Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 108433 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Alifia Fajrina
"Latar Belakang: Gangguan pada odontogenesis dapat menyebabkan abnormalitas pada gigi seperti malformasi dan deformitas struktur gigi. Oleh karena itu, analisis tahapan odontogenesis secara spesifik perlu dilakukan untuk mengetahui patogenesis dari berbagai kelainan tersebut. Mencit strain C57BL/6 menjadi salah satu alternatif objek penelitian dalam mengamati berbagai kondisi normal maupun patologis pada jaringan gigi karena memiliki berbagai keunggulan, baik dari fisiologi jaringan yang mirip manusia maupun dari segi ekonomi. Namun, penelitian mengenai odontogenesis pada mencit strain C57BL/6 sampai sejauh ini masih sangat terbatas. Tujuan: Menganalisis tahap odontogenesis mencit strain C57BL/6 usia tiga hari postnatal. Metode: Pengamatan perkembangan gigi mencit strain C57BL/6 usia tiga hari dilakukan pada maksila dan mandibula kanan dan kiri melalui pembuatan preparat jaringan dengan potongan longitudinal (sagital) dan koronal (frontal). Pewarnaan jaringan selanjutnya dilakukan dengan menggunakan Hematoksilin & Eosin (H&E) serta dilakukan pengamatan dan analisis preparat dengan mikroskop. Hasil: Pada maksila terlihat benih gigi insisif, molar pertama hingga tahap bell stage akhir, molar kedua, dan molar ketiga. Pada mandibula terlihat benih gigi insisif dan molar pertama hingga tahap bell stage akhir. Kesimpulan: Perkembangan gigi mencit strain C57BL/6 usia tiga hari postnatal dapat terlihat jelas pada potongan longitudinal dan koronal preparat maksila dan mandibula, sehingga mencit C57BL/6 usia tiga hari dapat dijadikan alternatif objek penelitian dalam menganalisis perkembangan struktur jaringan gigi, baik pada kondisi normal maupun patologis
Background: Odontogenesis is a sequential and intricate process, of which any disruption during odontogenesis potentially results in abnormalities of the teeth such as malformation and deformities in tissue structure. Therefore, a specific analysis of the odontogenesis stages is necessary to determine the pathogenesis of these various disorders. C57BL/6 mice become an alternative object of research in observing normal and pathological conditions in dental tissue because it has many advantages, both from the human-like tissue physiology and the economic point of view. However, research on the odontogenesis of C57BL/6 mice is still limited. Objective: Analyzing the odontogenesis of day three postnatal C57BL/6 mice. Methods:Observation of the teeth development of three-day-old C57BL/6 mice was performed on the right and left maxilla and mandible by histological preparations stained by Hematoxylin & Eosin. Results: The maxillary incisor, the first molar at the late bell stage, the second molar, and the third molar were observed in the maxilla. The first incisor and the first molar were observed at the late bell stage in the mandible. Conclusion: The development of the teeth of day three postnatal C57BL/6 mice can be observed clearly in the longitudinal and coronal sections of the maxillary and mandibular preparations. Hence the three-day-old C57BL/6 mice can be used as an alternative object of research in analyzing the development of dental tissue structure in both physiological and pathological conditions."
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Annisa Sittadewanti
"Latar Belakang: Analisis mengenai tahap odontogenesis secara spesifik dibutuhkan untuk mempelajari berbagai abnormalitas gigi, baik terkait mekanisme, perawatan, maupun pencegahannya. Penelitian dilakukan pada mencit strain C57BL/6 karena terdapat keterbatasan penelitian jika dilakukan secara langsung pada manusia. Mencit C57BL/6 banyak digunakan dalam penelitian biomedis, akan tetapi, penelitian tentang odontogenesis pada mencit C57BL/6 masih sangat terbatas. Tujuan: Menganalisis proses odontogenesis pada mencit strain C57BL/6 pada prenatal. Metode: Rahang mencit C57BL/6 dipotong menjadi 4 bagian dan dilakukan fiksasi dengan 70% etanol. Kemudian dilakukan pembuatan preparat dengan arah pemotongan longitudinal pada maksila dan mandibula kanan dan arah pemotongan koronal pada maksila dan mandibula kiri, serta dilakukan pewarnaan hematoxylineosin (HE). Setelah itu, dilakukan pengamatan gambaran histologi gigi insisif dan molar rahang atas dan rahang bawah menggunakan mikroskop. Hasil: Preparat histologi maksila menunjukkan adanya benih gigi molar 1 dan molar 2. Pada preparat histologi mandibula terlihat adanya benih gigi molar 1 dan benih gigi insisif yang berada pada tahap perkembangan bell stage. Kesimpulan: Terjadi proses odontogenesis sampai tahap bell stage akhir pada gigi insisif rahang bawah mencit C57BL/6 usia prenatal, sehingga mencit C57BL/6 usia prenatal dapat menjadi objek penelitian dalam menganalisis perkembangan struktur jaringan gigi pada kondisi normal maupun patologis.

