Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 188239 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sihombing, Emelia Sekarwati
"Pandemi COVID-19 telah mempengaruhi ketenagakerjaan di Indonesia selama tahun 2020, terutama bagi seluruh tenaga kerja yang terkena PHK. Hal ini berimplikasi mendesak terhadap penurunan kualitas sumber daya manusia dalam jangka waktu yang tidak ditentukan. Untuk menjaga kualitas sumber daya manusia, pemerintah telah meluncurkan berbagai program pelatihan seperti Kartu Pra-Kerja dan beasiswa pelatihan dengan pihak swasta. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh pelatihan terhadap status dipekerjakan kembali tenaga kerja yang di-PHK akibat pandemi COVID-19 di Indonesia. Penelitian ini menggunakan analisis regresi logistik biner untuk menganalisis total sampel data 3.709 individu dari Survei Angkatan Kerja Nasional (SAKERNAS) tahun 2020. Analisis menggunakan variabel bebas pelatihan, umur, pendidikan, jenis kelamin, status perkawinan, dan tempat tinggal. Variabel terikat menggunakan status pekerjaan berdasarkan standar BPS. Hasil penelitian menemukan bahwa pelatihan memiliki pengaruh terhadap status dipekerjakan kembali tenaga kerja yang di-PHK akibat pandemi COVID-19 di Indonesia. Bahkan setelah dikontrol terhadap pengaruh umur, umur kuadrat, pendidikan, jenis kelamin, status perkawinan, dan tempat tinggal. Probabilitas bekerja lebih tinggi untuk yang berumur 15-24 tahun, berpendidikan sekolah dasar, berjenis kelamin laki-laki, pernah kawin, dan tinggal di pedesaan.

The COVID-19 pandemic has affected employment in Indonesia during 2020, especially for all workers who have been laid off. This has urgent implications for the decline in the quality of human resources in an indefinite period of time. To maintain the quality of human resources, the government has launched various training programs such as Pre-Employment Cards and training scholarships with private parties. This study aims to study the effect of training on the re-employment status of workers who were laid off due to the COVID-19 pandemic in Indonesia. This study uses binary logistic regression analysis to analyze a total data sample of 3,709 individuals from the 2020 National Labor Force Survey (SAKERNAS). The analysis uses the independent variables of training, age, education, gender, marital status, and place of residence. The dependent variable uses employment status based on BPS standards. The results of the study found that training had an influence on the re-employment status of workers who were laid off due to the COVID-19 pandemic in Indonesia. Even after controlling for the effect of age, age squared, education, gender, marital status, and place of residence. The probability of working is higher for those aged 15-24 years, with elementary school education, male, ever married, and living in rural areas.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan BIsnis Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bintang Satyahutama
"Pandemi COVID-19 yang mulai terjadi pada Maret 2020 di Indonesia bukan hanya krisis kesehatan, tetapi juga menyebabkan krisis ketenagakerjaan. Dengan menggunakan data Survei Angkatan Kerja Nasional (SAKERNAS) Agustus 2020, data kasus kumulatif COVID-19 dan kebijakan PSBB, studi ini mencoba untuk membuat analisis mengenai asosiasi pada kasus COVID-19, kebijakan PSBB, serta karakteristik pekerjaan utama terhadap probabilitas menjadi pengangguran terbuka, temporary absent worker, dan/atau mengalami penurunan total jam kerja individu di Indonesia. Sampel dalam studi ini adalah 541.655 individu usia kerja yang termasuk angkatan kerja. Analisis menggunakan metode regresi logistik menunjukkan bahwa peningkatan kasus COVID-19 dan diterapkannya kebijakan PSBB di kabupaten atau kota di Indonesia berdampak signifikan pada peningkatan peluang individu untuk menjadi pengangguran dan mengalami penurunan total jam kerja, tetapi dampaknya tidak signifikan terhadap status temporary absent worker individu. Kebijakan PSBB meningkatkan peluang individu tergolong pengangguran sebesar 0,9% dan mengalami penurunan total jam kerja sebesar 2,7%. Studi ini juga menemukan individu yang bekerja di tempat keramaian dan/atau bekerja di sektor non esensial memiliki peluang yang lebih tinggi untuk tergolong sebagai temporary absent worker dan mengalami penurunan total jam kerja. Selain itu, melalui studi ini dapat juga disimpulkan bahwa individu yang berstatus pekerja informal dan/atau memiliki kapabilitas bekerja dari rumah memiliki peluang yang lebih tinggi untuk mengalami penurunan total jam kerja, tetapi memiliki peluang yang lebih rendah untung tergolong sebagai temporary absent worker. Studi ini berkesimpulan bahwa pandemi COVID-19 mendisrupsi dan berdampak negatif terhadap sektor ketenagakerjaan di Indonesia, dengan dampak yang heterogen tergantung dari karakteristik pekerjaan dan sosiodemografis individu.

