Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 197911 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Muhammad Kenang Putra Risma
"Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Daerah Ciracas pada tahun 2020 menunjukkan adanya kejadian kekurangan stok obat, Kekurangan stok obat ini dapat dipengaruhi oleh ketidaktepatan perencanaan, ketidaktepatan pengadaan ataupun kesalahan saat distribusi. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pengelolaan obat di Rumah Sakit Umum Daerah Ciracas tahun 2020 pada tahapan seleksi, pengadaan dan distribusi. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif observasional dengan pengumpulan data secara retrospektif dan data pada tahap distribusi tentang ketepatan data jumlah kartu stok obat diambil secara prospektif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada tahap seleksi tahap seleksi Indikator kesesuaian item obat yang tersedia dengan Formularium Nasional sebesar 85,24%. Pada tahap perencanaan dan pengadaan diketahui bahwa persentase kesesuaian pengadaan dengan kenyataan untuk masing-masing item obat sebesar 100%, frekuensi pengadaan tiap item obat pertahun sebanyak lebih dari 24 kali (43,6%), frekuensi kurang lengkapnya surat pesanan atau faktur sebesar 1,5%, frekuensi tertundanya pembayaran oleh rumah sakit terhadap waktu yang disepakati sebanyak 0 kali. Pada tahap distribusi ketepatan data jumlah obat pada kartu stok sebesar 100%, Turn Over Ratio sebanyak 3,08 kali, tingkat ketersediaan obat sebanyak 16,05 bulan, persentase dan nilai obat yang kadaluwarsa dan rusak sebesar 2,48%, dan persentase stok mati sebesar 3,05%.

The Pharmacy Installation of the Ciracas Regional General Hospital in 2020 showed that there was a shortage of drug stock. This shortage of drug stock could be influenced by inaccuracies in planning, procurement inaccuracies or errors during distribution. This study aims to develop drug management at the Ciracas Regional General Hospital in 2020 at the stages of selection, procurement and distribution. This study used descriptive observational method with retrospective data collection and data at the distribution stage regarding the accuracy of the data on the number of drug stock cards taken prospectively. The results showed that at the selection stage, the indicator of the suitability of the available drug items with the National Formulary was 85.24%. At the planning and procurement stage it is known that the percentage of procurement conformity with reality for each drug item is 100%, the frequency of procurement of each drug item per year is more than 24 times (43,6%), the frequency of incomplete orders or invoices is 1.5%, the frequency of delayed payments by the hospital against the agreed time 0 times. At the distribution stage, the accuracy of the data on the number of drugs on the stock card is 100%, Turn Over Ratio is 3.08 times, the level of drug availability is 16.05 months, the percentage and value of expired and damaged drugs is 2.48% , and the percentage of dead stock is 3.05%."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yunita Andriani
"Pengelolaan obat adalah salah satu aspek manajemen rumah sakit yang sangat penting dalam usaha pelayanan kesehatan masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengelolaan obat di instalasi farmasi Rumah Sakit Stroke Nasional Bukitinggi. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus dengan menggunakan pendekatan kualitatif.
Hasil penelitian menunjukkan proses pengelolaan dan pengendalian yang dilakukan selama ini belum berjalan dengan baik terlihat dari masih tingginya angka kekosongan obat pada tahun 2017 yaitu 7,6% dari 421 jenis obat setiap bulannya dan jumlah obat kadaluwarsa yaitu sebesar 10,45% yang seharusnya 0%. Perencanaan dengan memprioritaskan pembelian kelompok VA, EA dan NA perlu dilakukan untuk mencegah terjadinya kekosongan obat.
Untuk mencegah tingginya jumlah obat kadaluwarsa adalah dengan penghitungan jumlah obat yang dipesan berdasarkan penghitungan ROP dan Safety Stock. Kelompok VA merupakan kelompok dengan prioritas utama dalam pengadaan terdiri dari 10 macam obat dengan NS 500cc infus sebagai obat terpenting dalam kelompok. NS 500 cc infus membutuhkan Safety Stock 23.400 sebesar dengan nilai ROP 34.860.

Drug management is one important aspect of hospital management. This study is aiming at analysing drug management in pharmacy unit National Stroke Hospital Bukittinggi. This case study was using qualitative approach.
