Hasil Pencarian

Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 91195 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Irmasari Chumairah
"Latar belakang: Infeksi COVID-19 pertama kali terjadi di Wuhan, China pada 19 Desember 2019 hingga ditetapkan sebagai pandemik global oleh WHO pada tanggal 11 Maret 2020. Di Indonesia kasus pertama yang terkonfirmasi ditemukan pada tanggal 2 Maret 2020 dan sejak saat itu kasus COVID-19 semakin meningkat hingga mencapai 2.983.830 pada 21 Juli 2021. Pada kondisi melonjaknya kasus COVID-19 di dunia khususnya Indonesia telah menjadikan modalitas radiografi toraks sebagai salah satu penunjang diagnosis maupun sebagai parameter perkembangan kondisi klinis pasien. Negara Italia dan Inggris menggunakan radiografi toraks sebagai lini pertama di triage untuk penentuan tatalaksana awal, karena pemeriksaan RT-PCR memakan waktu cukup lama. Selain itu, pasien kritis yang tidak dapat dimobilisasi untuk pemeriksaan CT scan toraks dipilih untuk dilakukan pemeriksaan radiografi toraks menggunakan portable X-ray. Kondisi tersebut membuat negara Italia mengembangkan sistem skoring toraks Brixia untuk memantau perkembangan klinis pasien yang dirawat di rumah sakit. Karena sistem skoring toraks Brixia belum pernah digunakan sebagai prediktor untuk memperkirakan perjalanan penyakit pada pasien COVID-19, maka penelitian ini akan menilai skoring tersebut sebagai prediktor perkembangan klinis pasien COVID-19.
Metode: Penelitian ini merupakan studi kasus-kontrol menggunakan 48 data sekunder berupa sistem skoring toraks Brixia dari radiografi toraks yang diambil dari Picture archiving and communication system (PACS), serta data klinis dalam jangka waktu dua minggu pertama berupa anamnesis, pemeriksaan fisik dan penunjang lainnya pada pasien COVID-19 terkonfirmasi di RSCM periode Maret 2020 – Juli 2021.
Hasil: Rerata skoring toraks brixia antara kelompok klinis perburukan dan perbaikan tidak bermakna signifikan (p > 0,05), sehingga tidak dapat menilai titik potong skoring toraks Brixia. Namun didapatkan perbedaan rerata yang signifikan (p < 0,05) antara skoring toraks Brixia dengan kondisi akhir klinis hidup dan meninggal, yaitu didapatkan rentang skor di awal perawatan 7,8 – 16,6 dapat mengarah ke kondisi klinis kritis bahkan kematian di akhir perawatan. Selain itu juga didapatkan perbedaan rerata (p < 0,05) antara interval onset gejala dengan kelompok gejala klinis perburukan dan perbaikan pada pasien COVID-19.
Kesimpulan: Sistem skoring toraks Brixia tidak dapat dijadikan prediktor dalam menentukan perkembangan klinis perburukan atau perbaikan pada pasien COVID-19, sehingga tidak dapat dijadikan sebagai parameter tunggal dalam tatalaksana pasien. Namun secara tidak langsung skoring ini dapat memprediksi kondisi akhir ke arah hidup atau meninggal dikaitkan juga dengan interval onset gejala. Hal ini terjadi karena kondisi klinis perburukan maupun perbaikan disebabkan oleh proses perjalanan penyakit yang masih berlangsung sesuai onset gejala, serta daya imunitas individu yang bervariasi."