The COVID-19 pandemic that began in March 2020 in Indonesia was not only a health crisis, but also caused an employment crisis. Using the August 2020 National Labor Force Survey (SAKERNAS) data, COVID-19 cases data and PSBB policies, this study aims to examine the associations between COVID-19 cases, PSBB policies, as well as main job characteristics and the probability of being unemployed, temporary absent workers, and/or decrease in the total working hours of individuals in Indonesia. The sample in this study is 541,655 working age individuals who are included in the workforce. Analysis using the logistic regression method shows that the increase in COVID-19 cases and the implementation of the PSBB policy in districts or cities in Indonesia have a significant impact on increasing individual probability to become unemployed and experience a decrease in total working hours, but the impact is not significant on individual temporary absent worker status. The PSBB policy increased the probability for individuals to be classified as unemployed by 0.9% and to experience decreased total working hours by 2.7%. This study also found that individuals who work in crowded places and/or work in non-essential sectors have a higher chance of being classified as temporary absent workers and experience a decrease in total working hours. In addition, through this study, it can also be concluded that individuals who are informal workers and/or have the capability to work from home have a higher probability of experiencing a decrease in total working hours, but have a lower probability of being classified as a temporary absent worker. This study concludes that the COVID-19 pandemic has disrupted and negatively impacted the employment sector in Indonesia, with heterogeneous impacts depending on the individual's occupational and sociodemographic characteristics."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bintang Fitra Fahren
"Mobilitas transportasi pekerja komuter Bogor-DKI Jakarta menyumbang jejak karbon ke udara setiap harinya. Namun, Selama pandemi COVID-19 terjadi penurunan jejak karbon dari sektor transportasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai jejak karbon yang dihasilkan oleh pekerja komuter Bogor-DKI Jakarta sebelum dan selama pandemi COVID-19, hotspot jejak karbon pekerja komuter Bogor-DKI Jakarta, dan rekomendasi yang dapat diberikan untuk mengurangi jejak karbon tersebut. Data pekerja komuter didapatkan melalui kuesioner yang disebar melalui tiga tahap, yaitu disebar melalui orang terdekat, diberikan kepada pekerja komuter di berbagai jenis transportasi umum langsung, dan disebarkan melalui sosial media (Instagram dan Twitter). Perhitungan jejak karbon dilakukan menggunakan metode emisi faktor berbasis bahan bakar. Diketahui bahwa total jejak karbon yang dihasilkan adalah 7.008,1 kgCO2eq/bulan sebelum pandemi dan 4.647,4 kgCO2eq/bulan selama pandemi dan Hotspot jejak karbon secara keseluruhan adalah pada skenario 1. Uji korelasi yang digunakan pada penelitian ini adalah korelasi Pearson. Dari uji korelasi tersebut diketahui bahwa faktor yang paling berkorelasi pada penelitian ini adalah frekuensi berkendara. Untuk menurunkan jejak karbon yang diemisikan oleh pekerja komuter dapat menerapkan sistem remote working, menggunakan energi terbarukan pada transportasi seperti energi surya, menggunakan kendaraan umum, dan melakukan uji emisi kendaraan.

