Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 130031 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Reva Maya Tika
"Pendahuluan: Pandemi Covid-19 menjadi risiko peningkatan kejadian Computer Vision Syndrome karena terjadinya perubahan lingkungan untuk bekerja maupun belajar. Hal ini terutama terjadi pada mahasiswa dengan latar belakang bukan dengan jurusan komputer. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian CVS pada mahasiswa tahun 2021. Metode: Penelitian ini menggunakan studi potong lintang (cross-sectional) dengan populasi mahasiswa S1 Reguler FKM UI angkatan 2018, 2019, dan 2020 dengan jumlah sampel 124 mahasiswa. Data dikumpulkan melalui kuesioner online dengan media gform yang disebarkan pada bulan November 2021. Analisis univariat dilakukan untuk melihat frekuensi distribusi dari masing-masing variabel dan analisis bivariat dilakukan dengan menggunakan uji chi-square untuk melihat hubungan secara statistik. Kemudian juga dimunculkan nilai odd ratio untuk melihat nilai kelompok yang memiliki risiko. Hasil: Kejadian CVS pada mahasiswa S1 Reguler FKM UI angkatan 2018, 2019, dan 2020 sebesar 87,1%. Dari hasil analisis hanya ditemukan satu variabel yang memiliki hubungan signifikan dengan kejadian CVS pada mahasiswa yaitu kelelahan emosional (p=0,004). Namun terdapat dua variabel yang menjadi faktor risiko terjadinya CVS yaitu kelelahan emosional (OR=5,465), durasi penggunaan komputer (OR=4,754). Kesimpulan: Pada penelitian ini terdapat satu variabel yang memiliki hubungan yang signifikan dengan kejadian CVS pada mahasiswa dan terdapat dua variabel yang menjadi faktor risiko terjadinya CVS pada mahasiswa. Saran: Pihak kampus hendaknya memberikan informasi dengan melakukan promosi serta sosialisasi terkait kejadian CVS kepada seluruh civitas kampus terutama mahasiswa.

Introduction: The changes of learning process from conventional method to online system during the Covid-19 pandemic has increased the occurance rate of Computer Vision Syndrome especially for non-computer majors students. Objectives: This study aims to determine the risk factors associated with CVS among university students in 2021. Methods: This research uses a cross-sectional study with the population of 124 students from Public Health Faculty regular program of Universitas Indonesia who are currently on their second to fourth year term. The data was collected through an online questionnaire using google form which was distributed on November 2021. Univariate analysis was carried out to see the frequency distribution of each variable and bivariate analysis was carried out using the chi-square test to see statistical relationships. In addition, the odd ratio value is used to measure the associate risk between independent and dependent variables. Results: The prevalance of CVS among the students was 87.1%. From the statistical analysis, there is only one variable that has significant relationship with CVS incident, which is burnout (p = 0.004). However, there are two variables that are found as risk factors for CVS, namely: 1) burnout (OR = 5,465); 2) computer duration use (OR = 4,754).Conclusion: There is one variable that has significant relationship with the incidence of CVS among students while there are two variables that are risk factors for CVS in students. Suggestion: The campus should provide more information related to CVS by conducting promotion and socialization for the entire campus community, especially towards students."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rahadian Muhammad Shadik
"Computer Vision Syndrome (CVS) menjadi salah satu masalah kesehatan yang paling banyak dialami oleh pengguna komputer, termasuk mahasiswa. Akibat adanya pandemi Covid-19, banyak kegiatan yang tadi nya dilakukan secara offline/luring, berubah menjadi daring, termasuk dalam sektor pendidikan. Hal ini mengakibatkan durasi penggunaan alat elektronik dengan layar digital/VDT meningkat, khususnya di kalangan mahasiswa. Durasi penggunaan layar digital/VDT ini merupakan salah satu faktor risiko dari Computer Vision Syndrome. Selain dari durasi, diduga ada beberapa faktor risiko lain yang juga berhubungan dengan Computer Vision Syndrome. Sehingga tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk melihat gambaran kejadian Computer Vision Syndrome dan faktor risikonya, serta menganalisis hubungan antara kejadian Computer Vision Syndrome dan faktor risikonya pada mahasiswa (S1 Reguler dan pascasarjana S2) Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia di masa pandemi Covid-19 tahun 2022. Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret-Juni 2022 dengan menggunakan kuesioner CVS-Q dan beberapa pertanyaan singkat terkait faktor risiko yang disebar secara online. Desain studi yang digunakan pada penelitian ini adalah cross-sectional dan melibatkan 250 responden yang berasal dari mahasiswa S1 reguler dan pascasarjana S2 FKM UI. Hasil dari penelitian ini menunjukkan terdapat 6 variabel yang mempunyai hubungan yang signifikan, yaitu usia (P value = 0,000), durasi penggunaan layar digital/VDT(P value = 0,006), pola istirahat (P value = 0,007), kelainan refraksi mata(P value = 0,014), penggunaan antiglare (P value = 0,011), dan screen brightness (P value = 0,030 ). Oleh karena itu, dibutuhkan pengendalian dan intervensi lebih lanjut agar masalah tersebut dapat diatasi.

Computer Vision Syndrome (CVS) is one of the most common health problems experienced by computer users, including students. Due to the Covid-19 pandemic, many activities that were previously carried out offline have turned into online, including the education sector. This condition increased the use duration of electronic devices with digital screens/VDT, especially among students, it is one of the risk factors for Computer Vision Syndrome. Apart from duration, several risk factors are also associated with Computer Vision Syndrome. The aims of this study are to see an overview of Computer Vision Syndrome incidence and analyze the relationship between Computer Vision Syndrome incidence and its risk factors in regular (S1) and postgraduate (S2) students, Faculty of Public Health, University of Indonesia (FKM UI) during the Covid-19 pandemic. This research was conducted in March-June 2022 using the CVS-Q questionnaire and several short questions related to risk factors distributed online. The study design used in this study was cross-sectional and involved 250 respondents from regular undergraduate and postgraduate students of FKM UI. The results of this study indicate that there are 6 variables that have a significant relationship, namely age (P value = 0.000), duration of use of digital screens/VDT (P value = 0.006), rest pattern (P value = 0.007), eye refraction abnormalities (P value = 0.014), use of antiglare (P value = 0.011), and Screen brightness (P value = 0.030 ). Therefore, further controls and interventions are needed so that these problems can be overcome."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mashita Fajri Maysuro
"Computer vision syndrome (CVS) adalah sindrom yang terjadi karena adanya interaksi mata yang berlebihan dengan komputer. Faktor risiko terkait individu, lingkungan, dan komputer dapat meningkatkan prevalensi CVS dan menyebabkan gejala visual dan ekstraokular pada mata. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa hubungan antara faktor risiko individu, komputer, dan lingkungan dengan prevalensi CVS pada mahasiswa Fakultas Ilmu Komputer (Fasilkom) Universitas Indonesia. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain studi cross sectional. Sampel penelitian terdiri dari 109 mahasiswa reguler Fasilkom UI angkatan 2015-2018. Teknik sampling yang digunakan adalah stratified random sampling. Penelitian ini menggunakan instrumen penelitian berupa kuesioner online. Data yang terkumpul kemudian dianalisis dengan menggunakan analisis univariat dan bivariat. Prevalensi CVS diperoleh dari sampel sebanyak 36 mahasiswa (33%). Hasil uji bivariat antara faktor risiko dan CVS diperoleh sebagai berikut, riwayat penyakit mata (p= 0.25 OR= 1.76 CI 95%= 0.76-4.07), penggunaan kacamata (p=0.32 OR= 2.02 CI 95%= 0.71-3.91), jenis kelamin (p= 1.00 OR= 1.67 CI 95%= 0.45-2.29), postur duduk (p=0.27 OR 0.49 CI 95%= 0.76-3.82), usia (p=0.04 OR= 3.19), lama waktu per penggunaan komputer (p= 0.01 OR=1.76 CI 95%= 0.67-3.39), dan durasi penggunaan komputer per hari (p= 0.41 OR= 4.08 CI 95%= 1.42-11.7). Dapat disimpulkan bahwa faktor risiko yang behubungan secara signifikan terhadap kejadian CVS adalah usia dan lama waktu per penggunaan komputer.

