Hasil Pencarian

Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 113808 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sekar Melati Timur Agtaputri
"Mangiferin berperan sebagai antioksidan dan bersifat kardioprotektif, di mana jantung merupakan organ yang esensial pada kehidupan manusia. Namun, absorpsi dan bioavailabilitasnya rendah, sehingga distribusi pada organ juga rendah. Absorpsi dan distribusi obat yang rendah dapat ditingkatkan dengan menggunakan nanopartikel kitosan-alginat sebagai sistem pengirimannya. Sehingga, penelitian ini dilakukan untuk membandingkan kadar mangiferin dan mangiferin nanopartikel kitosan-alginat pada organ jantung tikus. Organ jantung tersimpan dari 24 tikus jantan Sprague-Dawley dibagi ke dalam 4 kelompok, yaitu organ jantung dari tikus yang diberikan mangiferin konvensional dan diterminasi pada jam ke-3 (MK3), mangiferin nanopartikel kitosan-alginat dan diterminasi pada jam ke-3 (MNP3), mangiferin konvensional dan diterminasi pada jam ke-5,5 (MK5,5), dan mangiferin nanopartikel kitosan-alginat pada jam ke-5,5 (MNP5,5). Pemberian mangiferin dilakukan secara oral dengan dosis 50 mg/kgBB. Kadar mangiferin diukur menggunakan HPLC dan mengacu pada metode Estuningtyas. Kadar mangiferin konvensional dan mangiferin nanopartikel kitosan-alginat pada jantung tikus Sprague-Dawley di jam ke-3 berturut-turut adalah 344.80 ± 254.78 ng/g dan 412.48 ± 268.99 ng/g dengan Sig = 0.664. Kadar mangiferin konvensional dan mangiferin nanopartikel kitosan-alginat pada jantung tikus Sprague-Dawley di jam ke-5,5 berturut-turut adalah 1102.21 ± 241.25 ng/g, dan 1429.26 ± 311.45 ng/g dengan Sig = 0.069. Kadar mangiferin di jantung tikus Sprague-Dawley setelah pemberian mangiferin konvensional dan mangiferin nanopartikel kitosan-alginat tidak berbeda bermakna baik pada jam ke-3 maupun jam ke-5,5.

Mangiferin acts as an antioxidant and has cardioprotective properties, in which the heart is an organ that is essential to human life. However, mangiferin has a very low absorption and bioavailability, thus low organ distribution. The low absorption and distribution of the drug can be increased by using chitosan-alginate nanoparticle as the delivery system. Therefore, this study aimed to compare the levels of mangiferin and mangiferin chitosan-alginate nanoparticle in Sprague-Dawley rat heart organs. The stored heart organs of 24 male Sprague-Dawley rats were divided into 4 groups, which are heart organs from rats given conventional mangiferin and sacrificed after 3 hours (MK3), chitosan-alginate nanoparticle mangiferin and sacrificed after 3 hours (MNP3), conventional mangiferin and sacrificed after 5.5 hours (MK5.5), and chitosan-alginate nanoparticle mangiferin and sacrificed after 5.5 hours (MNP5.5). Mangiferin was administered orally at a dose of 50 mg/kgBW. Mangiferin levels were measured using HPLC and referred to the Estuningtyas method. The levels of conventional mangiferin and chitosan-alginate nanoparticle mangiferin in the heart of Sprague-Dawley rats after 3 hours respectively are 344.80 ± 254.78 ng/g and 412.48 ± 268.99 ng/g with Sig = 0.664. The levels of conventional mangiferin and chitosan-alginate nanoparticle mangiferin in the heart of Sprague-Dawley rats after 5,5 hours respectively are 1102.21 ± 241.25 ng/g and 1429.26 ± 311.45 ng/g with Sig = 0.069. The levels of mangiferin in the heart of Sprague-Dawley rats after 3 and 5.5 hours oral administration of conventional mangiferin and chitosan-alginate nanoparticle mangiferin are not significantly different."
