Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 31589 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Melvia Erfaryndra
"Pengembangan Stasiun Terpadu adalah upaya yang dilakukan oleh pemerintah provinsi DKI Jakarta untuk menghubungkan seluruh jaringan transportasi publik dalam satu area. Stasiun Sudirman merupakan salah satu dari empat stasiun di DKI Jakarta yang telah dikembangkan menjadi stasiun terpadu. Lebih lanjut, stasiun sebagai pusat pertemuan masyarakat dikhawatirkan mampu meningkatkan risiko penularan COVID-19 yang hingga kini masih menjadi ancaman. Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis kualitas pelayanan Stasiun Terpadu Sudirman pada masa pandemi COVID-19 berdasarkan perspektif masyarakat. Teori yang digunakan adalah teori kualitas pelayanan perkeretaapian di masa pandemi. Pendekatan penelitian yang digunakan adalah kuantitatif. Metode penelitian yang digunakan adalah kuantitatif dengan teknik pengumpulan data kuantitatif dan kualitatif. Pengambilan data pada penelitian ini yaitu melalui teknik kuantitatif dengan menyebarkan survei kepada 100 penumpang kereta di Stasiun Sudirman dan teknik kualitatif dengan wawancara, observasi, dan studi kepustakaan untuk triangulasi hasil survei. Wawancara dilakukan dengan delapan Informan 11hli dan empat orang masyarakat. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa 92% responden menilai kualitas Stasiun Sudirman sebagai Stasiun Antramoda berkualitas baik dari dimensi tangibles, responsiveness, assurance, empathy, reliability, comfort, information, dan pandemic. Meskipun demikian, terdapat satu indikator di comfort yang dinilai berkualitas buruk yaitu terkait ketersediaan lift. Hasil ini menunjukkan bahwa secara kuantitatif pelayanan Stasiun Sudirman sebagai stasiun terpadu antar moda transportasi telah berkualitas.

The development of the Integrated Station is an effort made by the DKI Jakarta provincial government to connect all public transportation networks in one area. Sudirman Station is one of four stations in DKI Jakarta, which has been developed into an integrated station. Furthermore, the station as a community meeting center is feared to be able to increase the risk of COVID-19 transmission, which is still a threat. This study analyzes the service quality of Sudirman Integrated Station during the COVID-19 pandemic based on the community's perspective. The theory used is the theory of the quality of railway services during a pandemic. The research approach used is quantitative. This research used quantitative with quantitative and qualitative data collection techniques. Data collection in this study was through quantitative techniques by distributing surveys to 100 passengers at Sudirman Station and qualitative techniques using interviews, observations, and literature studies to triangulate survey results. Interviews were conducted with eight expert informants and four community members. The results of this study indicate that 92% of respondents assess the quality of Sudirman Station as an Antramodal Station of good quality from the dimensions of tangible, responsiveness, assurance, empathy, reliability, comfort, information, and pandemic. However, the result found poor category in an indicator of comfort, namely the availability of lifts. These results indicate that the service of Sudirman Station as an integrated station between modes of transportation is of high quality."
Depok: Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Feny Yunita
"ABSTRAK
Simpul transportasi yang akan dikembangkan sebagai kawasan berorientasi transit memiliki tantangan dalam estimasi bangkitan pergerakan. Guna menunjang pengembangan kawasan berorientasi transit maka dinilai perlu adanya gambaran saat ini terkait distribusi pergerakan pada simpul transportasi. Dalam konteks Jabodetabek, Stasiun Sudirman merupakan simpul transportasi perkerataapian perkotaan yang diproyeksikan sebagai kawasan berorientasi transit. Informasi asal dan tujuan dalam menggambarkan distribusi perjalanan menjadi sangat essensial, oleh sebab itu pada penelitian ini mencoba pendekatan survei dan sumber data baru seperti sosial media untuk menggambarkan distribusi perjalanan pekerja urban. Penelitian ini menggunakan analisis spasial deskriptif dengan menggunakan statistik sederhana. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa distribusi pergerakan pada Stasiun Sudirman sebagai stasiun keberangkatan dan tujuan mengakomdasi pekerja urban dari pusat ke pinggiran, pingiran ke pusat, maupun pusat ke pusat di Kota Metropolitan Jakarta yang didominasi pada wilayah penggunaan tanah pemukiman menuju tanah perusahaan dengan pergantian moda angkutan paratransit nontrayek. Perbandingan distribusi perjalanan yang diperoleh melalui pendekatan survei menunjukan hasil yang lebih bervariasi dibandingkan sumber data baru seperti sosial media Twitter.

