Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 230732 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Margaretha Langen Sekar Lelyana
"Pandemi Covid-19 membuat sebagian besar organisasi terpaksa menerapkan sistem kerja fleksibel dan memberikan dampak negatif terhadap kondisi work-life balance (WLB) karyawan generasi milenial. Tujuan dari penelitian ini adalah membuktikan apakah dukungan atasan melemahkan hubungan antara sikap terhadap sistem kerja fleksibel dengan WLB. Desain penelitian ini adalah korelasional dengan jumlah partisipan sebanyak 168 karyawan yang termasuk dalam generasi milenial. Pengukuran variabel menggunakan Flexible Working Option Questionnaire (FWOQ), Skala Dukungan Atasan, dan Skala WLB yang telah diterjemahkan dalam Bahasa Indonesia. Penyebaran skala-skala ini dilakukan secara dari menggunakan Google Form. Analisis data dilakukan menggunakan Process Macro Hayess untuk menguji model 1, yaitu moderasi sederhana.  Hasil penelitian menunjukkan bahwa dukungan atasan tidak memberikan efek moderasi pada hubungan antara sikap terhadap sistem kerja fleksibel dengan WLB. Hal ini dapat terjadi karena karyawan generasi milenial memiliki keinginan untuk dapat mengelola waktu kerja dan tempat kerjanya secara mandiri. Penelitian selanjutnya dapat melakukan penelitian serupa dengan sektor bisnis yang lebih spesifik
.The Covid-19 pandemic forced most organizations to implement a flexible work system and had a negative impact on the work-life balance (WLB) of millennial employees. The purpose of this study is to prove whether superior support strengthens the relationship between flexible work systems and WLB. The design of this study was correlational with the number of participants as many as 168 employees belonging to the millennial generation. The measurement of variables uses the Flexible Working Option Questionnaire (FWOQ), the Supervisor Support Scale, and the WLB Scale which had been translated into Indonesian. The distribution of these scales is done by using Google Forms. Data analysis was performed using Process Macro Hayess to test model 1, namely simple moderation. The results showed that supervisor support did not have moderating effect to the relationship between the flexible working arrangement and WLB. This happened because millennial generation employees had the desire to be able to manage their work time and workplace independently. Future research can conduct similar research with more specific business sectors."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia , 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vania Callista Salim
"ABSTRAK
Berawal dari fenomena generasi Y (lahir tahun 1980-2000) yang sering
berpindah-pindah pekerjaan, memiliki masa kerja yang pendek, dan
memperhatikan aspek work life balance, peneliti tertarik mengetahui hubungan
perceived supervisor support pada aspek work life balance (PSS pada WLB)
dengan komitmen organisasi generasi Y. Sebagai penelitian kuantitatif, penelitian
ini menggunakan kuesioner untuk mengumpulkan data 114 responden karyawan
generasi Y dari berbagai sektor industri. Hasil korelasi Pearson menunjukkan PSS
pada WLB memiliki hubungan yang positif dan signifikan dengan komitmen
organisasi yaitu r (114) = . 498, p< 0.01. Dengan demikian, untuk menjaga komitmen organisasi generasi Y organisasi perlu lebih memperhatikan persepsi karyawan mengenai dukungan atasan pada aspek work life balance.

ABSTRACT
Begin with several phenomena of generation Y (born 1980 -2000) such as being a
job hopper, have short tenure, and concern about work life balance, this research
aim to examine relationship between perceived supervisor support in work life
balance with organizational commitment of generation Y. As a quantitative
study, the methodology used in this study is questionnaire to 114 generation Y
employee from several industries. The Result of Pearson correlation show that
perceived supervisor support in work life balance has positive and significant
relationship with organizational commitment, r (114) = .498, p<0.01. As a
conclusion, to maintain generation Y commitment, organizations need to put more
concern about employee perception of supervisor support in work life balance."
