Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 126771 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Firliana Yuniar
"Kanker servik adalah jenis kanker terbanyak kedua yang dialami oleh perempuan di Indonesia setelah kanker payudara. Skrining atau deteksi dini kanker servik bermanfaat untuk mendeteksi perubahan abnormal sel pada servik. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi karakteristik demografi dan faktor lainnya yang memengaruhi pengetahuan dan praktik perempuan dalam melakukan skrining kanker servik. Penelitian ini berjenis kuantitatif dengan metode desain cross sectional. Sampel penelitian ini adalah 100 Perempuan Usia Subur (usia 20-49) tahun yang berdomisili di Kecamatan Ajibarang, tidak terdiagnosis kanker servik, menikah, dan seksual aktif. Hasil penelitian ini menunjukkan dari 100 responden, perempuan yang memiliki pengetahuan baik terhadap kanker servik sebanyak 54 responden, sedangkan perempuan yang memiliki pengetahuan baik terhadap skrining kanker servik sebanyak 43 responden, serta hanya 8 responden yang pernah melakukan Pap Smear dan belum terdapat responden yang pernah melakukan Tes IVA. Hal ini disebabkan karena responden belum mengetahui atau belum mendapatkan informasi mengenai skrining kanker servik. Hasil penelitian menunjukkan faktor-faktor yang berhubungan dengan kesadaran perempuan mengenai kanker servik hanya dukungan suami/keluarga (p= 0,026). Faktor-faktor yang berhubungan dengan kesadaran perempuan mengenai skrining kanker servik hanya usia (p= 0,000). Faktor-faktor yang berhubungan dengan praktik skrining kanker servik antara lain usia (p= 0,039) dan pekerjaan (p= 0,029). Data hasil penelitian ini akan diserahkan kepada puskesmas wilayah setempat agar dapat dilakukan peningkatan layanan promosi kesehatan mengenai kanker servik secara umum dan skrining kanker servik secara khusus bagi perempuan usia subur.

Cervical cancer is the second largest type of cancer experienced by women in Indonesia after breast cancer. Screening or early detection of cervical cancer is useful for detecting abnormal cell changes in the cervix. This study aims to analyze demographic factors and other factors that influence women's knowledge and practices in cervical cancer screening. This research is based on a quantitative model with cross sectional design method. The sample of this research is 100 women of reproductive age (aged 20-49) years old who live in Ajibarang District, have not been diagnosed with cervical cancer, married, and sexually active. The results of this study showed that from 100 respondents, 54 respondents had good knowledge of cervical cancer, while only 43 respondents had good knowledge of cervical cancer screening and only 8 respondents who have had a Pap Smear and there are no respondents who have ever done an IVA test because respondents do not know or have not received information about cervical cancer screening The results showed that the only factors related to women's knowledge about cervical cancer were husband/family support (p= 0.026). The only factors related to women's knowledge regarding early detection of cervical cancer were age (p= 0.000). Factors related to the practice of early detection of cervical cancer include age (p= 0.039) and occupation (p= 0.029). The data from this research will be submitted to the local health center in order to improve health promotion services regarding cervical cancer in general and cervical cancer screening specifically for women of reproductive age."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Reni Suherman
"Kanker serviks menjadi salah satu penyebab kematian pada perempuan di seluruh dunia,
angka kesakitan dan angka kematian di seluruh dunia terus meningkat. Penyakit ini dapat
disembuhkan jika terdeteksi sejak awal. Upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah
terjadinya penyakit tersebut dengan cara meningkatkan pengetahun, sikap dan praktik
pencegahan kanker serviks. Di Kota Sukabumi belum pernah dilakukan studi tentang
kanker serviks tetapi faktor risiko tinggi kanker serviks seperti infeksi menular seksual
sangat tinggi angka kejadiannya. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui faktor
demografi yang memengaruhi pengetahuan, sikap dan praktik pencegahan kanker
serviks. Metode penelitian ini menggunakan cross sectional survey dengan stratified
random sampling. Penelitian ini dilakukan pada perempuan usia reproduktif sebanyak
357 responden. Alat ukur menggunakan kuesioner yang telah di uji validitas dan uji
reliabilitas pada kuesioner pengetahuan sikap dan praktik dengan hasil uji reliabilitas:
0,801; 0,891;885. Hasil faktor karakteristik yang paling memengaruhi pengetahuan dan
sikap adalah riwayat menikah. Sedangkan yang paling memengaruhi praktik adalah
pekerjaan. Direkomendasikan untuk membuat program edukasi untuk meningkatkan
pengetahuan, sikap dan praktik pencegahan kanker serviks dengan strategi program yang
mudah serta murah untuk dilaksanakan.