The mobility of commuter workers from Bogor to DKI Jakarta contributes to the carbon footprint released into the air every day, but during the COVID-19 pandemic, there was a decline in the carbon footprint from the transportation sector. This study aims to determine the value of the carbon footprint generated by the Bogor-DKI Jakarta commuter workers before and during the COVID-19 pandemic, the hotspots for the carbon footprint of the Bogor-DKI Jakarta commuter workers and give recommendations to reduce the carbon footprint. The data for commuter workers was obtained through a questionnaire distributed in three stages: distributed to the closest relatives, given directly to commuter workers in various types of public transportation, and distributed through social media (Instagram and Twitter). The formula used for carbon footprint calculation is the fuel-based emission factor method. It is known that the total carbon footprint generated was 7,008.1 kgCO2eq/month during the pandemic and 4,647.4 kgCO2eq/month and the overall carbon footprint hotspot was in the first scenario, namely with an average carbon footprint value of 105 kgCO2eq/month-person before COVID-19 pandemic and 69.9 kgCO2eq/month-person during COVID-19. The correlation test used in this study is the Pearson correlation. The correlation test has shown that the most correlated factor in this study is the frequency of commuting. To reduce the carbon footprint emitted by commuter workers, they can implement a remote working system, use renewable energy in transportation such as solar energy, use public transportation, and conduct vehicle emission tests."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dicky Wijaya Rahman
"Pandemi COVID-19 telah menyebar dan menginfeksi sebagian besar penduduk dunia. Penyebarannya cenderung sulit untuk dikendalikan sebab dapat ditularkan dengan mudah melalui interaksi manusia. Dengan belum adanya vaksin dan pengobatan yang efektif di masa awal pandemi, intervensi yang dapat dilakukan dalam upaya menghambat penyebaran virus adalah dengan menerapkan kebijakan karantina wilayah. Walaupun karantina wilayah mampu menekan laju penularan, implementasinya berpotensi menyebabkan penurunan ekonomi yang lebih tajam dari krisis akibat pandemi. Dalam upaya menurunkan dampak buruk karantina wilayah terhadap perekonomian, dibutuhkannya kebijakan pandemi lainnya, seperti testing, tracing, dan vaksin. Dengan adanya upaya penanganan pandemi yang lebih ramah biaya, penelitian ini akan mencoba menganalisis pengaruh kebijakan pandemi terhadap performa dan biaya ekonomi. Dalam penelitian ini, ditemukan bahwa keketatan karantina wilayah menurunkan performa ekonomi, sedangkan containment, morbiditas, business confidence, dan consumer confidence meningkatkan performa ekonomi. Nilai koefisien morbiditas yang positif terhadap performa ekonomi mengindikasi bahwa telah terjadi trade-off antara kesehatan dan perekonomian selama tahun 2020. Dalam konteks biaya ekonomi, penelitian ini menemukan bahwa tingkat keketatan karantina wilayah menurunkan biaya ekonomi (terdiri atas hilangnya PDB, biaya stimulus, dan utang), sedangkan containment, mortalitas, median age, dan indeks demokrasi meningkatkan biaya ekonomi.