Background: Analysis of the specific stages of odontogenesis is required to study various dental abnormalities, including the mechanism, treatment, and prevention. This study was conducted on mice strain C57BL/6, the strain that is the most widely used in biomedical research. However, research on odontogenesis in C57BL/6 mice is still limited. Objective: To analyze the process of odontogenesis in prenatal strain C57BL/6 mice. Methods: The jaws of C57BL/6 mice were cut into four parts and fixation with 70% ethanol. Then, preparations were made with longitudinal cuts in the right maxilla and mandible and coronal cuts in the left maxilla and mandible, and hematoxylin-eosin (HE) staining was performed. After that, the histology of the maxillary and mandibular incisors and molars was observed using a microscope. Results: The maxillary histology preparations showed the presence of 1st and 2nd molars. In mandibular histology preparations, incisors were at the bell stage of development. Conclusion: The odontogenesis of the final bell stage was observed in the mandibular incisors of prenatal age C57BL/6 mice. Based on our result C57BL/6 prenatal mice can be used as the object of the future research in analyzing the development of tooth tissue structure in physiological or pathological conditions.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Louis Martin
"Latar Belakang: Setiap tahap odontogenesis yang tidak berjalan dengan baik semestinya dapat mengakibatkan terjadinya abnormalitas pada gigi, hal tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor atau komponen tertentu seperti gen, nutrisi, mineral, molekul, atau lainnya. Untuk memahami proses terjadinya abnormalitas serta faktor-faktor yang memengaruhinya, perlu diketahui secara spesifik setiap tahapan perkembangan gigi. Penelitian terkait perkembangan gigi pada manusia tidak memungkinkan karena diperlukan tindakan yang invasif dalam pengambilan sampel jaringan. Oleh sebab itu, digunakan hewan coba mencit C57BL/6 karena merupakan jenis inbred dan banyak digunakan dalam penelitian biomolekuler. Namun, hingga saat ini penelitian mengenai odontogenesis pada mencit C57BL/6 masih sangat terbatas. Tujuan: Menganalisis perkembangan gigi (odontogenesis) mencit strain C57BL/6 usia satu hari. Metode: Rahang mencit C57BL/6 dipotong menjadi 4 bagian. Setelah itu, dilakukan pembuatan preparat dengan potongan longitudinal (sagital) pada maksila dan mandibula kanan dan potongan koronal (frontal) pada maksila dan mandibula kiri, serta dilakukan pewarnaan hematoksilin dan eosin (H&E) pada preparat dan dilakukan pengamatan benih gigi insisif dan molar rahang atas dan rahang bawah menggunakan mikroskop. Hasil: Terlihat benih gigi insisif, molar pertama, molar kedua, dan molar ketiga pada jaringan maksila dengan potongan transversal atau axial dan terlihat adanya benih gigi molar pada preparat jaringan maksila dan mandibula dengan potongan koronal. Pada jaringan mandibula dengan potongan longitudinal atau sagital hanya terlihat adanya benih gigi insisif. Kesimpulan: Terjadi proses odontogenesis hingga tahap awal bell stage pada gigi molar maksila kiri dan mandibula kiri mencit C57BL/6 usia satu hari, sehingga mencit C57BL/6 usia satu hari dapat dijadikan alternatif objek penelitian dalam menganalisis perkembangan struktur jaringan gigi baik pada kondisi normal maupun patologis.

