Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 176710 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Zahra Shabrina
"Adaptive reuse merupakan sebuah usaha perlindungan serta pelestarian bangunan untuk memperpanjang usia bangunan dan memberikannya kesempatan untuk hidup di masa kini dengan perubahan fungsi bangunan dan memelihara karakteristik arsitektur bangunan. Bangunan Kerta Niaga dan Kedai Seni Djakarte merupakan bangunan peninggalan masa kolonial Belanda yang terletak pada kawasan Kota Tua yang telah mengalami penerapan konservasi adaptive reuse. Tujuan pembahasan ini adalah untuk mempelajari mengenai penerapan adaptive reuse pada bangunan kolonial dan bagaimana nilai-nilai terkait sejarah dan emosional dapat terbentuk dan memicu pengalaman bagi pengunjung. Hal ini dikaji melalui penerapan adaptive reuse dilihat dari perubahan fasad, fungsi, hingga interior pada bangunan yang dapat memicu adanya penciptaan suasana yang dapat mempengaruhi pengalaman dan persepsi pengunjung. Penerapan adaptive reuse memberikan peluang bagi masa lalu untuk hidup di masa sekarang. Dengan mempertahankan arsitektur orisinil dari bangunan aslinya sehingga dapat menjaga nilai sejarah dan identitasnya. Serta dengan penataan interior dan perubahan fungsi bangunan yang sesuai dapat memicu persepsi tiap individu pengunjung sehingga memberikannya pengalaman ruang yang lebih kaya dan menarik.

Adaptive reuse to protect and preserve buildings to extend the life of the building and allow them to live in the present by changing the function of the building and maintaining its architectural characteristics. The Kerta Niaga building and the Kedai Seni Djakarte are heritage buildings from the Dutch colonial period, located in the Old Town area, which have experienced the application of adaptive reuse conservation. This discussion aims to learn about the application of adaptive reuse in colonial buildings and how historical and emotional values can be formed and trigger experiences for visitors. This is studied through the application of adaptive reuse seen from changes in the facade, function, and interior of the building which can trigger the creation of an atmosphere that can affect the experience and perception of visitors. The application of adaptive reuse provides an opportunity for the past to live in the present. By maintaining the original architecture of the original building to maintain its historical value and identity. As well as the interior arrangement and appropriate changes to the function of the building can trigger the perception of each visitor to provide a richer and more exciting space experience."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Meutia Rahmadina
"ABSTRACT
Permasalahan utama dinding bangunan cagar budaya umumnya diakibatkan oleh kelembaban tinggi yang dikandungnya. Walaupun demikian, bangunan cagar budaya sarat akan nilai sejarah yang tinggi sehingga adaptive reuse menjadi salah satu metode untuk memperbaiki kondisi bangunan dan menghidupkannya kembali dengan fungsi baru. Sehingga tantangan utamanya yaitu bagaimana menyuntikkan fungsi baru pada bangunan tanpa menghilangkan nyawanya yang termanifestasi melalui materialnya. Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana perlakuan dan penggunaan material pelapis dinding yang dapat menjawab tantangan tersebut. Material pelapis dinding yang dianalisis yaitu plaster dan cat pada Kedai Seni Djakarte yang digunakan sebagai studi kasus arsitektur adaptive reuse. Dalam skripsi ini ditemukan bahwa penggunaan plaster dan cat dengan material properties tertentu dapat menunjang pertahanan nyawa bangunan.

