Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 68664 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Hary Nur Sakti
"Pengertian hidup manusia diartikan hidup dan mati, di mana setiap yang bernyawa pasti mati. Namun, dalam proses menjalani hidupnya manusia seringkali meninggalkan pengertiannya tentang asal hidupnya (Sangkan Paran Dumadi). Setiap budaya memiliki pandangan berbeda-beda mengenai definisi sangkan paran. Tujuan hidup dalam masyarakat Jawa merupakan suatu pencapaian hidup mengerti asal manusia, dan kembali manunggal dengan Sang Pencipta. Konsep tersebut terdapat dalam karya-karya sastra, seperti lagu Ngelmu Kyai Petruk. Penelitian ini ditunjukkan untuk menjelaskan pesan moral yang terdapat pada lirik lagu tersebut. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan mimetik dan dikaji dengan teori semiotik De Saussure. Berdasarkan pembahasan ditemukan ajaran moral untuk berperilaku yang baik, berkepribadian baik, hati suci, serta selalu berusaha untuk dekat juga manembah pada Gusti. Dengan temuan tersebut dapat disimpulkan bahwa manusia yang telah mengenal asal hidup (sangkan paran) senantiasa memelihara cinta dan kasihnya terhadap sesama makhluk, dan kepada Tuhan. Diharapkan penelitian ini dapat menambah wawasan baru untuk masyarakat mengenai aspek-aspek kesempurnaan hidup dalam budaya Jawa.
The definition of human life is defined as life and death, where every living thing must die. However, in the process of living life humans often leave their understanding of the origin of their life (Sangkan Paran Dumadi). Every culture has different views on the definition of sangkan paran. The purpose of life in Javanese society is an achievement in life, understanding the origin of man, and returning to oneness with the Creator. This concept is found in literary works, such as the song Ngelmu Kyai Petruk. This research is shown to explain the message contained in the lyrics of the song. This study uses a qualitative method with a mimetic approach and is studied with De Saussure's semiotic theory. Based on the discussion, it was found that there are moral teachings for good behavior, good personality, pure heart, and always trying to be close and also worshiping Gusti. With these findings, it can be concluded that humans who have known the origin of life (sangkan paran) always maintain their love and affection for fellow creatures, and for God. It is hoped that this research can add new insights to the community regarding aspects of the perfection of life in Javanese culture."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ashar Ardianto
"Tulisan ini membahas tentang keindahan serta kritik sosial yang terkadung di dalam lirik lagu Ora Cucul Ora Ngebul ciptaan Jogja Hip Hop Foundation, menggunakan pendekatan sastra. Pengumpulan data yang diperlukan dalam penelitian ini dikumpulkan melalui proses pembacaan secara berulang-ulang untuk memahami sumber data, membaca dan mempelajari literatur yang menunjang dan mencatat hal-hal penting dengan harapan dapat menemukan kajian-kajian yang relevan serta berkesinambungan dengan lirik lagu. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Keindahan lirik lagu terletak pada pilihan kata yang membangun rima yang indah. Keindahan juga terletak pada pola sajaknya yang menyerupai pantun serta macapat puisi tradisional Jawa , yang memenuhi kaidah guru gatra, guru lagu, dan guru wialangan. Kritik sosial yang diangkat dalam teks lagu ini berkaitan dengan ketimpangan sosial yang terjadi dalam masyarakat, di mana terdapat perlakuan yang tidak sama antara wong gedhe dan wong cilik atas sebuah hal yang sama. Wong cilik menjadi korban atas ketidakadilan sosial ini.

