Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 111086 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Afini Mutiara Aulia
"Dewasa muda dituntut untuk mampu beradaptasi pada berbagai perubahan dalam hidupnya sehingga fleksibilitas kognitif penting untuk mereka miliki. Tujuan penelitian ini adalah melihat apakah efikasi diri kreatif dapat menjadi prediktor bagi fleksibilitas kognitif pada dewasa muda. Efikasi diri kreatif diukur instrumen yang dikembangkan oleh Tierney dan Farmer (2002) sedangkan fleksibilitas kognitif diukur dengan Cognitive Flexibility Inventory (CFI) oleh Dennis dan Vander Wal (2010). Total partisipan penelitian ini adalah 226 orang yang merupakan dewasa muda berusia 18-25 tahun. Hasil penelitian yang pertama menunjukkan adanya hubungan positif dan signifikan antara efikasi diri kreatif dan fleksibilitas kognitif. Kedua, efikasi diri kreatif paling mampu memprediksi dimensi alternatif dari fleksibilitas kognitif. Effect size pada temuan pertama termasuk ke dalam large effect dan yang kedua medium effect. Hasil penelitian ini menambah wawasan mengenai topik fleksibilitas berpikir pada dewasa muda dan dapat menjadi bahan pertimbangan pengembangan intervensi peningkatan fleksibilitas kognitif dan efikasi diri kreatif pada orang dewasa muda berusia 18-25 tahun.

Emerging adults are urged to be able to adapt to the various changes in their lives so it is important for them to have cognitive flexibility. This research was conducted to investigate the potentiality of creative self-efficacy as a predictor to cognitive flexibility among emerging adults. Creative self-efficacy is assessed with a measurement invented by Tierney and Farmer (2002) and cognitive flexibility is measured by Cognitive Flexibility Inventory (CFI) developed by Dennis and Vander Wal (2010). The total data we analyzed came from 226 Indonesian emerging adults ranging from age 18-25. This study revealed two important results. First, there is a positive and significant relationship between creative self-efficacy and cognitive flexibility among emerging adults. Second, creative self-efficacy predicts the “alternatives” dimension of cognitive flexibility better. The effect size we found in the first result can be categorized as large effect while the second one is medium effect. The results of this research could become a contribution in cognitive flexibility literature and a suggestion for the authority to improve emerging adults’ creative self-efficacy in order to raise their cognitive flexibility respectively."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Stinky Wijaya
"Fleksibilitas kognitif merupakan suatu kemampuan yang dimiliki individu untuk dapat menemukan solusi alternatif terhadap masalah yang dialami. Kemampuan fleksibilitas kognitif berperan penting dalam memunculkan perilaku adaptif yang baik dalam diri seseorang. Individu yang memiliki fleksibilitas kognitif yang baik cenderung memiliki persentase yang tinggi untuk dapat berhasil, baik di dalam aspek akademik, karir, maupun hubungan. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap apakah mindfulness memiliki peranan memprediksi fleksibilitas kognitif seseorang. Partisipan penelitian melibatkan 193 orang. Dalam hal ini hanya melibatkan partisipan dengan karakteristik berupa berusia 18-25 tahun, berdosmilisi di Jabodetabek, serta berkewarganegaraan Warga Negara Indonesia (WNI). Mindfulness diukur melalui pengukuran alat ukur The Mindful Attention Awareness Scale dan fleksibilitas kognitif diukur dengan alat ukur Cognitive Flexibility Inventory. Hasil penelitian menunjukkan adanya peranan mindfulness terhadap fleksibilitas kognitif. Secara spesifik, peranan mindfulness terhadap dimensi kontrol yang dimiliki oleh fleksibilitas kognitif. Di sisi lain, ditemukan pula tidak adanya keterkaitan mindfulness terhadap dimensi alternatif yang dimiliki oleh fleksibilitas kognitif. Hal ini menunjukkan pentingnya untuk melihat faktor mindfulness sebagai salah satu faktor yang membantu pemunculan kemampuan fleksibilitas kognitif yang dimiliki oleh individu.