Lengkap +
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Devi Maulina
"ABSTRAK
Mangiferin merupakan salah satu senyawa derivat xanton yaitu C-glikosilxanton yang berpotensi dikembangkan menjadi agen pengkelat besi namun bioavailabilitas pada pemberian secara oral sangat rendah dan kelarutannya kurang baik. Preparasi mangiferin dalam nanopartikel kitosan-alginat diharapkan dapat meningkatkan bioavailabilitas mangiferin karena dengan memperkecil ukuran mangiferin akan memperbesar luas permukaan dan meningkatkan interaksi dengan pelarut sehingga kelarutan akan meningkat. Nanopartikel juga dapat menghantarkan senyawa obat dengan baik sampai ke unit-unit kecil dalam tubuh, meningkatkan distribusi, serta obat tepat target, sehingga meningkatkan efek terapetik. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui berbagai parameter farmakokinetik nanopartikel kitosan-alginat mangiferin yang diberikan secara oral pada tikus. Penelitian dilakukan pada tikus jantan Sprague-Dawley yang diberi nanopartikel kitosan-alginat mangiferin sebesar 50 mg/kgBB secara oral. Darah diambil dari vena ekor pada 0; ½; 1; 2; 3; 4; 4½; 5; 5½ dan 6 jam setelah pemberian oral. Hati dan jantung diambil pada jam ke 4 dan 6 setelah pemberian oral. Analisis kadar mangiferin pada plasma, hati dan jantung menggunakan HPLC. Parameter farmakokinetik telah dihitung. Konsentrasi maksimum nanopartikel kitosan-alginat mangiferin dalam plasma mencapai 634,65 ± 10,37 ng/mL dengan Tmax 4 jam setelah pemberian oral dan waktu paruh eliminasi (t1/2) adalah 6,45 ± 0,15 jam. Konsentrasi nanopartikel kitosan-alginat mangiferin di jantung dan di hati pada jam keempat dan keenam setelah pemberian oral berturut-turut adalah 753,16 ± 93,48 ng/mL, 1976,55 ± 40,06 ng/mL, 1998,81 ± 72,25 ng/mL, dan 3562,81 ± 189,28 ng/mL. Peningkatan kadar mangiferin pada kelompok nanopartikel kitosan-alginat mangiferin di plasma, jantung dan hati menunjukkan bentuk nanopartikel kitosan-alginat mangiferin memiliki absopsi yang lebih baik dibanding kelompok mangiferin. Preparasi nanopartikel kitosan-alginat mangiferin dapat mempengaruhi profil farmakokinetik mangiferin pada plasma dan distribusinya pada hati dan jantung tikus.

ABSTRACT
Mangiferin is one of the xanthone derivative compounds, namely C-glicosylxanthones which has the potential to be developed into an iron chelating agent but the bioavailability of oral administration is very low, and its have poor solubility. The preparation of mangiferin in chitosan-alginate nanoparticles are expected to increase the bioavailability of mangiferin because by reducing particle size it will increase the surface area and increase interaction with the solvent so that solubility will increase. Nanoparticles can also deliver medicinal compounds well to small units in the body, increase distribution, and target drugs, thereby increasing therapeutic effects. The purpose of this study was to determine the various pharmacokinetic parameters of chitosan-alginate mangiferin nanoparticles given orally in rats. The study was conducted on Sprague-Dawley male rats were given 50 mg/ kgBW of chitosan-alginate mangiferin orally. Blood samples were taken from the tail vein at 0; ½; 1; 2; 3; 4; 4½; 5; 5½ and 6 hours after oral administration. Heart and liver organs are taken at the fourth and sixth hour after oral administration. Analysis of mangiferin levels in plasma, liver, and heart using HPLC. The pharmacokinetics parameters were calculated. The maximum concentration of chitosan-alginate mangiferin nanoparticles in plasma reached 634.65 ± 10.37 ng/mL with Tmax 4 hours after oral administration, and the apparent elimination half-life (t1/2) was 6,45 ± 0,15 hours. Concentrations in the heart and liver in the fourth and sixth hours after oral administration were 753,16 ± 93,48 ng/mL, 1976,55 ± 40,06 ng/mL, 1998,81 ± 72,25 ng/mL, and 3562,81 ± 189,28 ng/mL. Increased concentrations of chitosan-alginate mangiferin nanoparticles in plasma, heart, and liver showed that chitosan-alginate mangiferin nanoparticles had good absorption. Preparation of chitosan-alginate mangiferin nanoparticles can affect the pharmacokinetic profile of mangiferin in plasma and its distribution to the liver and heart of rats."