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2014
S53566
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fairuz Mahdiyyah
"Skripsi ini membahas mengenai bagaimana dampak flexible working hours terhadap work-life balance dan work-life conflict terhadap 3 peneliti perempuan yang sudah menikah dan memiliki anak dengan rentang usia 0-5 tahun di Lembaga Demografi FEB UI. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan desain deskriptif yang telah dilaksanakan pada bulan April 2020-Juni 2021. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan flexible working hours memiliki dampak positif terhadap work-life balance dan negatif terhadap work-life conflict khususnya pada peneliti perempuan yang sudah menikah dan memiliki anak dengan rentang usia 0-5 tahun. Hasil ini didukung dengan temuan penelitian yang memperlihatkan bahwa para peneliti perempuan ini memiliki lingkungan yang suportif dan kondisi pekerjaan dengan prinsip output based.

This bachelor thesis discusses about how flexible working hours impacts to work-life balance and work-life conflict toward 3 female researcher that has been married and having child with age 0-5 in Lembaga Demografi FEB UI. This research was conducted with qualitative approach and descriptive research type and conducted in April 2020 – June 2021. This research shows that flexible working hours has positive impact towards work-life balance dan negative impact towards work-life conflict especially in female researchers that has been married and having child with 0-5 age. This result supported with research find that shown that they have supportive environment and working in output-based principles condition."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dea Shahnaz Virginia
"Meningkatnya fenomena kelelahan emosional yang dialami karyawan milenial di situasi pandemi Covid-19, mayoritas disebabkan oleh penyesuaian sistem kerja yang dilakukan organisasi. Penyesuaian ini berdampak pada peningkatan jam dan beban kerja yang signifikan. Penelitian korelasional ini dilakukan untuk menganalisis hubungan antara beban kerja kuantitatif dengan kelelahan emosional yang dimediasi oleh keseimbangan kerja dan kehidupan. Partisipan penelitian merupakan karyawan milenial yang berdomisili di Indonesia dan telah bekerja di suatu perusahaan selama minimal enam bulan. Diperoleh sebanyak 185 data partisipan yang dianalisis menggunakan teknik analisis regresi dengan metode Hayes PROCESS Macro Model 4. Hasil analisis menunjukkan terdapat pengaruh langsung beban kerja terhadap kelelahan emosional yang dimediasi oleh keseimbangan kerja dan kehidupan, b = 0,26, p < 0,05, BCa CI [0,40, 1,10]. Ditemukan juga pengaruh tidak langsung dalam model mediasi, b = 0,13, BCa CI [0,17, 0,55], dengan 40% varians kelelahan emosional dapat dijelaskan oleh variabel prediktor dan mediator. Terakhir, ditemukan pengaruh total dari beban kerja terhadap kelelahan emosional, b = 0,39, p < 0,05, BCa CI [0,72, 1,44]. Berdasarkan temuan tersebut, maka hipotesis penelitian diterima. Artinya, semakin tinggi beban kerja yang dimiliki karyawan, maka semakin rendah kepuasan penerapan keseimbangan kerja dan kehidupan yang berdampak pada meningkatnya kelelahan emosional.