This thesis discusses the aesthetics and social criticism contained in the lyrics of Jogja Hip Hop Foundation rsquo s song Ora Cucul Ora Ngebul, using a literary approach. The collection of required data in this study was collected through a recurrent reading process to understand the data source, reading, and study the literature that supports and record important things in the hope of finding relevant and ongoing studies with the lyrics of the song. The method used in this research is descriptive qualitative. Aesthetics also lies in the choice of words that build a beautiful rhyme. Aesthetics also lies in the pattern of poems that resemble pantun and macapat Javanese traditional poem , which meet the rules of guru gatra, guru lagu, and guru wilangan. The social criticism raised in the lyrics of this song relates to the social inequality that occurs in society, where there is unequal treatment between wong gedhe and wong cilik on the same thing. Wong cilik became the victim of this social injustice.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2017
S70055
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Ichwan
"Setiap masyarakat di dunia memiliki kebudayaannya masing-masing, tidak terkecuali masyarakat Jawa. Dalam masyarakat terdapat masalah sosial. Masalah sosial dapat terepresentasi dalam karya sastra, salah satu contohnya adalah lagu. Penelitian ini akan membahas estetika serta amanat yang terkandung dalam lagu Wit Gedhang Awoh Pakel karya Jogja Hip-Hop Foundation. Jogja Hip-Hop Foundation merupakan kumpulan para rapper asal Yogyakarta yang membentuk suatu komunitas hip-hop. Lagu-lagu yang dibuat oleh JHF banyak yang berisi tentang kritik sosial. Wit Gedhang Awoh Pakel merupakan salah satu dari kritik sosial yang dilakukan oleh Jogja Hip-Hop Foundation. Metode yang digunakan untuk mendapatkan amanat ini adalah metode deskriptif kualitatif. Keindahan dalam lagu ini terlihat dari purwakanthi atau bunyi dalam puisi Jawa. Amanat yang terkandung dalam lagu tersebut adalah bahwa manusia harus tetap waras, interospeksi diri, perduli dengan sesama, tahu diri, dapat menempatkan diri, dan membangun kebahagiaan hidup sesama manusia. Amanat lagu Wit Gedhang Awoh Pakel kemudian dikaitkan dengan kehidupan di dunia nyata.

Every society in the world has their own culture, Javanese people are no exception. In society there are social problems. Social problems can be represented in literary works, one of the example is song. This research will discuss the aesthetics and message contained in the Wit Gedhang Awoh Pakel, a song by Jogja Hip-Hop Foundation. The Jogja Hip-Hop Foundation is a group of rappers from Yogyakarta who formed a hip-hop community. The songs made by JHF contain a lot of social criticism. Wit Gedhang Awoh Pakel is one of the social criticisms made by the Jogja Hip-Hop Foundation. The method used to obtain this message is a qualitative descriptive method. The aesthetic in this song can be seen from the purwakanthi or sounds in Javanese poetry. The message contained in this song is that humans must remain sane, self-introspective, care for others, know themselves, be able to carry themselves, and build happiness in the lives of fellow humans. The message of the song Wit Gedhang Awoh Pakel was then associated with life in the real world."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2019
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Syifa Rizki Maharani
"Film adalah satu di antara sekian rupa komunikasi visual yang dapat berisi beragam informasi. komponen seperti visual dan suara didasari dengan suatu cerita yang berisi suatu pesan yang akan disampaikan dari pembuat film bagi penontonnya. Pada zaman modern ini, film digunakan sebagai ajang kreatifitas hingga ajang pelestarian budaya. Salah satu rumah produksi film yang kerap kali mengangkat tema budaya Jawa dalam ceritanya, yakni Rumah Produksi Ravacana Films. Salah satu film mereka yang mengangkat kepercayaan dalam budaya Jawa, yaitu film pendek Danyang yang menjadi objek kajian pada penelitian ini. Pada penelitian ini terdapat dua permasalahan yang dibahas, yakni 1.) Apa pesan moral yang terkandung dalam film pendek Danyang?; dan 2.) Apa pepatah Jawa yang sesuai dengan pesan moral tersebut?. Penelitian ini bertujuan untuk menambah pemahaman dalam menyimak suatu pesan moral dalam film pendek berbahasa Jawa dan dapat memberikan jawaban atas masalah penelitian yang dibahas. Penelitian ini memakai metode pendekatan deskriptif kualitatif menurut Moleong (2005: 4) dengan mendasarkan konsep pesan moral menurut Nurgiyantoro (2013: 429). Teknik pengumpulan data untuk penelitian ini dengan dokumentasi data melalui pengambilan gambar berupa tangkapan layar dari beberapa cuplikan adegan dalam film. Hasil penelitian menunjukkan bahwa film pendek Danyang karya Ravacana Films ini mengandung pesan moral melalui pepatah Jawa yakni Yitna Yuwana lena kêna dan ungkapan yang menunjukkan Ora Tanggap ing Sasmita. Hal penting yang ingin disampaikan melalui film pendek Danyang ini adalah ketidakhati-hatian dan ketidakpedulian manusia dapat menghadirkan dampak negatif, kepada bagi diri sendiri maupun orang lain.