The COVID-19 pandemic has spread and infected most of the world's population. Its spread tends to be difficult to control since it can be transmitted easily through human interaction. In the absence of an effective vaccine and treatment in the early days of the pandemic, the intervention that can be done in an effort to inhibit the spread of the virus is to implement a lockdown policy. Although lockdown is able to reduce the rate of transmission, its implementation has the potential to cause a sharper economic downturn than the crisis caused by the pandemic. In order to reduce the negative impact of lockdown on the economy, other pandemic policies are needed, such as testing, tracing, and vaccines. In an efforts to handle the pandemic that are more cost-friendly, this research tried to analyze the effect of pandemic policies on economic performance and costs. The research found that lockdown stringency reduces economic performance, while containment, morbidity, business confidence, and consumer confidence increase economic performance. The positive value of the morbidity coefficient on economic performance indicates that there has been a trade-off between health and the economy during 2020. In the context of economic costs, this research found that the lockdown stringency reduces economic costs (consisting of GDP loss, stimulus costs, and debt), while containment, mortality, median age, and democracy index increase economic costs."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Desi Wulandari
"Saat ini COVID-19 muncul sebagai masalah kesehatan global. COVID-19 adalah penyakit yang disebabkan oleh virus SARS-CoV2. Virus ini dirasakan di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Tingkat penularan dan penyebarannya yang relatif cepat menuntut pemerintah membuat suatu kebijakan guna memutus rantai penularan COVID-19. Pemerintah menerapkan Pembatasan Sosial Berskala Besar. Namun kebijakan ini berdampak terhadap seluruh bidang kehidupan masyarakat, salah satunya adalah perubahan sistem kerja yang dilakukan di rumah secara online atau dikenal dengan istilah work from home. Sistem ini membuat pekerja cenderung tidak memperhatikan kesehatan dan keselamatan kerja sehingga terbiasa dengan posisi duduk yang tidak ergonomis dan monoton dalam waktu yang lama. Hal ini berisiko menyebabkan gangguan kesehatan muskuloskeletal, yaitu nyeri punggung bagian bawah/ low back pain. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran kejadian low back pain pada tenaga kerja yang menjalani work from home di Jakarta Selatan. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif dengan desain cross-sectional. Subjek pada penelitian ini adalah tenaga kerja yang menjalani WFH di Jakarta Selatan yang terdiri dari 110 responden dengan menggunakan teknik pengambilan sampel yaitu purposive sampling. Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan instrumen Roland-Morris yang disebar secara online melalui media sosial. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 76 responden (69,1%) mengalami keluhan low back pain. Selain itu, hasil penelitian variabel lain menunjukkan bahwa usia responden berkisar antara 2551 tahun dengan jenis kelamin perempuan lebih banyak dibandingkan laki-laki. Responden dengan posisi duduk membungkuk berjumlah 44 orang (44,5%) dan 43 orang dengan posisi duduk tegak (39,1%). Diketahui rata-rata responden duduk selama 8-9 jam dalam satu hari dan responden melakukan aktivitas olahraga rata-rata 76,52 menit dalam seminggu.

Currently COVID-19 is emerging as a global health problem. COVID-19 is a disease caused by the SARS-CoV2 virus. This virus is felt all over the world, including Indonesia. The rate of transmission and its relatively fast spread requires the government to make a policy to break the chain of transmission of COVID-19. The government implements Large-Scale Social Restrictions. However, this policy has an impact on all areas of people's lives, one of which is the change in the work system that is carried out at home online or known as work from home. This system makes workers tend not to pay attention to occupational health and safety so they are accustomed to sitting positions that are not ergonomic and monotonous for a long time. This is at risk of causing musculoskeletal health problems, namely lower back pain. This study aims to describe the incidence of low back pain in workers who undergo work from home in South Jakarta. This study uses quantitative research methods with a cross-sectional design. The subjects in this study were workers who underwent WFH in South Jakarta which consisted of 110 respondents using a sampling technique, namely purposive sampling. Data collection was carried out using the Roland-Morris instrument which was distributed online through social media. The results showed that as many as 76 respondents (69.1%) experienced complaints of low back pain. In addition, the results of the study of other variables showed that the age of the respondents ranged from 2551 years with more women than men. Respondents with a bent sitting position amounted to 44 people (44.5%) and 43 people in an upright sitting position (39.1%). It is known that the average respondent sits for 8-9 hours in one day and the respondent does sports activities an average of 76.52 minutes a week."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Desprina Octaffiani
"Pandemi COVID-19 yang saat ini dihadapi oleh seluruh negara telah mengubah roda kehidupan pekerja di seluruh sektor. Menjaga performa kerja tetap dalam kualitas yang baik diperlukan dalam meningkatkan kinerja perusahaan. Salah satu cara yang dianggap penting untuk menjaga performa tenaga kerja adalah dengan adanya dukungan sosial secara sukarela yang diterima dari sesama rekan kerja atau yang disebut dengan Organizational Citizenship Behavior (OCB). Penelitian ini menguji pengaruh kepuasan kerja dan religiositas terhadap perilaku OCB. Dengan teknik pengambilan sampel purposive sampling menghasilkan total responden sebanyak 416 pekerja yang berdomisili di Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jakarta dan Jawa Barat). Data penelitian dianalisis menggunakan PLS-SEM (Partial Least Square-Structural Equation Model) dengan perangkat lunak SmartPLS. Hasil penelitian ini tidak dapat membuktikan pengaruh langsung religiositas terhadap perilaku OCB tenaga kerja. Selain itu, dalam kondisi pandemi COVID-19 yang mengharuskan sebagian besar tenaga kerja untuk bekerja dengan sistem Work From Home (WFH) nyatanya tidak menunjukkan pengaruh yang signifikan pada hubungan religiositas terhadap perilaku OCB, sedangkan pekerja Work From Office (WFO) terbukti lebih menunjukkan perilaku OCB yang dipengaruhi oleh tingkat religiositasnya. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi gambaran pentingnya meningkatkan kepuasan kerja yang membuat tenaga kerja merasa lebih bersedia dan sadar untuk melakukan perbuatan tolong menolong kepada sesama rekan kerja selama pandemi COVID-19.

