Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 166991 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Hardini Puspitaningrum
"Padi yang dapat dibudidayakan di lahan kering diperlukan untuk meningkatkan ketahanan pangan. Analisis morfologis dan molekuler merupakan salah satu cara untuk mengetahui toleransi tanaman terhadap kekeringan. Penelitian ini bertujuan menentukan varietas padi yang tahan kekeringan melalui analisis morfologis serta molekuler. Sampel yang digunakan terdiri dari INPARI 32, INPARI 42, Pare Bakato Kaka, dan Pare Lambem yang ditumbuhkan pada dua perlakuan yaitu kontrol dan kekeringan (germinasi pada PEG 6000 20% dan modifikasi penyiraman). Hasil penelitian menunjukkan bahwa persentase perkecambahan, bobot radikula, dan rata-rata jumlah daun (35 HST) pada tiap varietas tergolong toleran, sementara itu untuk skor kelengkungan daun diketahui bahwa Pare Lambem menunjukkan kondisi daun yang tergolong agak peka (skor 5), sedangkan tiga varietas lain tergolong kategori toleran (skor 1). Data tinggi tanaman serta panjang daun pada 7 HST dan 35 HST menunjukkan pola hasil yang sama, yakni Pare Lambem berbeda signifikan pada perlakuan kontrol dan kekeringan berdasarkan uji t (kategori peka), sementara varietas lain termasuk kategori toleran. Berdasarkan tujuh parameter uji, diperoleh kategori toleransi total. Pare Lambem tergolong kategori agak toleran (42,8%), sedangkan varietas lain tergolong kategori toleran (85,7%). Hasil analisis molekuler menunjukkan bahwa fragmen OsDREB2A terdapat pada varietas uji serta memiliki homologi 100% dengan sekuens DREB2A dari kultivar Pokkali. Mutasi sekuens tidak ditemukan pada urutan nukleotida maupun asam amino dari sampel varietas uji terhadap spesies pembanding. Struktur protein pada sampel uji menunjukkan kemiripan dengan model protein dari kultivar Pokkali. Varietas Jawa (peka) menunjukkan perbedaan sekuens nukleotida, asam amino, dan struktur protein terhadap kultivar Pokkali dan sampel uji.

Rice that can be grown in dry land is needed to increase food security. Morphological and molecular analysis are mechanisms to determine the drought tolerance level of plants. This study aims to determine drought-resistant rice varieties through morphological and molecular analysis. The samples used consisted of INPARI 32, INPARI 42, Pare Bakato Kaka, and Pare Lambem grown in two treatments (control and drought treatment (PEG 6000 20% and water modification)). The results showed that the percentage of germination, radicle weight, and the average number of leaves (35 DAP) in each variety belonged to the tolerant category, while for the leaf curvature scores, it was known that Pare Lambem showed a leaf condition that was classified as sensitive category (score 5), while the other three varieties belonged to the tolerant category (score 1). Data on plant height and leaf length at 7 DAP and 35 DAP showed the same yield pattern, namely Pare Lambem was significantly different in the control and drought treatment samples based on the t-test (sensitive category), while other varieties were in the tolerant category. Based on the seven test parameters, the total tolerance category was obtained. Pare Lambem was classified into the slightly tolerant category (42.8%), while other varieties were classified as tolerant (85.7%). The molecular analysis results showed the presence of OsDREB2A in all tested varieties also had 100% homology with DREB2A sequences from the Pokkali. Sequence mutations were not found in the nucleotide or amino acid sequences of the tested samples against the comparison species. The protein structures of the tested samples showed similarities to the protein model of the Pokkali cultivar. The Java variety (sensitive) showed differences in nucleotide sequences, amino acids, and protein structure against Pokkali and tested samples."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yuliza
