Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 130873 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Marpaung, Mathilda Victoria
"Efek penonton terhadap perilaku manusia adalah topik yang menarik dalam bidang psikologi sosial. Eksperimen ini dilakukan untuk mereplikasi efek penonton, sebuah fenomena yang berasal dari drive theory oleh Zajonc, serta evaluation apprehension theory oleh Cottrell. Empat puluh mahasiswa dari Fakultas Human Movement and Nutrition Sciences University of Queensland secara acak dipilih untuk melakukan push-up sebanyak banyaknya dalam kondisi tanpa penonton dan dengan penonton dalam waktu 60 detik, serta menjawab kuesioner singkat setelah selesai melakukannya. Variabel dependen yang diukur dalam penelitian ini adalah performa dan evaluasi ketertekanan. Hasil menunjukkan bahwa peserta dalam kondisi dengan penonton menunjukan performa yang lebih tinggi dibanding peserta dalam kondisi tanpa penonton. Di sisi lain, tidak ada perbedaan yang signifikan antara tingkat ketertekanan dalam dua kondisi tersebut. Meskipun tidak ada temuan baru, penelitian ini tetap berguna untuk penelitian selanjutnya, khususnya efek penonton dalam bidang performa olahraga.

Audience effect towards human behaviour is an intriguing topic in social psychology. This experiment was conducted to replicate audience effects, a phenomenon derived from Zajonc’s drive theory and Cottrell’s evaluation apprehension theory. Fourty students from the University of Queensland’s Human Movement and Nutrition Sciences (HMNS) faculty were randomly allocated to either no audience or audience conditions and were instructed to perform the maximum number of push-ups within 60 seconds, as well as to answer a short questionnaire following the completion of the task. The dependent variables measured in the current study were task performance and evaluation apprehension. Results showed that participants in the audience condition scored higher in task performance. On the other hand, there was no significant difference between the level of evaluation apprehension in the two participant conditions. Although there are no new findings, this study remains beneficial for future research, specifically audience effects in sports-related task performance."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ayu Namira Paramecwari
"Penelitian ini bertujuan untuk mereplikasi efek klasik Audience effect dan menyelidiki apakah evaluation apprehension theory cocok untuk memperluas Drive theory dalam menjelaskan efek audiens. Dengan menggunakan eksperimen kelompok independen, penelitian ini meminta 40 mahasiswa untuk menyelesaikan Spot the Different Task (SDT) yang sulit dengan memanipulasi kehadiran audiens (audiens dan tanpa audiens) dalam pengerjaan tugas tersebut. Hasil menemukan bahwa (1) peserta menemukan tugas diberikan sebagai cukup sulit, (2) peserta dalam kondisi audiens merasa bahwa mereka dievaluasi lebih dari kondisi tanpa audiens (3) tidak ada perbedaan yang signifikan dalam penyelesaian SDT tingkat moderat antara kedua kondisi. Hasil penelitian ini masih sepenuhnya mendukung Evaluation apprehension theory karena tidak bertentangan dengan teori tersebut. Karena teori tidak merinci hipotesis untuk kinerja pada tugas bertingkatan moderat, studi di masa depan disarankan untuk menyelidiki apa yang menentukan kinerja dalam tugas moderat.