Background: Computer vision syndrome (CVS) is a syndrome that occur due to excessive interaction with computers. Individual, environmental, and computer related risk factors increase CVS prevalence and cause eyes, visual, and extraocular related symptoms. This research aims to observe the relation between risk factors and CVS prevalence in students of Computer Science Major in University of Indonesia. Methods: This research is a quantitative study with a cross sectional study design. The study sample consisted of 109 regular 2015-2018 Fasilkom UI students. The sampling technique used is stratified random sampling. This study uses a research instrument in the form of an online questionnaire. The collected data was then analyzed using univariate and bivariate analysis. Results: CVS prevalence was obtained from a sample of 36 students (33%). The bivariate test results between risk factors and CVS were obtained as follows, history of eye disease (p = 0.25 OR = 1.76 CI 95% = 0.76 to 4.07), use of glasses (p = 0.32 OR = 2.02 CI 95% = 0.71 to 3.91), gender (p = 1.00 OR = 1.67 CI 95% = 0.45 to 2.29), sitting posture (p = 0.27 OR 0.49 CI 95% = 0.76 to 3.82), age (p = 0.04 OR = 3.19), length of time per computer use (p = 0.01 OR = 1.76 CI 95% = 0.67 to 3.39), and the duration of computer use per day (p = 0.41 OR = 4.08 CI 95% = 1.42 to 11.7). Conclusion: Risk factors that significantly related to the CVS were age and the lenght of time per computer use."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yudi Riandika
"Pekerja yang menggunakan komputer berisiko menderita keluhan Computer Vision Syndrome (CVS). Keluhan CVS dapat menimbulkan ketidaknyamanan dan penurunan produktivitas kerja. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menjelaskan gambaran prevalensi CVS dan faktor-faktor risiko CVS yang terdiri dari faktor individu, faktor lingkungan, faktor komputer dan faktor proses kerja pada pekerja yang menggunakan komputer di PT. Sukabumi Trading Coy. Jenis penelitian ini merupakan deskriptif yang menggambarkan faktor-faktor risiko pada 15 responden yang dipilih berdasarkan total sampling.
Hasil penelitian menunjukan 60% responden menderita CVS, 83,3% responden perempuan menderita CVS, 75% responden yang menggunaka kacamata menderita CVS, 50% responden yang jarak penggunaan komputer tidak sesuai menderita CVS dan 53,85% responden yang memiliki tingkat pencahayaan meja kerja yang tidak sesuai menderita CVS . oleh karena itu diperlukan perbaikan lingkungan kerja dan perhatian lebih kepada pekerja untuk mencegah terjadinya keluhan CVS di PT. Sukabumi Trading Coy.

Workers who use computers at risk of suffering from complaints Computer Vision Syndrome (CVS). Complaints CVS can cause discomfort and decreased work productivity. The purpose of this study was to clarify the picture of the prevalence of CVS and CVS risk factors consisting of individual factors, environmental factors, factors computer and work process factors in workers who use a computer at PT. Sukabumi Trading Coy. This type of research is descriptive that describes the risk factors in 15 respondents were selected based on the total sampling.
