Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 163653 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rizkika Herliza Amirah Amatullah
"Ascendance of a Bookworm” merupakan serial animasi Jepang yang diadaptasi dari seri novel ringan berjudul sama karya Miya Kazuki sebagai penulis dan Yuu Shiina sebagai ilustrator yang diterbitkan tahun 2015. Penelitian ini membahas gambaran pustakawan dalam membagikan pengetahuan klasifikasi di dunia lain yang ditampilkan dalam “Ascendance of a Bookworm”. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi representasi pustakawan dalam membagikan pengetahuan klasifikasi dari kehidupan sebelumnya untuk diterapkan dalam mengelola perpustakaan gereja di dunia lain. Pertanyaan penelitian ini adalah “Bagaimana penggambaran peran utama pada serial animasi “Ascendance of a Bookworm” sebagai pustakawan dalam membagikan pengetahuan klasifikasi di dunia lain?”. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode semiotika triadik yang dicetuskan oleh Charles Sanders Peirce. “Ascendance of a Bookworm” terdiri dari dua musim dengan total 26 episode dan penelitian ini mengkaji episode 9 pada musim kedua sebagai unit analisis. Hasil yang ditemukan menunjukkan tanda-tanda Myne digambarkan sebagai pustakawan yang patut ditiru karena membagikan pengetahuan klasifikasinya. Tanda tersebut dipaparkan melalui adegan keempat, ketujuh, dan kesembilan yang dianalisis menggunakan semiotika triadik Peirce. Berbagi pengetahuan oleh pustakawan yang dilakukan Myne ini pun merupakan proses internalisasi kepada penonton dan sosialisasi kepada karakter-karakter lain untuk memberikan pengetahuan.

“Ascendance of a Bookworm” is a Japanese animated series adapted from a novel series of the same title written by Miya Kazuki and illustrated by Yuu Shiina, published in 2015. This study discusses the description of the literature in sharing classification knowledge in other worlds that is displayed in the animation. This study aims to identify the representation of librarians in sharing knowledge from their previous lives to be applied in managing church libraries in other worlds. The research question is “How is the main role depicted in the animated series ‘Ascendance of a Bookworm’ as a librarian in sharing classification knowledge in other worlds?”. This study uses the triadic semiotics approach that was coined by Charles Sanders Peirce. The animation consists of two seasons with a total of 26 episodes and this study examines episode 9 of the second season as the unit of analysis. Results showing Myne's signs are described as an exemplary librarian for sharing his classification knowledge. The sign is presented through the fourth, seventh, and ninth scenes which are analyzed using Peirce's triadic semiotics. Sharing knowledge by librarians that shown by Myne is a process of internalization with the audience and socialization with other characters."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Annisa Putri Ashri
"Topik mengenai virus covid-19 merupakan topik yang sedang menjadi perbincangan penting dua tahun ke belakang di seluruh dunia termasuk di Belanda. Salah satu cara yang digunakan untuk memberi edukasi mengenai pencegahan virus covid-19 adalah dengan membuat film animasi edukasi mengenai virus covid-19. Cara tersebut dilakukan oleh dua kanal YouTube asal Belanda, kanal YouTube pribadi Sjoerd Visser dan kanal YouTube lembaga akademik Social and Behavioural Sciences Leiden University. Penelitian ini membahas mengenai tindak tutur dari penyampaian informasi penting yang terdapat pada dua film animasi dengan topik virus covid-19 dan perbedaan serta persamaan yang terdapat pada dua film animasi edukasi dari dua kanal tersebut. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan menggunakan teori tindak tutur yang dikembangkan oleh John R. Searle. Data diambil dari film animasi edukasi yang diunggah oleh kanal YouTube pribadi dan lembaga akademik asal Belanda. Hasil penelitian ini memperlihatkan bahwa diantara dua film animasi tersebut ditemukan perbedaan yaitu pada jenis tindak tutur, penokohan, dan pusat pengisahannya serta persamaan yaitu tindak tutur pada kedua film animasi tersebut berisi langkah-langkah mengurangi laju penyebaran virus covid-19 yang ditujukan kepada anak-anak.