The increasing phenomenon of emotional exhaustion experienced by millennial employees during Covid-19 pandemic situation mostly caused by new work system adjusted by organization. This adjustment resulted in a significantly increased working hour and workload. This correlational study conducted to analyze the relationship between workload and exhaustion mediated by work-life balance. Study participants are millennial employees who lived in Indonesia and have worked at current company for at least six months. Total of 185 participants data obtained and analyzed using regression analysis technique with Hayes PROCESS Macro Model 4. The results showed direct effect of workload on emotional exhaustion mediated by work-life balance, b = 0,26, p < 0,05, BCa CI [0,40, 1,10]. An indirect effect also found in this mediation model, b = 0,13, BCa CI [0,17, 0,55], with 40% variance of emotional exhaustion explained by predictor and mediator. Finally, the total effect of workload on emotional exhaustion also found, b = 0,39, p < 0,05, BCa CI [0,72, 1,44]. Based on these findings, the study hypothesis was accepted. Employee with higher workload will have lower satisfaction of work-life balance and affecting to higher level of emotional exhaustion.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Juniar Edgina
"Sumber daya manusia merupakan aspek penting dalam perusahaan. Untuk itu, penting bagi manajemen SDM untuk mengatur sumber daya manusia perusahaan untuk mencapai kepuasan kerja karyawan dan keseimbangan antara kehidupan dan pekerjaan karyawan. Unsur work-life balance merupakan salah satu yang terpenting dalam mencapai kepuasan kerja karyawan. Hal ini juga dapat membantu mengurangi jumlah turnover intention yang sering terjadi pada perusahaan advertising agency. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Flexible Work Arrangements (FWA), Turnover Intention, Work-life Balance, dan Job Satisfaction pada karyawan advertising agency. Penelitian akan dilakukan terhadap 210 responden yakni pegawai tetap dengan menggunakan alat ukur SRQ-20 (Self-Reporting Questioner -20), IPWQ (Individual Performance Work Questionnaire) dan menganalisis pengaruhnya menggunakan PLS SEM. Pengumpulan data dilakukan secara online dan menggunakan teknik convenience sampling dan dilakukan selama 1 bulan. Hasil kajian tersebut menunjukkan adanya pengaruh positif dari praktif flexible work arrangement terhadap job satisfaction dan work-life balance. Sementara, dengan flexible work arrangemnet, work-life balance, dan job satisfaction yang tinggi memberikan pengaruh negatif terhadap turnover intention. Implikasi manajerial dari penelitian ini dapat dipertimbangkan sebagai solusi untuk meningkatkan kepuasan kerja, keseimbangan antara kerja dan kehidupan pribadi serta dapat menurunkan angka turnover intention.

Human resources are an important aspect in the company. For this reason, it is important for Human Resource management to regulate the company's human resources to achieve employee job satisfaction and work-life balance. The element of work-life balance is one of the most important in achieving employee job satisfaction. This can also help reduce the number of turnover intentions that often occur in advertising agency companies.This study aims to determine the effect of Flexible Work Arrangements (FWA), Turnover Intention, Work-life Balance, and Job Satisfaction on advertising agency employees. The research will be conducted on 210 respondents, namely permanent employees, using the measuring instrument SRQ-20 (Self-Reporting Questioner -20), IPWQ (Individual Performance Work Questionnaire) and analyzing its effect using PLS SEM. Data collection was done online and using convenience sampling technique and was carried out for 1 month. The results of this study indicate that there is a positive effect of practical flexible work arrangements on job satisfaction and work-life balance. Meanwhile, with high flexible work arrangements, work-life balance, and job satisfaction proved they have a negative influence on turnover intention. The result from this research could be considered as managerial implication for a solution to increase job satisfaction, work-life balance, and reduce turnover intention."
Jakarta: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ni Komang Ayu Candrawati
"Fokus penelitian ini membahas tentang pengaruh dukungan organisasi, stress kerja dan kecerdasan emosional anggota pada bidang operasional di Polres Metro Jakarta Selatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pengaruh simultan dan parsial dukungan organisasi, stres kerja, dan kecerdasan emosional terhadap keseimbangan kehidupan kerja anggota bidang operasional Polres Metro Jakarta Selatan. Sebanyak 190 responden dari anggota bidang operasional Polres Metro Jakarta Selatan berpartisipasi dalam penelitian ini untuk memberikan data melalui kuesioner yang mencakup aspek-aspek tersebut. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan analisis regresi berganda. Temuan penelitian menunjukkan bahwa secara simultan, dukungan organisasi, stres kerja, dan kecerdasan emosional memiliki pengaruh yang signifikan terhadap keseimbangan kehidupan kerja (F =224.490, p < 0,05). Artinya, gabungan variabel-variabel tersebut memberikan kontribusi yang signifikan terhadap variasi dalam keseimbangan kehidupan kerja anggota bidang operasional. Secara parsial, hasil menunjukkan bahwa dukungan organisasi (t hitung=2.814, p < 0,05), stress kerja (t hitung = 3,043, sig < 0,05), dan kecerdasan emosional (t hitung = 5.212, p < 0,05), dan masing-masing variabel memiliki pengaruh yang signifikan terhadap keseimbangan kehidupan kerja anggota bidang operasional Polres Metro Jakarta Selatan. Temuan ini memberikan pemahaman yang lebih mendalam tentang kontribusi masing-masing faktor terhadap keseimbangan kehidupan kerja, memberikan dasar bagi manajemen Polres Metro Jakarta Selatan untuk mengembangkan strategi yang lebih terfokus untuk meningkatkan kesejahteraan anggota bidang operasional melalui perbaikan dukungan organisasi, penanganan stress kerja dan pemberdayaan kecerdasan emosional.