The results showed 60% of respondents suffer from CVS, 83.3% of women suffer from CVS respondents, 75% of respondents make use of glasses suffer CVS, 50% of respondents who use computers are not appropriate distance suffers CVS and 53.85% of respondents who have a work desk lighting levels CVS incompatible suffer. therefore necessary repair work environment and more attention to workers to prevent complaints CVS PT. Sukabumi Trading Coy
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
S56647
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurul Maretia Rahmayanti
"Computer Vision Syndrome (CVS) merupakan gejala okular dan ekstraokular akibat penggunaan komputer dan menyebabkan penurunan produktivitas kerja. CVS adalah keluhan kesehatan akibat kerja dengan kasus terbanyak di seluruh dunia. Mahasiswa jurusan Teknik Informatika dan Komputer termasuk kelompok rentan terkena keluhan CVS.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara karakteristik individu (usia, jenis kelamin, postur kerja, sudut pandang, jarak pandang, durasi kerja, pola istirahat, dan penggunaan alat bantu penglihatan), lingkungan kerja (intensitas pencahayaan ruang kerja, suhu udara, kelembaban udara), dan karakteristik komputer (jenis komputer, jenis monitor, intensitas radiasi elektromagnetik, penggunaan lapisan antiglare, dan polaritas monitor) dengan kejadian CVS pada mahasiswa di jurusan Teknik Informatika dan Komputer Politeknik Negeri Jakarta tahun 2015.
Penelitian ini menggunakan desain studi cross-sectional dengan menggunakan data primer, dan jumlah sampel sebanyak 100 mahasiswa.Hasil analisis bivariat diperoleh bahwa variabel yang memiliki hubungan bermakna dengan kejadian CVS pada mahasiswa adalah jenis kelamin responden (4,09;1,41-11,90), durasi kerja di luar praktikum (0,32;0,14-0,76), intensitas pencahayaan ruang kerja (8,75;1,26-60,59), dan intensitas radiasi elektromagnetik (2,54;1,09-5,92). Faktor yang paling dominan hubungannya dengan kejadian CVS adalah intensitas pencahayaan ruang kerja. Diperlukan penerapan aspek K3L untuk menurunkan angka kejadian CVS.

Computer Vision Syndrome (CVS) is ocular and extraocular symptoms caused by the use of computer and it decreases work productivity. CVS has the highest incidence of occupational health problem worldwide. Students of informatics and computer engineering major are included the population at risk of CVS. This study aims to determine the relationship between individual characteristic (age, gender, work position, sight angle, distance angle, duration of work, break pattern, and the use of glasses), environmental (lighting, temperature, and humidity), and computer characteristics (computer type, monitor type, electromagnetic radiation intencity, the use of antiglare screen, and monitor polarity) with incidence of CVS among students in Informatics and Computer Engineering major, Politeknik Negeri Jakarta 2015.
This study uses cross-sectional study design and primary data with sample of 100 students. Result of bivariate analysis shows that variable which significantly associated with CVS incidence among students are gender (4,09;1;41-11,90), duration of work outside class (0,32;0,14-076), lighting intencity (8,75;1,26-60,59), and electromagnetic radiation intencity 2,54;1,09-5,92). The most dominant factor associated with the occurance of CVS is lighting intencity. Occupational and Environmental Health and Safety implementation is needed to reduce the incidence of CVS.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2015
S59862
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andraditta Safitri
"Computer Vision Syndrome (CVS) merupakan sekumpulan gejala yang sering dialami oleh pengguna komputer dan dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik faktor personal, komputer, durasi, lingkungan, dan kombinasi dari keempatnya.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif untuk melihat distribusi dan frekuensi dari faktor risiko CVS pada pegawai Pengembagan & Pelayanan Sistem Informasi (PPSI) di Gedung Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia (UI).
Desain studi penelitian ini adalah cross sectional dan melibatkan 26 pegawai sebagai responden penelitian. Pengambilan data pada penelitian ini menggunakan kuesioner, wawancara, observasi, dan pengukuran langsung.