Cognitive flexibility is the ability to find solutions to the problems experienced. Cognitive flexibility tends to have an essential role in the emergence of good adaptive behavior in an individual. Individuals with good cognitive flexibility tend to have a high percentage of success, both in academic, career, and relationship aspects. This study aims to reveal whether mindfulness has a role in the cognitive flexibility of an individual. This study researched on a number of 193 individuals. There are some characteristic of the participants, individual that around 18-25 years, domiciled in Greater Jakarta, and are citizens of Indonesian Citizens (WNI). The mindfulness is measured through The Mindful Attention Awareness scale and the cognitive flexibility is measured through the Cognitive Flexibility Inventory scale. The results of the study show that mindfulness plays a role in cognitive flexibility. Specifically, the role of mindfulness on the control dimension that is owned by cognitive flexibility. On the other hand, it was also found that there was no link between mindfulness and the alternative dimensions of cognitive flexibility. This shows the importance of looking at the mindfulness factor as one of the factors that helps individuals develop cognitive flexibility ability."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Salsabiah Firdausiah
"Sekarang ini perusahaan membutuhkan karyawan dengan perilaku kerja inovatif, oleh karenanya sangat penting untuk mempersiapkan karyawan memiliki perilaku ini sejak mereka masih mahasiswa. Penelitian korelasional ini dilakukan dengan tujuan untuk melihat hubungan antara efikasi diri kreatif dan perilaku kerja inovatif pada mahasiswa. Efikasi diri kreatif diukur dengan alat ukur yang dibuat oleh Tierney dan Farmer (2002). Perilaku kerja inovatif diukur dengan alat ukur yang dikembangkan oleh Janssen (2000) yang kemudian item-itemnya dimodifikasi agar sesuai dengan keadaan responden yaitu mahasiswa. Responden penelitian yang datanya dapat dianalisa berjumlah 539 mahasiswa jenjang sarjana S1 di Universitas Indonesia dan merupakan mahasiswa yang minimal sedang menempuh semester empat. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif, dengan menggunakan teknik statistik Pearson Correlation. Ditemukan bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara efikasi diri kreatif dan perilaku kerja inovatif pada mahasiswa, r(538) = 0,67, p= 0,00 (p < 0,01, one-tailed). Effect size untuk analisis ini dapat dikatakan termasuk large effect karena r> 0,5. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa semakin tinggi efikasi diri kreatif mahasiswa, maka semakin tinggi pula perilaku kerja inovatif mereka. Hasil ini dari penelitian ini bisa memberikan manfaat yaitu, menambah literatur tentang perilaku kerja inovatif pada mahasiswa dan memberikan masukan kepada pihak kampus untuk meningkatkan efikasi diri kreatif mahasiwanya agar perilaku kerja inovatifnya bisa meningkat pula, dengan mengikuti kegiatan ekstrakurikuler dan program pelatihan.

Nowadays, companies need employees with innovative work behavior. Therefore, it is very important to prepare employees to have this behavior since they are still in college. This correlational research was then conducted to look at the relationship between creative self-efficacy and innovative work behavior among college students. Creative self-efficacy is measured by a measurement by Tierney and Farmer (2002). Innovative work behavior is measured by a measurement by Janssen (2000), the items were modified to correspond with the condition of college students. The data that can be analyzed were from 539 undergraduate students at Universitas Indonesia and were at least taking their fourth semester. This research is a quantitative study, using the Pearson Correlation statistical technique the researcher found that there is a positive and significant relationship between creative self-efficacy and innovative work behavior among college students, r(538) = 0.67, p= 0.00 (p<0.01, one-tailed). The effect size for this analysis can be included as a large effect, because r> 0.5. Thus, it can be said that the higher the students' creative self-efficacy, the higher their innovative work behavior. These results can provide benefits such as adding literature on innovative work behavior among college students and providing input for the universities to improve the students' creative self-efficacy so that their innovative work behavior can also improve, by joining extracurricular activities and training programs."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alifah Raihandari
"Penelitian ini bertujuan untuk melihat peran fleksibilitas kognitif dan perceived social support terhadap efikasi diri keputusan karier pada mahasiswa selama masa pandemi COVID-19. Pengambilan data dilakukan secara daring menggunakan kuesioner dalam bentuk google form. Alat ukur yang digunakan adalah Cognitive Flexibility Inventory (CFI), Multidimensional Scale of Perceived Social Support (MSPSS), dan Career Decision Self Efficacy-Short Form (CDSE-SF). Partisipan dalam penelitian terdiri dari 238 mahasiswa tingkat sarjana di perguruan tinggi negeri dan swasta yang ada di Indonesia. Analisis multiple regression digunakan melihat peran dari kedua variabel prediktor. Hasil penelitian menunjukkan bahwa fleksibilitas kognitif dan perceived social support secara simultan memiliki kontribusi yang signifikan terhadap efikasi diri keputusan karier mahasiswa (R² = 0,233, p < 0,001). Adapun implikasi dari penelitian ini dapat berkontribusi di dalam literatur psikologi pendidikan, spesifiknya di dalam perkembangan karier mahasiswa, serta menjadi masukkan bagi perguruan tinggi dan praktisi/konselor karier dalam meningkatkan efikasi diri keputusan karier mahasiswa.

