Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 77615 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Muhammad Fariz Ramdani
"Nikel adalah salah satu logam terpenting pada kehidupan sehari-hari. Nikel digunakan untuk berbagai kebutuhan seperti plating dan katoda baterai. Stok nikel sulfida, yang memiliki kadar nikel lebih tinggi, menipis menyebabkan ekstraksi dari nikel laterit yang memiliki kadar nikel lebih rendah untuk dikembangkan. Asam sitrat dapat digunakan sebagai reagen leaching dengan suatu mekanisme reaksi. Metode Permukaan Respon dilakukan untuk mendapatkan titik optimum. Rancangan CCD menentukan besar faktor berupa suhu dan rasio solid-liquid yang akan diaplikasikan pada eksperimen leaching. Kadar nikel didapat melalui AAS dan XRF untuk menghitung besar respon yaitu leaching efficiency. Data dari faktor dan respon diolah dengan Design-Expert 13 untuk mendapatkan model optimisasi. Model optimisasi digunakan untuk mendapatkan titik optimum suhu dan rasio solid-liquid. Pada penelitian ini, didapatkan kenaikan antara suhu dan leaching efficiency dari 11,75% pada suhu 35,86°C dan 17,57% pada 64,14°C dan terdapat penurunan antara rasio solid-liquid dan leaching efficiency dari 21,38% pada rasio 5,86 g/L dan 21,38% pada 34,14 g/L. Selain itu, tidak didapatkan titik optimum suhu dan rasio solid-liquid karena model yang didapat adalah model linear dan rentang data yang belum cukup.

Nickel is one of the most important metals in our daily lives. Nickel is used for many applications such as plating and cathode for batteries. The decreasing reserve of nickel sulphide ore, which has high-grade nickel, causing extraction of nickel laterite ore, low-grade nickel, to be developed. Citric acid can be used as a leaching reagent with a reaction mechanism. CCD Design can be used to determine the value of factor which is temperature and solid-liquid ratio which will be applied onto the leaching experiment. Nickel content is obtained using AAS and XRF to calculate the value of response which is leaching efficiency. Data gathered from factor and response is processed using Design-Expert 13 to determine its optimization model. Optimization model is used to calculate the optimum point for temperature and solid-liquid ratio. On this research, it is obtained that increasing temperature also increases leaching efficiency from 11,75% at 35,86°C into 17,57% at 64,14°C and increasing solid-liquid ratio decreases leaching efficiency from 21,38% at 5,86 g/L to 21,38% at 34,14 g/L. The optimum point for temperature and solid-liquid ratio can’t be calculated due to the determined model is linear model and data range which isn’t sufficient."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Beatrix Theodor Valentia
"Manufaktur baterai nikel metal hidrida (NiMH) mencapai titik tertinggi demi memenuhi peningkatan pasar kendaraan elektronik. Hal ini dapat menjadi masalah besar terhadap lingkungan, dikarenakan NiMH mengandung banyak logam kritis dan elemen tanah jarang yang aktif ditambang, yang menyebabkan kelangkaan pasokan. Pemulihan limbah baterai masih dalam tahap perkembangan dan pelindian hidrometalurgi adalah salah satu kunci dari proses pemulihan logam. Studi ini bertujuan untuk mendorong kemajuan proses dengan mengembangkan pelindian hidrometalurgi yang efektif dan ramah lingkungan melalui eksperimental laboratory dan mengevaluasi pengaruh variabel proses pada efisiensi pelindian. Eksperimen dilakukan untuk baterai NiMH terhadap asam sitrat dan asam asetat sebagai agen pelindian. Sampel NiMH diuji pada 200 RPM dan 20 g/L S/L rasio dalam variasi interval waktu, konsentrasi (0,5M, 2M, 4M), dan suhu (30°C, 60°C, 90°C) dan diujikan pada ICP- MS untuk sampel cair dan SEM untuk sampel padat untuk mendapatkan jumlah logam dan unsur yang terkandung. Hasil ICP-MS menunjukkan bahwa peningkatan waktu pelindian, konsentrasi asam, dan suhu larutan meningkatkan ekstraksi sebagian besar logam/elemen. SEM menemukan bahwa konsentrasi dan suhu yang lebih tinggi menghasilkan lebih sedikit logam yang tersisa, yang berarti mereka telah terekstrak selama proses. Disimpulkan bahwa kondisi leaching yang paling optimum untuk ekstraksi logam adalah pada konsentrasi asam 4M, suhu 90 °C, dan waktu pelindian terlama