Hasil penelitian menunjukan bahwa 84,6% responden mengalami keluhan gejala CVS dengan keluhan yang paling banyak dirasakan adalah eyestrain (73,1%), fatigue (65,4%), nyeri pundak dan nyeri punggung (57,7%) pada responden yang memiliki area kerja dengan tingkat pencahayaan < 300 lux. Memperbaiki tingkat pencahayaan pada area kerja, melakukan koreksi yang tepat pada kelainan refraksi mata, dan memperbaiki postur duduk saat bekerja dengan menggunakan komputer dapat membantu mengurangi gejala CVS.

Computer Vision Syndrome (CVS) is a group of symptoms that are often experienced by computer users and it is influenced by various factors: personal, computer, duration, and environmental factors or combination of these factors.
This descriptive study aims to determine the distribution and frequency of CVS risk factors in PPSI employee at Faculty of Computer Science, University of Indonesia (UI).
The design of this study is cross-sectional and involved 26 employees as respondent. The data were collected by questionnaires, interviews, observation, and direct measurement.
The results showed that 84.6 % respondents get CVS complaint with the most complaints are eyestrain (73.1 %), fatigue (65.4 %), shoulder and back pain (57.7 %) in work area with light levels <300 lux. Improve the level of lighting in the work area, correct the vision error with a proper lens, and improve sitting posture while working with computer may help to reduce the CVS symptoms.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
S53911
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rifa Yulita
"Pendahuluan: Computer Vision Syndrome merupakan salah satu masalah kesehatan yang sering dikeluhkan pada mahasiswa. Upaya pencegahan CVS diutamakan dengan cara modifikasi perilaku pengguna komputer. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan perilaku penggunaan komputer dengan kejadian sindrom penglihatan akibat komputer {Computer Vision Syndrome (CVS)} pada mahasiswa FIK UI Angkatan 2012-2015.
Metode: Menggunakan desain deskriptif dengan pendekatan cross sectional yang dilakukan pada bulan April-Mei 2016 pada 112 mahasiswa FIK UI Angkatan 2012-2015.
Hasil: Angka kejadian CVS pada mahasiswa FIK UI adalah 78%. Perilaku penggunaan komputer yang berhubungan dengan kejadian CVS adalah penggunaan kacamata/lensa kontak (p=0,020) dan usia (p=0,033). Perilaku penggunaan komputer yang berhubungan dengan kejadian CVS pada mahasiswa FIK UI Angkatan 2012-2015 adalah penggunaan kacamata/lensa kontak dan usia.
Rekomendasi: Mahasiswa melakukan modifikasi perilaku dalam menggunakan komputer dan bagi pendidikan di Indonesia bisa mengurangi pemakaian komputer dalam proses pembelajaran seperti menggunakan papan tulis kembali.

Introduction: Computer Vision Syndrome is a health problem that is often complained to the student. Efforts to prevent CVS preferably by way of computer user behavior modification. This study aims to determine the relationship with the incidence of computer use behavior as a result of computer vision syndrome {Computer Vision Syndrome (CVS)} on student FIK UI Force from 2012 to 2015.
Methods: Using a descriptive design with cross sectional study conducted in April-May 2016 on 112 students FIK UI Force from 2012 to 2015.
Results: The incidence of CVS on FIK UI students is 78%. The behavior of computer use in connection with the CVS is the use of glasses/contact lenses (p=0.020) and age (p=0.033). The behavior of computer use in connection with the CVS on students FIK UI Force 2012-2015 is the use of glasses/contact lenses and age.