Background: Disruption in the stages of odontogenesis results in teeth abnormalities. These conditions can be influenced by certain factors or components such as genes, nutrients, minerals, molecules, or others. To understand the process of abnormality and the factors that influence it, it is necessary to know specifically each stage of tooth development. Research related to the development of teeth in humans is not possible because it requires an invasive procedure in tissue sampling. Therefore, C57BL/6 mice were used as experimental animals because they are an inbred species and are widely used in biomolecular research. However, until now research on odontogenesis in C57BL/6 mice is still very limited. Objective: Analyzing tooth development (odontogenesis) in one-day-old C57BL/6 mice. Methods: The jaws of C57BL/6 mice were cut into 4 parts. After that, preparations were made with longitudinal (sagittal) sections on the right maxilla and mandible and coronal (frontal) sections on the left maxilla and mandible, and stained with hematoxylin and eosin (H&E) on the preparations and observation of the maxillary and mandibular incisors and molars using a microscope. Results: Tooth germs of incisors, first molars, second molars, and third molars were observed in the maxillary tissue with transverse or axial sections and the presence of molars in the maxillary and mandibular tissue preparations with coronal sections. In mandibular tissue with longitudinal or sagittal sections, only incisor germs were seen. Conclusion: The odontogenesis of one-day-old C57BL/6 mice in this study were observed in the early bell stage both in the left maxillary and left mandibular molars. Based on this study, one-day-old C57BL/6 mice can be used as an alternative object of research in analyzing the tooth structure that have been developed in the early bell stage, both normal and pathological conditions."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rusli
"Latar Belakang: Ameloblastoma merupakan tumor odontogenik yang paling sering ditemukan pada tulang rahang. Berdasarkan histopatologisnya, ameloblastoma dapat dikelompokkan menjadi 6 tipe, yaitu tipe folikular, pleksiformis, akantomatosa, desmoplastik, granular, dan basal. Heparanasepada ameloblastoma meningkat pada level mRna maupun pada protein, sehingga dapat menjadi salah satu faktor penting dalam menentukan sifat invasif lokal ameloblastoma. Hasil penelitian menyatakan heparanase memiliki peran dalam invasi tumor, angiogenesis, danosteoklastogenesis.
Tujuan: Untuk membandingkan ekspresi heparanase diantara berbagai tipe histopatologi ameloblastoma di RSCM.
Metode penelitian: 34 blok parafin ameloblastoma didapatkan secara consecutive sampling. Seluruh sampel dipulas imunohisto kimia menggunakan antibodi Heparanase.
Hasil: Semua sampel mempunyai sel-sel yang imunopositif dengan presentase yang beragam, namun tidak berbeda bermakna secara statistik baik di sitoplasma (p=0,501) maupun di inti sel (p= 0,247)
Kesimpulan: tidak terdapat perbedaan ekspresi heparanase diantara tipe histopatologi ameloblastoma di RSCM.

Background: Ameloblastoma is a common benign odontogenic tumor of the jaw. Ameloblastoma can be divided into six histopathological types, follicular, plexiform, acanthomatous, desmoplastic, granular, and basal cell. Heparanasein ameloblastoma increasing both at mRna and protein level. Recent studies have found that heparanase is expressed by ameloblastoma and has a role in ameloblastoma local invasiveness, angiogenesis, andosteoklastogenesis.
Objective: To compare heparananse expression between different histopathological types of ameloblastoma at RSCM.
Material and method: 34 paraffin blocks were collected through consecutive sampling and the heparanase expression were detected using immunohistochemistry.
Result: All samples showed immunopositive cells with vary intensity, however there is no significantly different of heparanase expression both in sitoplasma (p=0,501) and nuclear (p= 0,247)
Conclusion: There is no different of heparanase expression between histopatological types of ameloblastoma at RSCM.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2015
SP-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Mieke Sari Nalurisa
"

Latar Belakang:Infeksi yang terjadi di rongga mulut dapat berasal dari odontogenik atau non-odonogenik.Penyebab terbesar infeksi yang melibatkan daerah kepala dan leher (90-95%) adalah berasal dari gigi. Dua hal yang menjadi penyebab utama terjadinya infeksi odontogenik yaitu lesi periapikal akibat nekrosis pulpa ataupun invasi bakteri ke jaringan periapikal, dan lesi periodontal disertai poket periodontal. Faktor-faktor predisposisi seperti pada pasien dengan kecanduan alkohol, kebiasaan merokok, Diabetes Mellitus yang tidak terkontrol, dan beberapa kondisi sistemik lainnya dilaporkan dapat meningkatkan resiko perawatan yang lebih lama.