Lengkap +
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
T58591
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nabila Chalisya Ilyas
"Latar belakang: Iron overload adalah kondisi dimana terjadi penumpukan besi berlebih dalam tubuh dan sering terjadi pada pasien yang menjalani transfusi berulang seperti pasien talasemia beta mayor. Iron overload ini merusak banyak organ dan salah satunya yang terberat adalah kerusakan organ jantung berupa kardiomiopati yang merupakan penyebab utama kematian pasien talasemia beta mayor. Tatalaksana yang diberikan untuk mencegah iron overload adalah obat pengkelat besi yang saat ini harganya mahal dan banyak efek samping. Mangiferin adalah senyawa polifenol yang dapat dijadikan kandidat potensial obat pengkelat besi. Sayangnya bioavailabilitasnya rendah, sehingga dipikirkan pembuatan formulasi mangiferin dalam nanopartikel kitosan alginate akan dapat meningkatkan bioavailabilitas dan distribusinya ke organ. Pada penelitian ini mangiferin akan diukur kadarnya dalam organ jantung tikus Sprague- Dawley yang diberi besi berlebih. Metode: Data penelitian ini diperoleh dari homogenat organ jantung tersimpan tikus Sprague- Dawley yang diperoleh dari penelitian sebelumnya sebanyak 17 sampel dan diukur kadar Mangiferin dalam jantung menggunakan alat HPLC. Tikus dibagi ke dalam tiga kelompok dan diinduksi besi berlebih sambil diberikan Mangiferin yang berbeda setiap harinya yaitu Mangiferin konvensional 50 mg/ kgBB (MK50), Mangiferin kitosan alginat 50 mg/ kgBB (MN50), dan Mangiferin kitosan alginat 25 mg/ kgBB (MN25). Hasil: Nilai rerata kadar MK50, MN50 dan MN25 yang diukur dalam organ jantung tikus dalam satuan (ng/g) berturut-turut sebesar 4365,80, 4453,65 dan 4171,97 dengan nilai p = 0, 974. Simpulan: Kadar mangiferin di jantung tikus Sprague-Dawley yang diinduksi besi berlebih setelah pemberian mangiferin kitosan alginate nanopartikel tidak berbeda dengan pemberian mangiferin konvensional.

Background : Iron overload is an accumulation of excess iron in the body and often occurs in repeated transfusion patients such as beta thalassemia major. Iron overload damages multi-organs and the worst impact is cardiomyopathy which is the main cause of death in beta thalassemia major patients. The preventive treatment for iron overload is iron chelating drugs, which are expensive and have many adverse effects. Mangiferin is a polyphenol that have potential to be a candidate for iron chelator. Unfortunately, its bioavailability is low. Therefore, new formulation is considered to increase the bioavailability of Mangiferin with chitosan alginate nanoparticles technology which was measured in the heart organ of iron overload Sprague-Dawley rats. Method : The data of this study were obtained from the stored heart organ homogenate of Sprague-Dawley rats which were obtained from a previous study of 17 samples and the levels of mangiferin in the heart were measured using an HPLC device. Rats were divided into three groups and induced by excess iron while given different Mangiferin every day, namely conventional Mangiferin 50 mg/kgBW (MK50), Mangiferin chitosan alginate 50 mg/kgBW (MN50), and Mangiferin chitosan alginate 25 mg/kgBW (MN25). Results: The mean values of MK50, MN50 and MN25 levels measured in the rat heart in units (ng/g) were 4365.80, 4453.65 and 4171.97 with p = 0.974, respectively. Conclusion: There was no significant difference between Conventional Mangiferin and Mangiferin Nanoparticles in the heart of Sprague-Dawley rats induced by excess iron."