The topic of the Covid-19 virus is a topic that has become an important topic of discussion for the past two years around the world, including in the Netherlands. One of the methods used to provide education about the prevention of the covid-19 virus is by making educational animated films about the covid-19 virus. This method was carried out by two YouTube channels from the Netherlands, Sjoerd Visser's personal YouTube channel and the YouTube channel of Leiden University's Social and Behavioral Sciences academic institution. This study discusses the speech acts of delivering important information contained in two animated films with the topic of the covid-19 virus and the differences and similarities found in the two educational animated films from the two channels. This study uses a qualitative descriptive method using the speech act theory developed by John R. Searle. The data is taken from educational animated films uploaded by private YouTube channels and academic institutions from the Netherlands. The results of this study show that between the two animated films there are differences, namely in the types of speech acts, characterizations, and the center of the story, and the similarity, namely the speech acts in the two animated films, which contain steps to reduce the spread of the covid-19 virus aimed at children. ."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Sulistyaningsih
"ABSTRAK
Studi ini memberikan gambaran mengenai bagaimana elemen budaya
Indonesia digambarkan dalam serial animasi ?Keluarga Somat?. Penelitian ini
juga menggembarkan bagaimana peran serial animasi tersebut sebagai media
edukasi anak mengenai budaya Indonesia. Penelitian ini dikaji dengan
menggunakan metode analisis konten dengan metode framing Gamson dan
Modigliani dan wawancara mendalam dengan produser dan penyiar tayangan.
Peneliti melakukan pengamatan terhadap dua puluh judul episode ?Keluarga
Somat? yang dapat ditemukan di internet, kemudian peneliti melakukan
transkrip dan intepretasi terhadap 5 episode yang paling mewakili elemen
budaya Samovar. Peneliti menemukan 5 bingkai utama yang mewakili elemen
budaya Samovar, antara lain:agama sebagai dasar sikap dan tindakan
masyarakat, perjuangan kemerdekaan sebagai pengetahuan sejarah yang
penting, universalism sebagai nilai budaya Indonesia, keluarga sebagai
organisasi sosial yang utama, dan penggunaan Bahasa Indonesia sebagai
bahasa nasional. Peneliti juga menemukan jika cerita dan format tayangan
sesuai dengan asumsi pembelajaran tematik 2013 sehingga dapat menjadi
media edukasi alternatif anak mengenai budaya Indonesia.

ABSTRACT
This study provides an overview of how the elements of Indonesian culture
depicted in the animated series "Keluarga Somat". The study also describes
how the role of the animated series as media of child education on
Indonesian culture. This study assessed using content analysis method with
framing method by Gamson and Modigliani and in-depth interviews with
producers and broadcasters. Researcher did observation to twenty episodes of
?Keluarga Somat? which can found in internet, then do transcript and
interpret to five episodes whose content most represent Samovar?s culture
element. Researcher found 5 basic frames which represent those five
Samovar?s culture element, which are: religion as society?s basic idea,
national struggle history is relevant knowledge, universalism as Indonesia
culture value, family as main social organization and the need to use Bahasa
Indonesia as national language. Researchers found that framing of the
importance of intact families and Indonesian pluralism as the main theme
raised in the series. Researchers also found that the story and display form in
accordance with the assumption of thematic learning in 2013 so that it can be
an alternative media of child education on Indonesian culture"
2016
S64908
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shavira Melati Anandita
"Dalam beberapa tahun terakhir, media animasi anak-anak tidak hanya berfungsi sebagai hiburan. Mereka mengalami perubahan drastis selagi menjadi lebih kritis terhadap isu-isu yang terjadi di masyarakat. Misalnya, penggambaran karakter wanita di masa lalu tidak sama dengan penggambaran wanita di media animasi saat ini. Begitupun juga dengan penggambaran laki-laki. The Loud House, salah satu serial televisi animasi anak-anak yang juga mengikuti tradisi mengeksplorasi isu-isu saat ini, mencoba merekonstruksi hubungan laki-laki dengan alam dengan menunjukkan bahwa mereka memang bisa peduli terhadap alam. Dengan menggunakan analisis tekstual yang dikombinasikan dengan konsep gender, kekuasaan, dan ekomaskulinitas, penelitian ini bermaksud memeriksa hubungan antara relasi kuasa berbasis gender di antara tokoh-tokoh utama dan perilaku mereka terhadap alam. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa The Loud House berhasil menghilangkan dualitas gender penindas-tertindas dan juga melengkapi kritik ekofeminisme dengan menunjukkan bahwa laki-laki juga dapat memiliki hubungan yang dekat dengan alam.