Lengkap +
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dini Wulan Sari
"Latar belakang: Infeksi COVID-19 menyebabkan terjadinya pandemik diseluruh dunia. Pemeriksaan rRT-PCR merupakan pemeriksaan yang di rekomendasikan dari WHO untuk penegakkan diagnosis dari COVID-19. Faktor-faktor yang mempengaruhi akurasi dari pemeriksaan rRT-PCR untuk diagnosis COVID-19, membuat pemeriksaan penunjang berupa radiografi toraks dan CT-scan toraks juga sangat dibutuhkan guna membantu diagnosis COVID-19. CT-scan toraks lebih sensitif untuk membantu mengarahkan diagnosis COVID-19 namun kurang praktis dalam hal desinfeksi dan dekontaminasi serta transportasi pasien ke ruang CT-scan, dan limitasi ketersediaannya pada fasilitas kesehatan. Di sisi lain, radiografi toraks dengan sensitifitas yang lebih rendah dibandingkan CT-scan, namun memiliki beberapa keunggulan terkait ketersediaan alat serta tidak tidak terkendala masalah transportasi dan dekontaminasi. Metode: Penelitian ini menggunakan data sekunder pemeriksaan radiografi dan CT-scan toraks pasien-pasien dengan hasil rRT-PCR positif yang tersedia di PACS Departemen Radiologi RSCM mulai bulan Maret 2020 hingga Juli 2021, dengan total 41 sampel. Kemudian dilakukan analisis dengan konkordansi dan Kohen Kappa. Hasil: Pada analisis Kappa Cohen, terdapat kesesuaian sedang (0,55) antara penebalan pleura, kesesuaian lemah antara gambaran opasitas ground glass (GGO) (0,32), konsolidasi (0,38), efusi pleura (0,36) , distribusi lesi perifer (0,39), fokus lesi yang multifokal (0,32), zona paru yang terkena (atas 0,32, tengah 0,24, bawah 0,36), dan keterlibatan paru bilateral (0,27) serta tidak terdapat kesesuaian antara gambaran opasitas retikuler (0,06) dan lesi sentral (-0,10) pada radiografi dan CT-scan toraks. Pada analisis Konkordansi terdapat kesesuaian kuat antara gambaran GGO(80,5%), penebalan pleura (90,2%), efusi pleura (92,6%), lokasi lesi di perifer(82,9%), kesesuaian sedang antara konsolidasi (68,2%), lesi multifokal (73,1%), Zona bawah(78%), zona tengah (65,8%) dan keterlibatan paru bilateral (70,7%) dan lemah antara lesi di zona bawah (63,4%) serta tidak ada konkordansi antara opasitas retikuler (48,7%) dan lesi di sentral (51,2%) pada radiografi dan CT-scan toraks.

Background: COVID-19 infection causes a worldwide pandemic. The rRT-PCR examination is recommended by WHO for the diagnosis of COVID-19. Factors that affect the accuracy of the rRT-PCR examination for the diagnosis of COVID-19, making supporting examinations of chest radiography and chest CT-scan also needed to help diagnose the COVID-19 infection. Chest CT scan is more sensitive to help direct the diagnosis of COVID-19 but is less practical in terms of disinfection and decontamination and transportation of patients to CT-scan rooms, and limited availability in health facilities. On the other hand, chest radiography has a lower sensitivity than CT scan, but has several advantages related to the availability of tools and transportation and decontamination problems. Methods: This study uses secondary data from chest radiographic and chest CT-scans examinations of patients with positive rRT-PCR results available at the PACS of the RSCM Radiology Department from March 2020 to July 2021, with a total of 41 samples. The analysis was carried out by using Kappa Cohen and concordance. Results: In Kappa Cohen's analysis, there was moderate agreement (0.55) between pleural thickening, weak agreement between ground glass opacity (GGO) images (0.32), consolidation (0.38), pleural effusion (0.36), lesion distribution peripheral (0.39), multifocal lesion foci (0.32), affected lung zones (upper 0.32, middle 0.24, below 0.36), and bilateral lung involvement (0.27) and no agreement between reticular opacity (0.06) and central lesion (-0.10) on chest radiograph and CT scan. In the Concordance analysis there was a strong concordance between the appearance of GGO (80.5%), pleural thickening (90.2%), pleural effusion (92.6%), the location of the lesion in the periphery (82.9%), moderate concordance between consolidation ( 68.2%), multifocal lesions (73.1%), lower zone (78%), middle zone (65.8%) and bilateral lung involvement (70.7%) and weak between lesions in the lower zone (63, 4%) and there was no concordance between reticular opacities (48.7%) and central lesions (51.2%) on chest radiographs and CT scans. Conclusion: From all the lesion assessments on chest radiographs and chest CT-scans, reticular opacity lession and the central location of the lesion had no agreement between chest radiographic findings and chest CT scan. The other lesions had moderate to weak agreement on chest radiographs and chest CT scans"
Lengkap +
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Radius Kusuma
"Latar belakang: Kasus COVID-19 anak lebih jarang ditemukan daripada dewasa. Meskipun demikian, pada dasarnya anak tetap dapat terinfeksi SARS-CoV-2 dan turut berperan dalam transmisi penyakit. Pemeriksaan reverse transcription polymerase chain reaction (RT-PCR) merupakan baku emas untuk mendiagnosis COVID-19 namun memerlukan waktu relatif lama untuk memperoleh hasil. Radiografi toraks memiliki potensi menjadi modalitas diagnostik COVID-19 di masa pandemi. Sampai saat ini, belum ada penelitian terhadap penggunaan kategori gambaran radiografi toraks untuk menunjang diagnosis COVID-19 pada pasien anak.