The study revealed that drug management and monitoring controlling were not well performed. A high percentage of drug stock out in 2017 was found 7,6% out of 421 drugs item each month, while number of expired drugs was high, reaching 10,45% compared to 0% as target. Planning to prioritize purchasing of drugs using VA, EA and NA drug need to implement in order to prevent stock out.
To avoid expired drug, hospital need to purchased based on ROP and Safety Stock. VA group is the highest priority that include 10 drug item where NS 500 cc infusion fluid is the top one in the group. NS 500 cc infusion fluid would need Safety Stock as much as 23.400 number as Safety Stock and ROP 34.860.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
T50001
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Monika Noviena Susanto
"Proses pembuatan formularium Rumah Sakit XYZ oleh Tim Farmasi Terapi (TFT) belum mempertimbangkan tingkat kritis suatu obat bagi pasien. Hal ini menyebabkan masih ada pembelian obat cito(obat diperlukan segera, mempengaruhi keselamatan pasien). Obat-obat ini dapat diidentifikasi dengan metode ABC untuk menetapkan jenis obat yang termasuk dalam kelompok A indeks kritis. Belum ada data mengenai obat-obat yang bernilai investasi besar di RS XYZ, sehingga belum ada fokus dalam kontrol biaya persediaan obat. Penelitian ini menggunakan desain penelitian kualitatif dengan menerapkan metode ABC berdasarkan pemakaian, nilai investasi dan indeks kritis terhadap data kebutuhan obat tahun 2018. Data penelitian diperoleh melalui wawancara mendalam, observasi dan telaah dokumen terkait perencanaan dan pengadaan obat. Sebesar 82% jenis obat yang tersedia di gudang jarang digunakan, namun 53 di antaranya merupakan obat yang memiliki nilai investasi tinggi yang memerlukan perhatian khusus. Obat yang memiliki 5 (lima) nilai investasi terbesar namun sangat jarang digunakan (kelompok C nilai pemakaian) adalah: Albuminar 25% infus, Octalbin 25%, Terfacef injeksi, Trijec 1 gram dan Lanmer injeksi. Formularium RS XYZ berikutnya harus mengeluarkan 530 jenis obat yang tidak kritis dan tidak ada pemakaian. Jumlah jenis obat yang masuk ke dalam formularium yang lebih sedikit akan memudahkan proses kontrol dan penyimpanan persediaan.

The process of making the XYZ Hospital formulary by The Therapy Pharmacy Team has not considered the critical level of drug for patient. This causesthe purchase of cito drugs (drugs needed immediately, affecting patient safety). These drugs can be identifiedby the ABC method to determine the types of drugs included in the critical index group A. there is no data on drugs that worth a large investment value and critical indexof drugs needin 2018. The research data was obtained throughin depth-interview, observation, and document review related to drug planning and procurement. 82% of the types of drugs availablein warehouse are rarely usedm but 53 of them are drugs that have high investment value that require high attention. Drugs that have top 5 (five) investment values but rarely used (group C usage value) are: Albuminar 25% infusion, Octalbin 25%, Terfacef injection, Trijec 1 gram and Lanmer injection. The next XYZ Hospital formulary must issue 530 types of drugs that are not \critical and have no use. The smaller number of types of drugs that enter the formulary will facilitate the process of control and storage of inventory."
Depok: Universitas Indonesia, 2018
T52303
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tasya Wijayanti
"Hipertensi adalah penyakit dengan prevalensi tinggi di Indonesia dengan persentase 34,11% pada populasi lebih dari 18 tahun. Penelitian terdahulu di Indonesia menyatakan bahwa Amlodipin lebih cost-effective apabila dibandingkan dengan kaptopril. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis efektivitas biaya yang lebih baik antara terapi Amlodipin dan Kaptopril pada pasien Hipertensi rawat jalan di RSUD Ciracas. Pada penelitian ini digunakan desain penelitian Cross Sectional dengan menggunakan data rekam medis pasien, yaitu nilai tekanan darah, jenis kelamin, usia, dan komorbiditas. Selain itu, digunakan data billing pasien dilihat dari perspektif rumah sakit yang terdiri atas biaya obat, biaya obat lain, biaya laboratorium, biaya administrasi, dan total biaya pengobatan. Sampel yang digunakan pada penelitian ini sebanyak 60 sampel, yang terdiri atas 40 sampel kelompok amlodipin dan 20 sampel kelompok kaptopril. Berdasarkan hasil penelitian, didapatkan nilai inkremental efektivitas antara kedua terapi sebesar 20%. Kemudian didapatkan nilai inkremental biaya antara kedua terapi sebesar Rp84.079. Sementara itu, berdasarkan perhitungan didapatkan Rasio Efektivitas Biaya (REB) untuk amlodipin adalah sebesar Rp394.124 dan untuk terapi kaptopril adalah sebesar Rp384.572. Berdasarkan tabel efektivitas biaya, hasil analisis menunjukkan bahwa terapi amlodipin dan kaptopril memiliki efektivitas dan biaya yang setara.