This study aims to replicate the classic audience effect and investigate whether evaluation apprehension fits the extension of drive theory on audience effect. Using independent-groups experiment, this study asked 40 university students to complete a difficult spot the difference task (SDT) with different manipulation of audience presence (audience and no audience). The results found that (1) participants found the task to be moderately difficult, (2) participants in audience condition felt that they were evaluated more than no audience condition (3) there was no significant difference in moderate SDT performance between the two condition. Findings still fully supported the apprehension theory as it did not contradict the theory. As the theory did not specify hypothesis for task performance on moderate task, future study is suggested to investigate what determines performance in moderate task."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2019
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Ananda Zhafira
"Penelitian ini merupakan studi kuantitatif yang bertujuan untuk mengetahui hubungan an­tara religiusitas Islam dan intoleransi politik dan efek moderasi kepercayaan politik ter­hadap hubungan dua variabel tersebut. Intoleransi politik diprediksi memiliki hubungan positif dengan intoleransi politik di mana kepercayaan politik dapat memperkuat hubungan keduanya. Intoleransi politik diukur dengan Political Intolerance Scale yang dikembangkan oleh Sullivan, Marcus, Feldman, dan Piereson (1981) sementara itu religiusitas Islam diukur dengan Muslim Religiosity Scale yang disusun oleh El-Menouar (2014). Ke­percayaan politik diukur dengan Citizen Trust in Government Organizations Scale yang dikembangkan oleh Grimmelikhuijsen dan Knies (2015). Responden penelitian ini meru­pakan 841 orang mahasiswa di Indonesia yang beragama Islam dan dijaring secara daring. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa religiusitas Islam berkorelasi positif dan signifikan dengan intoleransi politik. Sementara itu, kepercayaan politik tidak berkontribusi sebagai moderator terhadap hubungan religiusitas Islam dan intoleransi politik."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia dan Ikatan Psikologi Sosial-HIMPSI, 2017
150 JPS 15:2 (2017)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Irgahayu Madhina
"Penelitian ini dilakukan untuk melihat hubungan antara tanggung jawab dan peran defender (pembela korban) dalam bullying pada siswa SD. Pengukuran tanggung jawab menggunakan alat ukur yang dikonstruksi oleh Sukiat (1993) dan pengukuran peran defender menggunakan alat ukur peran defender yang dikonstruksi oleh peneliti berdasarkan hasil penelitian mengenai reaksi bystander oleh Rigby (2008), hasil penelitian mengenai alasan menjadi defender oleh Beane (2008), dan kriteria defender yang dikemukakan oleh Beane (2008). Partisipan berjumlah 135 siswa yang berasal dari dua sekolah dasar di kota Cilegon, dengan karakterisitik usia 10-12 tahun. Hasil penelitian ini menunjukkan terdapat hubungan positif yang signifikan antara tanggung jawab dan peran defender dalam bullying pada siswa SD sebesar 0,532 yang signifikan pada l.o.s. 0,01 (nilai p = 0,000). Artinya, semakin tinggi tanggung jawab yang dimiliki siswa, maka semakin tinggi tingkat peran defender yang dimiliki.

This study was conducted to examine the relationship between responsibility and the role of defender in bullying incidence among elementary school students. The measurement of responsibility was conducted using measuring instruments constructed by Sukiat (1993). The measurement of the role of defender was conducted using measuring instrument constructed by the researcher based on bystander reaction study result by Rigby (2008); reasons being defender study result by Beane (2008); and defender criteria set out by Beane (2008). Total participants of this study was 135 students from two elementary schools in Cilegon with age characteristic of 10-12 years. The results of this study indicate that there is a significant positive relations between responsibility and the role of defender in bullying incidence among elementary school students with 0.532 which is significant at l.o.s. 0.01 (p value = 0.000). It means that the higher the responsibility held by the students, the higher their level of defending roles."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2013
S47768
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maria Astrid Susanti
"ABSTRAK
Evaluation Apprehension Model menunjukkan bahwa kehadiran audiens akan meningkatkan dorongan dalam diri masing-masing orang yang dapat meningkatkan fasilitas sosial dalam menyelesaikan sebuah tugas yang mudah. Mengenai perbedaan budaya, orang-orang yang berasal dari budaya kolektivis lebih khawatir terhadap kritik dari orang lain atau menyelamatkan muka dibandingkan dengan orang-orang dari budaya individualis. Eksperimen ini bertujuan untuk menguji apakah kehadiran audiens akan memengaruhi kinerja antara orang-orang dari budaya kolektivis dan individualis dalam mengerjakan tugas sederhana. 40 mahasiswa dengan jumlah yang seimbang dari masing-masing budaya diuji untuk melakukan tugas dot-to-dot sederhana dalam kondisi sendiri atau kehadiran audiens, dan waktu pengerjaan tugas ini dicatat sebagai ukuran kinerja. Hasil eksperimen menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara individualis dan kolektivis dalam kedua kondisi. Kesimpulannya, kekhawatiran untuk di-evaluasi model tidak mempengaruhi perbedaan budaya.