This study aims to examine the role of cognitive flexibility and perceived social support on career decision self-efficacy in college students during the COVID-19 pandemic. Data collection was using an online questionnaire with help of google form. The measuring tools used are Cognitive Flexibility Inventory (CFI), Multidimensional Scale of Perceived Social Support (MSPSS), and Career Decision Self Efficacy-Short Form (CDSE-SF). This study used google form online questionnaires to collect the data. Participants in the study consisted of 238 undergraduate students at public and private universities in Indonesia. Multiple regression analysis was used to see the role of the two predictor variables. The results showed that cognitive flexibility and perceived social support were able to predict college students’ career decision self-efficacy (R² = 0,233, p < 0,001). The implications of this research can contribute to the educational psychology literature, specifically in the career development of college students and provide suggestions for universities and career practice/counselors in improving college students’ career decision self-efficacy."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Devina Oktavia Rizqi Sekar Arum
"Masalah kesehatan mental yang sering ditemukan pada masa dewasa awal adalah ide bunuh diri. Munculnya masalah tersebut paling banyak terjadi pada rentang usia 18 – 23 tahun. Pada rentang usia tersebut, sebagian besar individu sedang memiliki status sebagai pelajar yang duduk di bangku perkuliahan. Faktor protektif yang dapat menurunkan tingkat ide bunuh diri pada mahasiswa adalah efikasi diri dan keeratan hubungan keluarga.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara efikasi diri dan keeratan hubungan keluarga dengan ide bunuh diri pada mahasiswa Universitas Indonesia khususnya pada program sarjana regular dan paralel. Desain penelitian analitik korelatif digunakan sebagai metode penelitian ini dengan pendekatan cross sectional yang dilakukan pada 441 mahasiswa program sarjana. Data diambil dengan menggunakan empat bentuk kuesioner, yaitu kuesioner data demografi, General Self-Efficacy, Index Family Relation, dan Scale for Suicide Ideation.
Hasil penelitian menunjukan terdapat hubungan yang bermakna antara efikasi diri dengan keeratan hubungan keluarga. Hubungan antara kedua faktor protektif tersebut memiliki hubungan dengan arah negatif terhadap ide bunuh diri. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi dasar pertimbangan dalam intervensi dan pengembangan program, khususnya pada bidang keperawatan, dalam menenurunkan ide bunuh diri pada mahasiswa serta meningkatkan faktor protektif pada mahasiswa seperti efikasi diri dan keeratan hubungan keluarga.

Suicidal ideation is mental health problems that most commonly found during the early adulthood. The emergence of the problem is most prevalent in the range of 18 and 23 years old. In that range, most individuals are currently in the status of university students.Protective factors which can reduce the level of suicidal ideation in university students are self efficacy and family relationship.
The purpose of this study was to determine the relationship between self-efficacy and family relationship with suicide ideation among students on Universitas Indonesia, especially students who attend on regular and parallel undergraduate program. Correlative analytical research design used as the research method with cross sectional approach and this study conducted on 441 undergraduates. Data were collected with four questionares: demographic data, General Self-Efficacy, Index Family Relation, and Scale for Suicide Ideation.