Cervical cancer is one of the leading causes of death in women worldwide, the rate of
morbidity and mortality worldwide continues to increase. This disease can be cured if
detected early on. Efforts can be made to prevent the occurrence of the disease by
increasing knowledge, attitude and practice of cervical cancer prevention. In the city of
Sukabumi has never done a study of cervical cancer but high risk factors of cervical
cancer such as sexually transmitted infections is very high incidence. The purpose of this
study was to determine the demographic factors that influence knowledge, attitude and
practice of cervical cancer prevention. This research method used cross sectional survey
with stratified random sampling. This study was conducted on women of reproductive
age as many as 357 respondents. Measuring tool using questionnaires that have been
tested the validity and reliability test on the questionnaire attitude and practice knowledge
with reliability test results: 0.801; 0.891; 885. The result of characteristic factors that most
influence knowledge and attitude is married history. While the most influencing practice
is work. It is recommended to make educational program to improve knowledge, attitude
and practice of cervical cancer prevention with easy and cheap program strategy to be
implemented.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2018
T50365
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rahma Prastasari
"ABSTRAK
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kesintasan hidup pasien kanker serviks dan faktor-faktor yang mempengaruhinya.
Metode: Penelitian ini menggunakan desain kohort retrospektif dengan analisis kesintasan. Pasien kanker serviks yang didiagnosis di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo pada 1 Januari 2005 sampai 31 Desember 2006 dimasukkan dalam penelitian ini. Dilakukan pendataan tanggal dan umur saat diagnosis, tingkat pendidikan, stadium, jenis histopatologi, diferensiasi tumor, invasi limfovaskuler, jenis terapi, dan lengkapnya terapi. Jika pasien menjalani operasi, dinilai pula adanya tumor pada kelenjar getah bening(KGB) atau batas sayatan. Selanjutnya pasien diamati sampai minimal 5 tahun apakah pasien masih hidup. Kemudian dilakukan analisis kesintasan dengan metode Kaplan Meier. Faktor-faktor yang mempengaruhi kesintasan dinilai dengan analisis Cox regression.
Hasil: Diperoleh 447 pasien kanker serviks dalam kajian ini. Didapatkan median survival keseluruhan pasien kanker serviks 1916 hari (63 bulan) dengan kesintasan hidup 5 tahun 52%. Faktor umur, pendidikan, jenis pembiayaan, ukuran tumor, dan adanya invasi limfovaskuler tidak menunjukkan adanya perbedaan kesintasan. Stadium III dan IV memiliki kesintasan hidup yang lebih rendah dengan Hazard Ratio 3.27 dan 6.44. Diferensiasi buruk dan terapi tidak lengkap memiliki kesintasan yang lebih rendah dengan HR 2.26 dan 2.22. Jenis histopatologi lain-lain memiliki kesintasan yang lebih rendah dengan HR 2.85, namun tidak menunjukkan perbedaan bermakna pada uji multivariat. Pada pasien yang menjalani operasi disertai adanya tumor pada KGB menunjukkan kesintasan yang lebih rendah dengan HR 12.01, sedangkan adanya tumor pada batas sayatan tidak menunjukkan perbedaan kesintasan yang bermakna. Jenis terapi pada stadium awal ataupun sradium lanjut tidak menunjukkan perbedaan pada uji multivariat.
Kesimpulan: Median survival pasien kanker serviks adalah 63 bulan. Faktor-faktor yang berpengaruh secara independen terhadap kesintasan pasien kanker serviks adalah stadium, diferensiasi tumor, kelengkapan terapi, dan adanya tumor pada kelenjar getah bening.

ABSTRACT
Objective: To find out of the probability of 5 years survival rate on cervical cancer patients and to identify the influencing factors.