Metode: Penelitian ini dilaksanakan dengan desain potong lintang menggunakan data sekunder berupa hasil pemeriksaan radiografi toraks dan hasil RT-PCR terhadap 88 pasien anak di RSUPN Cipto Mangunkusumo mulai dari periode April 2020 hingga Oktober 2021, yang terdiri dari 22 pasien pneumonia COVID-19 dan 66 pasien pneumonia bukan COVID-19.
Hasil: Analisis kappa Cohen untuk menilai kesesuaian antara kategori radiografi toraks (tipikal dan non-tipikal) dan hasil RT-PCR (pneumonia COVID-19 dan pneumonia bukan COVID-19) menunjukkan hasil nilai kappa ialah 0,22 (p = 0,033) yang mengindikasikan tingkat kesesuaian lemah namun bermakna.
Simpulan: Tidak terdapat gambaran radiografi toraks yang khas pada anak dengan pneumonia COVID-19. Tidak terdapat kesesuaian yang baik antara kategori radiografi toraks dan hasil RT-PCR pada anak dengan pneumonia COVID-19.

Background: COVID-19 pneumonia is rare in children. However, children may still be infected and transmit disease. RT-PCR is the gold standard in diagnosing COVID-19, although results may be delayed. Chest radiograph may have role in diagnosing COVID- 19. To dates, literature in chest radiograph categorization in diagnosing COVID-19 in children has yet to be found.
Method: This study used secondary data of chest radiographs and RT-PCR result from 88 children in RSUPN Cipto Mangunkusumo from April 2020 to October 2021.
Result: Kappa Cohen analysis of agreement between chest radiographic category and RT-PCR result showed kappa score of 0,22 (p = 0,033), indicating a weak agreement yet statistically significant.
Conclusion: There is no pathognomonic chest radiograph findings of COVID-19 pneumonia in children. Agreement between chest radiographic category and RT-PCR testing in paediatric COVID-19 pneumonia is poor.
"
Lengkap +
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Sapto Budi Nugroho
"Latar Belakang: Pandemi COVID-19 di Indonesia belum resmi berakhir, dan karena perilaku protektif yang terlihat diabaikan, menjadi sangat penting untuk terus dikampanyekan guna meningkatkan kesadaran masyarakat dan menerapkan protokol kesehatan dalam rangka mengendalikan penyebarannya. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis persepsi risiko dan pengalaman masyarakat terhadap penularan COVID-19 di Indonesia.
Metode: Penelitian ini menggunakan metode lintang potong dan dilakukan pada bulan Juli hingga Agustus 2022 dengan menggunakan survei daring. Kuesioner dikembangkan berdasarkan kuesioner standar (ECOM, 2015) tentang persepsi risiko wabah penyakit menular. Kuesioner ini kemudian didistribusikan melalui berbagai platform media sosial, termasuk WhatsApp, Facebook, dan Instagram.
Hasil: Penelitian ini mengungkapkan bahwa responden wanita lebih banyak daripada pria (61,3%), memiliki pendidikan sarjana (38,5%), bekerja di perusahaan swasta (32,3%), dan pernah tertular Covid (43,8%). Responden yang memiliki skor persepsi risiko di atas rata-rata adalah 60%. Menurut kesepuluh data distribusi persepsi risiko, sebagian besar responden menganggap COVID-19 sebagai ancaman. Memakai masker, rutin mencuci tangan, jaga jarak fisik, dan tinggal di rumah tetap menjadi pilihan dan efektif untuk mencegah penularan. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki penularan COVID-19 yang intens secara langsung maupun tidak langsung.