In recent years, children`s animated media do not only serve as a form of entertainment. They have undergone drastic change as they become more critical towards issues occurring in society. For instance, the portrayal of female characters in the past is not the same as the portrayal of women in today`s animated media. The same applies to the representation of men. The Loud House, one of the children`s animated television series also following the tradition of exploring current issues, tries to reconstruct men`s relationship with nature by demonstrating that they can indeed care for it. Using textual analysis combined with the concept of gender, power and ecomasculinity, this research intends to examine the correlation between the gender-based power relations among major characters and their behaviour towards nature. The result of this research shows that The Loud House succeeds in eliminating gendered oppressor-victim dualities and also complementing ecofeminists` critique by demonstrating that men can have closer relationship with nature"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2020
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Nuriana Romadona
"Penelitian ini menguraikan jenis kependekan yang terdapat dalam judul acara televisi dan proses pembentukan kependekan yang terdapat dalam judul acara televisi. Penelitian ini dilakukan untuk menentukan jenis-jenis kependekan yang terdapat dalam judul acara televisi dan memaparkan proses pembentukan kependekan yang terdapat dalam judul acara televisi. Salah satu metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode simak. Data diperoleh dengan menyadap penggunaan bahasa yang dilakukan dengan melihat dan mencatat judul acara televisi yang berbentuk kependekan di sebelas stasiun televisi, baik melalui televisi maupun koran Kompas. Data dianalisis dengan menggunakan konsep abreviasi yang dikemukakan oleh Harimurti Kridalaksana (2007). "
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2008
S11016
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Andi Fachrudin M.
"Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar didunia, dan berpenduduk terbesar ke empat di dunia dengan jumlah 203,5 juta jiwa. Hal tersebut menjadi sangat erat hubungannya dengan perkembangan teknologi komunikasi di era globalisasi saat ini, yang sangat berpengaruh terhadap ketahanan keluarga masyarakat untuk memperkokokoh ketahanan nasional.
Menurut data Biro Pusat Statistik/BPS (survey aksesbilitas penduduk Indonesia terhadap media massa tahun 2000) Aksesbilitas penduduk Indonesia terhadap televisi sebesar 78,22%, yang bila dihitung dari 203,5 juta jiwa adalah 168 juta jiwa penduduk, televisi terbukti sangat besar diminati oleh masyarakat Indonesia dibandingkan media massa lainnya. Sedangkan penduduk Indonesia sebagian besar 67,34% tinggal di pedesaan dengan taraf hidup dan pendidikan yang masih relatif rendah, serta kegemaran membaca pada masyarakat Indonesia juga dikenal paling rendah didunia. Dengan kenyataan yang demikian menyebabkan peran serta televisi sangat penting dalam menyampaikan pesan-pesan pembangunan dan membina kesadaran masyarakat dalam berbangsa serta membangun masyarakat Indonesia yang berkualitas.
Program siaran televisi merupakan karya budaya demikian pula dengan prilaku anggota keluarga yang dapat berubah karena dipengaruhi menjadi negatif ataupun positif. Keluarga sebagai lembaga yang paling penting dan paling mendasar dalam masyarakat adalah sebagai bagian dari ketahanan nasional.