ABSTRACT
Evaluation Apprehension Model suggests that the presence of audience will increase the drive within people that leads to social facilitation in completing an easy task. Regarding cultural differences, people from collectivist culture are more apprehensive about others critics or saving face compared to people from individualist culture. This experiment aims to test whether the presence of audience will affect performance in a simple task between the individualist and collectivist culture. 40 college students with equal amount from each culture were tested to do a simple dot-to-dot task in audience or alone condition, and the time taken was recorded as the measure of performance. The results showed that there was no significant difference in performance between individualists and collectivists in both conditions. In conclusion, evaluation apprehension theory may not affect the cultural differences."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2019
MK-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ais Nur Ardhy
"This study aims to examine the moderating effect of political ideology on the relationship of religiosity and happiness in Indonesian context. 219 students of University of Indoneisa participated in this study. Three measurements were used: Satisfaction With Life Scale (SWLS), Religious Commitment Inventory 10 (RCI 10), dan Political Ideology Scale (PIS). The main results of the study found that religiosity had a positive and significant effect on happiness (8 = 0.14, p < 0.01). Meanwhile, no significant moderartion effect was found, either in the conservative liberals (B = 0.00, p > 0.05) or in religious seculars political ideology categorization (B = 0. 00, p > 0.05). These results indicate that the higher the religiosity the higher the happiness of the individual. Meanwhile, political ideology has no significant moderation effect on the relationship of religiosity and happiness. Thus, this study did not support past studies. It might be attributed to the difference in how religiosity is operationalized and in the political situations that might cause the difference on the role of political ideology."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia dan Ikatan Psikologi Sosial-HIMPSI, 2018
150 JPS 15:2 (2017)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Chairunnisa Murniati
"Penelitian ini bertujuan untuk: mengetahui pengaruh jenis peketjaan dan tempat ketja perempuan kawin terhadap jumlah anak lahir hidup berdasarkan data SDKI 2007. Perempuan kawin pada penelitian ini adalah perempuan status kawin yang berusia 15-49 tahun pada saat survei dilakuk:an. Selain jenis peketjaan dan tempat ketja, variabel bebas lain yang digunakan adalah pendidikan, lama status kawin dan status pemakaian kontrasepsi.
Teori mengacu pada apakah jumlah anak menghambat peketjaan. Compatible apabila tidak menghambat peketjaan sedangkan incompatible apabila menghambat peketjaan. Berdasarkan temuan pada analisis deskriptif, jumlah anak tidak menghambat peketjaan sales dan agricultural sehingga cenderung mempunyai jumlah anak lahir hidup yang lebih banyak sedangkan professional dan industrial yang umurnnya beketja di luar rumah jumlah anak menghambat peketjaan sehingga dapat disimpulkan bahwa teori compatibility masih berlaku berdasarkan data SDKI 2007. Pendidikan mempunyai hubungan negatif dengan jumlah anak lahir hidup. Perempuan yang berpendidikan tinggi mempunyai jumlah anak lahir hidup yang lebih sedikit dibandingkan dengan yang berpendidikan rendah. Berdasarkan lama status kawin, perempuan dengan lama pernikahan lebih dari 10 tahun cenderung mempunyai jumlah anak lahir hidup lebih dari 2. Berdasarkan status pemakaian kontrasepsi, perempuan menggunakan alat kontrasepsi ketika sudah memiliki 1 s.d 2 anak ataupun lebih dari 2 anak. Berdasarkan analisis inferensial dengan metode Ordered Choice Model, terlihat bahwa jenis peketjaan dan tempat ketja mempunyai pengaruh signifikan terhadap jumlah anak lahir hidup dan pengaruhnya tersebuf·tergantung pada pendidikan, lama status kawin dan status pemakaian kontrasepsi.

