alert yang ditunjukan dengan persentase sebagai berikut yaitu dari skenario pertama ke skenario kedua sebesar 23,12%, skenario kedua ke skenario ketiga sebesar 13,53%, skenario pertama ke skenario ketiga sebesar 39,78%. Begitupula dengan response time yaitu dari skenario pertama ke skenario kedua sebesar 20,30%, skenario kedua ke skenario ketiga sebesar 12,29%, skenario pertama ke skenario ketiga sebesar 35,09%
With the development of technology, it causes many vulnerabilities that can occur in wireless networks which are often exploited by various parties, for example DoS attacks. Therefore, a user friendly system is needed to make it easier for users to detect and prevent these attacks before the attacker harms the network. The system is called the Intrusion Detection System (IDS). In this test using the Windows 10 operating system with several tools, namely Snort as IDS software, BASE as a report module, Kiwi Syslog to display alerts, and a hub as a network device. There are several types of attacks carried out, namely IP Scan and Port Scan used to find IP and open ports so that they can be attacked, and Flooding as the attacker. In this test, there are several scenarios that are carried out, namely Functionality Tests on clients 1-3 to compare the attack values, and also to determine the response time of the attacks carried out. In the first scenario, one client (target computer) was flooded with the IP address 192.168.0.8 for 60 minutes and then got 307.758 alerts and 0.000105741 s response time. In the second scenario, 2 clients are flooded at once with IP addresses 192.168.0.1 and 192.168.0.5 then the results obtained are 378,920 alerts and response time is 0.000127213 s. And in the third scenario, 3 clients are flooded at once with IP addresses 192.168.0.8, 192.168.0.9, and 192.168.0.4 and then get 430,212 alerts and a response time of 0.000142852 s. In each scenario, 10 times were tested to see the results obtained. The results obtained after carrying out the test turned out to have increased alerts as indicated by the following percentages, namely from the first scenario to the second scenario of 23.12%, the second scenario to the third scenario of 13.53%, the first scenario to the third scenario of 39.78 %. Likewise, the response time from the first scenario to the second scenario is 20.30%, the second scenario to the third scenario is 12.29%, the first scenario to the third scenario is 35.09%.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Theodorus Lucas
"Penelitian ini melakukan implementasi dan perbandingan performa antara tools Suricata dan Zeek sebagai IDS yang diintegrasikan dengan SIEM dashboard menggunakan ELK stack. Tujuan dari penelitian ini ialah untuk menunjukkan implementasi dari kedua tools ini untuk mendukung kegiatan network monitoring, dan juga mengukur performa dari masing-masing tools sebagai IDS dalam menghadapi serangan siber berupa denial-of-service (DoS). Penelitian ini dilakukan di dalam sebuah jaringan internal, dengan menggunakan server Linux untuk IDS maupun ELK stack. Pengujian yang dilakukan berupa pengujian tiga buah skenario, yang masing-masing mensimulasikan jenis serangan DoS yang berbeda. Terdapat dua aspek penilaian performa, yaitu performa angka persentase deteksi dan juga angka persentase penggunaan sumber daya CPU dan memori. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa sebagai IDS, Suricata lebih diunggulkan dibandingkan Zeek karena dashboard yang lebih beragam dan memiliki  fitur alerting; memiliki persentase deteksi yang lebih besar untuk dua dari tiga skenario yang diujikan, yaitu sebesar 86,14% untuk skenario 1 dan 79,41% untuk skenario 3; dan juga memiliki penggunaan sumber daya yang lebih efisien dari seluruh skenario yang diujikan, yaitu penggunaan CPU dan memori masing-masing sebesar 24,32%  dan 3,88% untuk skenario 1, 29,12% dan 4,56% untuk skenario 2, serta 16,96% dan 4,66% untuk skenario 3.