ABSTRACT
Transport nodes which will be developed as a transit oriented area has a challenge in estimating the trip generation. In order to support the development of transit oriented areas, it is deemed necessary to conduct the current representation of the movement distribution in gateways. In the context of Jabodetabek, Sudirman Station is an urban rail based transportation node which is projected as an area of transit oriented. The data collection in this research is used through surveys and new data sources such as social media to illustrate the trip distribution of urban workers. The results show Sudirman Station as a departure station and destination accommodates the movement distribution of urban workers from the centre to suburban, suburban to the centre, as well as the centre to the centre of Jakarta Metropolitan Area which is dominated in settlement zone to the commercial zone with the nodal interchange of paratransit mode. Geolocated Tweet was used to identify the origin and destination of urban workers. The trip distribution which was obtained through the survey shows more varied results than new data sources such as social media Twitter, nevertheless both of them show the same trip distribution based on similarity characteristics of the origin and destination area. "
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Awan Sandi Pungkas
"Tesis ini membahas mengenai representasi modernitas dari Stasiun Jakarta Kota dan Stasiun Sudirman pasca diberlakukannya sistem e-ticketing dan perbaikan infrastruktur stasiun pada tahun 2013. E-ticketing dan perbaikan infrastruktur merepresentasikan pengembangan layanan perkeretaapian Jakarta. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perubahan stasiun yang ditopang oleh teknologi dan infrastruktur berhasil mengembalikan fungsi stasiun sekaligus mengubah budaya dan pemaknaan masyarakat atas stasiun.

This thesis discusses about the representation of modernity in Jakarta Kota Station and Sudirman Station as a result of e-ticketing system implementation and the improvement of its infrastructure since 2013. E-ticketing system and the improvement of station infrastructure represents the modernization Jakarta's public transportation. The result of this research shows that the transformation of the station, which is supported by technology and infrastructure, could restore the real function of the station as well as changing the culture and the construction meaning of the station."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Iman Ikbar Muhtadi
"Belakangan tahun terakhir, penggunaan moda privat seperti mobil seakan menjadi alat yang ideal untuk berpegian dalam jangkauan kota. Akan tetapi, dengan pertumbuhan populasi yang pesat dan perkembangan urban yang bermasalah, sebuah kota metropolis seperti Jakarta sudah tidak mampu memberikan ruang yang cukup bagi semua mobil di kota. Berhubungan dengan ini, transportasi publik menjadi pilihan yang paling efisien dalam konteks transportasi massal and memegang peran penting sebagai alat dalam pengembangan kota berkelanjutan. Saat ini, Jakarta memiliki beberapa moda transportasi publik untuk ditawarkan dari transportasi dalam level mikro hingga makro, untuk menyediakan fasilitas yang cukup untuk komuter baik yang datang dari dalam maupun luar kota Jakarta. Mempunyai banyak moda transportasi publik juga berarti memiliki kepentingan untuk menyediakan konektivitas antar moda yang cukup. Dalam kasus ini, area transit sebuah stasiun menjadi area penting sebagai penghubung berbagai moda transportasi untuk memudahkan pengguna berpindah moda.