Tujuan: Untuk mengetahui apakah ada pengaruh antara tingkat keparahan infeksi odontogenik pasien, etiologi gigi penyebab infeksi odontogenik, pasien infeksi odontogenik disertai kondisi sistemik dan faktor predisposisidengan lama rawat inap di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta.

Material dan Metode: Rekam medis pasien infeksi odontogenik, Bedah Mulut dan Maksilofasial RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumoselama periode Januari 2014-Desember 2018 dikumpulkan dan didapatkan 87 orang. Setiap sampel diidentifikasi adanya pengaruh jenis kelamin, umur, tingkat keparahan infeksi odontogenik (Flynn Score), etiologi gigi penyebab, kondisi sistemik, faktor predisposisi (merokok) dengan lama rawat inap (LOS). Data diolah dengan uji Chi Square. Uji hipotesis korelatif dilakukan dengan Uji Fishers Exact.

Kesimpulan:Ditemukan hubungan yang bermakna antara tingkat keparahan infeksi odontogenik pasien menurut Flynn Scoredengan lama rawat inap(LOS)dengan nilai α = 0.014 (α < 0.05).Etiologi gigi penyebab dengan α = 0.038 (α < 0.05)dan umur denganα = 0.014 (α < 0.05) juga memberikan hasil yang signifikan yang menunjukkan adanya hubungan dengan lama rawat inap(LOS). Selain itu didapatkan kesimpulan bahwa infeksi odontogenik tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan jenis kelaminα = 0.945 (α > 0.05), kondisi sistemik α = 0.108 (α > 0.05), maupun faktor predisposisi (merokok) α = 0.237 (α > 0.05) dengan lama rawat inap(LOS).


Background : Infections that occur in the oral cavity are related from odontogenic or non-odonogenic. The most etiology of infection involving the head and neck area (90-95%) is from the teeth. The main causes of odontogenic infections are periapical lesions due to pulp necrosis or bacterial invasion of periapical tissue, and periodontal lesions with periodontal pockets. Predisposing factors such as in patients with alcoholism, smoking habits, uncontrolled diabetes mellitus, and several other systemic conditions are reported to increase the risk of longer treatment. Objective : To find out is there any effect between the severity of odontogenic infection, the etiology of the tooth causing odontogenic infection, the patient odontogenic infection related with systemic conditions and predisposing factors with length of stay (LOS) in RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta Materials dan Methods : Medical records of patients with odontogenic infections, Oral and Maxillofacial Surgery Dr. RSUPN Cipto Mangunkusumo during the period of January 2014-December 2018 was collected and obtained 87 people. Each sample identified the influence of sex, age, severity of odontogenic infections (Flynn Score), etiology of the causative teeth, systemic conditions, predisposing factors (smoking) with length of stay (LOS). Data was processed by Chi Square test. The correlative hypothesis test was carried out by the Fisher \s Exact Test. Conclusion : A significant correlation was found between the severity of odontogenic infection according to Flynn Score and Length of Stay (LOS) with a value of α = 0.014 (α <0.05). The etiology of the causative teeth with a value of α = 0.038 (α <0.05) and ages with a value α = 0.014 (α <0.05) also gives significant results which indicate an association with length of stay (LOS). In addition it was concluded that odontogenic infections did not have a significant relationship with sex α = 0.945 (α> 0.05), systemic conditions α = 0.108 (α> 0.05), and predisposing factors (smoking) α = 0.237 (α> 0.05) with length of stay (LOS).