This research conducts the implementation and performance comparison between Suricata and Zeek tools as an IDS integrated with a SIEM dashboard using the ELK stack. The aim of this study is to demonstrate the implementation of both tools to support network monitoring activities and measure the performance of each tool as an IDS in facing denial-of-service (DoS) cyber attacks. The research was conducted within an internal network, utilizing Linux servers for both IDS and the ELK stack. The testing involved three scenarios, each simulating different types of DoS attacks. There are two performance evaluation aspects: detection rate (DR) performance and CPU and memory resource utilization rate. The results indicate that Suricata is favored over Zeek as an IDS due to its more enhanced dashboard and better alerting features; a better DR for two of the three scenarios tested, with DR values of 86,14% for scenario 1 and 79,41% for scenario 2; and also more efficient resource usage for all three scenarios tested, which  for CPU and memory usage respectively is 24,32% and 3,88% for scenario 1, 29,12% and 4,56% for scenario 2, and 16,96% and 4,66% for scenario 3."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yulian Benedichtus
"Skripsi ini membahas tentang analisis lalu lintas serangan pada Intrusion Detection System (Snort) dan Honeynet. Pembahasan mencakup analisis lalu lintas serangan berdasarkan tingkat berbahaya suatu serangan, analisis port yang menjadi target serangan, analisis metoda serangan, analisis sepuluh malware terbanyak yang terdeteksi oleh Honeynet, analisis sepuluh port terbanyak yang menjadi target serangan, analisis relasi antara malware dan port yang menjadi target serangan. Penentuan analisis ini berdasarkan diambil pada bulan desember 2015.
Dari analisis tersebut, diperoleh bahwa kategori severity terbanyak pada serangan berdasarkan severity, port yang menjadi target serangan terbanyak, metoda serangan terbanyak, malware yang paling banyak terdeteksi dan relasi antara malware dan port. Semua hasil ini memiliki penyebabnya masing-masing.

The focus of study is about attacks traffic analysis of intrusion detection system (Snort) and Honeynet. The discussion include attack traffic analysis based severity, port analysis which became target of the attack, attack method analysis, analyzes ten malware most detected by honeynet, analyzes ten port which became target of the attack, the analysis of relation between malware and port. The determination of this analysis is took in December 2015.
The result of this analysis is the most severity category based severity attack, the port which became target of the attack, the most attack method, malware most detected and relation between malware and port. All of this result have cause each.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
S63638
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Airell Ramadhan Budiraharjo
"Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis keamanan jaringan khususnya pada teknologi komputasi awan dari serangan siber. Hal ini didasarkan dengan melihat era sekarang di mana teknologi komputasi awan (Cloud Computing) sedang mengalami perkembangan yang pesat. Banyak perusahaan saat ini mulai beralih dari penggunaan sumber daya secara on-premises menjadi teknologi cloud berjeniskan private cloud dengan alasan efisiensi dan kemudahan yang diberikan teknologi cloud. Namun, kemudahan akses pada teknologi private cloud ini pun justru menjadi peluang yang besar oleh para peretas untuk melakukan serangan siber, seperti Port Scanning, DoS, dan Reverse shell. Oleh karena itu, diperlukan keamanan jaringan yang baik agar teknologi cloud yang digunakan terhindar dari dampak serangan siber yang merugikan. Salah satu metode keamanan yang dapat diterapkan, yaitu dengan implementasi tools Intrusion Detection System (IDS). Intrusion Detection System (IDS) berfungsi untuk mengawasi keamanan jaringan dengan melakukan pendeteksian terhadap anomali atau serangan yang dilakukan melalui analisis lalu lintas jaringan tersebut. Berdasarkan hasil dari penelitian implementasi IDS pada server komputasi awan didapat bahwa nilai rata-rata detection rate IDS dari tiga skenario pengujian serangan siber adalah sebesar 51.19% dengan rata-rata penggunaan CPU dan memori dari server selama pengujian adalah 21.23% dan 29.20%. Hal ini menunjukkan bahwa IDS menunjukkan potensi sebagai tools yang efektif dalam meningkatkan keamanan pada platform cloud computing tanpa memberikan dampak negatif yang berarti terhadap performa perangkat.