Kesimpulan: Meskipun sebagian besar responden khawatir akan penularan Covid-19, mereka menyatakan siap untuk penularan dan sadar bagaimana mengendalikan dan mencegah penularan.

Background: The COVID-19 pandemic in Indonesia has not officially ended, and due to the apparent underestimation of protective behavior, it is imperative to continuously promote public awareness and implement health  protocols  to control its spread. Therefore, this study aims to analyze the community's risk perception and experiences of COVID-19 transmission in Indonesia.
Methods: This cross-sectional study was conducted from July to August 2022 using an online survey. The questionnaire was developed based on a standard questionnaire (ECOM, 2015) on the risk perception of an infectious disease outbreak. It was then distributed through various social media platforms, including WhatsApp, Facebook, and Instagram.
Result: This study revealed that there were more female respondents than men (61.3%), held bachelor’s degree (38.5%), work in private company (32.3%), and been infected by Covid (43.8%). Respondents who have risk perception score above average is 60%. According to all ten risk perception distribution data, most respondents considered COVID-19 a threat. Wearing mask, regularly wash hands, physical distancing, and stay at home still options and effective to prevent the transmission. This showed that most respondents had intense COVID-19 transmission directly or indirectly.
Conclusion: Although most of respondents worry of Covid-19 transmission, they stated ready for transmission and aware how to control and prevent the transmission.
"
Lengkap +
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dwina Anggraini
"Di tengah pemberlakuan kebijakan new normal, risiko para tenaga kesehatan terinfeksi COVID-19 masih tinggi. Pemerintah Provinsi Jawa Tengah memberikan arahan terhadap rumah sakit untuk melaksanakan langkah preventif, kuratif dan promotif dalam penanganan COVID-19. Brebes merupakan kabupaten dengan tingkat kepadatan penduduk tertinggi kedua di Jawa Tengah yaitu sebanyak 1.925.365 jiwa dengan luas wilayah Kabupaten Brebes mencapai 1.769,62 km2. Dengan tingkat kepadatan penduduk serta luas wilayah yang tinggi, rumah sakit di Kabupaten Brebes tentunya dituntut untuk dapat memberikan pelayanan maksimal dengan pemenuhan standar rumah sakit dan tenaga kesehatan. Pelaksanaan pencegahan dan pengendalian COVID19 di rumah sakit merupakan upaya penting dalam melindungi tenaga kesehatan dari risiko infeksi COVID-19. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa penerapan manajemen risiko pada tenaga kesehatan yang menangani COVID-19 di RSUD Brebes tahun 2022. Penelitian kualitatif dengan desain studi kasus deskriptif ini menggunakan data primer yang berasal dari wawancara mendalam dan data sekunder yang berasal dari telaah dokumen. Hasil penelitian menunjukkan penerapan manajemen risiko COVID-19 pada tenaga kesehatan di RSUD Brebes belum berjalan secara maksimal. Hal utama yang menyebabkan belum dilaksanakannya manajemen risiko secara maksimal ini adalah belum adanya komitmen dari seluruh staf terutama pimpinan dalam mengupayakan dan mendukung terlaksananya program manajemen risiko. Kondisi ini juga didukung dengan masih minimnya jumlah personil tenaga kesehatan sehingga menjadi pemicu kendala dalam penerapan manajemen risiko COVID-19.Oleh karena itu, peneliti menyarankan untuk memasukkan manajemen risiko sebagai salah satu kebijakan strategis rumah sakit dalam upaya peningkatan keselamatan dan kesehatan kerja. Untuk tenaga kesehatan, disarankan untuk lebih berpartisipasi aktif dalam penerapan dan pengembangan manajemen risiko.