Film is one of the many forms of visual communication that can contain a variety of information. Components such as visuals and sound are based on a story that contains a message that will be conveyed from the filmmaker to the audience. In modern times, films are used as a place for creativity to cultural preservation. One of the film production houses that often raises the theme of Javanese culture in their stories, is the Ravacana Films Production House. One of their films raises beliefs in Javanese culture, namely the short film Danyang which is the object of study in this study. In this study, there are two problems discussed, namely 1.) What is the moral message contained in the short film Danyang?; and 2.) What is the Javanese proverb that is by the moral message? This research aims to increase understanding in listening to a moral message in a Javanese short film and can provide answers to the research problems discussed. This study uses a qualitative descriptive approach method according to Moleong (2005: 4) based on the concept of moral messages according to Nurgiyantoro (2013: 429). The data collection technique for this study is data documentation by taking screenshots of several scenes in the film. The results of the study show that the short film Danyang by Ravacana Films contains a moral message through a Javanese proverb, namely Yitna Yuwana lena kêna and expressions that show Ora Tanggap ing Sasmita. The important thing that we want to convey through this short film is that human carelessness and indifference can have a negative impact, both for ourselves and others.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Aryo Priyanggono
"Tulisan ini dimaksudkna untuk menunjukan beberapa ajaran kepemimpinan tradisional Jawa yang terdapat dalam beberapa karya sastra Jawa serta beberapa wejangan. Ajaran-ajaran tersebut pada umumnya menunjukkan berbagai ajaran moral, yaitu sikap baik dan kewajiban yang harus diikuti dan dilaksanakan, serta sikap yang harus dihindari oleh seorang pemimpin. Ajaran-ajaran tersebut juga mengarah pada paradigma keseimbangan, keselarasan, dan keharmonisan lahir dan batin. Filosofi kepemimpinan tersebut juga menunjukkan daya kodrati berupa daya cipta, rasa, karsa, dan karya. Selain itu, ajaran-ajaran tersebut menuntut agar seseorang pemimpin menajdi satria utama. Sifat satria utama dari seseorang pemimpin akan membawa pada jumbuhing kawula Gusti dalam konteks bersatunya pemimpin dan rakyat yang menjadi dasar dan tujuan dalam kekuasaan, kepemimpinan dan kerakyatan. Pemimpin yang berjiwa satria utama merupakan sarana untuk mengabdi dan berbakti kepada negara dan rakyat. Seorang pemipin yang bisa menjadi satria utama adalah yang mempunyai watak seperti dalam ungkapan narendragung binathara, baudhenda nyakrawati, berbudi bawaleksana, ambeg adil paramarta."
Yogyakarta: Balai Pelestarian Nilai Budaya DI Yokyakarta, 2015
JANTRA 10:1 (2015)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Jessica Haliem Permatasari
"[ABSTRAK
Jurnal ini membahas tentang kritik terhadap kolonialisasi Jepang di Korea dalam cerpen beraliran realisme tahun
1920-an karya Hyeon Jingeon yang berjudul Unsu Joheun Nal. Cerpen ini merupakan salah satu cerpen yang
menggambarkan kehidupan masyarakat Korea kelas bawah di perkotaan yang keras akibat dari adanya
penjajahan Jepang. Tujuan penelitian ini ialah untuk mengetahui penggambaran dampak kolonialisasi Jepang di
Korea pada masa itu serta bentuk kritik terhadap kolonialisasi Jepang yang digambarkan dalam cerpen Unsu
Joheun Nal. Metode penelitian yang digunakan ialah metode close reading dengan melakukan analisis data
kualitatif yang terdapat dalam cerpen. Dilakukan juga studi kepustakaan untuk mencari data-data sejarah Korea
tahun 1920-an yang nantinya dikaitkan dengan cerpen Unsu Joheun Nal. Hasil dari penelitian ini menunjukkan
bahwa adanya kolonialisasi Jepang membuat kehidupan rakyat Korea, khususnya masyarakat kelas bawah di
perkotaan semakin miskin dan sengsara. Bentuk kritik tersebut digambarkan lewat kehidupan tokoh utama dari