This research was conducted to analyze network security, especially in cloud computing technology from cyber attacks. This is based on looking at the current era where cloud computing technology is experiencing rapid development. Many companies are now starting to switch from using on-premises resources to private cloud technology due to the efficiency and convenience that cloud technology provides. However, this ease of access to private cloud technology is also a huge opportunity for hackers to carry out cyber attacks, such as Port Scanning, DoS, and Reverse shell. Therefore, good network security is needed so that the cloud technology used can avoid the harmful effects of cyber attacks. One of the security methods that can be applied is the implementation of Intrusion Detection System (IDS) tools. This Intrusion Detection System (IDS) aims to monitor network security by detecting anomalies or attacks through analyzing network traffic. Based on the results of the IDS implementation research on the cloud computing server, it is found that the average IDS detection rate from three cyber attack test scenarios is 51.19% with the average CPU and memory usage of the server during testing is 21.23% and 29.20%. This shows that IDS shows potential as an effective tool in improving security on cloud computing platforms without having a significant negative impact on device performance."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nabil Mafaza
"Penggunaan internet telah mengubah hidup dan perilaku manusia. Internet yang awalnya hanya dimanfaatkan segilintir orang, berubah menjadi sebuah hal yang banyak orang manfaatkan. Perubahan perilaku manusia terlihat dalam cara manusia berkomunikasi, belajar, sampai menikmati konten hiburan. Namun, di balik manfaatnya, internet membawa bahaya yang merugikan banyak pihak. Bahaya tersebut timbul dalam bentuk serangan siber. Untuk mengatasi serangan siber, banyak perangkat keras dan lunak yang digunakan, salah satunya adalah intrusion detection system (IDS). Akan tetapi, IDS tidak dapat mendeteksi serangan baru akibat sifat pendeteksiannya yang rule-based. Penelitian ini bertujuan untuk menambah kemampuan IDS dalam mendeteksi serangan siber dengan menggunakan model machine learning (ML), khususnya autoencoder, untuk mendeteksi serangan siber dalam lalu lintas jaringan. Autoencoder digunakan untuk meng-encode lalu lintas jaringan, kemudian men-decode/merekonstruksi hasil encode. Lalu lintas jaringan akan dideteksi sebagai serangan siber apabila perbedaan hasil rekonstruksi dengan lalu lintas jaringan asli melebihi ambang tertentu. Berdasarkan testing yang dilakukan, model autoencoder paling optimal adalah model yang di-train dengan dataset yang dipisah menjadi dense dan sparse berdasarkan nilai quantile 70% fitur tot_l_fwd_pkt dan tot_l_bwd­_pkt, dilakukan feature selection menggunakan random forest dengan nilai importance 0,2, menggunakan activation function ReLU, dan menggunakan empat layer encoder dan decoder serta jumlah neuron 16, 8, 4, 2, 1, 2, 4, dan 16. Model autoencoder untuk dataset dense terbaik memiliki F1-score 84% (lalu lintas benign) dan 83% (lalu lintas malicious), trainable parameter berjumlah 830, dan ukuran model sebesar 71 KB. Sementara, model autoencoder untuk dataset sparse terbaik memiliki F1-score 71% untuk lalu lintas benign dan malicious, trainable parameter berjumlah 890, dan ukuran model sebesar 72 KB.

The use of the internet has transformed human lives and behavior. Initially utilized by a few, the internet has become an essential tool for many. This transformation is evident in how people communicate, learn, and enjoy entertainment content. However, alongside its benefits, the internet also poses significant risks in the form of cyber attacks. To combat these threats, various hardware and software solutions, including intrusion detection systems (IDS), are employed. Traditional IDS, however, struggle to detect new attacks due to their rule-based nature. This research aims to enhance IDS capabilities in detecting cyber attacks by using machine learning (ML) models, specifically autoencoders, to detect cyber attacks in network traffic. Autoencoders encode network traffic and then decode/reconstruct the encoded data. Network traffic is identified as a cyber attack if the reconstruction error exceeds a certain threshold. Based on the testing conducted, the most optimal autoencoder model was trained on a dataset split into dense and sparse categories based on the 70% quantile values of the tot_l_fwd_pkt and tot_l_bwd_pkt features. Feature selection was performed using random forest with an importance threshold of 0.2, employing the ReLU activation function, and using four encoder and decoder layers with neuron counts of 16, 8, 4, 2, 1, 2, 4, and 16. The best autoencoder model for dense dataset achieved an F1-score of 84% for benign traffic and 83% for malicious traffic, with 830 trainable parameters and a model size of 71 KB. Meanwhile, the best autoencoder model for sparse dataset achieved an F1-score of 71% for both benign and malicious traffic, with 890 trainable parameters and a model size of 72 KB."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rika Febita
"Banyak pihak yang berusaha memanfaatkan kerentanan dari jaringan WLAN sehingga dibutuhkan suatu WIDS yang user friendly dapat mendeteksi adanya serangan dalam jaringan ini. Implementasi WIDS menggunakan Kismet sebagai aplikasi WIDS, Sagan sebagai penghubung Kismet dengan Snorby, dan Snorby sebagai frontend. Metode pengujian menggunakan functionality test untuk spoofed AP, brute force WPS, dan de-authentication flood dan response time untuk de-authentication flood saja. Pengujian de-authentication flood akan dilakukan 10 kali untuk membandingkan nilai alert, frame, dan response time berdasarkan banyaknya serangan dan peletakan sensor terhadap penyerang.