Pandemic COVID-19 that is currently being faced by all countries has changed the wheels of workers' lives in all sectors. Keeping work performance in good quality is needed in improving company performance. One way that is considered important to maintain the performance of the workforce is by voluntary social support received from co-workers or what is called Organizational Citizenship Behavior (OCB). This study examines the effect of job satisfaction and religiosity on OCB behavior. With purposive sampling technique, the total number of respondents is 416 workers who live in Bogor, Depok, Tangerang, and Bekasi (Jakarta and West Java). Data were analyzed using PLS-SEM (Partial Least Square-Structural Equation Model) with software SmartPLS. This study does not prove the direct influence of religiosity on the OCB’s employee. In addition, in the pandemic situation, which requires most of the employees to work with the Work From Home (WFH) system, it does not show a significant effect on the relationship of religiosity to OCB behavior, while Work From Office (WFO) workers are proven to show more helping behavior that influenced by the level of their religiosity. This research is expected to be an illustration how important for increasing job satisfaction that will makes the workers more aware and willing to take actions to help co-workers during the COVID-19 pandemic."
Jakarta: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2021
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alisha Farizka Nadhirani
"Pandemi COVID-19 yang berlangsung dari awal tahun 2020 ini telah menyebabkan banyak terbitnya kebijakan-kebijakan baru seperti mewajibkan pekerja yang awalnya work from office menjadi bekerja di rumah. Selain itu, adanya pola hidup yang berubah sehingga menyebabkan meningkatnya pekerjaan tidak dibayar bagi wanita yang bekerja. Perubahan pada situasi pekerjaan ini menambah beban ganda wanita sehari-harinya, sehingga kemungkinan wanita untuk mangkir dari kerja dan mengalami gejala depresi meningkat. Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh perubahan situasi pekerjaan wanita terhadap produktivitas wanita berdasarkan hari mangkirnya dan kesehatan mental berdasarkan adanya potensi gejala depresi. Temuan dari penelitian ini menjelaskan bahwa perubahan situasi pekerjaan berupa penurunan gaji membuat wanita berpeluang untuk tidak mangkir dari kerjanya. Selain itu, pergantian pekerjaan berpotensi menaikkan gejala depresi wanita. Wanita yang belum kawin dan belum memiliki anak juga lebih rentan untuk mengalami gejala depresi.