Nickel metal hydride (NiMH) battery manufacturing is reaching its all-time high to fulfil the rise in demand for the electronic vehicle market. This proves to be a major environmental issue, as NiMH contains an abundance of critical metals and rare earth elements which actively mined, leading to supply scarcity. Recovery of battery waste is a growing technological field and hydrometallurgy leaching is one of the key elements of the metal recovery process. This study aimed to aid the advancement of the process by developing a highly effective and environmentally sustainable hydrometallurgical leaching through experimental work and evaluating the effects of process variables on leaching efficiency. Experimental works were conducted for NiMH batteries for citric acid and acetic acid as leaching agents. NiMH samples were tested at 200 RPM and 20 g/L S/L ratios for different times, concentrations (0.5M, 2M, 4M), and temperatures (30°C, 60°C, 90°C) with the use of ICP-MS for liquid samples and SEM for solid samples to get the number of metals and elements contained. ICP-MS result shows that an increase in leaching time, acid concentration, and solution temperature enhances the extraction of most of the metal/elements. SEM found that higher concentration and temperature resulted in fewer metals left, meaning they had properly leached out during the process. It is concluded that the most optimum leaching condition for metal extraction was at an acid concentration of 4 M, a temperature of 90°C, and the longest leaching time.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Joannes Baptista Satrio Parikesit
"Picogrid adalah electrical grid skala kecil yang digunakan untuk memasok beban listrik kecil seperti lampu atau kipas angin. Picogrid biasanya ditenagai oleh energi terbarukan seperti sel surya. Sistem picogrid memerlukan suatu penyimpan energi listrik untuk menyimpan energi listrik, sehingga picogrid tetap dapat beroperasi pada saat photovoltaic tidak dapat menghasilkan listrik, seperti pada malam hari atau cuaca hujan. Picogrid dalam skripsi ini menggunakan sel baterai bekas dari kendaraan hybrid untuk penyimpanan energi listrik picogrid. Baterai tersebut tidak lagi dapat digunakan untuk kendaraan hybrid, namun masih dapat digunakan pada picogrid untuk menyimpan energi listrik. Pada skripsi ini, penulis menggunakan baterai NiMH untuk picogrid. Skripsi ini menentukan kinerja baterai NiMH yang digunakan pada picogrid melalui pengujian charging dan discharging serta pengukuran tegangan dan arus baterai, untuk melihat bagaimana kinerja baterai bekas dibandingkan dengan kinerja pada kondisi awal, dan untuk menentukan apakah baterai masih cocok untuk digunakan dalam sistem picogrid. Skripsi ini juga menentukan beban ideal yang dapat disuplai oleh baterai.

Picogrid is a small-scale electricity grid that is used to supply small electrical loads such as lamps or fans. Picogrids are usually powered by renewable energy such as solar cells. Picogrid system need an electrical energy storage to store electrical energy, so the picogrid can still operate when the photovoltaic can not generate electricity, such as at night time or rainy weather. The picogrid in this thesis is using waste used battery cells from hybrid vehicles for the grid’s energy storage. The battery can no longer be used for the hybrid vehicle, but it can still be used in the picogrid for storing electrical energy. In this thesis, the author uses NiMH batteries for a picogrid. The thesis determines the performance of the NiMH battery used in the picogrid through charging and discharging tests and battery voltage and battery current measurement, to see how the performance of the used battery is compared to the performance at its initial condition, and to determine if it is still suitable to be used in a picogrid system. This thesis also determines the ideal loads that can be supplied by the battery."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maretha Putri Ayu
"Seiring dengan berkembangan teknologi di bidang automotif, penggunaan katalis logam merupakan salah satu hal yang penting karena dapat mempercepat reaksi dan dapat membantu memacu reaksi siklohidrogenasi serta reaksi lainnya seperti pembentukan aromatik. Akibat dari penggunaan katalis tersebut maka limbah katalis hasil proses Catalytic Continuous Reforming sangat banyak ditemukan.