Permasalahan yang ada dalam penelitian ini yaitu:
1. Sampai sejauh mana pengaruh program siaran televisi terhadap ketahanan keluarga pada masyarakat pedesaan di Banten?
2. Program siaran televisi manakah yang paling disukai masyarakat pedesaan di Banten?
3. Stasiun televisi manakah yang paling disukai masyarakat pedesaan di Banten? dimana efektivitas penyebaran pesan-pesan pembangunan melalui siaran televisi dapat membina kesadaran berbangsa. Namun hal itu dipengaruhi oleh faktor faktor sosial budaya yang hidup di masyarakat dengan latar belakang adat istiadat, agama, pendidikan, kebudayaan yang beraneka ragam dan taraf hidup yang masih relatif rendah serta jangkauan media cetak yang masih terbatas terrnasuk minat membaca yang kurang.
Selanjutnya penelitian ini bertujuan untuk:
1. Menganalisis pengaruh program siaran televisi terhadap ketahanan keluarga masyarakat pedesaan di Banten.
2. Menganalisis program siaran televisi yang paling disukai masyarakat pedesaan di Banten.
3. Menentukan stasiun televisi nasional yang paling disukai masyarakat pedesaan di Banten.
Metode penelitian yang dipakai adalah Metode Analisis pada tujuan penelitian pertama, serta Tabel Analisis pada tujuan penelitian kedua dan ketiga dengan mengunakan data primer dan sekunder yang didapat dari jawaban kuesioner responden.
Adapun hasil penelitian yang didapat adalah sebagai berikut:
1. Semua variabel program siaran televisi (siaran berita, hiburan, dan niaga) signifikan pada taraf 5%, kecuali variable X3 (siaran pendidikan) tidak signifikan. Variabel siaran berita adalah variabel yang terbesar mampu meningkatkan ketahanan keluarga apabila ditambah satu unit yaitu sebesar 69%.
2. Sedangkan R2 = 0,85 atau 85% yang berarti program siaran televisi secara bersama-sama mampu menjelaskan variansi ketahanan keluarga sebesar 85%, adapun 15% lagi dipengaruhi oleh variabel lainnya.
3. Selanjutnya program siaran televisi yang paling disukai oleh responden adalah program siaran berita sebesar 53,3% di televisi SCTV, yang terbesar dipilih oleh kelompok Bapak 40,6%.
4. Serta stasiun televisi yang paling disukai oleh responden adalah stasiun televisi INDOSIAR dimana program siaran hiburan 33,3% dan siaran niaga 26,6% mendapat prosentase terbesar.
Dunia pertelevisian Indonesia dimulai pada tahun 1962 dengan berdirinya TVRI, selanjutnya berkembang pesat pada tahun 1979 setelah diluncurkannya Satelit Komunikasi PALAPA yang mendukung penerimaan siaran televisi diseluruh tanah air yang terbentang luas dari Sabang hingga Marauke. Masyarakat Indonesia ketika itu telah jenuh dengan sajian seremonial dan gambaran kehidupan miskin yang selalu ditampilkan TVRI, Masyarakat terlihat antusias sejak berdirinya televisi swasta pertama yaitu RCTI pada tahun 1989, yang berturut-turut muncullah TPI, SCTV, ANTV dan INDOSIAR dan saat ini telah/siap mengudara METRO-TV, TRANS-TV, TV-7, LA-TV, GLOBAL-TV. Yang semuanya kenyataan menuju siaran nasional (program siaran sarat kekerasan dan pornografi) tanpa menghiraukan perbedaan pendidikan, taraf hidup, dan sosial budaya masyarakat di seluruh Indonesia.