cerpen ini, yakni Kim Cheomji yang setiap harinya harus bekerja keras agar dapat makan ABSTRACT This journal discusses the criticism of Japanese colonization in Korea based on 1920s realism short story entitled
Unsu Joheun Nal written by Hyeon Jingeon. This short story is the one that depicts the tough life of urban
Korean lower class society under Japanese colonization. This research is aim to know the impact of Japanese
colonization in Korea at that time and form of criticism towards Japanese colonization that was depicted in Unsu
Joheun Nal short story. This research applied close reading method by analizing qualitative data contained in the
short story. Literature study was also carried out to find the 1920s Korea history data that later associated with
Unsu Joheun Nal short story. Result of this research shows that Japanese colonization made Korean people poor
and miserable, especially urban lower class society. Form of criticism is illustrated through the life of the main
character of this story namely Kim Cheomji who must work hard everyday in order to eat.;This journal discusses the criticism of Japanese colonization in Korea based on 1920s realism short story entitled
Unsu Joheun Nal written by Hyeon Jingeon. This short story is the one that depicts the tough life of urban
Korean lower class society under Japanese colonization. This research is aim to know the impact of Japanese
colonization in Korea at that time and form of criticism towards Japanese colonization that was depicted in Unsu
Joheun Nal short story. This research applied close reading method by analizing qualitative data contained in the
short story. Literature study was also carried out to find the 1920s Korea history data that later associated with
Unsu Joheun Nal short story. Result of this research shows that Japanese colonization made Korean people poor
and miserable, especially urban lower class society. Form of criticism is illustrated through the life of the main
character of this story namely Kim Cheomji who must work hard everyday in order to eat.;This journal discusses the criticism of Japanese colonization in Korea based on 1920s realism short story entitled
Unsu Joheun Nal written by Hyeon Jingeon. This short story is the one that depicts the tough life of urban
Korean lower class society under Japanese colonization. This research is aim to know the impact of Japanese
colonization in Korea at that time and form of criticism towards Japanese colonization that was depicted in Unsu
Joheun Nal short story. This research applied close reading method by analizing qualitative data contained in the
short story. Literature study was also carried out to find the 1920s Korea history data that later associated with
Unsu Joheun Nal short story. Result of this research shows that Japanese colonization made Korean people poor
and miserable, especially urban lower class society. Form of criticism is illustrated through the life of the main
character of this story namely Kim Cheomji who must work hard everyday in order to eat., This journal discusses the criticism of Japanese colonization in Korea based on 1920s realism short story entitled
Unsu Joheun Nal written by Hyeon Jingeon. This short story is the one that depicts the tough life of urban
Korean lower class society under Japanese colonization. This research is aim to know the impact of Japanese
colonization in Korea at that time and form of criticism towards Japanese colonization that was depicted in Unsu
Joheun Nal short story. This research applied close reading method by analizing qualitative data contained in the
short story. Literature study was also carried out to find the 1920s Korea history data that later associated with
Unsu Joheun Nal short story. Result of this research shows that Japanese colonization made Korean people poor
and miserable, especially urban lower class society. Form of criticism is illustrated through the life of the main
character of this story namely Kim Cheomji who must work hard everyday in order to eat.]"