For the past few years, the private car has seemed to be the ideal tool for inner city travel. However, with the rapid population growth and urban development issues, a metropolis city like Jakarta is not capable to provide sufficient space for everyone's car. Corresponds to this, Public Transit has become the most efficient means for a mass transportation and plays an essential role as a tool upon sustainable city development. Jakarta has now several public transportation modes to offer, ranging from micro-level to macro-level transportation modes, to provide its daily commuter coming both from the city and peripheral area of Jakarta. Having several transportation modes also means a necessity to have good connectivity between modes, as it would create more travel possibilities and reach area coverage. In this case, transit area of a station/stops has always been a critical point that links variety modes of transportation to ease commuter's transfer between modes."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sandra Gisela Tandiono
"Istora-Senayan merupakan kawasan yang didaulat dengan basis transit-oriented development oleh Peraturan Gubernur Nomor 99 Tahun 2020 tentang Panduan Rancang Kota Kawasan Pembangunan Berorientasi Transit Istora dan Senayan. Tidak lupa, kawasan Istora-Senayan berhasil mendapatkan TOD Index sebesar 0,68 yang berada di atas rata-rata overall TOD Index kategori MRT Jakarta. Namun, di balik pencapaian tersebut, masih diperlukan peningkatan dalam ranah kualitas, seperti dari segi aksesibilitas, keandalan, tarif, dan lain sebagainya. Penilaian kualitas layanan transit transportasi antarmoda perlu dilakukan sebagai landasan evaluasi sehingga tercipta kawasan TOD yang mengedepankan kenyamanan pengguna. Penelitian ini merupakan penelitian univariat dengan menggunakan teori transit service quality oleh Eboli dan Mazzula (2011) yang dielaborasi oleh teori Nathanail (2008). Terdapat delapan dimensi pada teori transit service quality, yakni route and service characteristics, reliability, comfort and cleanliness, fare, information, safety and security, customer service, dan environmental protection. Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data mixed method, yaitu dengan memperoleh data kuantitatif dan kualitatif melalui survei, observasi langsung, dan wawancara. Survei dilakukan secara daring menggunakan Google Form dengan menjaring sebanyak 130 responden. Selain itu, dilakukan pula wawancara mendalam dengan pihak-pihak yang berkaitan dengan penyelenggaraan transit transportasi antarmoda di kawasan Istora-Senayan, seperti Kementerian Perhubungan, Pemerintah Daerah, operator layanan transit transportasi antarmoda, ahli atau pengamat transportasi publik, praktisi, dan responden pengguna jasa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persepsi pengguna jasa transit transportasi antarmoda terhadap kualitas layanan transit transportasi antarmoda di Istora-Senayan berada dalam kategori “tinggi”. Namun, terdapat beberapa temuan mengenai kualitas transit transportasi antarmoda di kawasan Istora-Senayan yang patut mendapat perhatian, seperti aksesibilitas (dimensi rute dan karakteristik wilayah), peningkatan manajemen waktu tempuh (dimensi reliabilitas), manajemen kepadatan penumpang (dimensi kenyamanan dan kebersihan), dan keberadaan petugas yang sigap melayani pengguna di jam sibuk (dimensi pelayanan pelanggan).

Istora-Senayan is an area designated as a transit-oriented development based on Governor Regulation Number 99 of 2020 on the Guidelines for the Design of the Istora and Senayan Transit-Oriented Development Area. It is worth noting that the Istora-Senayan area has achieved a TOD Index of 0.68, which is above the average overall TOD Index for the MRT Jakarta category. However, behind this achievement, there is still a need for improvement in terms of quality, such as accessibility, reliability, fares, and others. The assessment of intermodal transit service quality needs to be conducted as a basis for evaluation to create a TOD area that prioritizes user comfort. This research is a univariate study that utilizes the transit service quality theory by Eboli and Mazzula (2011), elaborated by Nathanail's theory (2008). There are eight dimensions in the transit service quality theory, namely route and service characteristics, reliability, comfort and cleanliness, fare, information, safety and security, customer service, and environmental protection. This study uses a mixed-method data collection technique, obtaining quantitative and qualitative data through surveys, direct observations, and interviews. The survey was conducted online using Google Forms, capturing 130 respondents. In addition, in-depth interviews were conducted with relevant parties involved in the provision of intermodal transit transportation services in the Istora-Senayan area, such as the Ministry of Transportation, local government, intermodal transit transportation service operators, public transportation experts or observers, practitioners, and service users. The research findings indicate that the perception of intermodal transit transportation service quality by users in the Istora-Senayan area falls into the "high" category. However, there are several findings regarding the quality of intermodal transit transportation in the Istora-Senayan area that deserve attention, such as accessibility (route and service characteristics), improving travel time management (reliability), passenger density management (comfort and cleanliness), and the presence of responsive staff during peak hours (customer service). "
Depok: Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Latifah Hanum
"Dihapusnya rute KRL Bogor–Kampung Bandan dan Cikarang–Jakarta Kota mengharuskan sebagian penumpang untuk transit di Stasiun Manggarai. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kualitas pelayanan kereta rel listrik Jabodetabek pasca perubahan rute dan pola transit di Stasiun Manggarai. Teori yang digunakan adalah evaluation of the railway service quality oleh Eboli, Fu, & Mazulla dengan dimensi: safety, cleanliness, comfort, service, other, information, dan personnel menggunakan pendekatan kuantitatif. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah mixed method melalui survei, wawancara, observasi, dan studi kepustakaan. Dari pengumpulan data, diperoleh sebanyak 106 responden survei, 6 narasumber wawancara. Penilaian kualitas pelayanan dalam penelitian ini terbagi dalam kategori: sangat tidak puas, puas, dan sangat puas. Kualitas pelayanan dari dimensi safety, comfort, other, dan information termasuk memuaskan. Dimensi pelayanan yang tergolong sangat memuaskan adalah cleanliness, service, dan personnel. Secara keseluruhan, kualitas pelayanan KRL dinilai memuaskan, namun masih ditemui berbagai masalah yang perlu ditindaklanjuti.

