Hasil Pencarian

Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 172589 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Julia Mutiara Soka
"Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh kepemimpinan inklusif terhadap perilaku berpendapat karyawan yang dimediasi oleh persepsi keamanan psikologis dan dimoderasi oleh kepercayaan pada manajemen. Penelitian ini diikuti oleh sebanyak 218 partisipan karyawan dengan metode convenience sampling yang disebar secara online pada berbagai platform komunikasi. Metode analisis data yang digunakan di dalam penelitian ini meliputi uji korelasi dan uji analisis dengan model moderated-mediation. Hasil penelitian menyatakan, pertama, kepemimpinan inklusif berpengaruh positif dan signifikan terhadap perilaku berpendapat. Kedua, penelitian ini membuktikan bahwa persepsi keamanan psikologis berperan sebagai mediator hubungan antara kepemimpinan inklusif dan perilaku berpendapat. Selanjutnya, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kepercayaan pada manajemen tidak signifikan dalam memoderasi hubungan kepemimpinan inklusif dengan persepsi keamanan psikologis. Terakhir, penelitian ini menunjukkan bahwa kepercayaan pada manajemen tidak signifikan dalam memoderasi peran mediasi terhadap hubungan kepemimpinan inklusif dan perilaku berpendapat. Sebagai implikasi praktis dari hasil penelitian ini, organisasi dapat memberikan pelatihan kepemimpinan inklusif kepada para manajer.

This study was conducted with the aim of knowing the effect of inclusive leadership on employee voice behavior that is mediated by psychological safety and moderated by trust in management. This study was followed by 218 Indonesian employees with a convenience sampling method. The analysis of this study included a correlation test and analysis moderated-mediation model. The results of the study stated, first, inclusive leadership has a positive significant effect on employee voice behavior. Second, this study proves that psychological safety mediates the relationship between inclusive leadership and voice behavior. Furthermore, the results of this study indicate that trust in management was not significant in moderating the relationship of inclusive leadership with perceptions of psychological security. Finally, this study shows that trust in management is not significant in moderating the mediating role of the relationship between inclusive leadership and opinion behavior. As a practical implication of the results of this study, organizations can provide inclusive leadership training to managers."
Lengkap +
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adzra Bahirah Fahmi
"Untuk bertahan dalam lingkungan VUCA (volatility, uncertainty, complexity, dan ambiguity) di mana perubahan, ketidakpastian, dan ketidakstabilan pada lingkungan eksternal terjadi secara drastis, perusahaan membutuhkan perilaku bersuara karyawan. Perilaku ini ditemukan berkaitan dengan faktor lain, yaitu kepemimpinan autentik dan perilaku proaktif. Namun, dibutuhkan penelitian yang mampu menjelaskan mekanisme hubungan antar variabel tersebut. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk melihat hubungan antara kepemimpinan autentik dan perilaku bersuara karyawan dengan perilaku proaktif sebagai mediator. Penelitian menggunakan tiga alat ukur, yaitu Authentic Leadership Questionnaire (ALQ), Voice Behavior Scale (VBS), dan Proactive Work Behavior Scale (PBWS) yang terbukti reliabel. Dalam penelitian ini telah diperoleh 278 partisipan dengan convenience sampling dengan karakteristik berusia 20-59 tahun, karyawan level staf, dan memiliki atasan langsung. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara kepemimpinan autentik dan perilaku bersuara karyawan. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa perilaku proaktif memediasi secara parsial hubungan antara kepemimpinan autentik dan perilaku bersuara karyawan.

To survive in VUCA (volatilty, uncertainty, complexity, and ambiguity) where changes, uncertainty, and instability occur drastically, the need for companies to encourage employee voice behavior is rising. This behavior was found to be related to authentic leadership and proactive behavior. However, further research is needed to explain the underlying mechanisms between variables. Therefore, this research is conducted to examine the relationship between authentic leadership and employee voice behavior with proactive behavior as a mediator. This research used Authentic Leadership Questionnaire (ALQ), Voice Behavior Scale (VBS), and Proactive Work Behavior Scale (PBWS) as measuring tools that are proven to be reliable. With convenience sampling, this research is able to gather 278 participants aged 20-59 years all of whom are staff level employees with direct supervisors. Results reveal that authentic leadership has a significant positive relationship with employee voice behavior and it is also proven that proactive behavior partially mediates the relationship of authentic leadership and employee voice behavior."