The results showed that there was a significant relationship between two protective factors with suicide ideation. The relationship between self-efficacy and family also has a relationship with a positive direction. The results of this study can be used as a basis consideration for intervention and program development, especially in nursing, to depress the idea of suicide and increase protective factors in students such as self-efficacy family relationships.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ruben Anugrah
"Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara readiness for changes dan general self-efficacy pada karyawan industri kreatif. Saat ini masih jarang penelitian yang membahas konstruk general self-efficacy dalam konteks psikologi industri dan organisasi. Responden pada penelitian ini adalah 102 karyawan yang bekerja di sektor industri kreatif. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah Readiness For Change Scale oleh Hanpachern (1997) dan New General Self-Efficacy Scale oleh Chen et al (2001). Hasil penelitian ini menunjukkan hubungan yang signifikan antara readiness for change dan general self-efficacy pada karyawan di industri kreatif dengan r = .45 (p < .01).

The purpose of this research is to study the correlation between readiness for change and general self-efficacy among creative industry. There were rarely research which study general self-efficacy in industrial and organizational psychology. The respondents of this research were 102 employees who work in creative industry. The instruments for this research were Readiness For Change Scale by Hanpachern (1997) and New General Self Efficacy Scale by Chen et al. (2001). The result of this research showed that there was a significant corellation between readiness for change and general self-efficacy among creative industry employees with r = .45 (p < .01).
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2015
S59173
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agita Caroline
"Penelitian kali ini bertujuan untuk melihat hubungan antara fungsi keluarga dan efikasi diri pada mahasiswa penerima bidikmisi di Jabodetabek. Mahasiswa penerima bidikmisi ini merupakan mahasiswa yang berasal dari keluarga dengan tingkat sosial ekonomi rendah. Adapun teori fungsi keluarga yang digunakan dalam penelitian ini mengacu pada teori McMaster Model of Family Functioning (MMFF) sedangkan efikasi diri menggunakan teori yang dikemukakan oleh Bandura. Teori MMFF ini memiliki enam dimensi yaitu affective involvement, affective responsiveness, behavioral control, communication, problem solving, dan roles.Dalam penelitian ini, peneliti juga melihat dimensi-dimensi dari MMFF yang memberikan kontribusi terhadap efikasi diri. Partisipan dalam penelitian ini merupakan mahasiswa Perguruan Tinggi Negeri (PTN) di Jabodetabek yang menerima beasiswa bidikmisi dengan rentang usia 18 sampai 25 tahun. Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan teknik statistika simple regression dan multiple regression. Melalui penelitian ini, dapat diketahui bahwa fungsi keluarga memiliki pengaruh yang signifikan terhadap efikasi diri mahasiswa penerima bidikmisi di Jabodetabek dan dapat memprediksi sebesar 6.8%. Selain itu, terdapat satu dimensi dalam fungsi keluarga yang berkontribusi terhadap efikasi diri mahasiswa penerima bidikmisi di Jabodetabek yaitu problem solving.

The aim of this study was to examine the relationship between family functioning and self-efficacy among students of bidikmisi scholarship in Jabodetabek. Students of bidikmisi scholarship are students who come from family with low-socioeconomic status (SES). Family functioning theory which is used in this research is McMaster Model of Family Functioning(MMFF) theory, while self-efficacy used Bandura’s theory. The MMFF theory has six dimensions that is affective involvement, affective responsiveness, behavioural control, communication, problem solving, and roles. The researcher also wants to see which dimensions from MMFF theory that contribute to self-efficacy. The participants of this study is students of public universities who get bidikmisi scholarship with the range of the age between 18 to 25 years. The results of this study showed that the family functioning has significant relationship with self-efficacy among students of bidikmisi scholarship in Jabodetabek that can predict 6.8%. Furthermore, there is one dimension that contribute to self-efficacy among students of bidikmisi scholarship in Jabodetabek, that is problem solving"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yulinda Dwintasari
"Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara traits dan creative selfefficacy (CSE) pada guru TK. Traits adalah dimensi dari perbedaan kecenderungan individu untuk menunjukan pola pemikiran, perasaan dan tindakan yang konsisten (McCrae dan Costa, 2003). Sementara itu, CSE merupakan keyakinan yang sementara pada individu mengenai kemampuan dirinya untuk melakukan tugas spesifik tertentu yang membutuhkan produksi solusi-solusi baru, orisinal, atau sesuai.