Salah satu logam yang banyak digunakan sebagai katalis dalam proses CCR adalah logam kobalt dengan penambahan logam palladium sebagai promotor. Logam kobalt sebagai bahan dasar utama yang terkandung dalam katalis CCR bila dibiarkan dibuang menjadi limbah akan sangat berbahaya bagi kesehatan dan lingkungan. Untuk meminimalisir bahaya tersebut maka diperlukan perolehan kembali logam kobalt dari limbah katalis CCR dengan metode leaching.
Dalam penelitian ini digunakan asam sitrat 0,8 M dengan 2% H2O2 pada kondisi operasi 75oC selama 1,5 jam dapat menghasilkan logam Co 77,78%. Setelah proses leaching dilakukan, untuk mendapatkan logam kobalt dengan kemurnian yang lebih baik maka dilakukan proses ekstraksi cair-cair dengan pH 3,5 dan konsentrasi ekstraktan Cyanex 272 sebesar 0,1 M diperoleh logam Co sebesar 77,80% dari total kobalt hasil leaching.

The usage of metal catalyst is important alongside with recent technology development on automotive sector. Metal catalyst is used to fasten any reaction, such as triggering cyclohydrigenation reaction and aromatics forming. These process, which known as catalytic continous reforming (CCR), produce a lot of catalysts waste.
One of metal catalyst that used in large amount on CCR process is cobalt added by palladium as a promotor. Cobalt, which is used as the main component in CCR catalyst, will be dangerous for health and environment if directly thrown away as a waste. For reducing those danger, cobalt is reused by recovering it from CCR catalyst using leaching method.
In this research, 0.8 M citric acid with 2% H2O2 is used at temperature 75°C within 1.5 hours. This methods could recover 77.78% cobalt from CCR. Purification process is done by liquid-liquid extraction with Cyanex 272 0,1 M at pH 3,5 to gain cobalt with higher purity up to 77.80% of total cobalt from leaching.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Khairina Shauma Amanati
"

Pada industri terutama industri pengolahan minyak bumi, katalis yang banyak digunakan adalah katalis berbasis nikel salah satunya NiO/Al2O3. Di Pertamina Balongan RU VI untuk proses hydrotreating, limbah katalis yang dihasilkan mencapai angka 1000 ton per tahunnya. Padahal limbah katalis ini merupakan salah satu isu lingkungan karena termasuk kedalam golongan limbah B3. Kandungan nikel yang terdapat dalam limbah katalis hydrotreating mencapai angka 72438,59 mg/kg dan hal ini menyebabkan perlunya tindakan perolehan kembali atau recovery. Selain untuk kepentingan lingkungan, logam nikel juga dikategorikan berharga dengan harga per kilogramnya sebesar Rp 239.132. Metode yang dilakukan untuk memperoleh kembali logam nikel dari limbah yaitu dengan proses leaching dan dilanjutkan dengan ekstraksi cair-cair, karena metode ini dikenal sebagai metode yang efektif dalam me-recovery logam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses leaching mencapai nilai optimum dengan menggunakan asam sitrat 1.5 M dan suhu 80°C selama 2 jam dengan persentase leaching sebesar 82,06%. Sedangkan kondisi optimum yang diperoleh dari proses ekstraksi cair-cair menggunakan 40% LIX 84-ICNS, rasio fasa ekstraktan/fasa internal: 1/1, pH 7 dan kecepatan pengadukan 750 rpm selama 10 menit mampu menghasilkan persentase ekstraksi sebesar 89,29%