Lengkap +
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cindy Margareta
"Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh kepemimpinan inklusif terhadap keamanan psikologis melalui peran mediasi kepercayaan terhadap manajemen pada tenaga kesehatan di Indonesia. Didasarkan pada teori konservasi sumber daya, atasan yang menampilkan perilaku inklusif dan tingkat kepercayaan pada manajemen merupakan sumberdaya eksternal bagi karyawan yang dapat meningkatkan keamanan psikologis mereka di organisasi. Partisipan dalam penelitian ini merupakan tenaga kesehatan, yaitu dokter dan perawat, dari 2 rumah sakit swasta di Medan (N = 241). Data diperoleh secara online dan offline dengan teknik purposive sampling dan dianalisis menggunakan program PROCESS versi 4.1 (Hayes, 2013) pada SPSS versi 26. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kepercayaan pada manajemen memediasi hubungan antara kepemimpinan inklusif dan keamanan psikologis secara parsial. Sebagai implikasi praktis, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan bagi organisasi untuk melatih para manajer menjadi pemimpin yang inklusif, khususnya di rumah sakit.

This study aims to examine the effect of inclusive leadership on psychological safety through the mediating role of trust in the management of health care workers in Indonesia. Based on the conservation of resources theory, I argue that inclusive leadership and trust in management are considered as external resources by employees that increases their perceived psychological safety. Participants in this study were healthcare workers, i.e., doctors and nurses, from 2 private hospitals in Medan (N = 241). Data were obtained online by g-form and offline by visiting the participants while they worked. The sampling techniques used was purposive sampling, by taking data only on doctors and nurses. Regression was analyzed using PROCESS program version 4.1 (Hayes, 2013) on SPSS version 26. The results showed that trust in management partially mediated the relationship between inclusive leadership and psychological safety. As a practical implication, the study results suggest organizations to develop inclusive leadership in managers."
Lengkap +
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Awanis Linati Haziroh
"Runtuhnya organisasi seperti Lehman Brothers dan Enron adalah petunjuk singkat tentang pentingnya perilaku etis. Bukan hanya di perusahaan keuangan saja, perusahaan farmasi di Indonesia juga mengalami kasus yang sama yaitu ketidaksesuain pencatatan laporan keuangan atau penggelembungan dana di mana adanya pelanggaran terhadap etika bisnis. Kepemimpinan adalah faktor paling penting untuk mendorong keterlibatan dan retensi karyawan. Manajemen yang baik sangat penting untuk keberhasilan mempertahankan dan membuat karyawan lebih terlibat dan manajemen yang buruk sering disebut sebagai alasan mengapa karyawan meninggalkan pekerjaan mereka. Penelitian ini dilakukan untuk melihat dampak ethical leadership pada work engagement dengan organizational identification sebagai variabel mediasi. Pendekatan kuantitatif digunakan dalam penelitian ini dengan mendistribusikan kuesioner untuk mengumpulkan data dari responden. Sampel penelitian ini adalah 123 karyawan X. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Ethical Leadership Survey (ELS) untuk menilai kepemimpinan etis dan Utrecht Work Engagement Survey (UWES) untuk menilai keterlibatan kerja. Hasil penelitian menunjukkan bahwa organizational identification terbukti memediasi antara ethical leadership dan work engagement.