Pengukuran traits menggunakan alat ukur IPIP (Goldberg, 1999) dan pengukuran CSE menggunakan alat ukur Revised Model Creative Thinking Self-Efficacy (CTSE) II & Creative Performance Self-Efficacy (CPSE) II Inventories (Abbott, 2010) yang telah diadaptasi oleh peneliti. Partisipan berjumlah 112 orang guru TK yang berusia 20-60 tahun.
Hasil penelitian ini menunjukkan terdapat hubungan negatif signifikan antara trait neuroticism dan CTSE, serta terdapat hubungan positif signifikan antara trait extraversion, openness to experience, agreeableness, dan conscientiousness dengan CTSE dan CPSE. Namun demikian, pada trait neuroticism tidak ditemukan adanya hubungan yang signifikan dengan CPSE. Berdasarkan hasil tersebut, perlu dilakukan screening kepribadian ketika perekrutan guru TK. Selain itu, guru TK juga dapat diberi intervensi sejak dini untuk meningkatkan CSE.

This research was conducted to find the correlation between nature traits and creative self-efficacy (CSE) in kindergarten teachers. Traits is dimensions of individual differences in tendencies to show consistent patterns of thoughts, feelings and actions (McCrae & Costa, 2003). Meanwhile CSE is an individual's state-like belief in his or her own ability to perform the specific tasks required to produce novel original, or appropiate solutions (Abbott, 2010).
Traits was measured using an adaptation instrumen named IPIP (Goldberg, 1999) and CSE was measured using an adaptation instrument named Revised Model Creative Thinking Self-Efficacy (CTSE) II & Creative Performance Self-Efficacy (CPSE) II Inventories (Abbott, 2010). The respondent of this research are 112 kindergarten teachers.
The results of this research show that trait neuroticism negative correlated significantly with CTSE and the trait extraversion, openness to experience, agreeableness and conscientiousness positive correlated significantly with CTSE and CPSE. But there is no significant correlation between trait neuroticism and CPSE. Based on these results, kindergarten ought to held a personality screening in teacher's recruitment and give intervention, such as training or seminar to teachers that can increase creative self-efficacy.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2014
S58801
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lathifatul Awalin
"Pengetahuan dapat mempengaruhi efikasi diri seseorang dalam memberikan Bantuan Hidup Dasar (BHD). Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan antara tingkat pengetahuan BHD dengan efikasi diri memberikan BHD pada Mahasiswa Rumpun Ilmu Kesehatan. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yang dilakukan dengan pendekatan cross sectional. Responden penelitian yaitu 352 mahasiswa Rumpun Ilmu Kesehatan (RIK) Universitas Indonesia yang dipilih melalui teknik stratified random sampling. Responden mengisi kuesioner pengetahuan BHD untuk mengukur tingkat pengetahuan dan kuesioner Basic Resuscitation Skills Self-Efficacy Scale (BRS-SES) untuk mengukur tingkat efikasi diri responden dalam melakukan BHD. Analisis data yang digunakan yaitu analisis univariat dan analisis bivariat dengan uji pearson chi square. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan yang berarti antara tingkat pengetahuan BHD dengan efikasi diri melakukan BHD (p value < 0,001, α = 0,05). Untuk meningkatkan pengetahuan, mahasiswa RIK perlu memperbaharui pengetahuan secara rutin mengenai pertolongan pertama sesuai dengan perkembangan jaman. Penyebarluasan informasi di masyarakat mengenai prosedur pertolongan  pertama juga perlu ditingkatkan agar masyarakat dapat melakukan pertolongan pertama jika menemukan kasus henti jantung.