Hypertension is a disease with high prevalence in Indonesia with a percentage of 34,11% in the population over 18 years. Previous research in Indonesia stated that amlodipine is more cost-effective when compared to kaptopril. This study aims to analyze the better cost-effectiveness of amlodipine and captopril therapy in hypertension outpatients at the Ciracas Regional General Hospital in the period 2020-2021. This study used a cross sectional research design which using patient medical record data, consist of blood pressure value, gender, age, and commorbidities. In addition, this study used patient billing data from a hospital perspective, consist of drug costs, other drug costs, laboratory costs, administration, and the total cost of treatment. The samples used in this study were 60 samples, consisting of 40 samples from the amlodipine group and 20 samples from the captopril group. Based on the results of the study, the incremental value of effectiveness between the two therapies was 20%. Then the incremental cost value between the two therapies was Rp84,079. Meanwhile, based on the calculation of the Average Cost Effectiveness Ratio (ACER) for amlodipine group was Rp394,124 and for captopril group was Rp384,572. Based on the cost-effectiveness table, the results of the analysis show that amlodipine and captopril therapy have the same effectiveness and cost."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yulika Harniza
"Sistem informasi Manajemen Rumah Sakit (SIMRS) memiliki peran penting dalam memberikan informasi yang akurat bagi rumah sakit. Saat ini RS Anna Medika telah memiliki SIMRS, tetapi penerapannya masih belum maksimal dengan adanya selisih pencatatan obat secara manual yang jumlahnya lebih sedikit dibandingkan dengan digital. Maka diperlukan evaluasi implementasi SIMRS di instalasi farmasi RS Anna Medika.
Penelitian mengenai evaluasi implementasi sistem pencatatan dan pelaporan obat di instalasi farmasi RS Anna Medika tahun 2012 berdasarkan kualitas sistem, kualitas informi dan kualitas pelayanan. Penelitian ini menggunakan desain kualitatif interpretative dengan wawancara mendalam, observasi dan telaah dokumen terhadap dengan menggunakan informan yang berjumlah 9 orang dari staf pelayanan farmasi hingga direktur rumah sakit.
Dari hasil triangulasi sumber, metode dan data diperoleh hasil bahwa saat ini sistem pencatatan dan pelaporan obat belum optimal. Untuk mendapatkan alternatif strategi pemecahan masalah maka dilakukan analisis dengan matriks QSPM yang sebelumnya telah dilakukan analisa SWOT dan pembobotan dengan matriks EFAS/IFAS. Alternatif strategi pemecahan masalah dari hasil pembobotan yaitu memperbaiki kelemahan internal dan menggunakan kesempatan eksternal dengan melakukan pemanfaatan dan memperbaiki sistem informasi yang sudah ada. Selanjutnya akan dijadikan sebagai bahan rekomendasi kebijakan RS Anna Medika Bekasi dalam mengatasi permasalahan terkait sistem pencatatan dan pelaporan obat di instalasi farmasi RS Anna Medika Bekasi.

Hospital Management Information System has an important role to accurately provides information for Hospital. As today, Anna Medika Hospital has one of the system, but has not been optimally implemented for it has been a difference on manual drugs recordings with digital version. Hence, implementation evaluation of the system in Pharmacy Installation must be needed.
This study evaluated the information system in Pharmacy Installation on Drugs recordings at Anna Medika Hospital in 2012, by means in system quality, information quality, service quality. This study conducted with interpretative qualitative design with in depth interviews, direct observations, and document's reviews. There were 9 interviewee from pharmacy staff until the board of directors.