The collapse of organizations such as Lehman Brothers and Enron is a brief guide to the importance of ethical behavior. Not only in financial companies, pharmaceutical companies in Indonesia also experience the same case, namely incompatibility of recording financial statements or inflating funds where there are violations of business ethics. Leadership is the most important factor to encourage employee engagement and retention. Good management is very important for the success of maintaining and making employees more engaged and poor management is often referred to as the reason why employees leave their jobs. This study was conducted to see the impact of ethical leadership on work engagement with organizational identification as a mediating variable. The quantitative approach is used in this study by distributing questionnaires to collect data from respondents. The sample of this study were 123 X employees. The instruments used in this study are the Ethical Leadership Survey (ELS) to asses ethical leadership and the Utrecht Work Engagement Survey (UWES) to assess work engagement. The results of the study show that organizational identification is proven to mediate between ethical leadership and work engagement"
Lengkap +
Depok: Fakultas Eknonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2019
T54682
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Windraya Adikara
"Innovative behavior diyakini sebagai salah satu prediktor yang dapat mempengaruhi pegawai untuk melakukan perbaikan dan peningkatan cara kerja. Instansi pemerintah diharapkan memiliki innovative behavior agar mencapai hasil yang diinginkan seperti peningkatan efisiensi dan kualitas layanan yang lebih baik. Tujuan penelitian ini adalah untuk memeriksa pengaruh leader-member exchange dan psychological capital terhadap job crafting dan pegawai innovative behavior, serta menginvestigasi efek mediasi dari job crafting. Data dari 105 jumlah responden dihimpun melalui survei online dan diolah menggunakan PLS-SEM, menunjukan bahwa psychological capital berpengaruh positif dan signifikan terhadap job crafting dan innovative behavior. Namun leader-member exchange tidak berpengaruh signifikan terhadap job crafting dan innovative behavior. Kemudian job crafting tidak memperlihatkan efek sebagai mediasi.

Innovative behavior believed as predictor for employees correcting errors in service delivery and redesigning work process. Public sector is expected to has innovative behavior to achieves desirable outcome such as improved efficiency and higher public sevice quality. The purpose of this paper is to examine the effect of leader-member exchange and psychological capital on job crafting and employees’ innovative behavior, the mediation effects of job crafting also investigated. Data from 105 participants were collected using an online survey and analyzed using PLS-SEM, shows that psychological capital has a positive and significant effect on job crafting and innovative behavior. Leader-member exchange however does not significantly affect both job crafting and innovative behavior. Moreover, the result demonstrates non-significant mediation of job crafting."
Lengkap +
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nidar Lutfiyatur Rohmah
"Penelitian ini membahas kondisi kerja yang dialami oleh animator freelance dalam industri anime Jepang. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis tentang kondisi kerja animator Jepang freelance serta menguraikan upaya-upaya yang dilakukan untuk mengatasi masalah yang dihadapi oleh animator. Penelitian ini juga menganalisis persepsi animator Jepang freelance terhadap kerja afektif yang membuat mereka bertahan pada kondisi kerja yang rentan tereksploitasi. Teori eksploitasi dan affective labor digunakan dalam penelitian ini untuk mengkaji kondisi kerja animator freelance Jepang. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif bersifat studi literatur dengan menggunakan data resmi yang diterbitkan oleh pemerintah Jepang, hasil survei lembaga, buku, artikel jurnal, video dan wawancara. Hasil studi menunjukkan bahwa kondisi kerja animator freelance dengan gaji yang rendah dan jam kerja yang panjang menjadi masalah utama bagi animator sejak tahun 1950-an hingga saat ini. Berbagai upaya perbaikan telah dilakukan oleh pemerintah hingga organisasi non-profit untuk membantu animator. Namun, sulit bagi animator freelance untuk mendapatkan gaji yang sesuai dengan standar karena adanya sistem komite produksi. Selain itu, adanya perasaan afektif terhadap pekerjaan, membuat animator tetap bertahan dalam kondisi kerja yang rentan tereksploitasi.

This study examines the working conditions experienced by freelance animators in the Japanese anime industry. This study aimed to analyze the working conditions of Japanese freelance animators and describe the efforts made to overcome the problems faced by animators. This study also examines the perceptions of Japanese freelance animators on affective work that makes them survive the working conditions vulnerable to exploitation. The theory of exploitation and affective labor is used in this study to examine the working conditions of Japanese freelance animators. This study uses a qualitative method of literature study using official data published by the Japanese government, results of institutional surveys, books, journal articles, videos, and interviews. The study results show that working conditions for freelance animators with low salaries and long working hours have been a significant problem for animators from the 1950s until today. The government and non-profit organizations have made various improvement efforts to help animators. However, it is difficult for freelance animators to get a standard salary because of the production committee system. The existence of an affective feeling towards work makes animators survive in working conditions that are vulnerable to exploitation."