Recommendation: Students perform behavior modification in using computers and for education in Indonesia could reduce the use of computers in the learning process such as using a whiteboard back.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2016
S63999
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Afrini Nurul Afifah
"Komputer belakangan ini menjadi kebutuhan utama bagi pekerja dalam menyelesaikan berbagai tugas. Semakin banyak pekerja mengalami keluhan okular maupun non okular terkait dengan penggunaan komputer yang dikenal sebagai gejala Computer Vision Syndrome (CVS). Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor risiko CVS dengan menggunakan desain studi cross sectional pada 67 responden. Pengambilan data pada penelitian menggunakan kuesioner, wawancara, observasi, dan pengukuran langsung.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa 56,7% responden mengalami keluhan subjektif CVS dengan keluhan yang paling banyak dirasakan adalah nyeri pundak (61,2%), nyeri leher (59,7%), dan eyestrain (56,7%). Faktor-faktor yang berhubungan dengan keluhan CVS adalah pola istirahat kerja, durasi penggunaan komputer, posisi layar komputer, dan kesalahan refraksi mata. Tidak ditemukan hubungan yang signifikan antara jarak antara mata dengan komputer dan keluhan subjektif CVS dan intensitas pencahayaan ruang ditemukan sebagai faktor konfonding.

As computers become part of work necessity, more workers experiencing a variety of ocular and non ocular symptoms related to computer use, known as Computer Vision Syndrome (CVS). This study?s aim is to analyze Computer Vision Syndrome risk factors. This is a cross-sectional study with 67 employees involved as respondent and the data were collected with questionnaire, interview, observation, and direct measurement.
The results shows that the prevalence of CVS subjective symptoms was found to be 56,7% with most complaints are shoulder pain (61,2%), neck pain (59,7%), dan eyestrain (56,7%). Rest break, duration of computer use, monitor position, and refractive error are significantly associated with Computer Vision Syndrome. There was no significantly association between eye and monitor distance and Computer Vision Syndrome and workplace lighting was found to be confounding factor.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
S55437
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Achmad Fachri
"Pendahuluan: Computer Vision Syndrome (CVS) merupakan penyakit yang muncul sejak perkembangan teknologi diabad ke-21 dengan tingkat prevalensi kejadian secara global sebesar 60 juta dan kerugian Rp192 trilliun setiap tahunnya. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan faktor individu, lingkungan dan komputer serta faktor risiko dominan dengan kejadian CVS pada staf POLRES Metro Jakarta Pusat tahun 2020. Metode: Penelitian ini menggunakan pendekatan studi potong lintang dengan jumlah sampel 92 staf kepolisian yang bertugas di markas besar POLRES Metro Jakarta Pusat dan waktu penelitian pada bulan Juni 2020. Pengumpulan data dilakukan dengan instrumen kuesioner dan pengukuran lingkungan langsung menggunakan lux meter dan RH index. Analisis deskriptif dengan melihat frekuensi serta proporsi, uji kai kuadrat memunculkan nilai odd ratio dan uji regresi logistik ganda. Hasil: Hasil penelitian menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan pada semua variabel dari faktor individu, lingkungan dan komputer dengan kejadian CVS. Walaupun begitu, terdapat empat variabel yang menjadi faktor risiko dengan kejadian CVS diantaranya kelainan refraksi (OR=1,65), perilaku merokok (OR=1,89), kelembaban (OR=2,5) dan jenis monitor (OR=1,11). Analisis multivariat menunjukkan kelembaban ruang kerja memiliki hubungan yang signifikan dengan kejadian CVS (p=0,04) dan merupakan faktor risiko dominan (OR=2,5). Kesimpulan: Terdapat empat faktor risiko yang dapat menyebabkan kejadian CVS pada staf POLRES Metro Jakarta Pusat. Saran: Pengendalian faktor risiko kejadian CVS perlu dilakukan oleh pihak POLRES Metro Jakarta Pusat melalui berbagai program promosi kesehatan dan kebijakan terkait kesehatan dan keselamatan kerja