Lengkap +
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Devina Dwi Haryanto
"Latar belakang: Kondisi penumpukan zat besi di tubuh sering terjadi pada pasien talasemia yang bergantung pada transfusi darah. Kelebihan zat besi dapat memicu terbentuknya reactive oxygen species (ROS) sehingga terjadi disfungsi organ. Limpa adalah salah satu organ yang terdampak dan dapat terjadi splenomegali yang dapat berujung pada splenektomi. Terapi kelasi besi diperlukan untuk mengurangi akumulasi zat besi. Mangiferin memiliki properti antioksidan sehingga dianggap dapat menjadi obat alternatif terapi kelasi. Namun, rendahnya bioavailibilitas mangiferin menghambat pengembangan dan aplikasi klinisnya. Penghantaran obat menggunakan nano-carrier menjadi salah satu pilihan untuk memperbaiki bioavailibilitas mangiferin. Penelitian ini menganalisis kadar mangiferin biasa dibandingkan mangiferin dalam nanopartikel kitosan-alginat pada limpa tikus Sprague-Dawley. Metode: Penelitian menggunakan data dari tiga kelompok homogenat organ limpa tikus Sprague-Dawley tersimpan yang diinduksi kelebihan besi. Kelompok dibagi menjadi limpa yang diberi mangiferin konvensional dosis 50 mg/kgBB, mangiferin dalam nanopartikel kitosan-alginat dosis 50 mg/kgBB, serta mangiferin dalam nanopartikel kitosan-alginat dosis 25 mg/kgBB. Kadar mangiferin pada limpa diukur menggunakan HPLC. Hasil: Kadar rata-rata mangiferin pada organ limpa tikus Sprague-Dawley (ng/g jaringan) pada kelompok M50K (686,1±168,55), kelompok M50NP (924,6±253,63), dan kelompok M25NP (683,75±240,52). Tidak ada perbedaan yang signifikan pada ketiga kelomok tersebut. Kesimpulan: Pemberian mangiferin dalam nanopartikel kitosan-alginat tidak meningkatkan kadar mangiferin pada limpa tikus Sprague-Dawley dibandingkan dengan pemberian mangiferin konvensional dan tidak ada perbedaan bermakna antara kadar mangiferin pada pemberian mangiferin nanopartikel kitosan-alginat dosis 50 mg/kgBB dibanding dosis 25 mg/kgBB.

Introduction: Iron overload in the body often occur in transfusion-dependent thalassemia patients. This condition can trigger the formation of reactive oxygen species (ROS) resulting in organ dysfunction. Spleen is one of the organs affected and it can lead to splenomegaly which leads to splenectomy. Iron chelation therapy is required to reduce iron accumulation. Mangiferin has antioxidant properties, therefore, it is considered as an alternative medicine for iron chelation therapy. However, the low bioavailability restricts the development and clinical application of mangiferin. Drug delivery using nano-carriers is an option to increase the bioavailability of mangiferin. This study analyzed the levels of conventional mangiferin compared to mangiferin in chitosan-alginate nanoparticles in the spleen of Sprague-Dawley rats. Method: This study used data from three groups of spleen organ homogenate storage of Sprague-Dawley rats induced by iron overload. The groups were divided into spleens which were given conventional mangiferin 50 mg/kgBW, mangiferin in chitosan-alginate nanoparticles 50 mg/kgBW, and mangifeirn in chitosan-alginate nanoparticles 25 mg/kgBW. Spleen mangiferin levels were measured using HPLC. Result: The mean level of mangiferin in the spleen organs of Sprague-Dawley rats (ng/g tissue) in the M50K group (686,1±168,55), M50NP group (924,6±253,63), and M25NP group (683,75±240,52). There was no significant difference in the three groups. Conclusion: Administration of mangiferin in chitosan-alginate nanoparticles did not increase the spleen mangiferin levels in Sprague-Dawley rats compared to conventional mangiferin and there was no significant difference between mangiferin levels in spleen after the administration of mangiferin chitosan-alginate nanoparticles between doses of 50 mg/kgBW and 25 mg/kgBW."
Lengkap +
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Silaban, Anita Maria Magdalena
"Pengambilan sampel nanopartikel pada breathing zone pekerja merupakan salah satu upaya untuk menilai risiko pajanan nanopartikel yang diterima oleh tenaga kerja atas aktivitas yang ada di lingkungan kerja. Penentuan metode atau instrumen yang akan digunakan diperngaruhi oleh waktu / durasi; kemudahan penggunaan dan ketersediaan; ukuran nanopartikel yang dikehendaki; metode analisis lanjutan; jenis nanopartikel yang diuji; dan upaya eliminasi “background noise”. Setelah kajian pustaka sistematik dilakukan, maka dirumuskan metode personal sampling yang dapat digunakan, yaitu: Direct reading: Condensation particle counter (CPC); Optical Particle Counter (OPC) dan Indirect reading: Mini-DiSC; MOUDI; Nanobadge; Nanoparticle Respiratory Deposition (NRD); NanoTracer; Partector; dan Thermal precipitator sampler (TPS).