Lengkap +
Depok: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kundarto
"Pegawai Negeri Sipil (PNS) sebagaimana pegawai Iainnya dalam suatu organisasi berperan sangat penting, karena merupakan jiwa dan motor penggerak perkembangan organisasi/instansi Pemerintah. Dalam penelitian
ini yang dimaksud adalah PNS Badan Kepegawaian Negara (BKN) Pusat.
Salah satu faktor penting yang dapat mendorong peran PNS tersebut dalam instansi adalah penilaian pelaksanaan pekerjaan atau penilaian kinerja. Penilaian kinerja agar berfungsi pendorong bagi kinerja pegawai, perlu dilakukan dengan cara penilaian yang baik (tepat) dan didukung oleh fasilitas data prestasi yang memadai sosialisasi untuk penilai maupun yang dinilai dan pemanfaatannya secara luas untuk pengembangan dan pembinaan pegawai.
Dalam praktek penilalan kinerja PNS masih banyak terdapat kekurangan, sehingga belum berfungsi sebagai pendorong kinerja. Demikian pula yang terjadi di BKN Pusat.
Dalam tesis ini, penulis mencoba mengkaji dan meneliti masalah persepsi pegawai terhadap penilaian kinerja di BKN Pusat dengan pendekatan atau metode deskriptif kuantitatif. Data dan informasi yang dipakai untuk penelitian adalah keterangan/pernyataan dan responden/pegawai BKN Pusat (pejabat penilai dan pegawai yang dinilai) yang diperoleh dengan cara penyebaran daftar pertanyaan (kuesioner) dan studi dokumen. Berdasarkan hasil penilitian dapat disimpulkan bahwa persepsi pegawai terhadap penilaian pelaksanaan pekerjaan (penilaian kinerja) PNS di BKN Pusat ternyata menunjukkan/menggambarkan kekurangan/kelemahan dalam cara penilaian, sosialisasi tersediannya fasilitas data prestasi, dan pemanfaatan hasil penilaian pekerjaan untuk kebutuhan pengembangan dan pembinaan pegawai secara luas.
Sehubungan dengan adanya kekurangan/kelemahan tersebut, dalam tesis ini menyarankan pemecahan masalahnya berdasarkan prioritas jangka pendek dan jangka panjang.
Pemecahan masalahnya pada garis besarnya yaitu merubah pendekatan penilalan menjadi lebih berorientasi pada hasil kerja, metode penilaiannya Kombinasi dan Sekala Grafis dengan Insiden Kritis, formatnya dirubah/disempurnakan, disusun standard pekerjaan tiap tugas/jabatan, dilakukan sosialisasi, diberlakukan buku laporan prestasi kerja, Biro Kepegawaian agar lebih berperan dalam manajemen hal-hal yang terkait dengan penilaian pekerjaan serta diusahakan perbaikan/penggantian Peraturan Penierintah Nomor 10 Tahun 1979 tentang Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan Pegawai Negeri Sipil.
"
Lengkap +
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2001
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ajeng Sekar Arum
"Job embeddedness dan organizational citizenship behavior merupakan dua faktor penting yang perlu diperhatikan oleh suatu organisasi/perusahaan karena dapat dijadikan sebagai kunci utama dalam membangun dan meningkatkan efektivitas karyawan dan keberhasilan dalam sebuah organisasi/perusahaan. Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi tingkat job embeddedness dan organizational citizenship behavior adalah work-life conflict dan emotional exhaustion serta adanya peran Manajemen SDM dalam organisasi/perusahaan untuk dapat meminimalkan work-life conflict dan emotional exhaustion untuk dapat meningkatkan job embeddedness dan organizational citizenship behavior pada seorang karyawan khususnya karyawan yang sudah berkeluarga. Work-life conflict yang dialami karyawan dalam pekerjaan dan rumah tangga dapat berhubungan dengan emotional exhaustion dan outcome pekerjaan yaitu job embeddedness dan organizational citizenship behavior pada karyawan di DKI Jakarta dan sekitarnya dengan emotional exhaustion sebagai mediasi. Penelitian ini menggunakan metode Structural Equation Modeling SEM . Data penelitian ini diperoleh dari 196 karyawan di DKI Jakarta dan sekitarnya yang sudah menikah melalui kuesioner secara online dan offline. Hasil penelitian menunjukkan bahwa work-life conflict memiliki pengaruh positif terhadap emotional exhaustion. Selain itu, work-life conflict memiliki pengaruh negatif terhadap organizational citizenship behavior, sedangkan work-life conflict ditemukan tidak memiliki pengaruh terhadap job embeddedness. Lebih lanjut, emotional exhaustion juga tidak memiliki pengaruh terhadap job embeddedness dan organizational citizenship behavior. Hal tersebut menunjukkan bahwa emotional exhaustion tidak memiliki peran sebagai mediasi antara work-life conflict terhadap job embeddedness dan organizational citizenship behavior.