Program siaran televisi swasta sebagian besar hanya menjual mimpi yang laku dipasar (produk import dan produk lokal yang cenderung meniru budaya asing) berdasarkan research dari konsultan internasional yang lebih dipercaya dibandingkan mengaca kepribadian bangsa Indonesia yaitu AC-NIELSEN. Hanya program siaran TVRI yang selalu mengedepankan rasa kebangsaan dengan membina kesadaran berbangsa melalui layar kaca, seperti menampilkan penyiar multikultural, kebudayaan daerah-daerah melalui stasiun penyiarannya, menyuguhkan berita yang menyejukkan, dan menyiarkan produk import hanya 5 %. Akan tetapi TVRI justru seakan ingin ditekan agar tidak berkutik oleh penguasa, kalangan DPR, dan konglomerat yang sebagian besar memang memiliki asset di televisi swasta dengan tidak memberikan TVRI siaran iklan dan kesepakatan 12,5% dari transaksi iklan TV swasta, adapun yang diberikan dana pada TVRI hanya dari APBN yang hanya bisa menghidupi 10 % saja dari kegiatan operasionalnya. Namun betapapun besarnya beban yang dipikul TVRI, dengan penanganan yang benar akan mengurangi atau bahkan dapat menghilangkan resiko rusaknya mental bangsa sehingga dapat memperkuat ketahanan keluarga.
Propinsi Banten menjadi lokasi penelitian karena sebagai daerah penyanggah lbukota Jakarta, daerah pariwisata, dan jalur transportasi penting yang menghubungkan Pulau Jawa dan Pulau Sumatra.
Pihak manajemen seluruh televisi di Indonesia sebaiknya melakukan berbagai perbaikan terhadap penanganan program siaran televisi yang akan ditampilkan pada masyarakat Indonesia secara nasional, dengan memperhatikan rasa kebangsaan dan pembinaan ketahanan keluarga."
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2002
T1853
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jorine Utari Soetjahjo
"Industri televisi mengalami perkembangan sejak dikeluarkannya ijin pendirian stasiun televisi oleh swasta pada tahun 1988, dengan dipelopori oleh PT Rajawali Citra Indonesia (RCTI), yang selanjutnya diikuti stasiun-stasiun lainnya, seperti Televisi Pendidikan Indonesia (TPI), Surya Citra Televisi (SCTV), Andalas Televisi (ANTV) dan Indosiar. Perkembangan televisi ini dimungkinkan karena kelonggaran-kelonggaran perijinan yang diberikan pemerintah, kecepatan antisipasi pihak swasta dan perkembangan teknologi pertelevisian itu sendiri.
Situasi dan kondisi eksternal yang cepat berubah menjadikan suatu tantangan tersendiri bagi manajemen RCTI untuk mampu bersaing di Industri televisi nasional. Kejelian manajemen RCTI dalam melakukan positioning pasar dan perencanaan keputusan yang tepat akan sangat menentukan dalam mengantisipasi peluang yang ada. Tujuannya adalah untuk peningkatan kepuasan pelanggan dan citra terbaik perusahaan di masa yang akan datang.
Hasil analisis SWOT dari posisi bersaing RCTI di industri televisi telah menunjukkan strategi agresif dapat dilakukan. Hasil analisis menunjukkan keunggulan relatif RCTI dalam hal kualitas siaran, inovasi program, inovasi teknologi, dan citra. Kelemahan relatif RCTI terletak pada faktor pelayanan dan ketersediaan faktor iklan.
Keberhasilan RCTI di masa yang akan datang sangat tergantung dari upaya penyempurnaan kinerja dan sikap profesionalisme manajemen yang tinggi dalam meningkatkan mutu siaran dan pelayanan pelanggan."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1995
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nella Juwita Marzuki
"Dengan pesatnya kemajuan industri media massa di Indonesia, tingginya pertumbuhan stasiun televisi pun mengakibatkan ketatnya persaingan di antara stasiun televisi baru maupun lama. Hal ini tampak kepada makin diperebutkannya khalayak yang merupakan sumber pemasukan yang sangat berarti bagi media massa. Sebuah stasiun televisi haruslah secara jeli menentukan target audiensnya dan yang terpenting adalah menentukan program yang berkualitas dan unik untuk menjaring dan memenuhi kebutuhan penontonnya. Program yang baik jika tidak dikomunikasikan dengan baik maka program tersebut tidak akan dapat menjangkau audiensnya. Oleh sebab itu masing-masing stasiun televisi harus dengan hati-hati mempersiapkan sebuah strategi komunikasi promosi.