Knowledge can affect self-efficacy to provide Basic Life Support (BLS). This study aimed to identify the relationship between knowledge and self-efficacy for doing Basic Life Support (BLS) among health sciences students. The study design used quantitative study with cross-sectional approach. A stratified random sampling 352 students from health sciences cluster were recruited in this study. Questionnaires were used to measure the level of knowledge and Basic Resuscitation Skills Self-Efficacy Scale (BRS-SES). The data was analyzed using univariate and bivariate analysis with pearson chi square test. The result showed there was significant correlation between knowledge and basic life support self-efficacy among health sciences cluster students (p value < 0,001, α = 0,05). In order to improve level of knowledge, health sciences cluster students need to update their first aid's knowledge regularly. Dissemination of first aid information in the community also needs to be improved so people as bystander can do first aid if they find a case of cardiac arrest."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Citra Anisa Syahriel
"Stroke merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan perubahan neurologis yang disebabkan oleh adanya gangguan suplai darah ke bagian otak. Stroke merupakan penyakit kronis yang tidak hanya berdampak pada fisik tapi juga psikososial seperti ansietas. Ansietas yang dialami oleh pasien stroke membuat pasien stroke membutuhkan sistem pendukung yang baik untuk beradaptasi dengan realitas dan keadaannya, baik secara psikososial maupun fisiologis. Sistem pendukung tersebut dapat berasal dari efikasi diri dan dukungan keluarga, sehingga proses rehabilitasi dapat efektif. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan efikasi diri dan dukungan keluarga dengan ansietas pada pasien stroke di Rumah Sakit Pusat Otak Nasional. Metode yang digunakan yaitu desain deskriptif korelatif dengan pendekatan cross sectional. Sampel dalam penelitian ini adalah pasien stroke di Rumah Sakit Pusat Otak Nasional dengan teknik purposive sampling yang berjumlah 69 orang. pengumpulan data menggunakan kuesioner Stroke Self-efficacy Questionnare (SSEQ), Perceived Social Support From Family (PSS-Fa), dan GAD-7. Analisis data bivariat menggunakan uji Spearman Rank. Hasil penelitian menujukkan ada hubungan antara efikasi diri dengan ansietas (p-value 0.000 < 0.05). Sementara hasil penelitian menunjukkan tidak ada hubungan antara dukungan keluarga dengan ansiets pada pasien stroke (p-value 0.206 > 0.05). Kesimpulan dari hasil penelitian adalah efikasi diri yang tinggi dapat menurunkan ansietas pada pasien stroke. Meskipun dukungan keluarga tidak menunjukkan adanya hubungan dengan ansietas, namun keluarga memiliki peran yang penting dalam merawat pasien stroke yang mengalami ansietas. Saran yang berkaitan dengan penelitian ini adalah perlu dilakukan penelitian mengenai gambaran pengetahuan keluarga dalam merawat pasien stroke yang mengalami ansietas serta mengoptimalkan sumber koping yang dimiliki oleh pasien stroke.

Stroke is a term used to describe neurological changes caused by disruptions in blood supply to the brain. It is a chronic condition that impacts not only physical but also psychosocial aspects such as anxiety. The anxiety experienced by stroke patients necessitates a strong support system for them to adapt to their reality, both psychosocially and physiologically. This support system can come from self-efficacy and family support, enabling an effective rehabilitation process. The goal of this research is to explore the relationship between self-efficacy, family support, and anxiety in stroke patients at the National Brain Center Hospital. The method employed is a correlational descriptive design with a cross-sectional approach. The sample consists of 69 stroke patients from the National Brain Center Hospital selected through purposive sampling. Data collection involves the Stroke Self-efficacy Questionnaire (SSEQ), Perceived Social Support From Family (PSS-Fa), and GAD-7 questionnaire. Bivariate data analysis is conducted using the Spearman Rank test. The research results indicate a significant relationship between self-efficacy and anxiety (p-value 0.000 < 0.05). However, there is no significant relationship between family support and anxiety in stroke patients (p-value 0.206 > 0.05). The conclusion drawn from the research is that high self-efficacy can reduce anxiety in stroke patients. Although family support does not show a direct correlation with anxiety, families play a crucial role in caring for anxious stroke patients. Suggestions related to this research include conducting studies on family knowledge regarding caring for stroke patients experiencing anxiety and optimizing coping resources available to stroke patients."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>