In industry, especially in oil and gas industry, catalyst is widely used in order to enhance the process and optimize the production. One of the commonly used catalyst nickel-based catalyst, which is NiO/Al2O3. In Pertamina RU VI Balongan, this catalyst is used for the hydrotreating process, and it annually generates 1000 tons per year. This catalyst is being one issues since nickel is categorized as B3 waste. The nickel contained in hydrotreating spent catalyst is 72438,59 mg/kg and this led us the need to recover nickel metal from catalyst waste. In addition, nickel is also considered as valuable metal with a price per kilogram of Rp 239,132. The effective method used to recover nickel metal from waste is by leaching and continued with liquid-liquid extraction. The results showed that the leaching process reached the optimum value by using 1.5 M citric acid and 80°C for 2 hours resulting a leaching percentage of 82.06%. While the optimum conditions obtained from the liquid-liquid extraction process using 40% LIX 84-ICNS, the extraction phase / internal phase: 1/1, pH 7 and stirring speed of 750 rpm for 10 minutes were able to produce an extraction percentage of 89,29%.

"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adisa Umari Yoniton
"Peran dan perilaku asam organik pada pelindian bijih nikel lateritik diamati dalam eksperimen berikut sebagai alternatif dari proses pelindian asam anorganik, HPAL (High-Pressure Acid Leaching). Eksperimen dilakukan dengan menggunakan dua tahapan (sequensial), yaitu pelindian elemen besi menggunakan asam oksalat (C2H2O4) dan diikuti dengan pelindian nikel dan kobalt menggunakan asam sitrat (C6H8O7). Secara spesifik, efek dari beragamnya suhu pelindian, konsentrasi asam organik, dan waktu pelindian telah diamati. Dengan ini, memperoleh konklusi bahwa suhu dan waktu sangat mempengaruhi proses pelindian. Meningkatkan suhu pelindian hingga 90 oC dapat menghilangkan 49% besi dan hanya memulihkan 3% nikel dan 8% kobalt. Hasil eksperimen juga membuktikan bahwa semakin lama waktu pelindian, maka pemulihan nikel dan kobalt semakin tinggi dan selektif. Sementara itu, pada konsentrasi asam organik yang tinggi, pemulihan nickel dan kobalt tidak terlalu efektif. Data eksperimen dianalisa menggunakan XRF/XRD dan ICP-OES.

The role and behaviour of organic acids in the leaching of nickel laterite ore were investigated in the following experiments as an alternative to the leaching process of inorganic acids, HPAL (High-Pressure Acid Leaching). Experiments were carried out using two steps (sequential); firstly, leaching of iron using oxalic acid (C2H2O4) and followed by leaching of nickel and cobalt using citric acid (C6H8O7). Specifically, the leaching parameters such as temperature, organic acid concentration, and leaching time were observed. The experiment concluded that temperature and time have greatly impact on the leach process. Increasing the leaching temperature to 90 oC with 1 M of oxalic acid concentration can remove 49% of iron with only 3% nickel and 8% cobalt were recovered. The experimental results also prove that longer leaching time resulted in higher and more selective nickel and cobalt recovery. Meanwhile, at a high concentration of citric acid, the recovery of the nickel and cobalt were not very effective. Experimental data were analysed using XRF / XRD and ICP-OES. "
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fajar Prihatno
"Laterit mengandung klorit, piroksen, talc, kuarsa, olivin dan amfibol. Laterit memiliki kadar Ni2 . Dalam penelitian ini dilakukan ekstraksi ion Ni2 dari laterit menggunakan heap leaching asam sulfat. Setelah dilakukan heap leaching 25 gram laterit menggunakan 500 mL variasi asam sulfat, didapatkan konsentrasi asam sulfat optimum Hasil heap leaching berwarna hijau kekuningan karena adanya [Fe H2O 6]3 dan [Ni H2O 6]2 . Kadar Fe3 dipisahkan dengan penambahan asam fitat. Kemudian dilakukan ekstraksi cair-cair dengan penambahan salisilaldoksim.