Untuk penyerang1 pada banyaknya serangan, pada 1, 2, dan 3 serangan, rata-rata alert adalah 12 alert, 3,8 alert, dan 2,3 alert, persentase false negative frame deotentikasi yang mengacu kepada 1 serangan adalah 28,43% (2 serangan) dan 44,47% (3 serangan), dan response time adalah 0,015 detik, 0,056 detik, dan 0,087 detik. Untuk peletakan sensor, pada ruang yang sama (ruang 1), ruang yang berbeda 1 ruangan (ruang 2), dan ruang yang berbeda 2 ruangan (ruang 3) dari penyerang, rata-rata alert-nya adalah 10,6 alert, 7,9 alert, dan 7,8 alert, persentase false negative frame de-otentikasi yang mengacu kepada frame de-otentikasi yang terdeteksi pada ruang 1 adalah 72,48% dan 77,17%, dan rata-rata response time adalah 0,018 detik, 0,046 detik, dan 0,111 detik.
Seiring bertambahnya serangan dan semakin banyak dinding pembatas, alert penyerang1 semakin sedikit, dan false negative frame de-otentikasi dan response time penyerang1 semakin banyak. Oleh karena itu, banyaknya trafik dan peletakan sensor berpengaruh terhadap kinerja WIDS. WIDS dapat bekerja optimal jika berada dalam 1 ruangan dengan AP yang ingin dimonitor dan tidak terlalu banyak trafik. Hal ini untuk menghindari adanya interferensi dan terlalu banyaknya frame yang lalu lalang di udara.

Many people that try to exploit the vulnerability of WLAN so it is needed a user friendly WIDS that can detect attacks in these networks. WIDS implementation is using Kismet as WIDS application, Sagan which connects Kismet and Snorby, and Snorby as a frontend. Method of testing for functionality test is using spoofed AP, WPS brute force, and de-authentication flood and the response time for the de-authentication flood. De-authentication flood testing will be performed 10 times to compare the value of alerts, frames, and response time based on the number of attacks and the laying of the sensor against the attacker.
For attacker1 on the number of attacks, at 1, 2, and 3 attacks, the average alert is 12 alerts, 3,8 alerts, and 2,3 alerts, the percentage of de-authentication frame false negative that refers to 1 attack is 28,43 % (2 attacks) and 44,47% (3 attacks), and response time is 0,015 seconds, 0,056 seconds and 0,087 seconds. For sensor placement, in the same room (room 1), a different 1 room (room 2), and different 2 rooms (room 3) from the attacker, the average alert is 10,6 alert, 7, 9 alerts, and 7,8 alerts, the percentage of de-authentication frame false negative are referring to the de-authentication frame that are detected in the room 1 is 72,48% and 77,17%, and the average response time is 0,018 seconds, 0,046 seconds and 0,111 seconds.