Job embeddedness and organizational citizenship behavior are two important factors that need to be considered by an organization company because it can be used as a key in building and improving employee effectiveness and success in an organization company. One of the factors that can influence the level of job embeddedness and organizational citizenship behavior is work life conflict and emotional exhaustion and the role of HR Management in organization company to minimize work life conflict and emotional exhaustion to increase job embeddedness and organizational citizenship behavior on an employee especially an already married employee. Work life conflicts experienced by employees in work and households can relate to emotional exhaustion and work outcomes such as job embeddedness and organizational citizenship behavior in employees in DKI Jakarta and surrounding areas with emotional exhaustion as mediation. This research uses Structural Equation Modeling SEM method. This research data was obtained from 196 employees in DKI Jakarta and surrounding areas who have been married through questionnaires online and offline. The results showed that work life conflict has a positive effect on emotional exhaustion. In addition, work life conflict has a negative influence on organizational citizenship behavior, whereas work life conflict is found to have no effect on job embeddedness. Furthermore, emotional exhaustion also has no effect on job embeddedness and organizational citizenship behavior. It shows that emotional exhaustion has no role as mediation between work life conflict towards job embeddedness and organizational citizenship behavior.
"
Lengkap +
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dewi Masitah
"Dalam era globalisasi kondisi persaingan makin ketat. Perusahaan-perusahaan harus bisa tetap bertahan dan tetap berperan aktif dalam memenangkan persaingan. Meyer, et al (1998) menyebutkan bahwa salah satu Cara agar perusahaan mampu bertahan. perusahaan harus memiliki tenaga kerja yang berpengetahuan luas, bermotivasi tinggi dan berkomitmen.
Timbul beberapa pertanyaan; bagaimana cara mendapatkan pegawai yang berpengetahuan luas, mempunyai motivasi tinggi namun juga berkomitmen terhadap organisasi? Mengapa komitmen organisasi itu penting? Dan apakah pengertian dari komitmen organisasi? Salah satu cara mendapatkan pegawai yang berpengetahuan luas, mempunyai motivasi tinggi namun juga berkomitmen terhadap organisasi dijawab melalui penelitian yang dilakukan oleh Bartlett pada tahun 2001. Bartlett melakukan penelitian yang menyelidiki hubungan antara pelatihan dan motivasi belajar dengan komitmen organisasi. Penelitiannya berlandaskan kekhawatiran terhadap kontribusi pelatihan pada outcome untuk organisasi seperti yang diharapkan. Hubungan antara pelatihan dengan komitmen organisasi diselidiki karena adanya suatu kekhawatiran bahwa pegawai yang telah dilatih, akan dengan mudah berpindah ke perusahaan lain yang menawarkan imbalan yang lebih. Berdasarkan penelitian North Nottinghamshire TTEC (dalam Jones, 1996) pada 250 perusahaan di Inggris, kekhawatiran tersebut merupakan alasan utama perusahaan tidak memberikan pelatihan pada pegawainya.
Disatu sisi. pelatihan sangat penting untuk membekali pegawai dengan pengetahuan yang luas guna menghadapi persaingan di dunia usaha. Namun ada kekhawatiran jika pegawai telah dibekali pelatihan kemudian pindah ke perusahaan lain, maka investasi perusahaan akan sia-sia. Diantara kedua pernyataan tersebut, manakah yang lebih benar? Apakah pelatihan hanya akan membuat pegawai dengan mudah berpindah ke tempat lain atau pelatihan ji stru akan membuat komitmen organisasi pegawai meningkat?