The aim of this research is to study the influence of women's occupation and where women work on the number of children ever born (CEB) using the 2007 Indonesia Demographic Health Survey. The analysis is conducted on married women aged 15-49 years at the time of survey. The other independent variables are education, duration of marriage and the use of contraceptions.
According to theory, higher number of children may hamper women to work. Work and children are compatible when the number of children does not hamper women to work while on the other hand they are incompatible when children hamper women to work. Based on descriptive analysis, women who work as sales and agricultural workers tend to have more CEB than women who do not work while women who work as professional and industrial workers who usually work outside. home tend to have less children than women who do not work. This proves that compatibility theory is valid. According to education, the level of education has an inverse relationship with the number of CEB. Higher educated women has lower CEB compared to less educated women. Based on the duration of marriage, women who have married more than 10 years tend to have more than two CEB. The result also shows that women use contraceptives when they have 1-2 and more than 2 CEB. Regression results show that women's occupation and where women work have significant influence on CEB and depend on women's education, duration of marriage and contraceptive use."
Depok: Universitas Indonesia, 2011
T31636
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Claudia Yosephine
"Penelitian ini dilakukan untuk melihat hubungan antara perilaku inovatif dengan stres kerja pada karyawan perusahaan yang bergerak dalam bidang produksi Tenaga Surya. 216 karyawan dari Perusahaan Tenaga Surya di Indonesia menjadi partisipan dalam penelitian ini. Perilaku inovatif diukur dengan menggunakan Innovative Work Behaviour Scale, Janssen (2000) yang terdiri dari tiga tahapan, yakni generalisasi ide, promosi ide, dan implementasi. Stres kerja diukur melalui Job Stress Scale yang dibuat dan dikembangkan oleh Parker dan DeCotiis (1983).
Hasil penelitian ini menunjukkan adanya hubungan negatif dan signifikan antara perilaku inovatif karyawan dengan stres kerja pada karyawan Perusahaan Tenaga Surya (R = -0.329, n = 216, p<0.01). Selain itu, partisipan dalam penelitian ini memiliki skor perilaku inovatif yang tinggi dan stres kerja yang rendah.

This research was conducted to investigate the correlation between innovative work behaviour and job stress on Employees Solar Photovoltaic Energy Company 216 employee were completed all questionnaires of innovative work behaviour and job stress. Innovative work behavior was measured by Innovative Work Behavior Scale (IWB Scale) which was constructed by Janssen (2000) and consist of three stages of innovative work behavior, namely idea generation, championing or supporting idea, and implementation. Job stress was measured by Job Stress Scale which was constructed and developed by Parker and DeCotiis (1983).
The results show that there was a negative and significant correlation between innovative work behavior and job stress on Employees Solar Photovoltaic Energy Company Surya (R = -0.329, n = 216, p<0.01). Besides, participant in this research had a high score on innovative work behavior and a low score on job stress.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2013
S46978
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Asteya Prima Percaya
"Belajar di negara asing akan membuat seorang mahasiswa asing menghadapi berbagai tuntutan yang dapat menimbulkan distres. Salah satunya adalah untuk membangun hubungan sosial yang baru. Untuk dapat membangun hubungan sosial dibutuhkan keterampilan sosial yang baik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan yang signifikan antara expressivity, yaitu emotional expressivity dan social expressivity, dan distres psikologis pada mahasiswa asing di Universitas Indonesia.
Penelitian ini melibatkan 101 responden, yang dijaring melalui teknik accidental sampling. Untuk mengukur distres psikologis digunakan the Hopkins Symptom Checklist (HSCL-25), sedangkan untuk mengukur expressivity digunakan alat ukur Social Skills Inventory (SSI). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara distres psikologis dan expressivity baik emotional expressivity dan social expressivity.