ABSTRACT
The main issue faced by the walls of heritage buildings is its high level of humidity, especially for those located in a tropical climate. Despite their degradation over time, the historical significance possessed by heritage buildings necessitate the adaptive reuse of these buildings for a new function. Therefore architects are faced with the ultimate challenge what kinds of treatment and application of wall finishing materials are required in order to inject new function to heritage buildings without losing their soul as manifested through their materials. This paper aims to analyze specifically the treatment and application of wall finishing materials in achieving said objectives of adaptive reuse. In this case, the wall finishes materials studied are plasters and paints in Kedai Seni Djakarte as the case study. It is found that by using plasters and paints with certain material properties, it can best preserve the soul of the building. "
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dini Puti Angelia
"Mulai maraknya tindakan-tindakan untuk merespon pemanasan global membuat muncul banyaknya ide dan strategi yang digunakan untuk membuat tindakan yang lebih ramah lingkungan dan memiliki manfaat yang dapat berkelanjutan atau sustainable, termasuk di dalamnya arsitektur. Adaptive reuse merupakan penggunaan kembali bangunan lama dengan mengubah fungsi bangunan sesuai dengan kebutuhan manusia di masa yang berbeda. Adaptive reuse memungkinkan bangunan dapat memenuhi kebutuhan penghuninya yang berbeda generasi, sehingga kebermanfaatan bangunan dapat dinikmati tidak hanya oleh satu generasi. Oleh karena itu, adaptive reuse dapat dikatakan sebagai salah satu cara yang dapat digunakan untuk membuat arsitektur sustainable. Pada skripsi ini, akan dibahas mengenai sustainabilitas yang terdapat pada bangunan adaptive reuse melalui penjabaran mengenai bangunan adaptive reuse, sustainabilitas dalam arsitektur, prinsip sustainabilitas pada bangunan adaptive reuse serta strategi sustainabilitas yang ada pada bangunan adaptive reuse.

The advent of actions to respond the global warming becomes a reason of many ideas and strategies appearing. that are used to make the action more environmentally friendly and has benefit that can be sustained or sustainable, including architecture. Adaptive reuse is the reuse of old buildings by changing the building functions in accordance with human needs at different times. Adaptive reuse allows building occupants can meet needs of different generations, so the usefulness of the building can be enjoyed not only by one generation. Therefore, adaptive reuse can be considered as one of the ways that can be used to create sustainable architecture. In this paper, we will discuss sustainability contained in the building of adaptive reuse through the elaboration of adaptive reuse building, sustainability in architecture, sustainability principles in adaptive reuse buildings and sustainability strategies that exist in adaptive reuse building."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
S65315
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sekar Dywandari Putri
"Penulisan karya ilmiah ini membahas mengenai penerapan adaptive reuse pada bangunan cagar budaya, khususnya rumah tinggal. Penarapan adaptive reuse digunakan sebagai salah satu cara untuk melestarikan bangunan cagar budaya agar bisa dimanfaatkan kembali. Insertion merupakan salah satu strategi pada adaptive reuse yang digunakan untuk mengalihfungsikan salah satu rumah tinggal cagar budaya di kawasan Menteng menjadi restoran fine dining.
Penulisan karya ilmiah ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana perancang menerapkan desain nya sehingga dapat merespon konteks yang ada. Metode yang digunakan dalam penulisan karya ilmiah ini adalah kajian literatur dan observasi langsung ke lapangan untuk mengumpulkan data dan wawancara dengan pengelola restoran.

This thesis is talking about adaptive reuse on cultural heritage buildings, especially the cultural heritage houses. The application of adaptive reuse is one of the ways that used to conserve the cultural heritage building so the building could be reused. Insertion is one of the strategies in adaptive reuse that used to altering the function of cultural heritage house in Menteng to become a fine dining restaurant.
The purpose of this thesis is to know how was the designer applied their design so could respond the existing contexts. The method that used in this thesis is literature study and direct observation to gather information and interview with the restaurant management.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
S64309
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Irma Kartika
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2000
S48217
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Afina Hawna
"Bangunan Cagar Budaya (BCB) mengalami keadaan yang kontradiktif, disatu sisi BCB harus dilindungi dengan tidak boleh mengubah atau merusak elemen eksisting. Namun disisi lain BCB harus bertahan hidup melalui praktek adaptive reuse yang berpotensi untuk mengubah elemen bangunan. Apabila adaptive reuse diterapkan pada BCB, segala konsekuensi perubahan yang dihasilkan, termasuk pemasangan utilitas perlu ditinjau secara khusus agar potensi merusak bangunan eksisting dapat terhindari.
Penulisan skripsi bertujuan untuk menjelaskan seperti apa pemasangan utilitas dalam konteks adaptive reuse Bangunan Cagar Budaya, serta untuk mengetahui metode adaptive reuse apa yang bisa diterapkan pada pemasangan utilitas di Bangunan Cagar Budaya. Metode penulisan dilakukan dengan mengkaji data sekunder yang bersumber dari buku, peraturan daerah dan website internet, serta melakukan survei terhadap bangunan yang dijadikan studi kasus terlebih terkait utilitas bangunannya.
Hasil analisis didapatkan bahwa pemasangan utilitas dapat menerapkan berbagai strategi adaptive reuse dan metode pemasangan utilitas itu sendiri. Utilitas sebagai salah satu sistem pendukung bangunan, perubahannya diharapkan dapat berperan secara maksimal pada adaptive reuse Bangunan Cagar Budaya agar standar/peraturan bangunan kontemporer yang diminta terpenuhi. Hal ini karena utilitas merupakan aspek yang dapat mengikuti perkembangan kebutuhan masyarakat dan teknologi.