The COVID-19 pandemic that has been going on since the beginning of 2020 has led to the issuance of many new policies, such as requiring workers who initially work from office to work at home. In addition, there is a changing lifestyle that causes an increase in unpaid work for working women. These changes in work situations add to the double burden of women on a daily basis, so that women are more likely to be absent from work and experience symptoms of depression. This study aims to examine the effect of changes in women's work situations on women's productivity based on days absent and mental health based on the potential for symptoms of depression. The findings of this study explain that changes in the work situation in the form of a decrease in salary make women have the opportunity not to be absent from work. In addition, job change has the potential to increase women's depressive symptoms. Women who are not married and have not had children are also more prone to experiencing symptoms of depression."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Resty Sopiyono
"Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) usia muda di Indonesia tertinggi kedua (19,68 persen) dibandingkan sebelas negara Association of Southeast Asian Nations (ASEAN) pada tahun 2018. TPT usia 15-24 tahun pada tahun 2018 hampir empat kali TPT total. Pengangguran memberikan dampak yang luas, baik bagi negara, bagi penganggur itu sendiri, dan juga bagi masyarakat. Dibandingkan dengan penganggur usia yang lebih tua, remaja sangat rentan terhadap dampak negatif pengangguran. Pengangguran yang terjadi pada orang tua dapat menyebabkan transmisi antargenerasi kepada anaknya. Pengangguran orang tua dapat mengurangi investasi orang tua pada anak-anak mereka yang mengarah pada penurunan pencapaian pendidikan dan penurunan prospek pekerjaan ketika dewasa. Penelitian ini bertujuan mempelajari pengaruh orang tua yang menganggur pada masa kanak-kanak terhadap penggangguran usia muda dengan menggunakan data Indonesian Family Life Survey (IFLS) tahun 2007 dan 2014.
Hasil regresi multinomial logistik menunjukkan bahwa status pengangguran ayah di masa kanak-kanak berpengaruh secara signifikan hanya pada kuintil pendapatan 40 persen terendah. Anak yang ayahnya menganggur ketika mereka berumur 8-17 tahun lebih cenderung menjadi pengangguran di usia muda daripada keluar dari angkatan kerja. Hal ini menunjukkan adanya transmisi pengangguran antargenerasi pada rumah tangga dengan kelompok ekonomi rendah.

The youth unemployment rate in Indonesia is the second highest (19,68 percent) among the Association of Southeast Asian Nations (ASEAN) countries in 2018. Indonesian youth unemployment rate in 2018 is almost four times the total unemployment rate. Unemployment has broad effects, for the country, for the unemployed themselves, and also for society. Compared to older unemployed, youth are very vulnerable to the negative effects of unemployment. Unemployment that occurs in parents can cause intergenerational transmission to their children. Parental unemployment can reduce parental investment in their children which leads to a decrease in educational attainment and a decrease in employment prospects as adults. This study aims to investigate the effects of unemployed parents in childhood on youth unemployment using the 2007 and 2014 Indonesian Family Life Survey (IFLS) data.
The results of multinomial logistic regression indicate that fathers unemployment status in childhood age of youth, only significantly affects the youth unemployment status in the lowest 40 percent income group. Children whose father was unemployed in their childhood age, are more tend to be unemployed at young age instead of being out of the labor force. This shows the existence of intergenerational unemployment transmission in households with low economic group."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2020
T54944
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Kartika Cendrasari
"Seperti umumnya negara-negara berkembang, Indonesia ditandai dengan kelebihan tenaga kerja atau labor surplus economy. Hal ini berarti bahwa jumlah angkatan kerja yang ada lebih banyak dari kesempatan kerja yang tersedia, oleh karena itu maka sebagian angkatan kerja terpaksa tidak dapat memperoleh pekerjaan (penganggur) atau sebagian sudah bekerja tetapi belum berdaya guna secara optimal (setengah penganggur). Namun demikian angka pengangguran di Indonesia relatif kecil apabila dibandingkan dengan negara-negara maju yang memberlakukan sistim tunjangan sosial. Di Indonesia, tidak adanya tunjangan dari pemerintah menyebabkan angkatan kerja yang menganggur apabila tidak mendapat dukungan finansial dari keluarganya atau diri sendirinya, sangat kecil kemungkinan mereka untuk berdiam diri tanpa menghasilkan sesuatu. Akibatnya mereka bersedia bekerja apapun walaupun dengan penghasilan yang sedikit, sehingga angka pengangguran terbuka di Indonesia relatif kecil.