Introduction: Computer Vision Syndrome (CVS) is one of the emerging diseases in the 21st century because of advanced technology with the global prevalence around 60 million from various population characteristics and could cause an economic burden equivalent to 192 trillion rupiah. Objective: This study aims to determine the relationship of individual, environmental, and computer factors as well as the dominant risk factor with the occurrence of CVS in the Central Jakarta Metropolitan Police Officers in 2020. Method: This study uses a cross-sectional study approach with a sample of 92 police officers who are serving at the headquarters with the research time along June 2020. Data were collected through questionnaire and direct environmental measurements using lux meter and RH Index. Descriptive statistics (chi square) and binary logistic regression were carried out to compute frequencies, proportion, relevant associations and dominant risk factors. Results: The results showed there was no significant relationship on all variables from individual, environment, and computer factors with the occurrence of CVS. Nevertheless, there are four variables that are risk factors for CVS such as refractive errors (OR=1.65), smoking behavior (OR=1.89), humidity (OR=2.50), and computer monitor type (OR=1.11). Multivariate analysis showed that humidity had a significant relationship with CVS (p=0,04) and a dominant risk factor (OR=2.5). Conclusion: There are four risk factors that can cause CVS occurrence in the police officers at the Central Jakarta Metropolitan Police Headquarters. Suggestion: Risk factors for CVS at the Central Jakarta Metropolitan Police Headquarters need to be done through various health promotion programs and policies related to occupational health, environmental, and safety."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Benedicta Cindy Delphinia
"Pandemi COVID-19 merupakan masa-masa stress bagi masyarakat, kecemasan dan rasa takut akan adanya penyakit baru menimbulkan stigma sosial. Stigma sosial dapat berdampak buruk bagi penanganan dan pengendalian wabah. Mahasiswa memiliki peran sebagai pembawa dan pelaku perubahan serta contoh nyata. Salah satu bentuk nyata dapat diwujudkan melalui upaya pencegahan dan mengatasi stigma sosial COVID-19 di masyarakat.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui stigma sosial COVID-19 di kalangan mahasiswa Universitas Indonesia dan faktor yang berpotensi menyebabkan stigma sosial COVID-19 tersebut. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu studi potong lintang. Populasi penelitian ini merupakan seluruh mahasiswa jenjang studi strata 1 (S1) dengan sampel sebanyak 373 responden. Data dikumpulkan melalui kuesioner daring yang diisi mandiri oleh responden. Analisis yang dilakukan meliputi analisis univariat dan bivariat menggunakan uji chi square. Hasil penelitian menunjukkan sebanyak 31,1% responden masih memiliki stigma sosial. Analisis bivariat yang dilakukan menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan secara statistik antara variabel jenis kelamin, pengetahuan dan keterpaparan informasi dengan stigma sosial COVID-19. Meskipun secara statistik tidak terdapat hubungan yang signifikan namun ditemukan kecenderungan pada variabel asal fakultas non-kesehatan, sikap, peran tokoh masyarakat, dan peran petugas kesehatan.

The COVID-19 pandemic is a stressful time for the community, anxiety and fear of a new disease causing social stigma. Social stigma can have a negative impact on the handling and control of the outbreaks. Students have a role as agents of change as well as the real examples in society. One of the real action of this role can be realized through the efforts to prevent and overcome the social stigma of COVID-19 in society.This study aims to determine the social stigma of COVID-19 among University of Indonesia students and the factors that potentially causing the social stigma of COVID-19. The method used in this research is descriptive analysis with a cross-sectional study design. The population of this study were all undergraduate students (S1) and minimum sample of 373 respondents was obtained. Data were collected through online questionnaires and filled out independently by respondents. The analysis carried out includes univariate and bivariate analysis using the chi square test.The results showed that 31.1% of respondents still had COVID-19 social stigma. The bivariate analysis conducted showed that there was no statistically significant relationship between the variables of gender, knowledge and information exposure with the social stigma of COVID-19. Although there is no statistically significant relationship, a trend was found in the non-health faculty origin variables, attitudes, the role of community leaders, and the role of health workers."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>