Heritage Buildings going through contradictive phase, on the one hand it must be protected by not changing or demaging existing elements. But on the other hand Heritage Building must survive through the practice of adaptive reuse that has the potential to change buildings elements. If adaptive reuse is applied to Heritage Building, all consequences of the changes it give, including installation of utilities, need particular method so that any potential for damaging existing buildings can be avoided.
This thesis is written to explain what installation of utilities is in the context of adaptive reuse of Heritage Buildings, and to find out which kind of adaptive reuse method that can be applied in heritage building. This thesis is done by collecting secondary data sourced from books, regional regulations and internet websites, as well as take surveys of buildings that are used as case studies especially related building utilities.
The results of the analysis show that installation of utilities can implement various adaptive reuse strategies and methods of installing the utilities themselves. Utilities as one of the building support systems, the changes are expected to take maximum role in adaptive reuse of Heritage Buildings so that the contemporary building standards/ regulations requested are fulfilled. This is because utility is an aspect that can best follow the development of community needs and technology.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nabila Putri Prayudi
"Bangunan cagar budaya adalah bangunan berusia 50 tahun atau lebih yang memiliki nilai sejarah, budaya, dan pengetahuan sehingga harus dilestarikan keberadaannya. Dalam melestarikan bangunan cagar budaya, ada tujuh cara intervensi yang dapat dilakukan. Cara intervensi tersebut harus dilakukan dengan tetap memerhatikan keaslian bangunan cagar budaya, etika pelestarian, dan prinsip pelestarian. Pelestarian yang bergantung terhadap kondisi awal bangunan cagar budaya menyebabkan cara intervensi yang dilakukan akan berbeda-beda. Salah satu bentuk pelestarian bangunan cagar budaya adalah memanfaatkannya menjadi bangunan masa kini, yaitu museum. Museum adalah tempat di mana terdapat benda koleksi untuk dipamerkan dan juga dilestarikan. Untuk memenuhi kebutuhan pameran benda koleksi, dibutuhkan pola sirkulasi tertentu pada ruang pamer. Untuk memenuhi kebutuhan pelestarian benda koleksi, dibutuhkan ruang yang terhindar dari cahaya alami agar sinar ultraviolet tidak langsung mengenai benda koleksi yang sensitif dengan cahaya. Kebutuhan dan persyaratan ruang untuk arsitektur museum ini harus dapat terpenuhi selaras dengan pelestarian bangunan cagar budaya. Museum Seni Rupa dan Keramik dan Museum Fatahillah menjadi contoh yang berhasil dalam melakukan pelestarian bangunan cagar budaya dengan memanfaatkannya sebagai museum, atau disebut juga dengan adaptive reuse.