"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2019
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Fajar Eka Saputra
"

Latar belakang: Kista dan tumor odontogenik adalah lesi yang terjadi pada rahang dan berasal dari sisa epitel pembentuk gigi. EGFR adalah salah satu reseptor growth factor yang penting sebagai regulator proliferasi dan diferensiasi sel, diantaranya perkembangan dan morfogenesis gigi. EGFR juga dikenal  sebagai proto onkogen yang menginisiasi signalling pathway pada terjadinya beberapa tumor ganas. Penelitian melaporkan adanya peningkatan ekspresi EGFR pada beberapa kista dan tumor odontogenik sebagaimana yang terjadi pada tumor ganas. Tujuan: Untuk melihat dan membuat suatu profil ekspresi EGFR pada kista dan tumor odontogenik. Metode penelitian: 73 blok parafin kista dan tumor odontogenik didapatkan secara consecutive sampling dari data spesimen pada Departemen Patologi Anatomi FKUI/RSUPN-CM selama periode November 2015 – November 2019. Seluruh sampel diperiksa secara imunohistokimia menggunakan antibodi EGFR.  Hasil: Didapatkan 7 jenis lesi odontogenik: kista radikular (4), kista dentigerous (5), OKC (5), ameloblastoma (54), AOT (1), CEOT (2), ameloblastic carcinoma (2). Seluruh sampel memberikan ekspresi EGFR yang positif, dengan lokasi ekspresi pada sitoplasma. Skor EGFR bervariasi antara 1-2 dengan rerata 1,34. Intensitas beragam terdiri dari 41 % sampel lemah, 48% sampel sedang dan 11% sampel kuat.  Kesimpulan: EGFR berperan dalam terjadinya kista dan tumor odontogenik. Lokasi pulasan yang dominan terjadi pada sitoplasma sesuai dengan karakteristik kista dan tumor odontogenik yang tumbuh dan berkembang lambat.

 


Background: Odontogenic cysts and tumors are lesions that occur in the jaw and derived from the remnants of tooth-forming epithelium. EGFR is one of  the growth factor receptors that is important as a regulator of cells proliferation and differentiation, including the development and morphogenesis of the tooth.  EGFR is also known as a protooncogen which initiates signalling pathway in the occurrence of several malignant tumors. Recent studies have reports an increase EGFR expression on odontogenic cysts and tumors as occurs in malignant tumors. Objective: This study aims to observe and make an expression profile of odontogenic cysts and tumors. Method: 73 paraffin blocks were collected through consecutive sampling from speciment data in Pathological Anatomy Department FKUI/RSUPN-CM during 2015 – 2019 period. The EGFR expression were detected using immunohistochemistry. Results: There were 7 types of odontogenic lesion: radicular cyst (4), dentigerous cyst (5), OKC (5), ameloblastoma (54), AOT (1), CEOT (2), ameloblastic carcinoma (2). All samples showed positive expression of EGFR and staining location on cytoplasm. EGFR score was vary between 1 – 2 with a mean of 1,34. Intensity of staining were consisted of 41% samples have weak staining, 48% samples have moderate staining and 11% sampels have strong staining Conclusion: EGFR have a role in the occurance of odontogenic cysts and tumors. All the staining location occurs in the cytoplasm was appropriate to the characteristics of these lessions that grows and develops slowly.

 