As we get more and more attacks and the dividing wall, the less alert from attacker1, and de-authentication frames's false negative and response time from attacker1 is bigger than before. Therefore, the amount of traffic and the placement of the sensors affect the performance of WIDS. WIDS can work optimally if it is in a room with the AP would like to be monitored and not too much traffic. This is to avoid interference and that too many frames passing through the air.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S42956
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Hada Melino Muhammad
"Anomaly-Based Network Intrusion Detection System (ANIDS) memegang peranan yang sangat penting dengan berkembangnya teknologi internet. ANIDS digunakan untuk mendeteksi trafik jaringan yang membahayakan pengguna internet. Metode tradisional yang digunakan untuk membuat ANIDS masih sulit untuk mengekstrak fitur dari trafik yang banyak dan berdimensi tinggi. Selain itu, jumlah sampel yang sedikit pada beberapa jenis trafik menyebabkan ketidakseimbangan dataset dan mempengaruhi performa deteksi ANIDS. Ketidakseimbangan dataset dapat diatasi dengan oversampling dan atau undersampling. Penulis mengusulkan metode oversampling menggunakan modifikasi dari Deep Convolutional Generative Adversarial Network (DCGAN) yang dapat mengekstrak fitur trafik data secara langsung dan menghasilkan sampel baru untuk menyeimbangkan dataset. Modifikasi DCGAN bertujuan untuk menghindari adanya pemetaan data tabular menjadi data gambar sebelum masuk ke DCGAN. Selain itu, modifikasi DCGAN bertujuan untuk menstabilkan pelatihan model untuk data tabular sehingga data yang dihasilkan lebih berkualitas. Pengujian efek modifikasi DCGAN dilakukan dengan melatih model ANIDS yang terdiri dari model Deep Neural Network (DNN) dan Convolutional Neural Network (CNN). Evaluasi performa deteksi dilakukan dengan confusion matrix serta metrik accuracy, precision, recall, dan F1-Score. Hasil yang didapatkan adalah oversampling menggunakan modifikasi DCGAN meningkatkan validation accuracy dari 75.77% menjadi 81.41% pada model DNN dan 73.94% menjadi 80.76% pada model CNN. Peningkatan metrik lain juga terjadi akibat dari peningkatan validation accuracy.

Anomaly-Based Network Intrusion Detection System (ANIDS) plays a very important role with the development of internet technology. ANIDS is used for detecting network traffic that endangers internet users. The traditional methods used to create ANIDS are still difficult to extract features from high-dimensional traffic. In addition, the small number of samples in some types of traffic causes imbalanced dataset and affects ANIDS detection performance. Imbalanced dataset can be overcome by oversampling and or undersampling. The author proposes an oversampling method using a modification of the Deep Convolutional Generative Adversarial Network (DCGAN) which can extract data traffic features directly and generate new samples to balance the dataset. DCGAN modification aims to avoid mapping tabular data into image data before entering DCGAN. In addition, the DCGAN modification aims to stabilize the training model for tabular data so that the resulting data is of higher quality. Testing the effects of the DCGAN modification was carried out by training the ANIDS model consisting of the Deep Neural Network (DNN) and Convolutional Neural Network (CNN) models. Evaluation of detection performance is carried out using a confusion matrix and the metrics of accuracy, precision, recall, and F1-Score. The results obtained are oversampling using the DCGAN modification increases the validation accuracy from 75.77% to 81.41% in the DNN model and 73.94% to 80.76% in the CNN model. Improvements in other metrics also occurred as a result of the increase in validation accuracy."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Diwandaru Rousstia
"Risiko serangan siber berbanding lurus dengan pertumbuhan aplikasi dan jaringan komputer. Intrusion Detection System (IDS) diimplementasikan agar dapat mendeteksi serangan siber dalam lalu lintas jaringan. Akan tetapi terdapat permasalahan pada pendeteksian serangan yang belum diketahui atau jenis serangan baru. Selain itu juga terdapat masalah kinerja tentang waktu deteksi, akurasi deteksi, dan false alarm. Dibutuhkan deteksi anomali dalam lalu lintas jaringan untuk mengurangi permasalahan tersebut dengan pendekatan machine learning. Pengembangan dan pemanfaatan IDS dengan machine learning telah diterapkan dalam beberapa penelitian sebagai solusi untuk meningkatkan kinerja dan evaluasi prediksi deteksi serangan. Memilih pendekatan machine learning yang tepat diperlukan untuk meningkatkan akurasi deteksi serangan siber. Penelitian ini menggunakan metode homogeneous ensemble learning yang mengoptimalkan algoritma tree khususnya gradient boosting tree - LightGBM. Dataset Communications Security Establishment dan Canadian Institute of Cybersecurity 2018 (CSE-CIC-IDS 2018) digunakan untuk mengevaluasi pendekatan yang diusulkan. Metode Polynom-fit SMOTE (Synthetic Minority Oversampling Technique) digunakan untuk menyelesaikan masalah ketidakseimbangan dataset. Penerapan metode spearman’s rank correlation coefficient pada dataset menghasilkan 24 fitur subset dari 80 fitur dataset yang digunakan untuk mengevaluasi model. Model yang diusulkan mencapai akurasi 99%; presisi 99,2%, recall 97,1%; F1-score 98,1%; ROC-AUC 99,1%; dan average-PR 98,1% serta meningkatkan waktu pelatihan model dari 3 menit 25,10 detik menjadi 2 menit 39,68 detik.