The elimination of the Bogor–Kampung Bandan and Cikarang–Jakarta Kota commuter line requires some passengers to transit at Manggarai Station. This study aims to determine the service quality of Jabodetabek commuter line after the shift of routes and transit patterns at Manggarai Station. The evaluation of the railway service quality by Eboli, Fu, & Mazulla is used with quantitative approach. The data collection technique used is mixed method through surveys, interviews, observations, and literature studies. From data collection, 106 survey respondents and 6 interview sources were obtained. The assessment of service quality in this study is divided into categories: very dissatisfying, satisfying, and very satisfying. The dimensions of safety, comfort, other, and information is valued as satisfying. The dimensions of service classified as very satisfying are cleanliness, service, and personnel. Overall, the quality of KRL services is considered satisfactory, but there are various problems ought to be resolved."
Depok: Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alviana Dwi Syaputri
"Biaya transportasi di Jakarta mencapai 30 dari total pendapatan masyarakat setiap bulan. Biaya ini tiga kali lebih tinggi dari standar yang telah ditetapkan oleh Bank Dunia yaitu 10. Untuk mengurangi biaya transportasi yang tinggi di Jakarta, sistem integrasi tarif perlu diimplementasikan.Penelitian ini bertujuan untuk melihat pilihan responden dengan membandingkan layanan transjakarta dengan moda lainnya seperti ojek online dan kopaja. Lebih lanjut lagi penelitian ini juga bertujuan untuk melihat preferensi tarif yang rela dibayarkan oleh seseorang dalam sistem integrasi tarif KRL dan transjakarta. Data diambil dengan metode stated preference dan diproses dengan teori discrete choice model dan utility function.Analisa data menunjukkan bahwa kecenderungan orang untuk berpindah moda dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti selisih waktu, selisih tarif, pengeluaran transportasi, dan tingkat pendidikan. Semakin murah tarif integrasi yang ditawarkan maka probabilitas pemilihan layanan transjakarta akan semakin besar dan semakin cepat waktu tempuh transjakarta maka semakin memperbesar probabilitas pemilihan layanan transjakarta. Lebih lanjut, masing-masing moda pembanding memiliki preferensi tarif yang berbeda-beda terhadap integrasi tarif transjakarta dan KRL.

Transportation cost in Jakarta reaches 30 of the total income of the community every month. This cost is three times higher than the standard that has been set by World Bank that is only 10 In order to reduce this high transportation cost in Jakarta, tariff integration system is need to be implemented. This study aims to observe the choice of respondents by comparing Transjakarta services with other modes such as ridesourching and kopaja. Furthermore, this study also aims to see the tariff preferences that are willing to be paid by a person in the KRL and Transjakarta tariff integration system. The data is taken by the method stated preference and processed with discrete choice model theory and utility function.Data analysis shows that the tendency of people to shift from the existing modes to transjakarta is influenced by several factors such as saving time, saving fare, transportation expenditure, and education level. The cheaper the integration tariff offered, the greater the probability of choosing transjakarta services and the faster the travel time of Transjakarta, the greater the probability of choosing transjakarta services. Furthermore, each comparison mode has different tariff preferences on the integration of Transjakarta and KRL rates."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Gregorius Adrian Iskandar
"Transportasi adalah wadah yang vital dalam menunjang kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan sosial ekonomi dan pembangunan daerah. Sistem transportasi yang baik akan memudahkan masyarakat dan sumber daya lainnya untuk melakukan mobilitas. Stasiun Manggarai menempati posisi tersibuk di antara stasiun-stasiun yang termasuk dalam jaringan kereta komuter Jabodetabek. Stasiun Manggarai sebagai salah satu stasiun tersibuk yang ada di Jabodetabek perlu untuk memberikan kualitas layanan terhadap penggunanya setiap hari. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kualitas layanan Stasiun Manggarai sebagai Rute Transit KRL Jabodetabek dari Sisi Pengguna. Dalam melakukan analisis kualitas layanan pada penelitian ini menggunakan Transit Capacity and Quality of Service Manual Third Edition (2013) yang terdiri dari 2 dimensi, yaitu Availability (keterediaan) & Comfort and Convenience (Keamanan dan Kenyamanan) yang terdiri dari 11 subdimensi yang menjadi turunan kedua dimensi tersebut. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode analisis data campuran yang dilakukan melalui penyebaran kuesioner terhadap 112 responden dengan kriteria yang telah ditentukan dan wawancara mendalam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Kualitas Layanan Stasiun Manggarai berada dalam kategori memadai. Berdasarkan hasil penelitian, ada beberapa aspek yang perlu untuk diperbaiki dalam kualitas layanan Stasiun Manggarai.