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2015
MK-PDF
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
P. Tommy Pamungkas
"Penelitian ini ingin mengkaji konsep representasi identitas budaya Jawa di dalam media dengan pendekatan kajian budaya kritis untuk membongkar ideologi anggota Jogja Hip-hop Foundation (JHF), sebagai bentuk representasi mental dalam pikiran dan kemudian diproyeksikan dalam representasi bahasa sebagai bentuk artefak budaya. Pertanyaan penelitian berfokus pada bagaimana hegemoni budaya Jawa terepresentasi dalam pesan lirik lagu JHF dan mengapa hegemoni budaya Jawa tersebut yang terbentuk dalam pesan lirik lagu. Data yang didapat dari analisa framing lirik lagu JHF, wawancara mendalam dan studi pustaka, diolah dengan teknik analisa ilustratif dan tipos ideal. Hasil penelitian menunjukan bahwa dalam menyikapi isu-isu negatif yang yang dekat dengan anak muda dalam masyarakat modern, orang-orang harus kembali ke seperangkat nilai dan perilaku yang sesuai dengan kaidah dasar kehidupan masyarakat Jawa agar tidak terjadi kehancuran. Representasi tersebut muncul karena pemahaman anggota JHF mengenai kaidah dasar tersebut sejalan dengan uraian konsep idealnya, terinspirasi dari isu-isu yang mereka hadapi setiap hari, dan didukung dengan motivasi mereka yang memang ingin menanamkan kembali budaya Jawa dengan cara baru. Dialektika dalam hegemoni muncul dalam representasi budaya Jawa di pesan lirik lagu mereka di mana satu sisi mereka terbawa arus untuk tidak mau memperhatikan praktek kaidah dasar kehidupan masyarakat Jawa sebagai bentuk budaya tinggi yang susah dan rumit akan tetapi masih terinspirasi akan pandangan dan nilai kaidah tersebut. Sedang di sisi lain bentuk keterusterangan, spontanitas, dan ekspresi bebas yang modern dalam lagu mereka sebagai bentuk budaya populer juga melancarkan kritik terhadap kehidupan masyarakat kontemporer yang terlalu terpengaruh dari luar masyarakat Jawa sehingga meninggalkan rasa solidaritas, kerukunan, dan ikatan masyarakat dalam tatanan sosial yang bertujuan damai dan tentram yang menjadi cita-cita kaidah dasar kehidupan masyarakat tersebut.

This research analyzed representation concept of Javanese cultural identity found in media by critical cultural studies approach to dismantle the ideology of members of Jogja Hip-Hop Foundation (JHF), inside their mental representation and then was manifested through language representation as cultural artefact. The research question focused on how the Javanese cultural hegemony represented in the lyrics messagesof JHF songs and why Javanese cultural hegemony was formed in the lyrics messages of the songs. Collected data from frame analysis on the lyrics, in-depth interview and literature studies were put into specific analytical process to answer the questions. Research found when facing negatives issues which close related with youth in modern society, people should comprehend the set of values and attitudes which suitting basic standard of Javanese living society in order to avoid disintegration and abruption.That representation was formed because of several reasons; there was similar understanding between JHF and ideal concepts of basic standard of Javanese living society, the songs were inspired by reality engagements which JHF had been through, and it also supported by the JHF’s motivation to redistribute Javanese culture among the youths with different approaches.Dialectics of hegemony emerged in the representation of Javanese culture in their lyrics message which in one side they drifted to not want to pay attention to the practice of the basic rules of Javanese living society as a form of high culture that is difficult and complicated but still inspired by such view, norms and values. While in the another side, JHFembracedpopular culture by having candor, spontaneity and free expression as a form of modernityto criticizecontemporary society which were affected from outside the Java community, leaving a sense of solidarity, harmony and community ties in the social order that aimed."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dimas Aenurriza Dwi Zenanta
"Skripsi ini berisi pembahasan tentang ajaran-ajaran moral yang terkandung dalam Dongeng Si Bagus (DSB). Ajaran-ajaran moral disampaikan kepada generasi penerus untuk diamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Disampaikan dalam bentuk dongeng yang menarik dengan tujuan agar generasi penerus tertarik untuk membaca kemudian menangkap ajaran-ajaran moral yang berguna bagi kehidupan bermasyarakat serta tidak terkesan menggurui.
Penelitian ini bertujuan untuk menemukan ajaran-ajaran moral yang terkandung dalam DSB. Dengan teori hermeneutik penulis menggunakan jalan interpretasi untuk mengungkap ajaran-ajaran serta makna yang terkandung didalam DSB. Hasil analisis menyatakan terdapat sepuluh ajaran-ajaran moral dalam DSB. Ajaran-ajaran moral tersebut masih relevan dengan kehidupan di masa kini.

This undergraduate thesis discusses about moral guidance contained in the Dongeng Si Bagus (DSB). That moral guidance tells to the next generations to be applied in their daily life. It is told under the dongeng or tale format so that it will be interesting for the youth to read and get the moral guidance or lessons which will be useful for them in their social life.