Sampling of nanoparticles in the worker's breathing zone is one of the efforts to assess the risk of nanoparticle exposure received by the workforce for activities in the work environment. Determination of the method or instrument to be used is influenced by time / duration; ease of use and availability; desired nanoparticle size; advanced analytical methods; the type of nanoparticles tested; and efforts to eliminate “background noise”. After a systematic literature review has been carried out, a personal sampling method that can be used is formulated, namely: Direct reading: Condensation particle counter (CPC); Optical Particle Counter (OPC) and Indirect reading: Mini-DiSC; MOUDI; Nanobadges; Nanoparticle Respiratory Deposition (NRD); NanoTracer; Partector; and Thermal precipitator sampler (TPS)."
Lengkap +
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2021
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ainun Mardhiyah
"Mangiferin berpotensi menjadi agen pengkelat besi. Namun, rendahnya bioavailabilitas mangiferin membatasi kemampuan mangiferin sebagai agen pengkelat. Sistem penghantaran obat nanopartikel yang terenkapsulasi dalam kitosan-alginat diketahui mampu meningkatkan bioavailabilitas obat. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perbandingan kadar mangiferin konvensional dan mangiferin nanopartikel kitosan-alginat pada organ ginjal. Data penelitian diperoleh dari homogenat organ ginjal tersimpan tikus Sprague-Dawley yang diinduksi besi berlebih. Tikus dibagi menjadi tiga kelompok perlakuan, yaitu diberikan mangiferin konvensional 50 mg/kgBB (MK50), mangiferin nanopartikel kitosan-alginat 50 mg/kgBB (MN50), dan mangiferin nanopartikel kitosan-alginat 25 mg/kgBB (MN25).
Pengukuran kadar mangiferin dilakukan dengan menganalisis plasma menggunakan alat HPLC dan mengacu pada metode Estuningtyas. Berdasarkan pengukuran, rata-rata kadar mangiferin di organ ginjal (ng/g) antara lain sebesar 5368.5±1407,52 ng/g (MK50), 4757.78±1420,32 ng/g pada (MN50), dan 4448.06±1938,95 ng/g (MN25). Akan tetapi, tidak terdapat perbedaan signifikan antara kelompok perlakuan. Pemberian mangiferin nanopartikel kitosan-alginat dosis 50 mg/kgBB maupun 25 mg/kgBB tidak meningkatkan kadar mangiferin di ginjal tikus dibandingkan dengan pemberian mangiferin konvensional dosis 50 mg/kgBB. Selain itu, kadar mangiferin nanopartikel kitosan-alginat dosis 25 mg/kgBB tidak lebih tinggi dibandingkan mangiferin nanopartikel kitosan-alginat dosis 50 mg/kgBB di ginjal.

Mangiferin has potential to be an iron chelating agent. However, the low bioavailability of mangiferin limits its ability as a chelating agent. The nanoparticle drug delivery system encapsulated in chitosan-alginate is known as an option to increase drug bioavailability. Therefore, this study aimed to analyze the levels of conventional mangiferin and mangiferin chitosan-alginate nanoparticle in the kidney. Data were obtained from stored kidney homogenates of iron overload Sprague-Dawley rat model. Rats were divided into three treatment groups, namely conventional mangiferin 50 mg/kgBW (MK50), mangiferin chitosan-alginate nanoparticle 50 mg/kgBW (MN50), and mangiferin chitosan-alginate nanoparticle 25 mg/kgBW (MN25).
The measurement of mangiferin levels was carried out by plasma analysis using HPLC tool and referring to the Estuningtyas method. The average levels of mangiferin in kidneys (ng/g) are 5368.5±1407,52 (MK50 group), 4757.78±1420,32 (MN50 group), and 4448.06±1938,95 (MN25 group). However, there was no significant difference between the treatment groups. The administration of mangiferin chitosan-alginate nanoparticle 50 mg/kgBW or 25 mg/kgBW did not increase mangiferin levels in the rat kidney compared to conventional mangiferin 50 mg/kgBW. In addition, the levels of mangiferin chitosan-alginate nanoparticle 25 mg/kgBW were not higher than mangiferin chitosan-alginate nanoparticle 50 mg/kgBW.