Transportation is a vital means of supporting activities related to socio-economics and regional development. A good transportation system will make it easier for people and other resources to carry out mobility. Manggarai Station occupies the busiest position among the stations included in the Jabodetabek commuter train network. Manggarai Station, as one of the busiest stations in Jabodetabek, needs to provide quality service to its users every day. This research aims to analyze the service quality of Manggarai Station as a KRL Jabodetabek Transit Route from the User's Perspective. In analyzing service quality in this research, we used the Transit Capacity and Quality of Service Manual Third Edition (2013) which consists of 2 dimensions, namely Availability & Comfort and Convenience which consists of 11 subdimensions which supports those 2 dimensions. This research uses a quantitative approach with mixed data analysis methods carried out by distributing questionnaires to 112 respondents with predetermined criteria and in-depth interviews. The research results show that Manggarai Station Service Quality is in the adequate category. Based on the research results, there are several aspects that need to be improved in the service quality of Manggarai Station."
Depok: Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Irna Dwi Indriyani
"Kebijakan integrasi moda transportasi publik merupakan upaya penting dalam pelaksanaan transportasi publik khususnya di Jakarta. Pasalnya kebutuhan transportasi publik di Jakarta tidak hanya menjadi kebutuhan masyarakat Jakarta saja namun berkaitan juga dengan masyarakat Jabodetabek. Oleh sebab itu dalam pelaksanaan integrasi moda transportasi publik juga melibatkan antar aktor dan antar level dalam pemerintah serta non-pemerintah. Salah satu upaya dari integrasi moda transportasi yakni dengan adanya kebijakan penataan stasiun, salah satunya Stasiun Tanah Abang. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis implementasi multi-level governance dalam penataan stasiun serta faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan tersebut. Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan post positivist dengan tujuan deskriptif melalui teknik pengumpulan data wawancara mendalam serta studi literatur. Hasil penelitian ini menganalisis bahwa implementasi multi-level governance dalam penataan Stasiun Tanah Abang merupakan hal yang kompleks karena berkaitan dengan banyak aspek seperti kebijakan tata kota, tata kelola antar level dengan koordinasi pada berbagai pihak, hingga partisipasi masyarakat. Meskipun implementasi multi-level governance dalam penataan stasiun terdapat tantangan yang perlu kembali disepakati yakni terkait regulasi serta partisipasi publik sebagai perwujudan multi-level governance dalam integrasi transportasi Jakarta dan sekitarnya. 

The policy of integrating public transportation modes is an important effort in the implementation of public transportation, especially in Jakarta. This is because the need for public transportation in Jakarta is not only the needs of the people of Jakarta, but is also related to the people of around Jakarta. Therefore, the implementation of the integration of public transportation modes also involves between actors and between levels within the government and non-government. One of the efforts to integrate transportation modes is the existence of a station arrangement policy, one of which is Tanah Abang Station. This study aims to analyze the implementation of multi-level governance in station arrangement and the factors that influence the policy. This research was conducted with a post-positivist approach with descriptive objectives through in-depth interview data collection techniques and literature studies. The results of this study analyze that the implementation of multi-level governance in the arrangement of Tanah Abang Station is complex because it relates to many aspects such as urban planning policies, multi-level governance with coordination of various parties, and public participation. Although the implementation of multi-level governance in structuring stations, there are challenges that need to be re-agreed, namely related to regulations and public participation as a manifestation of multi-level governance in the integration of transportation in Jakarta and its surroundings."
Depok: Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>