From triangulation analysis of source, methods and data we concluded that the system of drug report and drug records were notoptimally used. Using QSPM matrix preceeding with SWOT analysis and weighted with EFAS/IFAS Matrix, we found an alternative problem solving strategic by internal weakness repairment and using provided external opportunities, with information system fixing and optimally use. Therefore, it will be a policy recommendation to Anna Medika Hospital regarding drug recording and drug report.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
T32652
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Putri Nadia
"ABSTRAK
Nama : Putri NadiaProgram Studi : Kajian Administrasi Rumah SakitJudul : Analisis Implementasi Pengelolaan Persediaan Obat Di InstalasiFarmasi Rumah Sakit Swasta XYZ Pada Era Jaminan Kesehatan NasionalPembimbing : Vetty Yulianty Permanasari, S.Si, M.P.HPelayanan Jaminan Kesehatan Nasional JKN di Rumah Sakit memerlukan obat-obatan yang aman, berkhasiat, bermutu dan terjangkau dalam jenis dan jumlah yang cukup. RS XYZ telah menjadi provider program pelayanan Jaminan Kesehatan Nasional sejak bulan Mei 2017 dan terjadi lonjakan pasien yang cukup signifikan. Rumah sakit perlu berbenah diri dalam melakukan perbaikan untuk pengelolaan persediaan obat di instalasi farmasi demi tercapainya efektifitas dan efisiensi persediaan obat di farmasi. Tujuan dari penelitian ini adalah mendeskripsikan implementasi pengelolaan persediaan obat instalasi farmasi Rumah Sakit XYZ dalam Era Jaminan Kesehatan Nasional dalam rangka penyusunan Rencana Kebutuhan Obat Rumah Sakit XYZ. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif cross-sectional yang bersifat kualitatif dan kuantitaif dengan wawancara mendalam, observasi, telaah dokumen dan penghitungan klasifikasi analisa ABC obat di instalasi farmasi. Penelitian in menunjukkan bahwa RS XYZ belum memiliki metode perencanaan dan pengadaan obat khususnya di era JKN. Perencanaan obat melihat trend pemakaian 1 minggu ke belakang untuk penggunaan 10 hari kedepan. Peneliti melakukan analisa ABC untuk melihat pengelolaan persediaan obat di RS XYZ. Analisa ABC yang dilakukan pada penggunaan obat di instalasi farmasi menunjukkan bahwa terdapat 1024 jenis obat yang digunakan dimana analisa ABC pemakaian kelompok C yang termasuk slow moving memiliki jumlah yang paling tinggi yaitu 70 . Hasil analisa ABC investasi kelompok A memiliki jumlah investasi paling besar yaitu 4.445.922.485. Hasil analisa ABC indeks kritis didapatkan hanya 55 obat indeks kritis yang masuk kedalam formularium. Terdapat 30 dokter yang belum patuh terhadap peresepan sesuai formularium. RS XYZ belum memiliki Rencana Kebutuhan Obat RKO dalam rangka memenuhi syarat untuk ikut dalam proses e-purchasing. RS XYZ belum memiliki sistem pengelolaan persediaan obat yang sesuai standar. RS XYZ diharapkan dapat membuat Rencana Kebutuhan Obat yang menerapkan prinsip efisiensi kendali mutu kendali biaya. RS XYZ diharapkan memiliki penghitungan jumlah obat yang harus di pesan, safety stock dan juga titik pemesanan kembali obat.Kata Kunci : Jaminan Kesehatan Nasional, Persediaan Obat, Analisa ABC, Formularium, Rencana Kebutuhan obat,
ABSTRACT