Methods: This is a retrospective cohort study. Cervical cancer patients treated at Cipto Mangunkusumo Hospital in 2005-2006 were selected. Demographic and clinical data were collected. Demographic data collected were diagnosis time, age, and education level. Clinical data collected were stage, histopathology, differentiation, lymphovascular invasion, and therapy. The appearance of the tumor on the specimen margin and lymphnodes was also noted in the patient underwent surgery. All the patients were followed up for minimal 5 years to know whether the patient was alive. Kaplan Meier methods was used to determine the survival rate probability and Cox regression analysis was used to assessed the factors influencing the cervical cancer survival
Result: A total of 447 cervical cancer patients was enrolled to this study. Median survival of these patients was 63 months and the overall 5-years survival probability was 52%. Age, education level, funding source, tumor size, and lymph-vascular invasion showed no significant differences on cervical cancer survival. Stage III and IV had lower survival probability (Hazard Ratio 3.27 and 6.44). Poor differentiated tumor and uncompleted therapy also had lower survival probability (HR 2.26 and 2.22). Histopathology of others had lower survival probability(HR 2.85), but wasn't significant on multivariate analysis. The presence of tumor on the cervical cancer specimen during operation showed worse survival probability (HR 12.01), otherwise the presence of tumor on specimen margin didn't show difference survival. Therapy types didn't showed any differences, either on early and advanced stage.
Conclusion: Cervical cancer median survival was 63 months. Independent influencing factors in this study were cancer’s stage, tumor differentiation, therapy completeness, and the presence of the tumor on the pelvic lymph nodes specimen during operation."
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2012
T33184
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ana Priyanti
"Kanker serviks dapat dicegah mulai dengan mengidentifikasi pengetahun, keyakinan, dan perilaku seksual yang menjadi faktor risiko penularan HPV. Tujuan penelitian ini untuk mengidentifikasi gambaran pengetahuan dan perilaku pencegahan kanker serviks pada perempuan di Pekalongan. Penelitian deskriptif analitik ini melibatkan 443 perempuan di Pekalongan, dengan menggunakan instrumen Awareness of HPV and Cervical Cancer Questionnaire. Hasil penelitian menunjukkan responden memiliki pengetahuan cukup baik (63,9%), keyakinan rendah (57,1%), perilaku seksual kurang baik (60%), dan perilaku pencegahan kanker serviks kanker serviks yang rendah (63,0%). Rekomendasi penelitian ini adalah perlunya meningkatkan pelayanan kesehatan dengan memberikan edukasi terkait pencegahan dan deteksi dini kanker serviks.

Cervical cancer can be prevented by identifying knowledge, beliefs, and sexual behavior that are risk factors for HPV transmission. The purpose of this study was to identify knowledge and behavior in preventing cervical cancer among women in Pekalongan. This analytic descriptive study involved 443 women in Pekalongan, using the Awareness of HPV and Cervical Cancer Questionnaire instruments. The results showed that respondents had fairly good knowledge (63.9%), low confidence (57.1%), poor sexual behavior (60%), and low cervical cancer prevention behavior (63.0%). The recommendation of this research is the need to improve health services by providing education related to prevention and early detection of cervical cancer."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Annisa Hadisty Sukana
"Latar Belakang: Kanker serviks merupakan ancaman bagi kesehatan reproduksi perempuan di Indonesia. Dengan metode skrining yang cost effective kanker serviks dapat dicegah, sehingga angka morbiditas dan mortalitas kanker serviks dapat diturunkan. Maka diperlukan metode alternatif yang lebih sederhana dan mampu laksana sebagai metode penapisan yang dapat mencakup lapisan masyarakat dengan sumber daya terbatas. Dengan prosedur skrining IVA atau VIA (Visual Inspection with Acetic Acid), diperkirakan mengurangi risiko kanker serviks seumur hidup sebesar 25%. Kekurangan IVA adalah bahwa metode ini bersifat subjektif dan interpretasi dapat bervariasi dari operator ke operator. Oleh karena itu, timbul pemikiran untuk melakukan dokumentasi IVA menggunakan kamera Smartphone yang disebut DoVIA (Documentation Visual Inspection with Acetic Acid). Bermodalkan dokumentasi IVA ini, dapat dilakukan konsultasi dan komunikasi dengan cara mengirimkan melalui aplikasi dan rangkaian kegiatan disebut TeleDoVIA (Telemedicine Documentation Visual Inspection with Acetic Acid).
Tujuan: Evaluasi pemanfaatan Portal TeleDoVIA oleh tenaga medis dalam kegiatan skrining kanker serviks dengan metode IVA.
Metode: Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Dilaksanakan dalam periode Juli 2018-Januari 2019 dengan mengikut sertakan 82 orang Praktisi Medis yang mengirimkan 177 foto Dokumentasi IVA.