The focus of this research is on the influence of organizational support, job stress, and emotional intelligence of members in the operational field at the South Jakarta Metropolitan Police (Polres Metro Jakarta Selatan). This study aims to evaluate the simultaneous and partial effects of organizational support, job stress, and emotional intelligence on the work-life balance of operational field members at the South Jakarta Metropolitan Police. A total of 190 respondents from the operational field of the South Jakarta Metropolitan Police participated in this study, providing data through a questionnaire covering these aspects. This research utilized a quantitative method with multiple regression analysis. The research findings indicate that simultaneously, organizational support, job stress, and emotional intelligence have a significant influence on work-life balance (F = 224.490, p < 0.05). This means that the combination of these variables significantly contributes to the variation in the work-life balance of operational field members. Partially, the results show that organizational support (t-value = 2.814, p < 0.05), job stress (t-value = 3.043, sig < 0.05), and emotional intelligence (t-value = 5.212, p < 0.05) each have a significant influence on the work-life balance of operational field members at the South Jakarta Metropolitan Police.These findings provide a deeper understanding of the contribution of each factor to work-life balance, laying the foundation for the management of the South Jakarta Metropolitan Police to develop more focused strategies to enhance the well-being of operational field members through improving organizational support, addressing job stress, and empowering emotional intelligence."
Jakarta: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adhisty Prahastiwi Basuki
"Penelitian ini memiliki tujuan untuk menjelaskan pengaruh dukungan sosial terhadap work-life balance pada Generasi Z yang bekerja di startup e-commerce. Studi-studi terdahulu menjelaskan work-life balance cenderung berfokus pada pekerja yang berasal dari Generasi Milenial dan individu perempuan yang telah berkeluarga. Akan tetapi, penelitian yang menjelaskan hubungan antara work-life balance dengan dukungan sosial pada level individu yang berasal dari Generasi Z menjadi hal baru dalam penelitian ini. Saat ini, Generasi Z merupakan generasi yang mulai banyak memasuki dunia kerja dan permasalahan akan keseimbangan kehidupan kerja merupakan aspek penting bagi kesejahteraan pekerja itu sendiri. Selain itu, adanya perkembangan ekonomi pasar digital yang membentuk pekerjaan baru, juga telah memunculkan persaingan dalam kehidupan kerja. Karena hal tersebut, Generasi Z mengalami permasalahan terkait dengan kesehatan mental karena tidak dirasakannya work-life balance akibat budaya kerja yang mereka jalani dalam hidupnya. Penelitian ini memiliki hipotesis bahwa terwujudnya work-life balance dalam kehidupan pekerja dipengaruhi oleh tingginya dukungan sosial yang diberikan keluarga, teman, hingga institusi/perusahaan kepada individu. Metode dalam penelitian ini adalah metode penelitian kuantitatif guna mengukur tingkat dukungan sosial terhadap tingkat work-life balance Generasi Z yang bekerja di startup e-commerce saat ini. Hasil penelitian menemukan bahwa terdapat hubungan signifikan antara dukungan sosial dengan work-life balance pekerja startup e-commerce wilayah DKI Jakarta. Namun, salah satu dimensi dukungan sosial yaitu dukungan informasi tidak terlalu berpengaruh terhadap terwujudnya work-life balance. Di lain sisi, sumber dukungan perusahaan menjadi sumber dukungan paling penting bagi terciptanya work-life balance pekerja dengan memberikan hasil yang signifikan.