Name Putri NadiaStudy Program Study of Hospital AdministrationTitle The Analysis Of Implementation Of Drug Supply Management In XYZ Hospital Pharmaceutical Installation In The National Health Insurance EraCounsellor Vetty Yulianty Permanasari, S.Si, M.P.HThe National Health Insurance Scheme JKN in hospitals requires safe, nutritious, quality and affordable medicines in adequate types and quantities. XYZ Hospital has been adopting the National Health Insurance scheme since May 2017 and as such, there is a significant surge of patients. Hospitals need to make room for improvements on the management of drug supplies in pharmaceutical installations in order to achieve high effectiveness and efficiency of pharmaceutical inventory utilization. The purpose of this research is to describe the implementation of pharmaceutical dr ug supply management of XYZ Hospital in the National Health Insurance era in preparation of XYZ Hospital Drug Requirement Plan. This study uses descriptive cross sectional method that is both qualitative and quantitative with in depth interviews, observations, document reviews and the ABC classification of the analysis of drugs in pharmaceutical installations. This research shows that XYZ Hospital does not have a definite method of planning and procurement of drug supply, especially in the era of JKN. Drug supply planning utilizes the trend in previous week rsquo s usage in order to forecast supply needs for the next 10 days. Researchers conducted an ABC analysis to review the management of drug supply at XYZ Hospital. ABC analysis performed on pharmaceutical use showed that there were 1024 types of drugs used in which ABC analysis on the utilization of category C drugs which includes slow moving drugs had the highest number at 70 . The result of the ABC analysis of group A reveals the highest amount of inventory value at 4,445,922,485. The result of the ABC critical index analysis reveals that only 55 of critical index drugs were entered into the formulary. There are 30 of doctors who do not faithfully prescribe according to the formulary. XYZ Hospital does not have a Drug Requirement Plan RKO in order to qualify to participate in the e purchasing process. XYZ Hospital does not have a standardized drug supply management system. XYZ Hospital is expected to create a Drug Requirement Plan that applies the principle of efficient cost control and quality control. RS XYZ is expected to be able to perform calculations on the amount of drugs that should be procured, safety stock and also the critical supply point at which the re ordering of drugs commence.Keywords National Health Insurance, Drug Inventory, ABC Analysis, Formulary, Drug Requirement Plan,"
2017
T49471
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kadzia Nazhiva Fikra
"Evaluasi penggunaan obat (EPO) merupakan salah satu program dari standar pelayanan kefarmasian dan perlu dilakukan secara rutin. Lebih lagi, dengan pandemi COVID-19, terdapat rujukan tatalaksana baru yang perlu diperhatikan. Penelitian ini dilakukan untuk mengevaluasi pola penggunaan obat di salah satu rumah sakit rujukan COVID-19, yaitu Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI). Metode evaluasi yang digunakan adalah ATC/DDD sebagai analisis kuantitatif dan perbandingan kesesuaian terhadap Formularium Nasional. Penelitian yang dilakukan memiliki desain cross-sectional dengan analisis deskriptif. Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah resep pasien rawat inap RSUI tahun 2020-2022, dengan inklusi pasien merupakan orang dewasa (18 tahun atau lebih tua) dan obat yang digunakan terdapat pada indeks ATC/DDD. Hasil analisa data menunjukkan obat dengan nilai DDD/100 hari rawat terbesar pada tahun 2020 dan 2021 adalah asam askorbat dengan nilai berturut-turut 826,83 dan 1437,21 DDD/100 hari rawat. Sementara itu, pada tahun 2022 obat dengan nilai DDD/100 hari rawat terbesar adalah asam folat, yaitu sebesar 279,67 DDD/100 hari rawat. Kesesuaian penggunaan obat yang terhadap Fornas selama tahun 2020-2022 secara berturut-turut adalah sebesar 66,17%; 63,25%; dan 69,09%.