"
Lengkap +
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dawami Arijan
"Nanopartikel emas (AuNP) merupakan salah satu jenis nanopartikel yang banyak dikembangkan dalam pemanfaatannya di bidang biomedis. Berbagai metode telah diciptakan dalam proses fabrikasi AuNP. Dari berbagai metode tersebut didapatkan berbagai variasi jenis, bentuk, dan ukuran AuNP. Salah satu jenis nanopartikel emas yang cukup mendapat perhatian adalah AuNP berpori. Nanomaterial berpori memiliki perbandingan rasio volume dan luas permukaan yang tinggi juga volume pori yang besar sehingga banyak diteliti dalam berbagai aplikasi teknologi termasuk sistem penghantaran obat. Review kali ini membahas proses sintesis AuNP berpori secara cepat dan sederhana melalui berbagai metode seperti kimia basah, sacrificial template, green synthesis, filtrasi vakum, dan galvanic replacement. Dari proses sintesis nanopartikel emas berpori, dihasilkan ukuran partikel bervariasi antara 17,1-1000 nm dengan berbagai bentuk dengan kestabilan yang baik. Review ini menunjukkan bahwa nanopartikel emas berpori yang disintesis dengan sederhana dan cepat cenderung stabil untuk digunakan dalam berbagai jenis aplikasi.

Gold nanoparticles (GNP) are a type of nanoparticle that has been widely developed for use in the biomedical sector. Various methods have been found in the GNP fabrication process. From these various methods, various types, shapes and sizes of GNP were obtained. One type of gold nanoparticle that has received considerable attention is porous GNP. Porous nanomaterials have high volume and surface area ratios as well as large pore volumes so that they are widely studied in various applications including drug delivery systems. This review discusses the quick and simple synthesis process of porous GNP through various methods such as wet chemical, sacrificial template, green synthesis, vacuum filtration, and galvanic replacement. From the synthesis process of porous gold nanoparticles, the particle sizes varied between 17.1-1000 nm with various shapes with good stability has been produced. This review demonstrates that simple and fast synthesized porous gold nanoparticles are likely to be stable for use in a wide variety of applications."
Lengkap +
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dimas Arif Nugroho
"Latar belakang: Iron overload pada penderita talasemia memicu terbentuknya Reactive Oxygen Species dalam tubuh. Sel tubuh secara alami mempunyai mekanisme dalam menangkal radikal bebas dan antioksidan, salah satunya dengan mengaktifkan enzim katalase. Mangiferin adalah bahan alami yang terbukti mempunyai efek anti oksidan dan pengkelat besi, Namun dari hasil penelitian membuktikan bahwa bioavailabilitas mangiferin kecil. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian mangiferin dalam nanopartikel kitosan-alginat terhadap aktivitas enzim katalase pada jantung tikus yang diberi besi berlebih.
Metode: Organ jantung tikus Sprague-Dawley yang didapat dari penelitian sebelumnya, dibuat dalam bentuk homogenat dan dibagi menjadi lima kelompok, yaitu: kelompok normal, kelompok Iron Overload, dan kelompok yang diberi besi berlebih dengan terapi mangiferin 50 mg/kg BB, mangiferin nanopartikel 50 mg/kg BB dan mangiferin nanopartikel 25 mg/kg BB. Homogenat digunakan untuk pengukuran kadar protein dengan metode Bradford dan aktivitas enzim katalase diukur dengan Catalase Activity Assay Kit.
Hasil: Pada penelitian ini, dengan uji Kruskal-Wallis, didapatkan nilai p sebesar 0.05, yang berarti tidak didapatkan perbedaan aktivitas katalase jantung yang bermakna antar tiap kelompok. Aktivitas katalase jantung tertinggi ditemukan pada kelompok normal dengan nilai sebesar (0,1580 ± 0,1371) U/mg, diikuti kelompok mangiferin nanopartikel 25 (0,0336 ± 0,0137), kelompok mangiferin 50 (0,0209 ± 0,0127), kelompok Iron overload (0,0137 ± 0,0041) dan kelompok mangiferin nanopartikel 50 (0,0129 ± 0,0031).
Kesimpulan: Tidak terdapat penurunan aktivitas katalase yang bermakna pada organ jantung tikus pada pemberian mangiferin dalam nanopartikel kitosan-alginat dibandingkan dengan pemberian mangiferin saja maupun antara mangiferin nanopartikel yang diberikan dengan dosis yang berbeda.