This study aims to explain the effect of social support on work-life balance in Generation Z working in startup e-commerce. Previous studies explain that work-life balance tends to focus on workers from the Millennial Generation and individual women who have families. However, research that describes the relationship between work-life balance and social support at the individual level from Generation Z is new in this research. Currently, Generation Z is the generation that is starting to enter the world of work, and the issue of work-life balance is an essential aspect of the welfare of the workers themselves. In addition, developing the digital market economy that forms new jobs has also created competition in work life. Because of this, Generation Z experiences problems related to mental health because they do not feel a work-life balance due to the work culture they lead in their lives. This study hypothesizes that the realization of work-life balance in workers' lives is influenced by the high social support provided by family, friends, institutions/companies to individuals. The research method used in this study is quantitative to measure the social support level to the work-life balance of Generation Z working in startup e-commerce. The study found a significant relationship between social support and work-life balance among workers startup e-commerce DKI Jakarta area. However, one dimension of social support, namely information support, is the only one that not affects the realization of work-life balance. On the other hand, the company's source of support is the most critical for creating a work-life balance for workers with significant results."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Asiah Cantika
"Kepuasan hidup karyawan Generasi Y merupakan hal yang penting untuk dijaga karena banyaknya jumlah karyawan Generasi Y di angkatan kerja Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara work-life balance dengan kepuasan hidup pada karyawan Generasi Y. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yang menggunakan alat ukur Satisfaction with Life Scale untuk mengukur kepuasan hidup, dan Work / Non Work Scale untuk mengukur work-life balance. . Penelitian ini dilakukan pada 109 karyawan Generasi Y yang saat ini bekerja minimal enam bulan di perusahaan tersebut. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kepuasan hidup karyawan Generasi Y akan meningkat jika dua dimensi work-life balance, peningkatan kehidupan pribadi kerja dan peningkatan kehidupan pribadi peningkatan pekerjaan meningkat. Hasil penelitian ini juga menemukan bahwa kepuasan hidup pada karyawan Generasi Y tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan dua dimensi work-life balance, gangguan kerja dengan kehidupan pribadi dan gangguan kehidupan pribadi dengan pekerjaan.

The life satisfaction of Generation Y employees is an important thing to maintain because of the large number of Generation Y employees in the Indonesian workforce. This study aims to see the relationship between work-life balance and life satisfaction in Generation Y employees. This research is a quantitative study that uses the Satisfaction with Life Scale measurement tool to measure life satisfaction, and the Work / Non Work Scale to measure work-life balance. . This research was conducted on 109 Generation Y employees who currently work for at least six months at the company. The results of this study indicate that the life satisfaction of Generation Y employees will increase if the two dimensions of work-life balance, an increase in personal work life and an increase in personal life increase in work. The results of this study also found that life satisfaction among Generation Y employees did not have a significant relationship with the two dimensions of work-life balance, disruption of work with personal life and disruption of personal life with work."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nasha Azarine Putri
"Hingga kini, semakin banyak studi yang membahas mengenai generasi milenial. Dengan dimulainya era global, semakin besar kebutuhan perusahaan akan karyawan generasi milenial. Penelitian ini berfokus pada pengaruh work-life balance, organizational commitment, dan organizational citizenship behavior terhadap intention to stay pada generasi milenial di Indonesia. Survey secara online dilakukan selama kurun waktu 1 bulan, dan pengolahan data dilakukan menggunakan software SEMLISREL. Hasil penelitian menunjukkan bahwa work-life balance memiliki hubungan yang negatif dan signifikan terhadap intention to stay. Organizational commitment terbukti memiliki hubungan positif dan signifikan terhadap intention to stay. Organizational citizenship behavior memiliki hubungan yang positif namun tidak signifikan terhadap intention to stay. Perusahaan yang mempekerjakan karyawan generasi milenial sebaiknya memperhatikan work-life balance dan organizational commitment karyawan untuk mengetahui seberapa besar atau kecil intention to stay mereka, sehingga perusahaan dapat mengeluarkan atau memperbaiki kebijakan perusahaan yang diharapkan akan meningkatkan keinginan bertahan karyawan generasi milenial. Diskusi, implikasi manajerial, dan saran untuk penelitian selanjutnya diberikan pada akhir laporan ini.