Drug Utilization Evaluation (DUE) is one of the programs of pharmaceutical service standards and needs to be carried out routinely. Furthermore, with the COVID-19 pandemic, there are new management references that need to be considered. This study was conducted to evaluate the drug utilization patterns in one of the COVID-19 referral hospitals, namely the University of Indonesia Hospital. The evaluation method used was ATC/DDD for quantitative analysis and a comparison of appropriateness against the National Formulary. The research was conducted with a cross-sectional design and descriptive analysis. The sample used in this study consisted of inpatient prescriptions at RSUI from 2020 to 2022, including adult patients (18 years or older), and the prescribed drugs were included in the ATC/DDD index.The data analysis results showed that the drug with the highest DDD/100 bed-days value in 2020 and 2021 was ascorbic acid, with values of 826.83 and 1437.21 DDD/100 bed-days, respectively. Meanwhile, in 2022, the drug with the highest DDD/100 bed-days value was folic acid, with a value of 279.67 DDD/100 bed-days. The appropriateness of drug use with Fornas during the years 2020-2022 was 66.17%, 63.25%, and 69.09%, respectively."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aufa Salsabila Imtisatami
"Salah satu bagian utama dalam kegiatan pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan BMHP yaitu penyimpanan. Penyimpanan dilakukan bertujuan untuk memelihara mutu sediaan farmasi, menghindari kehilangan dan pencurian, serta memudahkan dalam pencarian dan pengawasan sediaan. Rumah sakit memerlukan pengembangan kebijakan pengelolaan obat untuk meningkatkan keamanan, khususnya obat yang perlu diwaspadai (High alert medication). Obat tersebut harus diwaspadai karena sering menyebabkan terjadinya kesalahan dan dapat menyebabkan Reaksi Obat Yang Tidak Diinginkan (ROTD). Kelompok obat tersebut salah satunya obat yang terlihat mirip dan kedengarannya Look mirip (LASA atau Alike Sound Alike). Risiko yang dapat ditimbulkan oleh obat LASA yaitu kesalahan saat pengambilan obat. Upaya yang dapat dilakukan untuk menghindari kesalahan saat pengambilan obat adalah tidak menempatkan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai yang penampilan dan penamaan yang mirip (LASA) secara berdekatan saat penyimpanan dan memberikan penandaan khusus bagi obat Look Alike Sound Alike (LASA). Untuk menjamin penyimpanan obat LASA telah dilakukan dengan baik dan benar maka harus dilakukan monitoring dan evaluasi dalam penyimpanan obat tersebut. RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo telah membuat daftar nama obat Look Alike dengan zat aktif berbeda dan kekuatan berbeda. Hal ini dilakukan dengan harapan masing-masing satelit farmasi dapat menerapkan sistem penyimpanan yang baik dan benar sesuai dengan daftar nama obat tersebut sehingga dapat meningkatkan kewaspadaan tenaga kefarmasian selama proses dispensing obat. Daftar nama obat Look Alike sediaan parenteral dengan zat aktif berbeda dan kekuatan berbeda terakhir diperbaharui pada tanggal 1 Juni 2021, sehingga diperlukan pembaharuan daftar tersebut di tahun 2022.

One of the main parts in the management of pharmaceutical preparations, medical devices, and BMHP is storage. Storage is carried out with the aim of maintaining the quality of pharmaceutical preparations, avoiding loss and theft, as well as facilitating the search and control of preparations. Hospitals need to develop drug management policies to improve safety, especially high alert medication. These drugs must be watched out for because they often cause errors and can cause unwanted drug reactions (ROTD). This group of drugs is one of the drugs that looks similar and sounds similar (LASA or Alike Sound Alike). The risks that can be caused by LASA drugs are errors when taking drugs. Efforts that can be made to avoid errors when taking drugs are not placing pharmaceutical preparations, medical devices and consumable medical materials that are similar in appearance and labeling (LASA) close together during storage and providing special labeling for Look Alike Sound Alike (LASA) drugs. . To ensure that the storage of LASA drugs has been carried out properly and correctly, monitoring and evaluation must be carried out in storing these drugs. RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo has made a list of Look Alike drug names with different active substances and different strengths. This is done with the hope that each pharmaceutical satellite can implement a good and correct storage system in accordance with the list of drug names so that it can increase the awareness of pharmaceutical staff during the drug dispensing process. The list of Look Alike drug names for parenteral preparations with different active substances and different strengths was last updated on June 1 2021, so it is necessary to update the list in 2022."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Rafni Pamela Sari
"lnstalasi farmasi di Rumah sakit pcrlu mendapatkan pengelolaan yang baik, karena instalasi ini bcrperan penting dalam menenlukan baik tidaknya pclayanan Rumah Sakit dan juga pengeluaran Rumah Sakit unluk lnstalasi ini cukup besar. Di Rumah Sakit Umum Daerah Pemerintah Kota Bekasi pengeluaran unmk Instalasi Faxmasi Tahun 2008 sebesar 36,24 % dari total pengeluaran Rumah Sakil, dan dari jumlah tersebut 46,19 % adalah untuk obat, sedangkan jumlah item obat adalah 11733. Dcngan jumlah investasi yang sangat besar tersebut (Rp. 8.000.000.000,-) dengan jumlah item obat yang cukup banyak memerlukan suatu sistem perencanaan yang akurat. Pengawasan obat dengan jumlah item yang banyak akan lebih mudah dilakukan apabila dibuat pengelompokkan obat tcrsebut menurut tingkat pemakaian, tingkat invcstasi dan tingkat kckritisannya. Sedangkan perencanaan dapat dilakukan dengan melakukan forecasiing menggunakan data tahun yang lalu.