Heritage building is a building that has been built for 50 years or more. It has some values such as history, culture, and knowledge which make them important to conserve. There are seven ways in terms of conservation of heritage building, they are called interventions. Interventions have to be done based on the authenticity value of the heritage building, conservation’s ethics, and conservation’s principles. Conservation of the heritage building depends on its existing condition that would decide which ways are appropriate to be done. Turning the heritage building as a building that can be used for another function in this time is an example of conservations. That building can be a museum. Museum is a place where heritage stuffs are being exhibited and preserved. To fulfill the needs of exhibition, an exhibition room must have certain pattern of circulations. To preserve, spaces in museum must be avoided from direct sunlight in order to keep ultraviolet light away from the heritage stuffs. Heritage stuffs are very sensitive to ultraviolet light. Needs and requirements of architecture museum should meet the interventions of heritage building in order to make the conservation works. Museum Seni Rupa dan Keramik and Museum Fatahillah could be the role model on how heritage building turns into museums, and this is called as an adaptive reuse of heritage building."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mohammad Andri Febru
"Mengubah fungsi sebuah bangunan menjadi fungsi yang berbeda dari sebelumnya merupakan permasalahan yang tidak mudah diatasi. Terlebih lagi apabila bangunan tersebut adalah bangunan cagar budaya dan fungsi yang selanjutnya adalah museum. Permasalahan yang saat ini muncul temyata keberadaan museum ini pun akhirnya malah memberi kesan bahwa museum itu adalah bangunan yang angker, sepi, tidak menghibur dan kumuh. Kenyataan menunjukan bahwa dengan ditetapkannya fungsi ini pada bangunan-bangunan tua di kota Jakarta khususnya di kawasan Taman Fatahillah ternyata masih belum berhasil. Sesuai dengan pendapat Morris yang mengacu pada pendapat Ruskin, penggantian (replacement) dari bagian-bagian yang hilang dari sebuah bangunan haruslah terintergerasi secara harmonis dengan keseluruhan, tetapi di waktu yang sama harus dapat menjadi pembeda dari keasliannya sehingga restorasi tidak akan mempersalahkan bukti-bukti artistik atau sejarah. Sedangkan museum pada sebuah bangunan haruslah dapat bersifat mendidik sekaligus menghibur dan menyenangkan. Penelitian ini menggunakan metode studi kasus karena penelitian ini bertujuan untuk dapat mempelajari lebih mendalam dan lebih fokus terhadap obyek penelitian yaitu museum sebagai hasil adaptasi dari bangunan tua.
Dalam analisis penulis akan menggunakan metode pattern-matching dalam multiple case studies berupa penelusuran perubahan pola ruang dan elemen arsitektur lainnya serta membandingkan dengan contoh yang dianggap berhasil pada obyek penelitian. Dalam penelitian ini penulis menemukan bahwa proses adaptive reuse memang telah dijalankan pada masing-masing museum itu. Perubahan yang paling terlihat adalah pada perubahan pola sirkulasi yang lebih cenderung menerus. Perubahan ini menyebabkan terjadinya perubahan pola ruang. Tetapi perubahan itu tidak menimbulkan suasana baru yang membedakan antara yang lama dengan yang baru. Sedangkan cara untuk melakukan perubahan ini ternyata berbeda antara museum yang satu dengan museum yang lainnya. Hal ini disebabkan karena untuk masing-masing bangunan tersebut awalnya memiliki fungsi yang berbeda dan selanjutnya dijadikan sebagai museum dengan klasifikasi yang berbeda pula.
Penulis menyimpulkan bahwa proses Adaptive Reuse yang dijalankan pada bangunan-bangunan museum di kawasan Taman Fatahillah ternyata masih belum maksimal. Adanya keinginan untuk mengkonservasi dan mewujudkan bangunan museum itu ternyata masih lebih besar keinginan konservasinya. Hal ini menyebabkan menurunnya kualitas citra dari museum itu sendiri di Indonesia yang justru berbeda dari museum di luar negeri.

Changing function of a building to be a different function than before is a problem that not easy to solve. Especially when that building has used to be a cultural preserve and then changed to be a museum. The problem now is a fact about the surrounding of the museum that becomes looks scary, quiet, and unpleasant. The reality, showed that old buildings functioning as a museum in Jakarta, especially in Taman Fatahillah area, were not too success. According to Morris that referred to Ruskin 's opinion, replacement of the missing part of a building has to be harmonically integrated with all, but at the same time must be different with the origin so the restoration will not falsify the artistic or historic evidences. In the other part museum as a building should be educative, and also enjoyable and fun. This research employee?s case controls studies because its goals is to study in depth and more focusing on the object, museum, as an adaptation from an old building.
In the analysis, I apply pattern-matching method in multiple case studies, which search the changing of space pattern and other architectural elements, and also compare it with an example that considered being success as a research object before. In this research I found that adaptive reuse process was already begun in each museum. The change that looked dominantly was the space pattern. But it still does not give any differences between the old and the brand new one. And the approach for the change between one museum and others is completely different. It is because each wilding used to have its own function before it become a museum with different classification too.
My conclusion is that Adaptive Reuse process, which is used in museums in Taman Fatahillah area, was not run maximize. The desire to conserve is bigger than to perform the museums itself it makes a decline of the museums image in Indonesia that a different situation precisely happened in others of these nations.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2005
T16173
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gabriella Dina Widieaster
"Kota Lama Semarang merupakan kawasan bernilai sejarah tinggi dengan banyak peninggalan bangunan kolonial yang dilestarikan dan dihidupkan kembali. Salah satunya adalah Gedung Monod Diephuis & Co, sebuah bangunan cagar budaya yang awalnya berfungsi sebagai kantor perusahaan broker hasil bumi. Gedung ini menjadi milik pribadi pada tahun 2011 dan dikonservasi mulai Maret 2016, kemudian diubah menjadi bangunan mixed-use untuk kegiatan seni, budaya, dan sosial. Transformasi ini membutuhkan perhatian pada nilai-nilai bangunan cagar budaya, konteks Kota Lama Semarang, serta strategi adaptive reuse yang merupakan tindakan konservasi pada bangunan cagar budaya.
Penelitian ini menggunakan metode kajian literatur dan studi kasus dengan observasi langsung terhadap bangunan, wawancara subjek terkait, serta rekonstruksi gambar denah dan potongan bangunan. Hasil penelitian ini mengevaluasi kesesuaian nilai-nilai bangunan cagar budaya dan strategi adaptive reuse bahwa dari enam strategi adaptive reuse yang ada, empat strategi yaitu passive, referential, aemulatio, dan ruination sesuai diterapkan pada Gedung Monod Diephuis & Co, sementara strategi performative dan facadism hanya sesuai secara parsial. Penelitian ini menunjukkan bahwa meskipun tidak semua strategi sesuai, adaptive reuse tetap mampu menghidupkan kembali Gedung Monod Diephuis & Co sebagai bagian dari pelestarian budaya di Kota Lama Semarang.