Laterite containing chlorite, pyroxene, talc, quartz, olivine and amphibole. Laterite content Ni2 . In this research, Ni2 extraction of laterite heap leaching using sulfuric acid. After 25 grams of laterite heap leaching using variation of 500 mL sulfuric acid, obtained optimum sulfuric acid concentration. Results heap leaching has yellowish green color because solution contain Fe H2O 6 3 and Ni H2O 6 2 . Number of Fe3 separated by addition of phytic acid. Then did liquid liquid extraction by salicylaldoxime addition."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2016
S66680
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Melanie Hapsari
"Hidrogel didefinisikan sebagai suatu struktur polimer tiga dimensi yang dapat dibentuk dari polimer alam atau sintetik dan mampu mempertahankan sejumlah besar air. Hidrogel dapat dibuat melalui dua cara yaitu penyilangan fisik (physical cross-linking) dan penyilangan kimia (chemical cross-linking). Struktur yang stabil dan pembengkakan efektif dari hidrogel bisa didapatkan melalui proses penyilangan kimia. Pada penelitian ini akan dibuat hidrogel berbasis polimer alam yang besifat tidak beracun. Hidrogel disintesis dengan menggunakan turunan selulosa yaitu berupa Natrium Karboksimetil Selulosa (NaCMC/CMC) dan asam sitrat sebagai agen pengikat silang. Selulosa yang digunakan berasal dari tanaman eceng gondok, yang telah diketahui sebagai salah satu sumber serat selulosa yang potensial dalam pembuatan CMC. Efek dari kondisi preparasi, seperti konsentrasi asam sitrat yang digunakan serta waktu reaksi saat proses sintesis ditinjau melalui hasil karakterisasi hidrogel. Variasi variabel yang dilakukan pada penelitian ini diantaranya konsentrasi asam sitrat sebesar 5, 10, 15% dan komposisi campuran media reaksi isobutil-isopropil alkohol sebesar 2:8, 5:5, dan 8:2 dengan tujuan untuk mendapatkan nilai DS yang berbeda-beda. Berdasarkan hasil penelitian, swelling ratio hidrogel paling tinggi didapatkan saat komposisi media reaksi isopropil-isobutil alkohol 8:2 dan konsentrasi asam sitrat sebesar 10% . Hal ini didukung dengan ditemukannya ikatan ester pada hasil uji gugus fungsi dengan menggunakan FTIR (Fourier Transform Infrared) dan terbentuknya pori-pori kecil dan besar pada permukaan hidrogel berdasarkan hasil pengamatan mikroskopis hidrogel dengan menggunakan SEM (Scanning Electron Microscope).