Pertanyaan tersebutlah yang menjadi salah satu latar belakang penelitian ini. Penelitian ini mereplikasi penelitian yang dilakukan oleh Bartlett namun dengan menyempurnakan kelernahan dalam penelitiannya. Hal ini dilakukan karena penelitian hubungan antara sikap terhadap pelatihan dan motivasi belajar dengan komitmen organisasi masih berada pada tahap awal sehingga penelitian yang sama dengan subyek yang berbeda perlu terus dilakukan untuk memperkuat hasil penelitian yang telah ada.
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah komponen komitmen organisasi yang diutarakan oleh Allen dan Meyer. Komponen komitmen organisasi tersebut adalah komitmen afektif, komitmen kontinuan dan komitmen normatif. Kemudian. variabel bebas pertama penelitian ini adalah sikap terhadap pelatihan. Sikap terhadap pelatihan merupakan faktor penting dalam keberhasilan suatu program pelatihan. Sikap terhadap pelatihan juga merupakan faktor penting karena dalam penelitian Bartlett ditemukan adanya hubungan yang signifikan dengan komitmen afektif dan komitmen normatif . Sikap terhadap pelatihan diukur melalui pendapat pegawai akan akses untuk mengikuti pelatihan, pendapat akan dukungan sosial untuk pelatihan dan pendapat akan keuntungan dari pelatihan. Ketiga sub-variabel tersebut merupakan bagian dari faktor yang menentukan keberhasilan suatu pelatihan. Lalu variabel bebas terakhir yang diselidiki adalah motivasi belajar. Motivasi belajar jugs merupakan bagian dari faktor yang menentukan keberhasilan suatu pelatihan. Menurut Goldstein (dalam Dunnette & Hough, 2002), motivasi belajar menjadi prasyarat keberhasilan suatu pelatihan dan dalam penelitian Bartlett juga ditemukan hubungan yang signifikan antara motivasi belajar dengan komitmen afektif dan komitmen normatif.
Penelitian ini juga berusaha menyempurnakan kelemahan penelitian Bartlett dengan niengikutsertakan kerangka penelitian yang lebih luas yang menangkap sikap pegawai akan pelatihan dan motivasi belajar dari tingkatan pegawai PT X yang terendah sampai yang tertinggi, di pusat maupun di daerah. Kuestioner yang dapat diolah berjumlah 158. Pengolahan data menunjukkan bahwa komitmen afektif dan komitmen normatif pada,pegawai PT X berada pada derajat tinggi sedangkan komitmen normatif berada pada derajat sedang. Kemudian basil perhitungan menggunakan pearson correlation dan dibantu dengan program SPSS, ditemukan hubungan yang signifikan antara sikap terhadap pelatihan dengan komitmen afektif (r= 0.604) dan komitmen normatif (r = 0.572). Hubungan yang signifikan juga ditemukan antara motivasi belajar dengan komitmen afektif (r = 0.511) dan komitmen normatif (r=0.400). Hal tersebut tentunya akan menjawab kekhawatiran perusahaan yang takut memberikan pelatihan pada pegawainya."
Lengkap +
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2006
T18619
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adhi Santika
"Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui sejauh mana pengaruh kompetensi komunikasi terhadap kinerja pegawai Direktorat Infokom dan untuk mengetahui dimensi komunikasi apakah yang paling berpengaruh terhadap kinerja pegawai Direktorat Infokom. Penelitian dilaksanakan di Direktorat Infokom pada bulan Mei-Juli 2013. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif eksplanasi. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa kompetensi komunikasi memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja pegawai. Penelitian juga menunjukkan bahwa pengetahuan komunikasi menjadi dimensi yang paling kuat hubungannya terhadap kinerja pegawai. Untuk menghasilkan kinerja yang baik diperlukan adanya sistem perekrutan dan pelatihan untuk mendapatkan SDM yang memiliki kompetensi unggul.

This study was conducted to determine the extent of the effect of communication competence on employee performance and to determine whether the communication dimensions that most affect the performance of the officials at the Directorate Information and Communication. Research conducted in May-July 2013. The method used in this study is a quantitative explanation. The results of this study indicate that communication competence has positive and significant influence to performance. Research also shows that the dimension of communication knowledge have the strongest relationship to employee performance. To get good performance required a recruitment and training system to ensure human resources have superior competence."
Lengkap +
Jakarta: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2013
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>