"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2020
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
"Analisis sekuensial adalah suatu metode statistik yang digunakan untuk melakukan pengujian hipotesis dari parameter populasi. Ukuran sampel yang digunakan dalam analisis sekuensial ini belum dapat ditentukan (not fixed). Pengambilan sampel dilakukan secara bertahap. Keputusan tentang parameter populasi didapat setelah diambil satu atau beberapa sampel. Dalam tugas akhir ini akan dipelajari analisis sekuensial dengan menggunakan statistik cukup untuk menguji selisih parameter dari dua populasi. Hipotesis yang akan diuji merupakan hipotesis majemuk. "
Universitas Indonesia, 2006
S27640
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ratna Hidayati
"Kemampuan ibu dalam melaksanakan perannya didukung oleh berbagai faktor diantaranya kedekatan ibu dan bayinya. Pemisahan antara ibu dan bayi segera setelah lahir dapat mempengaruhi hubungan ibu dan bayi selanjutnya.
Penelitian ini merupakan penelitian dengan disain quasi eksperimen yang bertujuan untuk menguji pengaruh perilaku yang memfasilitasi bonding attachment terhadap kepercayaan diri ibu dalam merawat bayinya pada masa awal postpartum di Rumab Sakit Amelia Pare Kediri. Populasi penelitian lni adalah 108 orang selama bulan April- Mei 2006. Jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 90 responden yang memenuhl kriteria inklusi dengan teknik quota sampling. Untuk menguji homogenitas antara kelompok control dengan kelompok intervensi digunakan uji Chi Square, dengan hasil karakteristik kedua responden homogen.
Hasil panelitian menunjukkan babwa pengaruh perlakuan yang memfasilitasi bonding attachment terhadap kepercayaan diri ibu dalam merawat bayinya pada masa awal pastpartum didapatkan p = 0,000 yang berarti mempunyai perbedaan yang signifikan. Hal ini juga dapat dilihat dari perhedaan yang cukup besar antara nilai mean pada kelompok kontrol dan intervensi, yaitu masing-masing 34,40 dan 62,00.
Mengingat karakteristik pada kelompok kontrol dan kelompok intervensi sudah homogen, maka dapat disimpulkan bahwa tindakan perawat yang memfasilitasi terjadinya bonding attachment berpengaruh terhadap kepercayaan diri ibu dalam merawat bayinya pada masa awal postpartum. Untuk itu perlu adanya kebijakan dari rumah sakit untuk menerapkan standar pelayanan yang berlandaskan family centered care yang memfasilitasi interaksi ibu-bayi serta merupakannya metode rawat gabung secara totalis, yang memberi kesempatan ibu dan keluarga untuk menimba ilmu dari perilaku perawat baik dalam perawatan ibu maupun bayinya.

Mother's capability implement mother's role supported by various factor among other's maternal - infant propinquity. Separated mother with her babyafter birth immediately, can influence relationship mother- baby furthermore.
This research is a Quasi Experiment Design which quota to examine the influence treatment which facilitated bonding attachment toward adolescent mother in taking care of her baby at beginning of postpartum in Amelia Pare Kediri Hospital. Population in this research are 108 people from April until May 2006. Amount of samples in this research are 90 respondents who have an inclusion criteria by quota sampling. To examine homogeneity between control group and intetvention group are used Chi Square test with result both of respondent characteristics are homogeneous.
Result of this research indicate that the influence treatment which facilitated bonding attachment toward adolescent mother in taking care of her baby at beginning of postpartum are p = 0,000. It means that they have different significantly. This case can be showed from difference mean value in control group and intervention group, each group are 34.40 and 62,00. Considering characteristic of control group and intervention group have homogeneous, so it can be concluded that nurse act which facilitated bonding attachment influenced toward mother's self confidence in taking care of her baby at beginning postpartum. Because of that, it need a policy in hospital to apply the service standard which have base to family centered care which facilitated of maternal- infant interaction and applying a combination care method totally, giving an opportunity for mother and family to study knowledge of nurse act for mother and her baby's care.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2006
T17744
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nenda Wulandari Nurzakiah
"Tesis ini membahas hubungan pemeriksaan kesehatan masa nifas dengan penggunaan metode kontrasepsi jangka panjang dikontrol dengan variabel kovariat yaitu usia, pendidikan, pekerjaan, status ekonomi, daerah tempat tinggal, jumlah anak ideal, pengambilan keputusan dan keterpaparan informasi pada wanita usia subur di Indonesia dengan menganalisis data sekunder SDKI tahun 2017. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan hasil analisa univariat dan bivariat. Hasil penelitian yaitu sebagian besar responden menggunakan KB jenis Non-MKJP yaitu sebesar 78,0%; responden paling banyak melakukan pemeriksaan kesehatan masa nifas pada periode late postpartum; terdapat perbedaan risiko dari variabel usia, keputusan penggunaan KB, status pekerjaan, tingkat pendidikan dan keterpaparan informasi dengan penggunaan jenis KB; tidak terdapat perbedaan risiko dari variabel status ekonomi dan jumlah anak ideal dengan penggunaan jenis KB; pemeriksaan kesehatan masa nifas tidak mempunyai pengaruh terhadap penggunaan jenis KB (nilai-p >0,05). Peningkatan konseling kontrasepsi secara individu sejak awal perlu dilakukan terutama pada masa perencanaan kehamilan hingga masa nifas agar meningkatnya penggunaan MKJP khususnya KB pascasalin sehingga berkurangnya unmetneed dan angka kejadian kehamilan tidak diinginkan.