Background: Iron overload in thalassemic patients triggers the formation of Reactive Oxygen Species in the body. Body cells naturally have mechanisms to fight against free radicals and antioxidants; one of them is the activation of Catalase enzymes. Mangiferin is a natural substance proven to have antioxidant and iron binding properties. Nevertheless, results from studies show that the bioavailability of Mangiferin is modest. The objective of this study is to find out the effect of Mangiferin administration in Chitosan-Alginate nanoparticles on the Catalase Enzyme in the hearts of rats given an overload of iron.
Method: The hearts of the Sprague-Dawley rats were obtained from the previous study, made in the homogenate form and divided into five groups namely the normal group, Iron Overload, and the groups given an overload of iron by giving the therapy of Mangiferin with the dose of 50mg/kg of body weight, Mangiferin nano particles 50 mg/kg of body weight and Mangiferin nano particles 25 mg/kg of body weight. Homogenate was used to measure the protein concentration with the method of Bradford and Catalase enzyme activity was measured by Catalase Activity Assay Kit.
Result: In this study, with the Kruskal Wallis testing, p value is not less than 0,05, meaning there was no significant difference in the cardiac catalase activity among the groups. The highest cardiac catalase activity was encountered in the normal group with the value (0,1580 ± 0,1371) U/mg, followed by the mangiferin nanoparticles 25 group (0,0336 ± 0,0137), mangiferin 50 group (0,0209 ± 0,0127), Iron overload group (0,0137 ± 0,0041) and mangiferin nanopartikel 50 group (0,0129 ± 0,0031).
Conclusion: There was no significant reduction in the catalase activity in the hearts of the rats in the mangiferin group with the chitosan alginate nanoparticles compared with the group with were administration of mangiferin as well as among the mangiferin nanoparticle groups in diverse doses.
"
Lengkap +
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Hatidjah Awaliyah Halid
"ABSTRAK
Agen theranostic merupakan agen yang berfungsi menggabungkan kemampuan diagnostik dan terapeutik menjadi agen tunggal. Emas radioaktif 198Au sebagai pemancar radiasi ? 961 keV yang mampu membunuh sel kanker dan sinar ? 412 keV yang memberikan citra emas dalam tubuh. Adanya konjugasi agen terapi kanker seperti antibodimonoklonal nimotuzumab dengan nano partikel emas radioaktif yang distabilisasi dengan dendrimer PAMAM G4 dapat secara aktif berinteraksi spesifik dengan sel kanker. Penelitian ini dimulai dengan sintesis konjugat198AuNp-PAMAM G4-nimotuzumab dan kemudian dilakukan uji stabilitas, klirens serta analisa hasil urin dan fesestikus yang telah diinjeksikan konjugat. Stabilitas konjugat198AuNp-PAMAM G4-nimotuzumab dianalisis meliputi pengamatan stabilitas in vitro dengan analisis meliputi pengamatan menggunakan spektrofotometer UV-Vis, kromatografi lapis tipis KLT , elektroforesis kertas, serta kromatografi filtrasi gel kolom PD-10 sphadex G25 medium memberikan hasil spesifik yang stabil . Total klirens yang diperoleh sekitar 47,38 darikonjugat198AuNP-PAMAM G4-Nimotuzumab yang telah diekskresikan melalui urin 18,26 dan feces 29,11 . . Urin dan feses tersebut dianalisa dengan SDS-PAGE memberikan yang memberikan spot diatas pita 150 Kd dan menunjukkan berat molekul konjugat. Analisis FTIR urin dan feses dengan menunjukkan gugus fungsi aldehid C=O , gugus alkohol O-H , gugus amina C-N , serta gugus amina N-H yang menandakan adanya konjugat AuNP-PAMAM G4-Nimotuzumab dalam urin maupun feses tikus.