Penelitian ini dilakukan di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Daerah Pemerintah Kota Bckasi dan merupakan penelitian kualitatif dan kuantitatif dengan operation research. Melalui pendekatan kualitatif diharapkan diperoleh informasi tentang Manajemen Farmasi, khususnya perencanaan. Sedangkan dengan operation research didapatkan bahwa dengan suatujumlah persedian yang optimal akan mengcluarkan biaya yang lebih rendah dan sekaligus dapat mengoptimalkan pelayanan. Objek yang akan cliteliti adalah obat golongan antibiotik, karena obat golongan ini banyak dipakai 30,55 % dari total pemakaian obat dan investasi umuk obat ini cukup besar yaitu 24,05 % dari total investasi obat selama tahun 2008. Dilakukan Analisis ABC indeks kritis untuk obat golongan ini dan dihitung prakiraanjumlah kebutuhan bulan januari, Februari dan Maret 2009 untuk antibiotik kelompok A dalam analisis ABC indeks kritis dengan metodc Sinynle Exponenfial Smoothing dengan dengan 0. = 0,3 dan patokan perhitungan adalah MAD. Selanjutnya dibandingkan dengan perencanaan yang dilakukan Rumah Sakit dengan uji peringkat bertanda Wilcoxon. Untuk antibiotik kelompok Ajuga dilakukan perhitunganjumlah pemesanan optimal.
Hasil yang dipcrolch dari pcnclitian ini dikctahui bahwa lnstalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Daerah Pemerintah Kota Bekasi. Dalam melakukan perencanaan memakai metode Moving Average dan pemesanan dengan Order Cyrcle Sysrem namun tidak diperolch alasan yang jelas mcngcnai pcmilihan metode ini. Dari analisis ABC indeks kritis diperoleh I2 item antibiotik yang termasuk kelompok A, 50 kelompok B dan 222 kelompok C. Ke-I2 item antibiotik yang termasuk kelompok A tersebut merupakan 51,99 % dari total pemakaian dan 20,73 % dari total invcstasi. Hasil jzrecastmg terhadap kelompok A setelah dibandingkan dengan perencanaan yang dibuat Rumah Sakit ternyata tidak ada perbedaan yang bermakna.
Mengacu pada hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dengan melakukan pengelompokan antibiotik menurut analisis ABC indeks kritis dapat mcmpcmwdah pcngawasan karena dapat ditentukannya prioritas pengawasan, untuk itu disarankan kepada Rumah Sakit Umum Daerah Pemerintah Kota Bekasi untuk membuat pengelompokkan semua obat menurut analisis ABC indeks kritis untuk mcmudahkan pcngawasan. Dari hasil _/brecasiing yang dilakukan dan setelah diuji ternyala tidak ada pcrbedaan yang bermakna dengan yang telah dilakukan Rumah Sakit, artinya metode perencanaan yang dilakukan Rumah Sakit telah cukup baik, disarankan untuk dipcrtahankan.

Pharmacy unit should have good management in relation to its role in detemmining the quality of service in the hospital and the cost of this unit is quite high indeed. In Bekasi Public Hospital City 2008, the cost of this unit is about 36,24 % of total cost ofthe hospital from such amount 46,19 % is paid for |.733 items of medicine. Referring a large amount of such invest beside a large number of medicine (Rp. 8.000.000.000,-), the accurate planning is required. Managing of large number of medicine could be simplified by grouping the medicine according to level of use, level of invest and level of critical point. Therefore, the planning could be done by forecasting using the last data.
This reseach was conducted in pharmacy unit of Bekasi Public Hospital City by qualitative and quantitative approach with operation research. By quantitative approach, we expect the information about pharmaceutical management especially planning. More over, operation research could be define that optimal amount of stock would cost less even optimize the sen/ice. Object the research are antibiobics, because the using of this kind of medicine is 30.55 % of total number of all kind of medicine and the invest of antibiotics is quite large number, namely 24.05 % of total invest all kind of medicine a long 2008. Critical index ABC analysis is carried out. Requirement in January, February and March 2009 have been estimated for A group of antibiotics by this analysis using Simple Exponential Smoothing method with U. = 0.3 and calculation point is MAD. Futhennore, the value were compared with the data of planning which done by the hospital by wilcoxon signed ranks test.