Hasil: Praktisi Medis yang terlibat 59 orang (72 %) adalah bidan, 23 orang (28 %) adalah Dokter Umum yang bertugas di Puskesmas (92.7 %) dan Klinik Swasta (7.3%). Praktisi Medis yang berkonsultasi pada portal TeleDoVIA telah mencakup wilayah provinsi paling barat (Aceh) hingga Provinsi di Timur Indonesia (Papua Barat). Ketajaman gambar foto serviks dikatakan tajam sebesar (89.27%), hanya sebesar (10.73%) foto yang dikatakan kurang tajam. Mayoritas praktisi medis menerima jawaban dari konsultan dalam waktu >6-24 jam sebesar (44.1%). Praktisi medis yang mengaku paham sebesar (100 %) dan mengaku puas (100 %). Alasan praktisi medis melakukan konsultasi dengan alasan Konfirmasi (47.6%), Ragu (29.3%) dan Diskusi kasus (23.2%). Ketepatan diagnosis antara praktisi medis terhadap diagnosis konsultan sebesar (88.1%).
Kesimpulan: Dengan Telemedicine Dovia dapat memudahkan praktisi medis mengirimkan dokumentasi IVA sebagai bahan diskusi dan konsultasi jarak jauh yang efektif.

Background: Cervical cancer is a threat to women's health in Indonesia. With the screening method that is cost effective cervical cancer can be prevented, so that the cervical cancer morbidity and mortality can be reduced. Then an alternative method that is simpler and more feasible as a screening method that can cover a layer of people with limited resources is needed. The screening procedure with IVA or VIA (Visual Inspection with Acetic Acid) has been estimated to reduce the risk of lifetime cervical cancer by 25%. The disadvantage of IVA is that this method is subjective and interpretation can vary from operator to operator. Therefore, the idea arises to conduct documentation VIA using a Smartphone camera. This examination is called TeleDoVIA (Telemedicine of Documentation on Visual Inspection with Acetic Acid). With this VIA documentation, consultation and communication can be done by sending through applications and these activities called TeleDoVIA (Telemedicine Documentation Visual Inspection with Acetic Acid).
Objective: Evaluation review of the use of TeleDoVIA Portal by medical personel in the Screening of cervical cancer using the IVA method.
Method: This study is a descriptive study and was conducted in the period July 2018 - January 2019 by including 82 medical practitioners who sent 177 IVA Documentation photos.
Results: Medical practitioners that involved as much 59 people (72%) were midwives, 23 people (28%) were general practitioners who served in Public Health Center (92.7%) and private clinics (7.3%). The closest home town of medical practitioners is Central Jakarta (24.4%) and the furthest from Fakfak in West Papua (1.2%). The sharpness of cervical photographic images is said to be sharp at 89.27%, only by 10.73% photos that are not sharp enough. The majority of medical practitioners receive answers from consultants within >6-24 hour is 44.1%. the accuracy of diagnosis between medical practitioners and consultant diagnosis is 88.1%. Medical practitioners who claim to understand (75.6%) and claim to be satisfied (76.8%). Medical practitioners consulted the TeleDoVIA portal for reasons of confirmation (47.6%), doubtful (29.3%) and discussion of cases (23.2%).
Conclusion: With the presence of Telemedicine Dovia, it can make it easier for medical practitioners to send IVA documentation as a more effective discussion and consultation material even from remote area.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Anthony Sugiharto Winarno
"Tujuan: Kanker serviks masih menjadi kanker terbanyak kedua di Indonesia. Sementara kesadaran untuk deteksi dini dengan inspeksi visual dengan asam asetat (VIA) semakin meningkat, vaksinasi HPV belum menjadi program nasional. Vaksinasi masih efektif pada orang dengan rentang usia 15-26 tahun, dan diberikan dalam 3 dosis. Tujuan penelitian ini adalah untuk menilai pengetahuan, sikap, dan perilaku mahasiswa kedokteran di Jakarta terhadap HPV dan vaksinasi.
Desain: survei cross-sectional dibagikan kepada 10 mahasiswa praklinik Fakultas Kedokteran di Jakarta, dari Juli hingga Agustus 2020. Kuisioner yang dibagikan sendiri untuk menilai pengetahuan, sikap, dan perilaku tentang kanker serviks dan vaksinasi. Kuesioner dikumpulkan menggunakan Google Form dan dianalisis menggunakan Aplikasi Stata ver 13 for Mac. Data dianalisis menggunakan chi-square.