The risk of cyberattacks is directly proportional to the growth of applications and computer networks. An Intrusion Detection System (IDS) is implemented to detect cyber attacks in network traffic. However, there are problems detecting unknown attacks or new types of attacks. In addition, there are performance issues regarding detection time, detection accuracy, and false alarms. A machine learning approach takes anomaly detection in network traffic to reduce these problems. The development and utilization of IDS with machine learning have been applied in several studies to improve performance and evaluate attack detection predictions. Choosing the right machine learning approach is necessary to improve the accuracy of cyberattack detection. This research uses a homogeneous ensemble learning method that optimizes tree algorithms, especially gradient boosting tree - LightGBM. The Communications Security Establishment and Canadian Institute of Cybersecurity 2018 (CSE-CIC-IDS 2018) dataset evaluated the proposed approach. The Polynom-fit SMOTE (Synthetic Minority Oversampling Technique) method solved the dataset imbalance problem. The application of spearman's rank correlation coefficient method to the dataset resulted in 24 subset features of the 80 dataset features used to evaluate the model. The proposed model achieves 99% accuracy; precision 99.2%, recall 97.1%; F1-score 98.1%; ROC-AUC 99.1%; and an average-PR of 98.1% and increased the training time of the model from 3 minutes 25.10 seconds to 2 minutes 39.68 seconds."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Faldy Syofra Martinus
"Skripsi ini akan membahas mengenai aplikasi berbasis web yang akan menghasilkan sebuah Vagrantfile yang dapat digunakan dalam proses instalasi Intrusion Detection System Mata Elang. Mata Elang merupakan Intrusion Detection System yang dikembangkan oleh Politeknik Elektronika Negeri Surabaya (PENS) dengan berkolaborasi bersama dengan Universitas Indonesia dan Japan International Cooperation Agency (JICA). Vagrantfile yang dihasilkan akan dapat digunakan dalam melakukan instalasi keseluruhan sistem Mata Elang berdasarkan skenario instalasi yang dipilih oleh user dimulai dari provisioning virtual machine, hingga konfigurasi dari virtual machine tersebut sehingga keseluruhan sistem Mata Elang terinstal dengan baik. Hal ini akan mempercepat proses intalasi Mata Elang dan mengeliminasi terjadinya kesalahan dibanding ketika user harus menginstal setiap komponen dari sistem Mata Elang satu-persatu. Parameter pengujian yang akan dilakukan adalah dengan membandingkan hasil deteksi serangan dari Intrusion Detection System Mata Elang yang diinstal secara manual dan yang diinstal menggunakan script. Penelitian akan menghasilkan dua buah produk yaitu sebuah aplikasi website yang dapat digunakan untuk menghasilkan sebuah Vagrantfile untuk instalasi Intrusion Detection System Mata Elang sesuai dengan berbagai skenario topologi, dan sebuah Vagrantfile yang dapat digunakan untuk instalasi Intrusion Detection System Mata Elang sesuai dengan topologi yang dikonfigurasikan pada aplikasi website yang disebutkan sebelumnya.