ABSTRACT
Therapeutic agents are agents that combine diagnostic and therapeutic capabilities into a single agent. Radioactive gold 198Au radiate a radiation transmitter 961 keV that is capable of killing cancer cells and rays 412 keV that provide a golden image in the body. Conjugation cancer therapeutic agents such as monoclonal antibodies nimotuzumab with radioactive gold nanoparticles that is stabilized with G4 PAMAM dendrimer can actively interact specifically with cancer cells. This study begins with the synthesis of the conjugate 198AuNp PAMAM G4 nimotuzumab and then the test of stability, clearance and analysis of the urine and feces of mice that have been injected conjugates. Analysing of Stability conjugate 198AuNp PAMAM G4 nimotuzumab include observation of stability in vitro analysis covering the observation using UV Vis spectrophotometer, thin layer chromatography TLC , electrophoresis paper and gel filtration chromatography column PD 10 sphadex G25 medium that give a specific result which is stable. Total clearance is obtained approximately 47.38 of the conjugate 198AuNP PAMAM G4 nimotuzumab that have been excreted in the urine 18.26 and feces 29.11 . . Urine and feces were analyzed by SDS PAGE that give spot on the ribbon 150 Kd and show the molecular weight of the conjugate. FTIR analysis of urine and demonstrate the functional groups of aldehyde C O , alcohol group O H , amine group C N , and amine group N H which indicates a conjugate Aunp PAMAM G4 nimotuzumab in the urine and feces of rats."
Lengkap +
2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ugiadam Farhan Firmansyah
"Mangiferin, turunan polifenol dari daun, batang, atau kulit buah Mangifera indica L. dikenal memiliki efek kelasi besi. Mangiferin memiliki bioavailabilitas yang rendah. Untuk meningkatkan bioavailabilitasnya, mangiferin dibungkus dalam nanopartikel kitosan-alginat. Studi terdahulu tidak mengukur kadar besi pada ginjal sebagai organ yang terlibat dalam metabolisme besi. Penelitian ini bertujuan untuk menilai pengaruh mangiferin dan mangiferin dalam nanopartikel kitosan-alginat terhadap akumulasi besi di ginjal tikus yang mengalami kelebihan besi. Tiga puluh ekor tikus Sprague-Dawley dibagi dalam 5 kelompok: kontrol (C), tikus kelebihan besi (IO), tikus kelebihan besi yang diberi mangiferin oral dosis 50 mg/kg BB (M50), tikus kelebihan besi yang diberi mangiferin dalam nanopartikel kitosan-alginat oral dosis 50 mg/kg BB (MN50) atau 25 mg/kg BB (MN25). Model tikus kelebihan besi dibuat dengan memberikan iron dextran intraperitoneal, 2 kali seminggu selama 4 minggu. Kadar besi pada ginjal diukur dengan alat atomic absorbance spectrophotometry (AAS). Kadar besi pada kelompok C, IO, M50, MN50, dan MN25 adalah 925,64 (568,25-1190,48); 3325,36 (2765,46-3566,99); 1874,96 (1023,56-2876,3); 2571,56 (2137,98-3760,87); dan 1065,48 (924,85-3671,04) mcg/g jaringan secara berurutan. Tidak ada perbedaan yang signifikan pada kadar besi di antara kelompok perlakuan dibandingkan kelompok IO (p > 0,05). Mangiferin dalam nanopartikel kitosan-alginat tidak dapat mencegah akumulasi besi pada ginjal.

Mangiferin, polyphenol derived from leaves, bark, or fruit peels of Mangifera indica L., known has iron chelating effect. Mangiferin has low bioavailability. To improve mangiferin bioavailability, it is encapsulated in chitosan-alginate nanoparticle. Previous study did not measure kidney iron concentration that influences iron excretion. Aim of this study is to evaluate effect of mangiferin and mangiferin in chitosan-alginate nanoparticle toward iron accumulation in kidney iron overload rat model. Thirty Sprague-Dawley rats were divided into five groups: control (C), iron overload rats (IO), iron overload rats treated with oral mangiferin doses of 50 mg/kgBW (M50), and iron overload rats treated with oral mangiferin in chitosan-alginate nanoparticle doses of 50 mg/kgBW (MN50) or 25 mg/kgBW (MN25). Iron overload rat model made by given iron dextran 15 mg intraperitoneally, twice a week for 4 weeks. Iron concentration in kidney was measured by atomic absorbance spectrophotometry (AAS). Iron concentration in kidney at C, IO, M50, MN50, and MN25 groups were 925,64 (568,25-1190,48); 3325,36 (2765,46-3566,99); 1874,96 (1023,56-2876,3); 2571,56 (2137,98-3760,87); and 1065,48 (924,85-3671,04) mcg/g tissue, respectively. There are no significant differences in iron concentration among treatment groups compare to IO group (p > 0.05). Mangiferin in chitosan-alginate nanoparticle did not prevent accumulation of iron in kidney."
Lengkap +
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>