Studying abroad may make an international student have to face various challenges that may cause distress. One of these challenges is to build new social relationships. To be able to build social relationships, good social skills are needed. The aim of this study is to see if there is a significant relationship between expressivity and psychological distress among international students in Universitas Indonesia.
This study involves 101 respondents who were sought using accidental sampling. The Hopkins Symptom Checklist (HSCL-25) was used to measure psychological distress and the Social Skills Inventory (SSI) was used to measure expressivity. The result of this study shows that there is not a significant relationship between expressivity social skills and psychological distress.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2013
S46158
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Chika Marsena
"Pembelajaran jarak jauh yang dijalani oleh mahasiswa selama pandemi COVID-19 menyebabkan terhambatnya perkembangan social skills individu. Penelitian
terdahulu oleh Jones dan Hansen (2015) menyatakan bahwa social skills dalam berinteraksi dapat dilakukan dengan adanya kesadaran atau mindfulness individu. Penelitian ini bertujuan untuk melihat apakah terdapat hubungan antara mindfulness dan social skills pada mahasiswa Perguruan Tinggi di Indonesia. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan sampel mahasiswa Perguruan Tinggi di Indonesia yang telah melaksanakan kembali pembelajaran offline atau hybrid (N= 108). Mindfulness diukur secara unidimensional dengan
alat ukur Mindful Attention Awareness Scale (MAAS) oleh Brown dan Ryan (2003) yang telah diujicobakan pada sampel mahasiswa oleh Yusainy (2019). Social Skills diukur secara multidimensional dengan alat ukur Social Skills Inventory (SSI) oleh Riggio (2014) yang telah diadaptasi ke dalam Bahasa Indonesia oleh Pramusita (2014). Teknik analisis yang digunakan yakni Spearman Rank Correlation dikarenakan data yang tidak terdistribusi normal. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa mindfulness (M= 57.63, SD= 11.628) dan social skills (M= 91.67, SD=9.524) tidak memiliki hubungan yang signifikan rs(106) = .116, p > 0.05, two-tailed. Meskipun demikian mindfulness memiliki hubungan yang bervariatif dengan masing-masing dimensi social skills. Mindfulness ditemukan memiliki hubungan positif yang signifikan dengan emotional sensitivity
dan social control, serta memiliki korelasi negatif yang signifikan dengan social sensitivity. Sementara itu, tidak terdapat hubungan antara mindfulness dengan emotional expressiveness, emotional control, dan social expressiveness. Implikasi dari penelitian ini yakni sebagai sumber masukan untuk peningkatan mindfulness dan setiap dimensi social skills mengacu pada hubungan yang dimiliki.

Distance learning during the COVID-19 pandemic has hampered the development of undergraduate students’ social skills. Previous research by Jones and Hansen (2015) stated that social skills in social interaction can be supported by one’s awareness or so-called mindfulness. This study aims to see whether there is a relationship between mindfulness and social skills in Indonesian undergraduate students in the post-COVID-19 period. This study used a quantitative method with a sample of Indonesian undergraduate students who have returned to offline or hybrid learning (N=108). Mindfulness was measured unidimensionally with Mindful Attention Awareness Scale (MAAS) by Brown and Ryan (2003) which has been tested on students’ samples by Yusaniy (2019). Social Skills were measured multidimensionally with Social Skills Inventory (SSI) by Riggio (2014) which has been adapted to Indonesian by Pramusita (2014). Spearman Rank Correlation was used to perform data analysis because the data distribution was not normal. The results show that mindfulness (M= 57.63, SD= 11.628) is not related to social skills (M= 91.67, SD=9.524), rs(106) = .116, p > 0.05, two-tailed. Nonetheless, mindfulness and each dimension of social skills appear to have different correlations. Mindfulness was found to have positive correlations with emotional sensitivity and social control, and having negative correlation with social sensitivity. Meanwhile, there is no relationship between mindfulness and emotional expressiveness, emotional control, and social expressiveness. However,
this study could be used as a source of knowledge for the enhancement of mindfulness and social skills dimensions based on each correlation.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>