In the midst of the implementation of the new normal policy, the risk of health workers being infected with COVID-19 is still high. The Central Java Provincial Government provides directions for hospitals to carry out preventive, curative and promotive steps in handling COVID-19. Brebes is the district with the second highest population density in Central Java, which is 1,925,365 people with the area of ​​Brebes Regency reaching 1,769.62 km2. With a high level of population density and area, hospitals in Brebes Regency are certainly required to be able to provide maximum service by meeting hospital standards and health workers. The implementation of the prevention and control of COVID-19 in hospitals is an important effort to protect health workers from the risk of COVID-19 infection. This study aims to analyze the application of risk management to health workers who handle COVID-19 at the Brebes Hospital in 2022. This qualitative research with a descriptive case study design uses primary data from in-depth interviews and secondary data from document review. The results showed that the application of COVID-19 risk management to health workers at the Brebes Hospital had not run optimally. The main reason why risk management has not been implemented to its full potential is the lack of commitment from all staff, especially the leadership, in seeking and supporting the implementation of risk management programs. This condition is also supported by the still minimal number of health personnel so that it triggers obstacles in the implementation of COVID-19 risk management. Therefore, the researchers suggest including risk management as one of the hospital's strategic policies in an effort to improve occupational safety and health. For health workers, it is recommended to actively participate in the implementation and development of risk management."
Lengkap +
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Novia Anggraeni
"Kondisi pembatasan aktivitas masyarakat akibat pandemi COVID-19 membuat perguruan tinggi kearsipan menyesuaikan layanan kearsipan. Kesiapsiagaan bencana COVID-19 perlu diterapkan di lingkungan Kantor Arsip Universitas Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi kesiapsiagaan Kantor Arsip Universitas Indonesia dalam menghadapi bencana COVID-19 dan bagaimana peran teknologi informasi dalam kesiapsiagaan bencana COVID-19 diterapkan pada pengelolaan arsip elektronik dan kertas. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan metode studi kasus. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Kantor Kearsipan Universitas Indonesia telah merespon situasi pandemi COVID-19 dengan melakukan berbagai upaya kesiapsiagaan yang diimplementasikan dalam kegiatan dan pelayanan pengelolaan arsip. Ditemukan juga peran teknologi informasi yang diterapkan dalam pengelolaan arsip elektronik. Ada kendala bagi staf dan pimpinan dalam menjalin komunikasi dan interaksi di masa pandemi. Berdasarkan hasil penelitian, maka saran dari penelitian ini adalah Kantor Arsip Universitas Indonesia perlu membuat rencana pemulihan pascabencana dan mencari upaya untuk menjalin komunikasi yang efektif selama pandemi antara staf dan pimpinan.

The condition of restrictions on community activities due to the COVID-19 pandemic has caused higher education archival institutions to adjust their archival services. COVID-19 disaster preparedness needs to be implemented within the University of Indonesia Archives Office. This study aims to identify the preparedness of the University of Indonesia Archives Office in dealing with the COVID-19 disaster and how the role of information technology in COVID-19 disaster preparedness is applied to the management of electronic and paper archives. This research is a qualitative research with case study method. The results show that the University of Indonesia Archives Office has responded to the COVID-19 pandemic situation by carrying out various preparedness efforts that are implemented in archive management activities and services. It was also found the role of information technology applied in the management of electronic records. There are obstacles for staff and leaders in establishing communication and interaction during the pandemic. Based on the results of the study, the suggestion from this research is that the University of Indonesia Archives Office needs to make a post-disaster recovery plan and look for efforts to establish effective communication during the pandemic between staff and leaders."
Lengkap +
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Mochamad Chalid