The focus of this study is relationship postnatal care with long acting contraceptive methods uses among women in Indonesia controlled with covariate variable that is ages, education, profession, socioeconomic status, residential area, ideal number of children, decision-making and information exposure among women in Indonesia by analyzing secondary data DHS 2017. This research is quantitative with analysis results univariate analysis and bivariate analysis. Research result are most respondents uses Non-LACM wich is equal to 78,0%; respondents do the most postnatal care in late postpartum period; there is a difference in risk from variable ages, decision-making FP uses, profession, information exposure, education and with FP uses; there is no difference in risk from variable socioeconomic status, ideal number of children with FP uses; postnatal care have no effect FP uses (p-value >0,05). Early increase in individual contraceptive counseling necessary especially pregnancy planning period and postpartum period in order to increase the use LACM especially postpartum FP so that decrease unmetneed and unwanted pregnancy."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
C. Rini Suprapti
"ABSTRAK
Kista rahang sering dijumpai pada Poliklinik Bedah Mulut Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta. Dari penelitian terdahulu diperoleh data bahwa jenis kista yang paling sering ditemukan yaitu kelompok Kista Odontogenik. Oleh karena data lengkap kista Odontogenik belum ada pada bagian / Poliklinik Bedah Mulut Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo, maka penulis merasa tertarik untuk meneliti frekuensi dan distribusi Kista Odontogenik pada pasien yang datang ke Poliklinik Bedah Mulut Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo mulai bulan Januari 1987 sampai dengan Desember 1988.
Tanda-tanda fisik dan gejala kista dapat dikenal secara klinik namun tergantung pada keadaan kista. Pada stadium awal biasanya tidak menimbulkan keluhan pada pasien. Kista yang masih dalam ukuran kecil sering ditemukan secara kebetulan misalnya pada waktu dilakukan pemeriksaan radiografik. Pada stadium lanjut pasien akan merasakan adanya benjolan bahkan sampai terjadi deformitas muka. Gejala radang dapat timbul bilamana kista mengalami infeksi. (1,2)
Kista Odontogenik adalah kista yang timbul dari epitel yang diperlukan pada waktu pembentukan gigi. (1,3,4,5) Menurut Killey, Kista Odontogenik dibedakan dalam 3 tipe yaitu Kista Periodontal, Dentigerous, dan Primordial. (5)
Kista Periodontal merupakan salah satu kelompok Kista Odontogenik yang paling sering ditemukan, dan dapat terjadi pada bagian apikal, sisi akar, atau pada lokasi bila gigi penyebabnya telah diekstraksi. (1,2,4,5)
Kista Dentigerous terjadi pada sekitar mahkota gigi yang tidak erupsi. Kista ini terbentuk setelah mahkota gigi mengalami kalsifikasi. Ditinjau dari hubungannya dengan gigi dapat dibedakan: tipe Perikoronal, Lateral, dan Sirkumferensial. Kista Primordial terjadi karena adanya perubahan kistik pada bagian dalam dental lamina sebelum terbentuk jaringan keras gigi. Kista ini dapat terjadi dimana saja pada rahang, namun lokasi tersering yaitu pada rahang bawah daerah Posterior. (1,435,6,7) Kista ini juga disebut Odontogenic Keratocyst.
Diagnosis ditegakkan melalui anamnesis, pemeriksaan klinik, radiografik, pemeriksaan punksi aspirasi cairan kista, pengamatan selama operasi pengangkatan kista. dan pemeriksaan histopatologik. Tindakan terapi umumnya dilakukan enukleasi, tetapi dapat pula dilakukan marsupialisasi, atau kombinasi antara marsupialisasi dan enukleasi pada tahap selanjutnya.
"
1990
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>