This research's aim is to find the moral lessons contained in the DSB. By using the hermeneutic theory, the researcher has chosen the interpretation way to find the guidance and meanings contained in the DSB. The analysis result explains that there are ten moral lessons in the DSB, and those lessons are still relevant to be applied nowadays."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2009
S11732
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Febby Ramadani Putri
"ABSTRAK
Skripsi ini membahas unsur intrinsik pembangun novel Cinencang Lawe. Bagian dari unsur instrinsik diantaranya yakni plot, tokoh dan penokohan, latar, dan tema. Hasil analisis struktural dijadikan nilai moral kehidupan yang dituangkan ke dalam salah satu ungkapan Jawa. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif menggunakan metodologi yang dikemukakan oleh Nyoman Kutha Ratna. Hasil dari penelitian ini memberikan pembelajaran nilai moral melalui novel Cinencang Lawe. Penelitian ini dapat memberikan pengetahuan pada masyarakat umum mengenai salah satu peribahasa Jawa dalam bentuk ungkapan atau sering disebut unen-unen.

ABSTRACT
This thesis discusses the intrinsic element of the novel builder Cinencang Lawe. Part of intrinsic elements such as plot, character and character, background, and theme. The result of structural analysis is used as the moral value of life which is poured into one of Javanese idiom. This research is a qualitative research using the methodology proposed by Nyoman Kutha Ratna. The results of this study provide learning moral values through novel Cinencang Lawe. This study can provide knowledge to the general public about one of the Javanese proverbs in the form of expression or often called unen ndash unen."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Marcellina Brillian Capellita
"Musik merupakan bagian dari kehidupan manusia. Sebenarnya yang menarik dari musik adalah nada yang sering didendangkan. Namun biasanya, nada lagu selalu diikuti, dengan adanya lirik lagu. Lirik lagu ini, dapat juga dianggap sebagai puisi. Puisi merupakan bagian dari karya sastra. Puisi disukai oleh masyarakat karena permainan kata. Ciri khas puisi adalah bentuknya fisiknya yang berbeda dari prosa.  Dalam sebuah puisi pengarang dapat menyampaikan keinginannya dengan cara permainan kata. Masyarakat menikmati permainan kata tersebut sesuai dengan keinginannya masing-masing. Masyarakat pada umumnya memiliki pendapat sendiri terhadap puisi yang dibacanya.  Tujuan riset kecil ini, pertama adalah untuk mengangkat kritik sosial dan pesan sosial yang tersirat melalui lirik lagu Jogja Ora Didol karya Jogja Hiphop Foundation. Kedua, untuk menunjukan bahwa puisi merupakan alat yang ampuh untuk menyampaikan pendapat, karena bentuknya yang tidak kaku. Penyampaian pendapat melalui puisi ini, tentunya menarik perhatian masyarakat. Penyair memanfaatkan jalinan kosa kata dan permainan kata untuk menuliskan kritik terhadap pihak yang dituju. Dengan kata lain penyair melalui puisi melakukan `pemberontakan` terhadap apa yang dilihatnya di masyarakat melalui jaringan kata-kata dalam puisi. Melalui sudut pandangnya yang kritis penyair mengutarakan pendapat sambil bernyanyi. Kebaruan dari riset ini adalah membuka sesuatu cakrawala yang berbeda, dari dunia analisis puisi yang sudah biasa dilakukan.

Music is a part of human's life. Actually, what makes music interesting is the fact that the tone sung melodically. The tone in the music is often followed by song lyrics. The lyrics of the song, can also be considered poetry. Poetry is a part of literary work. Poetry is loved dearly by society because of word play. The characteristic of poetry is its literary form that is different from prose. In a poem, the author can convey his wishes by way of word play. People enjoy the word play according to their wishes. People in general have their own opinions about the poetry they read. The purposes of this research are, 1) to raise social criticism and social messages implied by the lyrics of Jogja Ora Didol composed by Yogya hiphop foundation, and 2) to show that poetry is a powerful tool for expressing opinions, because the form is not rigid. Submission of opinions through this poem certainly attracts the attention of the public. Poets use vocabulary and word games to write criticism of the intended party. In other words, poets through poetry do `rebellion` or `rebellious act` towards what the poets saw in the community through the words in poetry. Through his critical point of view, the poet express their opinions while singing. The novelty of this research is to open up a different horizon, from the world of poetry analysis that is commonly done."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2019
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>