Kota Lama Semarang is a historically significant area with numerous preserved colonial buildings that have been revitalized. One such building is the Monod Diephuis & Co building, a cultural heritage site that originally served as the office for an agricultural brokerage company. This building became privately owned in 2011 and underwent conservation starting in March 2016. It has since been transformed into a mixed-use facility for artistic, cultural, and social activities. This transformation required careful attention to the heritage values of the building, the context of Kota Lama Semarang, and adaptive reuse strategies which are conservation actions for heritage buildings.
This research employs literature review and case study methods, including direct observation of the building, interviews with relevant subjects, and reconstruction of building plans and sections. The findings of this study evaluate the appropriateness of heritage building values and adaptive reuse strategies. Out of six existing adaptive reuse strategies, four strategies—passive, referential, aemulatio, and ruination—are deemed suitable for application to the Monod Diephuis & Co building, while the performative and facadism strategies are only partially suitable. This study demonstrates that although not all strategies are applicable, adaptive reuse can still successfully revitalize the Monod Diephuis & Co building as part of cultural preservation in Kota Lama Semarang.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ginting, Eunike Pertiwi
"Naskah ini membahas mengenai pemanfaatan kembali unit shipping container bekas sebagai bangunan dengan pendekatan arsitektur adaptive reuse. Adaptive reuse merupakan strategi desain yang menekankan isu sustainability sebagai upaya untuk memperoleh arsitektur berbasis lingkungan. Adaptive reuse unit shipping container bekas sebagai bangunan bertujuan memanfaatkan sumber daya limbah, juga mengelola shipping container guna mencapai efektifitas bangunan melalui metode pasif desain. Penelusuran gagasan sustainability pada bangunan shipping container berdasarkan aspek sustainable architecture, yang mencakup: site, komunitas, kesehatan, material, energi, dan air. Secara spesifik, aspek sustainabilitas pada adaptive reuse unit shipping container bekas sebagai bangunan difokuskan menjadi tiga ide pokok: site, material dan energi. Ketiga ide ini menjadi aspek utama dalam kajian studi kasus bangunan shipping container, naskah ini juga akan membahas secara kualitatif mengenai metode desain pasif yang diterapkan guna menunjang performa shipping container sebagai bangunan.

This text discusses the reuse of shipping container as building in architectural approach through adaptive reuse. Adaptive reuse is a design strategy which emphasize sustainability issue as effort to acquire an architecture with environment awareness. Adaptive reuse of shipping container as a building have a purpose to reusing wasteful resources, and managing shipping container in order to achieve building effectiveness through passive design method. Investigation idea of sustainability at shipping container buildings by virtue of sustainable architecture aspects, including site, community, health, material, energy, and water. Specifically, sustainability aspects in adaptive reuse of shipping container as a building which has been focused on three main ideas site, material and energy. This main idea will be a fundamental aspect in the case study of shipping container buildings, this text will qualitatively disscuss by using passive design method which has been applied to support a building performance of reusing shipping container."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>