Tesis ini akan membahas bagaimana memadukan berbagai elemen bauran komunikasi pemasakan (marketing communication mix) ataupun bauran promosi (promotion mix), untuk merancang isi pesan secara konsisten dan saling terpaut serta ada keterkaitan antara beberapa media komunikasi promosi yang digunakan. Tujuannya adalah untuk mengetahul bagaimanakah stategi komunikasi promosi acara 'Touch The Car" di MetroTV.
Analisa yang akan digunakan adalah analisa dengan model komunikasi pemasaran terpadu (integrated marketing communications strategy model) dari George E. Belch & Michael A. Belch dan model promotional mix yang merupakan bagian dari marketing mix yang dikembangkan Jerome McCarthy dalam bukunya Marketing Communications.
Temuan dan hasil analisa menunjukkan bahwa perencanaan program promosi model dari Belch sudah diterapkan meskipun belum secara menyeluruh. Sistematika perencanaan kampanye promosi program acara 'Touch The Car' bertolak dari analisa program promosi, tujuan strategi promosi, budget dan kampanye promosi program acara "Touch The Car" dengan menggunakan bauran promosi yang terpadu dan konsisten, yaitu: advertising, publicity, exhibition, corporate identity, packaging acara dan merchandising.
Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa walaupun MetroTV sudah menerapkan perencanaan program promosi dan bauran promosi, tetapi masih harus diadakan perbaikan dengan melebarkan media coverage untuk meningkatkan jumlah audiensnya. MetroTV juga harus melakukan perencanaan yang lebih terpadu sebelum penyelenggaraan ?Touch The Car? berikutnya. Juga disarankan agar memperhatikan jumlah jeda iklan dan pembawa acara yang mampu mengangkat acara secara keseluruhan."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2005
T13325
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ari Junaedi
"Kehadiran televisi baru di tanah air semakin menambah keberadaan stasiun televisi, baik swasta maupun TVRI yang sudah terlebih dahulu ada Kebangkitan jurnalisme di televisi, yang dimulai dengan kemunculan Seputar Indonesia di RCTI dan Liputan 6 SCTV kini diikuti dengan kehadiran program berita sejenis di berbagai televisi.
Tidak sedikit gaya manajemen pemberitaan di media cetak diterapkan begitu saja di dunia televisi karena ketiadaan pengalaman para wartawan televisi, yang sebelumnya memang bergiat di media cetak. Terus terang saja, dunia jurnalistik televisi swasta tergolong lahan baru bagi jurnalis Indonesia untuk berkarya.
Demikian pula halnya dengan pendirian televisi swasta tidak terlepas dari alokasi sumber-sumber ekonomi di seputaran lingkaran rezim Soeharto. Gaya-gaya patronisasi dan nepotisme kerap melekat dalam pengelolaan televisi di Indonesia. Latar belakang pemilik dan pendiri stasiun televisi swasta pun juga beragam. Sebagian besar malah berasal dari pengusaha.
Dengan latar belakang sebagai pengusaha, maka ukuran untung rugi selalu menjadi dasar utama bagi penyiaran program-program di televisi. Terkadang karena alasan penghematan dan efisiensi, sebuah program direposisi atau dipindahkan tanpa ada parameter yang baku atau periodisasi tertentu. Jika sebuah program direposisi tanpa ada parameter yang jelas maka hal tersebut sangat berpengaruh terhadap minat pemasang iklan dan pemirsa untuk menonton. Pemasang iklan akan dirugikan karena strategi segmentasi dan sasaran khalayak akan mengalami perubahan jika sebuah program tayangan direposisi tanpa ada periodisasi. Pemirsa akan kebingungan dengan program acara yang mulai digemarinya, karena perubahan jam tayang yang mendadak.