Until now, more and more studies have discussed the millennial generation. With the start of the global era comes the greater need for companies to employ millennial generation workers. This study focuses on the effect of work-life balance, organizational commitment, and organizational citizenship behavior on intention to stay in the millennial generation in Indonesia. The online survey was conducted over a period of 1 month, and data processing was carried out using SEM-LISREL software. The results showed that work-life balance have a negative and significant relationship with intention to stay. Organizational commitment is proven to have a positive and significant relationship with intention to stay. Organizational citizenship behavior is found to have a positive relationship with intention to stay, however the relationship is not significant. Companies employing millennial generation employees should pay attention to the work-life balance and organizational commitment of employees to find out how big or small their intention to stay is, so that companies can issue or improve company policies which are expected to increase millennial generation employees’ willingness to stay. Discussion, managerial implications, and suggestions for further research are provided at the end of this report."
Jakarta: Fakultas Ilmu Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nadya Safa Saputra
"Generasi Z akan menjadi proporsi besar dari perusahaan pada beberapa tahun ke depan dan dapat berperan dalam keberlanjutan perusahaan dengan kemampuannya dalam teknologi. Tetapi, kecenderungan untuk melakukan alienasi kerja pada Generasi Z menjadi ancaman buruk bagi perusahaan maupun pembentukan identitas diri Generasi Z. Maka, penelitian ini bertujuan untuk meneliti hubungan kehidupan kerja dan alienasi kerja pada karyawan Generasi Z. Penelitian ini merupakan penelitian korelasi yang melibatkan 378 partisipan. Target partisipan merupakan WNI berumur 18 - 25 tahun yang sedang magang atau bekerja, minimal 6 bulan kerja. Pengambilan data dilakukan secara daring menggunakan Google Form dan disebarkan lewat sosial media. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kualitas kehidupan kerja berhubungan negatif secara signifikan dengan alienasi kerja pada karyawan Generasi Z (r = -.755, n = 378, p <.001 one tailed). Penelitian ini menegaskan bahwa perasaan puas selama kerja akan membuat karyawan Generasi Z puas juga terhadap kehidupan secara umum dan termotivasi untuk terlibat lebih dalam pekerjaan mereka. Maka, sebagai investasi masa depan, keberlanjutan perusahaan, pengembangan strategi sumber daya manusia yang spesifik meningkatkan kualitas kehidupan kerja bagi Generasi Z merupakan hal yang diperlukan.

Generation Z will make up a large proportion of the workplace in the next few years and can contribute to corporate sustainability with their technological prowess. However, the tendency of work alienation for Generation Z is a serious threat to companies and the formation of self-identity for Generation Z. Thus, this study aims to study the relationship between work life and work alienation among Generation Z employees. This study was a correlation study involving 378 participants. The target participants are Indonesian citizens aged 18-25 years who are doing internships or working for at least 6 months of work. Data collection was carried out boldly using Google Forms and distributed via social media. The results showed that quality of work life was significantly negatively related to work alienation among Generation Z employees (r = -.755, n = 378, p <.001 one-tailed). This study states that feeling satisfied at work will make Generation Z employees also satisfied with life in general and motivated to be more involved in their work. So, as an investment for the future, corporate sustainability, the development of specific human resource strategies to improve the quality of work life for Generation Z is necessary."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>