Bagi masyarakat Indonesia, pendidikan merupakan sesuatu yang mahal, hanya keluarga yang relatif kaya yang mampu menyekolahkan anaknya ke tingkat yang lebih tinggi, sehingga umumnya tenaga kerja terdidik datang dari keluarga berada. Apabila suatu keluarga mampu menyekolahkan anaknya ke Perguruan Tinggi, biasanya keluarga tersebut akan mampu membiayai anakanya menganggur dalam proses mecari kerja. Maka tidak mengherankan apabila kelompok tenaga kerja terdidik yang mampu menjadi full timer dalam mencari pekerjaan. Sebaliknya pencari kerja tak terdidik biasanya datang dari keluarga kurang mampu dimana tidak mampu membiayai masa menganggur lebih lama, sehingga mereka terpaksa harus menerima bekerja apa saja. Dalam studi ini dengan menggunakan data Sakerti tahun 1993 diperoleh hasil bahwa dilihat dari jenis kelamin tanpa variabel kontrol ternyata proporsi pengangguran perempuan lebih besar dibandingkan laki-laki. Janis kelamin mempunyai pengaruh yang cukup berarti terhadap menganggurnya seseorang. Perempuan mempunyai resiko menganggur lebih tinggi dibandingkan laki-laki. Dan bila dikontrol dengan variabel tempat tinggal, proporsi penganggur perempuan lebih banyak di pedesaan dibandingkan di perkotaan, demikian pula dengan laki-laki.
Dilihat dari kelompok umur tanpa menggunakan variabel kontrol, ternyata proporsi penganggur yang berusia 35 tahun keatas lebih besar dibandingkan kelompok umur yang lain. Mereka yang berusia 35 tahun keatas mempunyai resiko menganggur lebih tinggi dibandingkan yang berusia muda. Setelah dikontrol dengan variabel tempat tinggal, ditemukan bahwa baik di perkotaan maupun pedesaan proporsi penganggur yang berusia 35 tahun keatas lebih besar dibandingkan yang berusia lebih muda.
Ditinjau dari segi pendidikan, tanpa menggunakan variabel kontrol, mereka yang berpendidikan SD/Tidak Sekolah mempunyai resiko menganggur lebih besar dibandingkan yang berpendidikan di atasnya. Dengan menggunakan variabel kontrol tempat tinggal, terlihat di perkotaan resiko menganggur bagi yang berpendidikan tinggi (Diploma/universitas) lebih tinggi daripada yang berpendidikan dibawahnya, sedangkan di pedesaan resiko menganggur bagi yang berpendidikan SLTA lebih besar dibandingkan tingkat pendidikan yang lainnya. Bila dilihat dari segi status perkawinan tanpa memperhatikan variabel tempat tinggal, ternyata mereka yang kawin resiko menganggurnya lebih tinggi dibandingkan yang belum kawin. Namun bila dikontrol dengan variabel tempat tinggal diperoleh hasil bahwa tidak terdapat perbedaan yang berarti antara proporsi penganggur yang berstatus kawin dengan yang berstatus kawin.
Dilihat dari pengalaman kerja tanpa memperhatikan variabel tempat tinggal, terlihat bahwa proporsi penganggur yang belum pernah bekerja lebih tinggi dibandingkan dengan yang pernah kerja. Pengalaman kerja mempunyai pengaruh yang cukup berarti terhadap menganggurnya seseorang. Mereka yang belum pernah kerja sebelumnya mempunyai resiko untuk menganggur dibandingkan dengan yang berpengalaman kerja. Dengan mengontrol variabel tempat tinggal diperoleh hasil bahwa di perkotaan mereka yang berpengalaman kerja mempunyai resiko menganggur lebih kecil dibandingkan dengan yang belum pernah bekerja sebelumnya, pals yang sama ditemui di pedesaan. Dari segi pendapatan keluarga tanpa atau dengan memperhatikan variabel kontrol, ditemukan bahwa pendapatan keluarga tidak mempunyai pengaruh yang cukup berarti terhadap menganggurnya seseorang."
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2000
T1196
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Triyana Iskandarsyah
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>