Penelitian ini lebih memfokuskan kepada metode penelitian analisis deskriptif dengan menitikberatkan kepada pengamatan di lapangan serta wawancara secara mendalam dengan narasumber yang berkompeten.
Dan pendekatan ekonomi media, gaya pengelolaan manajemen televisi di Lativi ditelaah dengan kajian ilmu komunikasi maupun dari aspek-aspek ekonomi. Seharusnya, gaya pengelolaan manajemen televisi bersifat fleksibel dengan menerapkan azas-azas organisasi yang modern. Penguasaan manajemen secara terpusat atau komando jelas sangat tidak cocok diterapkan di stasiun televisi swasta. Gaya otoriter yang tidak mau mendengarkan saran saran dari pekerja profesional jelas suatu kemunduran dalam pengelolaan manajemen media televisi.
Oleh karena itu dengan memahami pengelolaan manajemen media diharapkan carut marut pengelolaan televisi di Indonesia bisa berkembang ke arah penyempurnaan. Diharapkan pula, hasil penelitian ini menjadi masukan yang berharga bagi pengembangan dan pengelolaan program berita di televisi swasta."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2004
T13863
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Diah Catur Budiarti
"Daya tarik tayangan program Impresario 008 di RCTI dan peranannya dalam membangun citra produk SLI 008 diangkat menjadi fokus masalah penelitian. Pemilihan fokus masalah didasarkan atas pertimbangan bahwa, meski televisi diakui keunggulannya dalam menyajikan pesan secara serempak dan demonstratif serta penayangan program Impresario 008 yang atraktif diduga mampu menarik perhatian khalayak, seberapa besar peran tayangan tersebut dalam pembentukan citra produk SLI 008 belum teridentifikasi secara faktual. Permasalahan ini dituangkan ke dalam hipotesis, semakin tinggi daya tarik tayangan program Impresario 008 semakin besar peranannya dalam pembentukan citra SLI 008, maupun citra dalam aspek kognitif, afektif, dan konatif.
Sampel penelitian terdiri atas 40 orang, yang berasal dari kelompok umur, pekerjaan utama, dan jenis kelamin yang berbeda. Namun kesemuanya pernah menyaksikan tayangan Impresario 008 dan sebagian pernah menggunakan produk dan layanan SLI 008 untuk berbagai kepentingan. Data dijaring melalui angket dan wawancara. Data dianalisis menggunakan rumus korelasi Spearman, karena data yang terkumpul memenuhi asumsi yang mendasari penggunaan rumus ini, yakni data sekurang-kurangnya berskala ordinal.
Selain mampu menarik minat khalayak, tayangan Impresario 008 juga teridentifikasi menjadi variabel yang turut terlibat dalam pembentukan citra khalayak tentang produk SLI 008, sebagaimana terlihat dari koefisien determinasi daya tarik dan citra kognitif (47,75%), daya tarik dan citra afektif (36,97%), citra konatif (29,59%), maupun antara daya tarik dan citra secara keseluruhan (50,69%).
Rendahnya koefisien determinasi citra konatif dibanding aspek lainnya mengimplikasikan bahwa keputusan khalayak tentang pilihan produk SLI 008 ketika akan melakukan kontak ke luar negeri membutuhkan variabel lain yang dapat memperkuat pemahaman dan meneguhkan keyakinan yang sudah terbentuk sebagai dampak aktivitasnya menyaksikan tayangan Impresario 008. Sedangkan pembentukan citra produk SLI 008 yang tidak sepenuhnya bergantung kepada tayangan program Impresario 008 mengindikasilcan pentingnya mensinergikan tayangan tersebut dengan aktivitas Public Relations lainnya, sehingga memperkuat efektivitas pembentukan citra produk."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2002
T1160
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>