"Swab stick adalah alat pengambilan sampel virus melalui penyapuan jaringan lunak pada bagian hidung. Alat ini yang masih import, menjadi kristis saat kekurangan ketersediaan dalam negri Indonesia saat pandemik Covid-19 lalu. Oleh karena itu, Universitas Indonesia melalui Research Center for Biomedical Engineering, FTUI melakukan kolaborasi dengan empat industri lokal, dalam pengembangan dan produksi swab stick dalam negri, dengan mengacu ISO 13485:2016, peralatan kesehatan sistim manajemen kualitas – persyaratan untuk tujuan regulasi. Industri yang dilibatkan, telah memiliki pengalaman panjang dalam produksi bahan baku polimer, pemrosesan plastik, teknologi flocking dan pengemasan medis, untuk keyakinan pencapaian jaminan kualitas swab stick yang sesuai dengan produk yang ada. Laporan ini mendeskripsikan jaminan kualitas desain, purwarupa dan produksi swab stick. Rangkaian pengujian berupa uji geometri, tarik, kelekatan penyapu, permukaan, penyerapan sapuan dan residu paska produksi. Kerja pengembangan menghasilkan produk swab stick dengan kekakuan 400 MPa, lengkungan pada 15 N, kerapatan 1,5-2,5 Dtex, sudut kontak air 78 derajat dan penyerapan air 25-35 mikro Liter. Lebih lanjut, tidak ditemukan residu bahan beracun pada produk. Produk swab stick yang berkualitas tersebut diharapkan sebagai produk nasional yang mendekati 100% TKDN dalam rangka meningkatkan ketersediaan peralatan kesehatan, terutama menghadapi COVID-19 di Indonesia. Produk ini secara formal didaftarkan dengan nama dagang Sterilized Nasopharynx Swab Stick HS 19

Swab sticks are a means of sampling a person by swabbing the nasopharyngeal pathway. This tool is at a critical point, where domestic availability in Indonesia is lacking because it is purely dependent on foreign supplies during the coronavirus disease 2019 pandemic. Therefore, a collaboration of national companies and the Research Center for Biomedical Engineering, Universitas Indonesia, addressed this scarcity by producing a national swab stick. Since there was no swab stick manufacturer in Indonesia, the production referred to ISO 13485:2016. The companies contributing have strong experience in resin production, plastic processing, flocking technology, and medical packaging to ensure the product quality. We propose a series of measurements, and have conclude that the product has stiffness around 400 MPa, deflected at 15N, a density of 1.5–2.5 Dtex, water contact angle at 78 degrees, and adsorbsivity around 25–35L of liquid water. Moreover, there was no any residual toxic substance around the flocked swab. These qualities shall be developed further into a national product with nearly 100% local content in order to increase availability of the national medical device and fight COVID-19 in Indonesia. The product was formally registered under the trade name Sterilized Nasopharynx Swab Stick HS 19."
Lengkap +
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Raden Rara Diah Handayani
"Dalam dua tahun terakhir pandemi corona virus disease 2019 (COVID-19) telah menginfeksi > 220 juta orang dan 5 juta orang meninggal. Di Indonesia > 4 juta orang terinfeksi dan > 140.000 orang meninggal. Pada puncak pandemi, kebutuhan perawatan tidak seimbang dengan sarana rumah sakit sehingga WHO menganjurkan untuk memprioritaskan pasien secara ekual. Untuk itu diperlukan prediktor luaran pasien COVID-19. Penelitian ini bertujuan menyusun prediktor luaran pasien COVID-19 menggunakan regresi logistik dan machine learning.
Penelitian terdiri atas 2 tahap. Tahap pertama adalah kohort retrospektif untuk menyusun prediktor kematian di rumah sakit dengan regresi logistik dan machine learning (decision tree, random forest, support vectore machine, gradient boost and extreme gradient boost). Pasien terkonfirmasi COVID-19 diinput di data registri REG-COVID-19 pada bulan Maret–Juli 2020 di RS Persahabatan (RSP) dan RS Universitas Indonesia (RSUI). Tahap kedua adalah kohort prospektif pada pasien COVID-19 di RSP, RSUI dan RSPI Suliati Saroso pada bulan Maret–Mei 2021. Data yang diinput adalah data demografi, gejala klinis, komorbid, laboratorium, skor Brixia dari radiografi toraks, luaran pasien dari perawatan dan lama rawat.
Pada tahap penyusunan diperoleh 271 subjek untuk analisis machine learning, 239 subjek untuk model 1, sebanyak 180 subjek model 2, dan 152 subjek model 3 dan model 4. Hasil analisis regresi logistik model 1 terdiri atas 7 variabel yaitu demam, diabetes melitus, frekuensi napas, saturasi O2, leukosit, SGOT dan CRP dengan AUC 0,930. Model 2 memberikan hasil hampir sama tetapi SGOT menjadi SGPT dengan AUC 0,926. Model 3 memiliki AUC 0,919 dan model 4 memberikan AUC 0,924 dengan variabel D dimer > 2000 menjadi salah satu prediktor. Validasi semua model regresi logistik dan machine learning menunjukkan penurunan AUC, tetapi tidak berbeda bermakna (uji perbandingan AUC, p = 0,683–0,736). Perbandingan model regresi logistik dan machine learning juga tidak berbeda bermakna (uji perbandingan AUC dengan rumus Hanley, p = 0,492–0,923).
Disimpulkan prediksi kematian pasien COVID-19 menggunakan regresi logistik dan machine learning memiliki akurasi yang baik sehingga regresi logistik dan machine learning dapat dijadikan prediktor luaran pasien COVID-19.