The result showed that phamiaceutical instalation in Bekasi Public Hospital City, planning was carried out by Moving Average Method, meanwhile ordering was carried out by Order Cycle System, unfortunately there are no definitive reason in choosing these methods. Critical index ABC analyses found that I2 items of antibiotics were belonging A groups, 50 were belonging B groups and 222 were belonging C groups. All of I2 items of antibiotics belonging A groups were 35.90 % of total using and 28.46 % of total invest. The result of forecasting to A groups compared with planning carried out by hospital showed no significant difference.
The data showed that grouping the antibiotics according to critical index ABC analyses could simply the controlling because the priority of controlling could be determined. Therefore, it could be adviced to the Bekasi Public Hospital City to grouping all the medicine according to the critical index ABC analyses. The result of foreecasting and test showed no significant difference with those carried out by the hospital. It meaned that planning method carried out by hospital is good enough and could be continue.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2009
T34258
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Nabilah Lailati Fajriah
"Sebagai upaya dalam meningkatkan ketersediaan obat publik, dibutuhkan optimalisasi perencanaan dan pendistribusian obat dari Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota ke Unit Pelayanan Kesehatan. Diketahui bahwa persentase Puskesmas dengan ketersediaan obat esensial di Kota Depok pada tahun 2022 adalah sebesar 84,21%, dimana angka tersebut memenuhi standar minimal 80%. Pada wilayah lain, diketahui persentase Puskesmas dengan ketersediaan obat esensial di Kabupaten Bekasi, Kabupaten Bandung, dan Kota Semarang pada tahun 2022 masing-masing adalah sebesar 89,13%, 95,16%, dan 100%, persentase tersebut dikatakan lebih baik dari persentase yang dimiliki Kota Depok pada tahun 2022. Tingkat ketersediaan obat dapat dipengaruhi oleh berbagai hal, antara lain faktor input seperti keterbatasan anggaran dan faktor proses yaitu pengelolaan obat yang kurang ideal. Pengelolaan obat merupakan suatu proses yang dapat dievaluasi dan ditingkatkan setiap tahunnya guna mendapatkan hasil yang maksimal. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran manajemen pengelolaan obat di Kota Depok. Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah kualitatif dengan metode wawancara mendalam. Validasi data yang digunakan yaitu triangulasi sumber melalui wawancara dengan berbagai informan dan triangulasi metode dengan telaah dokumen serta observasi. Hasil penelitian menunjukan ketersediaan obat sesuai kebutuhan untuk tiga penyakit terbesar di Kota Depok tahun 2022 adalah sebesar 85,57%, dimana persentase tersebut sudah memenuhi standar yang ada. Pengelolaan obat yang dilakukan sudah mengikuti pedoman dari Badan Pengawas Obat dan Makanan serta Kementerian Kesehatan RI. Saran yang dapat diberikan yaitu dengan melakukan analisis beban kerja bagi SDM agar pengelolaan obat yang dilakukan dapat lebih maksimal.

In an effort to increase the availability of public drugs, it is necessary to optimize the planning and distribution of drugs from the Regency / City Pharmacy Installation to the Health Service Unit. It is known that the percentage of Puskesmas with the availability of essential drugs in Depok City in 2022 is 84.21%, which meets the minimum standard of 80%. In other regions, it is known that the percentage of health centers with the availability of essential drugs in Bekasi Regency, Bandung Regency, and Semarang City in 2022 is 89.13%, 95.16%, and 100%, respectively, which is better than the percentage of Depok City in 2022. The level of drug availability can be influenced by various things, including input factors such as budget constraints and process factors, namely less than ideal drug management. Drug management is a process that can be evaluated and improved every year to get maximum results. Therefore, this study aims to determine the description of drug management in Depok City. The type of research used in this study is qualitative with in-depth interview method. Data validation used is source triangulation through interviews with various informants and method triangulation with document review and observation. The results showed that the availability of drugs as needed for the three largest diseases in Depok City in 2022 was 85.57%, where the percentage had met the existing standards. The drug management carried out has followed the guidelines of the Food and Drug Administration and the Indonesian Ministry of Health. Suggestions that can be given are to conduct a workload analysis for human resources so that drug management can be maximized."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Unversitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>