Hydrogels are defined as a three-dimensional polymer structure that can be formed from natural or synthetic polymers and are able to retain large amounts of water. Hydrogels can be made in two ways, i.e. physical cross-linking and chemical cross-linking. The stable structure and effective swelling of the hydrogel can be obtained through the chemical cross-linking process. In this study, hydrogel will be made of natural polymer that is non-toxic. Hydrogels synthesized by using cellulose or its derivatives (Carboxymethyl Cellulose (CMC)) through chemical crosslinking process with citric acid acts as crosslinking agent. Cellulose is derived from water hyacinth plant, which has been known as one of the potential sources of cellulosic fibers in producing CMC. Effects of preparation condition, such as citric acid concentration and variation in the value of the degree of substitution of CMC, are reviewed through the hydrogel characterization results. Variations of variables in this research include the concentration of citric acid of 5, 10, and 15% and the ratio of composition isobutyl-isopropyl alcohol solvent at 2:8, 5:5, and 8:2 in order to get the different value of degree of substitution of CMC. Based on the results, the hydrogel with the highest swelling ratio is at the condition of mixed composition isobutyl-isopropyl alcohol 2:8 and the concentration of citric acid at 10%. This is supported by the invention of the ester bond in the test results of functional groups using FTIR (Fourier Transform Infrared) and the formation of small and large pores on the surface of hydrogels based on hydrogel microscopic observation using SEM (Scanning Electron Microscope)."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
T42141
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Naufal Muhadzib Rafif
"

Bio Metal-organic Framework (MOF) adalah bahan berpori yang terbentuk dari kombinasi ion logam dan ligan organik. Asam sitrat adalah senyawa organik lemah yang dapat ditemukan dalam daun dan buah jeruk. MOF memiliki banyak fungsi, salah satunya bertindak sebagai bahan adsorben. Kami telah mensintesis dan mengkarakterisasi MOF berdasarkan ligan logam kromium nitrat dan asam sitrat. Sintesis dilakukan melalui metode reaksi hidrotermal menggunakan KOH dan Etanol serta dengan rasio logam terhadap ligan 0.6:1; 1:2; 1:2.5 dan 1:3. Sintesis dilakukan pada suhu puncak 120 oC selama 30 menit dan ditahan pada suhu tersebut selama 48 jam. Karakterisasi MOF dilakukan dengan Brunauer-EmmettTeller (BET), X-ray difraksi (XRD), scanning electron microscope (SEM), analisis termogravimetri (TGA), dan analisis Fourier transform infrared spectroscopy (FTIR). Dalam percobaan ini diperoleh luas permukaan paling besar 49 m2/g. Pengujian adsorpsi dilakukan pada suhu 27oC, 40 oC dan 55 oC dengan variasi tekanan 5, 10, 15, 20, 30, dan 40 bar. Hasil adsorpsi paling besar terjadi pada suhu 27oC pada tekanan 40bar. Korelasi adsorpsi dilakukan dengan menggunakan persamaan Langmuir, Toth, dan Dubinin-Astakhov. Persamaan Dubinin-Astakov dengan nilai deviasi paling rendah (8.9%) digunakan untuk pergihitungan panas adsorpsi. Semakin tinggi suhu adsorpsi, semakin tinggi panas adsorpsi yang dihasilkan. Semakin besar jumlah adsorbat yang terserap, panas adsorpsi yang dihasilkan semakin rendah. Dengan semakin rendahnya nilai panas adsorpsi, maka semakin rendah juga biaya regenerasi material tersebut dan semakin tinggi nilai penghematan energi pada proses adsorpsi.


Bio Metal-organic framework (MOF) is a porous material formed from a combination of metal ions and organic ligands. Citric acid is a weak organic compound that can be found in citrus leaves and fruit. MOF has many functions, one of which acts as an adsorbent material. We have synthesized and characterized MOF based on metal chromium nitrate and citric acid ligands. Synthesis is carried out through the hydrothermal reaction method using KOH and Ethanol as well as with a ratio of metals to ligands of  0.6:1; 1:2; 1:2.5 dan 1:3. Synthesis was carried out at a peak temperature of 120 oC for 30 minutes and held at that temperature for 48 hours (Material B). MOF characterization was carried out with Brunauer-Emmett Teller (BET), X-ray diffraction (XRD), scanning electron microscope (SEM), thermogravimetric analysis (TGA), and Fourier transform infrared spectroscopy (FTIR) analysis. In