Corona virus disease 2019 (COVID-19) pandemic has lasted almost 2 years worldwide with more than two hundred million world population were infected and almost 5 million (2%) death. In Indonesia, there have been more than 4 million people were infected with more than 140.000 (3.5%) death. At the peak of the outbreak there were discrepancy between health care facilities and demands. WHO recommended to prioritize patient equally, to avoid patient discrimination by social class, race, and gender. The best prediction tool should be valid, reliable and feasible. Many studies develop assessment with logistic regression and machine learning with the goal to improve accuracy. Some study showed variety of predictors in outcome prediction, in this study we developed and validated assessment tool to predict hospital mortality comparing logistic regression and machine learning, included support vector machine (SVM), decision tree (DT), random forest (RF), gradient boost (GB) and extreme gradient boost (XGB). Our study was conducted in 2 stages. The first stage study was cohort retrospective to develop assessment tool to predict hospital mortality by comparing logistic regression and machine learning among hospitalized COVID-19 patients from March to July 2020. The second was cohort prospective study among the same population, to validate the tools. The development data were collected from Persahabatan hospital and Universitas Indonesia hospital who registered in REG-COVID-19, 271subjects were eligible for machine learning analysis and 239 subjects for logistic regression data set 1; 180 subjects for data set 2; 152 for data set 3 and 4. Analysis of data set 1 resulted in 8 variables as mortality prediction include fever, DM, respiratory rate (RR), oxygen saturation, leucocyte, ALT > 42, CRP > 88, with AUC 0,930. Data set 2 resulted in similar variables except AST, with AUC 0,926. Data set 3 resulted in 6 variables with AUC 0,919 and Data set 4 resulted in 7 variables included fever, HR, RR, leucocyte, age above 52, CRP > 86 and D-dimer > 2000 with AUC 0,924. Validation of all models showed decreasing AUC. Machine learning analysis resulted in 5 models with the best was XGB among all set data with AUC between 0,8–0,9. There were decreasing of AUC of all models, but not statistically different (p 0.683–0.736). Comparing developed models with logistic regression and machine learning showed there were differences but not statistically significant. (p 0.492-0.923)"
Lengkap +
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Najmah Azzahra
"Penelitian ini membahas tentang pandemi Covid-19 dan kebijakan penanggulangan yang dikeluarkan di 10 negara anggota Uni Eropa (UE) yaitu Spanyol, Italia, Jerman, Prancis, Belgia, Belanda, Portugal, Irlandia, Austria, dan Swedia. Negara-negara tersebut dipilih karena dikonfirmasi memiliki kasus positif Covid-19 terbanyak pada awal masa pandemi. Penelitian dianalisis menggunakan metode kualitatif dengan memanfaatkan baik data kualitatif mapun kuantitatif. Teori Ancaman Nasional dan Konsep Kapasitas Fiskal diaplikasikan untuk menganalisis mengapa 10 negara anggota UE  berinisiatif mengeluarkan kebijakan masing-masing dalam penanggulangan pandemi Covid-19 meskipun berada di bawah institusi supranasional yaitu UE, serta kebijakan pada sektor apa yang menjadi prioritas dalam penanggulangan pandemi Covid-19 di 10 negara UE dan mengapa negara memprioritaskan kebijakan tersebut. Argumentasi dalam penelitian ini adalah 10 negara anggota UE melihat pandemi Covid-19 sebagai ancaman nasional yang perlu segera ditangani sehingga masing-masing negara memutuskan untuk mengeluarkan kebijakan tanpa menunggu respon dari UE.  Penelitian ini menemukan bahwa 10 negara anggota UE melihat pandemi Covid-19 sebagai ancaman lingkungan yang berdampak pada stabilitas nasional di sektor sosial-kemasyarakatan, politik, dan ekonomi. Penelitian ini juga menemukan bahwa semakin kuat kapasitas fiskal suatu negara, semakin kuat juga kebijakan dan peran pemerintah dalam penanggulangan krisis pada negara tersebut.