Hasil: dari 2518 mahasiswa kedokteran, 124 mahasiswa dikeluarkan. Separuh dari mahasiswa akademis yang lebih tua (57,14%) memiliki pengetahuan dan perilaku yang baik tentang kanker serviks dan vaksinasi. Tingkat pengetahuan secara signifikan berhubungan dengan perilaku termasuk status vaksinasi. Namun, 60% dari mahasiswa akademis yang lebih muda memiliki sikap yang baik terhadap kanker serviks dan vaksinasi.
Kesimpulan: pengetahuan yang lebih baik berkorelasi dengan perilaku yang lebih baik terhadap kanker serviks dan vaksinasi. Lebih lanjut tentang HPV dan manfaat yang terkait dengan vaksinasi terhadap HPV harus dimasukkan dalam kurikulum di semua tahun sekolah kedokteran.

Objectives: Cervical cancer is still the second most prevalent cancer in Indonesia. While the awareness for early detection with visual inspection with acetic acid (VIA) has been raising, HPV vaccination has not yet become a national program. Vaccination is still effective in people ranged from 15-26 years old, and administered in 3 doses. The objectives of this research were to assess knowledge, attitude, and behaviour of medical students in Jakarta towards HPV and its vaccination.
Design: a cross-sectional survey was distributed to 10 Faculty of Medicine pre-clinical students in Jakarta, from July to August 2020. A self-administrated questionnaire was distributed to assess the knowledge, attitude, and behaviour regarding cervical cancer and vaccination. The questionnaire was collected using Google Form and analysed using Stata Application ver 13 for Mac. The data was analysed using chi-square.
Results: from 2518 medical students, 124 students were excluded. Half of the older academic students (57,14%) had a good knowledge and behaviour regarding cervical cancer and vaccination. Knowledge level was significantly associated with behaviour including vaccination status. However, 60% of younger academic students had a good attitude towards cervical cancer and vaccination.
Conclusions: better knowledge correlate with a better behaviour towards cervical cancer and vaccination. More about HPV and the benefits associated with vaccination against HPV should be included in the curriculum in all years of medical school.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Hasra Depiesa Dianika
"ABSTRAK
Tujuan : Mengetahui nilai Akurasi Diagnostik berupa sensitivitas, spesifisitas,
nilai duga positif dan nilai duga negatif Servikografi Modifikasi dan IVA.
Metode : Penelitian yang akan dilakukan merupakan penelitian uji diagnostik
dengan membandingkan akurasi diagnostik Servikografi Modifikasi dengan IVA.
Didapatkan 185 sampel, semua sampel akan diperiksa di poliklinik Ginekologi
berturut-turut IVA, servikografi modifikasi dan kolposkopi pada Feberuari 2015 -
April 2015.
Hasil : Dari hasil pemeriksaan IVA, servikografi modifikasi dan kolposkopi
didapatkan hasil IVA positif sebanyak 7%, servikografi modifikasi dengan hasil
positif sebanyak 7.6% dan kolposkopi abnormal sebanyak 5.4%. Sehingga
didapatkan hasil sensitifitas IVA sebesar 96% dan servikografi modifikasi
sebesar 97.7%. Spesifisitas didapatkan hasil sensitifitas IVA sebesar 90.9% dan
servikografi modifikasi sebesar 90.9%.
Kesimpulan : Nilai akurasi diagnostik servikografi modifikasi dan IVA dapat
dinyatakan sebanding dan dapat digunakan bersama dengan pemeriksaan IVA
sebagai alternatif pemeriksaan lesi pra kanker.;ABSTRACT Objective : To know the difference of diagnostic accuration between acetoacetate
visual inspection and modified cervicography as an alternative screening of
cervical cancer lesion.
Methods : This was an cross-sectional study that was performed at RSUPN Dr.
Cipto Mangunkusumo from February 2015 until April 2015.
Results : 185 patients were admitted on this study. Sensitivity and specificity of
visual acetoacid inspection were 96% and 90,9%. Sensitivity and specificity of
modified cervicography were 97,7% and 90,9% compared to colposcopy as a gold
standard.
Conclusion : Modified cervicography and VIA are reliabe tools for cervical
cancer screening. Modified cervicography could be use as an alternative tool to
improve the documentation of VIA. "
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
SP-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Linggih Saputro
"Kanker serviks merupakan kanker kedua yang umum terjadi pada wanita yang da- pat menjadi ganas. Keganasan dapat disebabkan oleh deregulasi jalur sinyal Wnt/β- katenin. Inhibisi TNKS2 dengan ligan inhibitor dapat menjadi salah satu cara un- tuk menghentikan deregulasi ini. Ligan-ligan inhibitor yang berhasil terbentuk dari fragmen-fragmen akan ditapiskan secara in silico untuk mendapatkan ligan kandi- dat obat terbaik yang lebih baik dari ligan inhibitor standar. Ligan dengan kode 1-69 merupakan ligan inhibitor yang lebih baik jika dilihat dari energi pengikatan, kelarutan, total polar surface area.