This skripsi will discuss a web-based application that will generate a Vagrantfile that can be used in the installation process of the Mata Elang Intrusion Detection System. Mata Elang is an Intrusion Detection System developed by the Politeknik Elektronika Negeri Surabaya (PENS) in collaboration with Universitas Indonesia and the Japan International Cooperation Agency (JICA). The resulting Vagrantfile can be used to install the entire Mata Elang system based on the installation scenario selected by the user, starting from the virtual machine provisioning to the configuration of the virtual machine, so that the entire Mata Elang system can be installed properly. This will speed up the Mata Elang installation process and eliminate errors compared to when users must install each component of the Mata Elang system one by one. The evaluation parameter that will be conducted is by comparing the results of attack detection from the manually installed Intrusion Detection System Mata Elang versus the one installed using a script. There will be two product from this skripsi, one is a web based application that can be used to generate a Vagrantfile for the purpose of installing Intrusion Detection System Mata Elang based on the various configuration and topology, and the other product is a Vagrantfile that can be used to install Intrusion Detection System Mata Elang based on the configuration from the mentioned web based application"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kuni Inayah
"Dengan semakin berkembanganya teknologi dan sistem informasi pada area siber, ancaman siber juga semakin meningkat. Berdasarkan Laporan Honeynet BSSN Tahun 2023, Indonesia menduduki peringkat pertama sebagai negara dengan sumber serangan tertinggi. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, IDS dijadikan solusi di berbagai sistem pemerintahan, bekerja sama dengan Honeynet BSSN. Namun, pada sistem IDS ini tidak bekerja secara maksimal untuk melakukan deteksi terhadap anomali atau jenis serangan baru yang belum belum pernah terjadi sebelumnya (zero-day). Solusi untuk meningkatkan performa IDS salah satunya dengan menggunakan machine learning. Beberapa studi sebelumnya membahas tentang perbandingan berbagai algoritma klasifikasi dan didapatkan bahwa algoritma random forest memiliki tingkat akurasi yang tinggi, tingkat false positive yang rendah, dan dalam hal komputasi tidak memerlukan sumber daya yang besar. Oleh karena itu, pada penelitian ini menggunakan algoritma random forest sebagai algoritma klasifikasinya. Dataset yang dipakai menggunakan dataset CIC-ToN-IoT sebagai dataset whitelist dan dataset dari Honeynet BSSN sebagai dataset blacklist. Model diklasifikasikan menjadi 10 (sepuluh) klasifikasi yaitu benign, Information Leak, Malware, Trojan Activity, Information Gathering, APT, Exploit, Web Application Attack, Denial of Service (DoS), dan jenis serangan lainnya (other). Hasil evaluasi menunjukkan bahwa implementasi algoritma random forest dengan dataset CIC-ToN-IoT dan dataset honeynet BSSN memiliki nilai akurasi yang tinggi dalam menganalisis berbagai serangan yang terjadi pada sistem informasi di lingkungan Pemerintah yaitu 99% dan dengan jumlah support data yang besar, model memiliki nilai presisi yang tinggi yaitu 91%.

With the increasing development of technology and information systems in the cyber area, cyber threats are also increasing. Based on the 2023 BSSN Honeynet Report, Indonesia is ranked first as the country with the highest source of attacks. To overcome these problems, IDS is used as a solution in various government systems, in collaboration with Honeynet BSSN. However, this IDS system does not work optimally to detect anomalies or new types of attacks that have never happened before (zero-day). One solution to improving IDS performance is by using machine learning. Several previous studies discussed the comparison of various classification algorithms and found that the random forest algorithm had a high level of accuracy, a low false positive rate, and in terms of computing did not require large resources. Therefore, this research uses the random forest algorithm as the classification algorithm. The dataset used uses the CIC-ToN-IoT dataset as a whitelist dataset and a dataset from Honeynet BSSN as a blacklist dataset. The model is classified into 10 (ten) classifications, namely benign, Information Leak, Malware, Trojan Activity, Information Gathering, APT, Exploit, Web Application Attack, Denial of Service (DoS), and other types of attacks. The evaluation results show that the implementation of the random forest algorithm with the CIC-ToN-IoT dataset and the BSSN honeynet dataset has a high accuracy value in analyzing various attacks that occur on information systems in the government environment, namely 99% and with a large amount of data support, the model has high precision value, namely 91%."
Jakarta: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>