This study discusses the Covid-19 pandemic and the policy response of 10 member countries of the European Union (EU), namely Spain, Italy, Germany, France, Belgium, the Netherlands, Portugal, Ireland, Austria, and Sweden. These countries were chosen because they were confirmed to have the highest positive cases of Covid-19 at the beginning of the pandemic. The research was analysed using qualitative methods by utilizing both qualitative and quantitative data. National Threat Theory and Fiscal Capacity Concept were applied to analyse why 10 EU member states took the initiative to issue their respective policies in dealing with the Covid-19 pandemic even though they were under a supranational institution, namely the EU, as well which sector of policies was the priority in handling Covid-19 pandemic in 10 EU countries and why they prioritize those policies. This study argues that 10 EU member states see the Covid-19 as a national threat, which needs to be addressed immediately so that each country decides to issue a policy without waiting for a response from the EU. This study found that 10 EU member states saw the Covid-19 pandemic as an ecological threat that impacts national stability in the social, political, and economic sectors. This study also found that countries with strong fiscal capacity can issue strong government’s policies and involvement in overcoming crisis."
Lengkap +
Jakarta: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Azarin Jilan Aqila
"Terdapat cukup banyak penyakit berbahaya yang menular melalui udara, diantaranya adalah Tuberkulosis dan Covid-19. Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis. Berbeda dengan TB, Covid-19 merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh virus SARS-CoV-2. Tuberkulosis dan Covid-19 merupakan penyakit yang cukup serupa. Selain penularannya yang sama-sama melalui udara, secara umum kedua penyakit ini sama-sama menyerang pernapasan manusia. Koinfeksi dari kedua penyakit ini membuat situasi semakin memburuk. Pada skripsi ini, dikonstruksi model matematika penyebaran koinfeksi penyakit TB dan Covid-19. Dari model tersebut, dilakukan kajian analitik yang meliputi analisis eksistensi dan kestabilan titik keseimbangan penyakit serta analisis dan interpretasi bilangan reproduksi dasar R0. Selain itu, diteliti juga mengenai bilangan reproduksi dasar invasi antar kedua penyakit. Kemudian dilakukan simulasi numerik yang mencakupi analisis elastisitas dan sensitivitas serta simulasi autonomous dari model. Analisis pada submodel single infection, yaitu model TB saja dan Covid-19 saja, juga dilakukan untuk melihat dinamika keberadaan kedua penyakit secara bersamaan. Dari kajian analitik yang dilakukan, diperoleh titik bebas penyakit yang stabil asimtotik lokal saat R0<1. Namun, bifurkasi mundur mungkin terjadi saat R0=1 sehingga titik bebas penyakit tidak stabil secara global. Titik endemik model ada dan stabil asimtotik lokal saat R0>1. Berdasarkan kajian numerik, diperoleh hasil bahwa perubahan laju infeksi TB dan Covid-19 secara bersamaan dapat memberikan pengaruh terhadap keberadaan penyakit TB-Covid-19 di populasi.

There are quite a number of dangerous diseases that are transmitted through the air, including Tuberculosis and Covid-19. Tuberculosis (TB) is a disease caused by the Mycobacterium tuberculosis bacteria. Unlike TB, Covid-19 is an infectious disease caused by the SARS-CoV-2 virus. Tuberculosis and Covid-19 are quite similar diseases. Apart from being transmitted through the air, these two diseases attack human respiration. The co-infection of these two diseases makes the situation even worse. In this thesis, a mathematical model for the spread of co-infection with TB and Covid-19 is constructed. From this model, an analytical study was carried out which included an analysis of the existence and stability of the disease equilibrium point as well as an analysis and interpretation of the basic reproduction number (R0). In addition, the invasion reproduction number between the two diseases was also investigated. Then a numerical simulation is carried out which includes elasticity and sensitivity analysis as well as autonomous simulation of the model. Analysis of the single infection submodel, namely the TB-only model and Covid-19-only model, was also carried out to see the dynamics of the coexistence of the two diseases. From the analytical study conducted, a local asymptotically stable disease-free equilibrium was obtained when R0<1. However, a backward bifurcation may occur when R0=1 so the disease-free equilibrium is not globally stable. The endemic equilibrium exists and is locally asymptotically stable when R0>1. Based on a numerical study, the results obtained were that changes in the infection rate of TB and Covid-19 simultaneously could have an impact on the presence of TB-Covid-19 disease in the population."
Lengkap +
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>