Cervical cancer is the second most common cancer in women which can be ma- lignant. Malignancy can be caused by deregulation oleh Wnt/β-catenin signaling pathway. Inhibition of TNKS2 with ligand inhibitor can be an alternative way to stop this deregulation. All of the inhibitors which assembled from fragments were screened in silico to get the best hit which is better than standard inhibitor. Ligand with codename 1-69 is a better inhibitor than the standard in the term of binding energy, solubility and total polar surface area."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2014
S55827
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Richard Immanuel B.
"Penelitian ini membahas mengenai tingkat keberhasilan verifikasi kasus kanker serviks dengan kanker nasofaring. Dalam penelitian ini telah dievaluasi data film verifikasi penyinaran pasien radioterapi untuk jenis kanker serviks dan nasofaring. Jumlah pasien untuk jenis kanker serviks berjumlah 45 pasien dan untuk jenis kanker nasofaring 45 pasien. Peneliti tidak melakukan verifikasi secara langsung dan tidak berhubungan dengan pasien, Data diperoleh dari status pasien yang tersedia di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo . Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat keberhasilan verifikasi kasus kanker nasofaring lebih tinggi dibandingkan dengan kasus kanker serviks.

My research study is focused on evaluating the verification success rates of cervical cancer and nasopharyngeal cancer survivors. 45 patients underwent radiotherapy procedures to identify specific types of the two mentioned cancers followed by data recording, for a total of 90 patients. The experimenter conducted no direct verification and had no direct contact with the patients since the data samples were obtained from Cipto Mangunkusumo Hospital. Research findings proved that the success rates of nasopharyngeal cancer verification were higher than the cervical cancer verification."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2010
S29432
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Raul Gonzales
"Kanker serviks masih menjadi permasalahan yang serius bagi seluruh wanita di dunia. WHO mencatat terdapat 36.633 kasus atau 9,2% dari total kasus kanker. Belanja dana kesehatan terbatas, sehingga harus memberikan perhatian lebih kepada program promotif dan preventif. WHO merekomendasikan untuk wanita melakukan skrining kanker serviks yang terdiri dari pap smear, tes IVA, dan tes HPV-DNA. Tapi hambatan keuangan yang dihadapi karena mahalnya skrining kanker serviks menjadi permasalahan sampai sekarang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui skema pembiayaan skrining kanker serviks di berbagai negara, Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah literature review. Pencarian studi menggunakan online database berupa PubMed, ProQuest, dan BMCPH. Terdapat 9 studi yang digunakan dalam penelitian ini yang berasal dari 8 negara berbeda. Dari penelitian ini ditemukan bahwa terdapat 3 skema pembiayaan skrining kanker serviks, yaitu pembiayaan oleh pemerintah, pembiayaan melalui asuransi kesehatan, dan pembiayaan lewat donor/mitra pembangunan. Terdapat satu program yang terintegrasi di masing-masing negara dan sering disebut dengan NCSP. Dati program dan pembiayaan yang terhubung tersebut berdampak pada tingkat partisipasi skrining kanker serviks yang meningkat di berbagai negara.

Cervical cancer is still a serious problem for all women in the world. WHO recorded 36,633 cases or 9.2% of the total cancer cases Spending on health funds is limited, so it must pay more attention to promotive and preventive programs. WHO recommends that women do cervical cancer screening consisting of pap smears, IVA tests, and HPV-DNA tests. But the financial barriers faced due to the high cost of cervical cancer screening have been a problem until now. This study aims to determine the financing scheme for cervical cancer screening in various countries, the method used in this study is literature review. Search studies using online databases in the form of PubMed, ProQuest, and BMCPH. There were 9 studies used in this study that came from 8 different countries. From this study, it was found that there are 3 financing schemes for cervical cancer screening, namely financing by the government, financing through health insurance, and financing through donors/development partners. There is one integrated program in each country and is often referred to as NCSP. The connected programs and financing have an impact on the increasing participation rate of cervical cancer screening in various countries."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>