this experiment the maximum surface area of ​​49 m2/g was obtained. Adsorption testing was carried out at temperatures of 27oC, 40 oC and 55 oC with pressure variations of 5, 10, 15, 20, 30, and 40 bar. The highest adsorption results occur at 27oC at a pressure of 40bar. The adsorption correlation was performed using the Langmuir, Toth, and Dubinin-Astakhov equations. The Dubinin-Astakov equation with the lowest deviation (8.9%) is used to calculate the heat of adsorption. The higher the adsorption temperature, the higher the adsorption heat produced. The greater the amount of adsorbate absorbed, the lower the heat of adsorption produced. The lower isosteric heat adsorption value, the lower regeneration cost and high efficiency energy in adsorption process."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adela Surya Pertiwi
"ABSTRAK
Kopi Hijau Arabika Coffea arabica L. dikenal memiliki senyawa fenolik dan kafein yang tinggi. Senyawa fenolik pada kopi hijau terutama pada asam klorogenat memiliki manfaat sebagai penurun berat badan dengan adanya modulasi metabolisme glukosa pada manusia dan kafein dapat memberikan efek stimulasi pada tubuh. Tujuan penelitian ini adalah memperoleh kondisi optimum ekstraksi senyawa fenolik dan kafein dari biji kopi hijau arabika Coffea arabica L. Pada penelitian ini, digunakan Natural Deep Eutectic Solvent NADES yang terdiri dari asam sitrat dan sukrosa sebagai pelarut ekstraksi yang ramah lingkungan dengan menggunakan metode Ultrasound Assisted Extraction UAE untuk memperoleh kadar senyawa fenolik dan kafein yang optimum pada biji kopi hijau arabika. Faktor ekstraksi dilakukan dengan tiga parameter yaitu, rasio NADES, rasio pelarut terhadap sampel dan waktu ekstraksi. Penetapan kadar senyawa fenolik di uji dengan microplate reader dan penetapan kadar kafein di uji dengan Kromatografi Cair Kinerja Tinggi KCKT dan hasil optimasi di analisis menggunakan Response Surface Methodology RSM. Diperoleh kadar senyawa fenolik optimum pada run-11 sampel yaitu 87,01 mg GAE/g serbuk dengan kondisi, rasio NADES 2:1 g/g, rasio sampel terhadap pelarut 1:10 g/mL dan waktu ekstraksi 15 menit dengan desirability index 0,747. Sedangkan pada kadar kafein optimum pada run-7 yaitu 1,3 mg/g serbuk dengan kondisi, rasio pelarut NADES 2:1 g/g, rasio sampel terhadap pelarut 1:30 g/mL dan waktu ekstraksi 5 menit dengan desirability index 0,787. Berdasarkan penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa asam sitrat ndash; sukrosa dapat menarik senyawa fenolik dan kafein dari biji kopi hijau arabika.

ABSTRACT
Green Coffea Arabica Coffea arabica .L bean is known to have high phenolic and caffeine compounds. Phenolic compounds in green coffee especially in chlorogenic acid have the benefit for weight loss along with the presence of modulation of glucose metabolism in humans and caffeine can provide stimulatory effects on the body. The objective of this research is to optimize extraction of phenolic compounds and caffeine from arabica green coffee bean Coffea arabica L. In this study, Natural Deep Eutectic Solvent NADES is used as the solvent, it consisted of citric acid and sucrose as an environmentally friendly solvent extraction using Ultrasound Assisted Extraction UAE method to obtain optimum phenolic and caffeine content in Arabica green beans. The extraction factor was performed with three parameters NADES ratio, solvent ratio to sample and time of extraction. Determination of the levels of phenolic compounds tested by microplate reader and the determination of caffeine levels were tested with High Performance Liquid Chromatography HPLC and optimization results were analyzed using Response Surface Methodology RSM . The optimum phenolic compound content was obtained at the sample run 11 of 87.01 mg GAE g with conditions, NADES 2 1 g g ratio, sample with solvent ratio of 1 10 g mL and the extraction time of 15 minutes with the desirability index 0.747. While at optimum caffeine level at run 7 was 1.3 mg g with condition, solvent ratio NADES 2 1 g g, sample with solvent ratio 1 30 g mL and 5 minute extraction time with desirability index 0.787. Based on this research, it can be concluded that mixture of NADES solvent citric acid sucrose can extract phenolic compounds and caffeine from arabica green beans."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>