"Kekeringan adalah salah satu faktor stres abiotik yang mengurangi produktivitas padi di Indonesia. OsDREB2A adalah anggota subfamili DREB dari faktor transkripsi AP2/ERF dan berperan dalam mengatasi stres kekeringan dengan langsung mengikat elemen DRE untuk mengatur ekspresi gen di hilir. Namun, penelitian lebih lanjut masih diperlukan untuk mengamati setiap gen OsDREB2A pada varietas padi lokal Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi gen OsDREB2A pada beberapa varietas padi lokal Indonesia, yaitu dari Jawa (Ciherang, Situ Bagendid, Way Apo), Kalimantan (Beras Hitam), Aceh (Sigupai). DNA diisolasi dari daun masing-masing varietas, diamplifikasi menggunakan PCR, kemudian dielektroforesis dan disekuensing. Data sekuensing dianalisis menggunakan DNA Baser, BioEdit dan kemudian divisualisasikan menggunakan server SWISS-MODEL, Database Proyek Anotasi Genom Padi, dan alat peta kromosom. Hasil penelitian menunjukkan bahwa lima sampel memiliki cakupan query 100% dengan sekuens kultivar OsDREB2A Pokkali (KU159743.1), persentase identitas yang mirip 99,86% dibandingkan dengan kultivar R180 dan 99,62% dibandingkan dengan kultivar Nona Bokra. Perbedaan dalam struktur asam amino sembilan sampel dibandingkan dengan kultivar pembanding terletak pada panjang struktur ekor. Struktur asam amino masing-masing kultivar mengacu pada kromosom 1 pada lokus LOC_Os01g07120.

Drought is one of the abiotic stress factors that reduces rice productivity in Indonesia. OsDREB2A is a member of the DREB subfamily of AP2/ERF transcription factors and participates in drought stress by directly binding to DRE elements to regulate downstream gene expression. However, further research is still needed to observe each OsDREB2A gene in local Indonesian rice varieties. This research aims to explore the OsDREB2A gene in several local Indonesian rice varieties, namely from Java (Ciherang, Situ Bagendid, Way Apo), Kalimantan (Black Rice), Aceh (Sigupai). DNA was isolated from the leaves of each variety, amplified using PCR, and then electrophoresed and sequenced. Sequencing data were analyzed using DNA Baser, BioEdit and then visualized using the SWISS-MODEL server, Rice Genome Annotation Project Database, and chromosome map tools. The results showed that five samples had 100% query cover with the Pokkali OsDREB2A (KU159743.1) cultivar sequence, 99.86% similar percent identity compared to cultivar R180 and 99.62% similar percent identity compared to cultivar Nona Bokra. The difference in the amino acid structure of the nine samples compared to comparison cultivars lies in the length of the tail structure. The amino acid structure of each cultivar refers to chromosome 1 at the LOC_Os01g07120 locus."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shela Emilia Permatasari
"Setiap varietas tanaman padi memiliki perbedaan tingkatan toleransi terhadap cekaman ferrous ion (Fe2+) dan memicu toksisitas Fe dan kerusakan oksidatif pada padi. Perbedaan ketahanan toleransi cekaman Fe disebabkan karena adanya tingkat regulasi ekspresi yang berbeda pada gen OsFER yang dapat ditemukan pada kromosom 11 dan 12. Analisis molekuler dari identifikasi genom hingga profil ekspresi gen OsFER dalam merespons cekaman Fe dan oksidatif dilakukan terhadap beberapa varietas padi. DNA genom dari ke delapan varietas padi (Impari 42, Cupatmangu, Situbagendid, Wayapo, Kangkung, Sigupai, Ciherang dan Sunggal.) diisolasi dan dilakukan amplifikasi PCR menggunakan primer OsFER2. Hasilnya menunjukkan kesamaan 100% karakteristik OsFER pada semua varietas padi yang dipelajari di kromosom 11 (LOC_Os11g01530) dan kromosom 12 (LOC_Os12g01530). Namun, struktur protein lengkap kompleks ferritin hanya ditemukan pada kromosom 12, sedangkan pada kromosom 11 hanya terdapat sebagian area alfa-helix OsFER dengan situs aktif (asam glutamat, tirosin) yang membentu ferooxsidase diiron centre. Analisis ekspresi relatif gen OsFER dilakukan terhadap varietas Kangkung dan Sunggal pada lima kondisi perlakuan cekaman FeSO4 dan cekaman oksidatif menggunakan H2O2 (FeSO4 300ppm, FeSO4 600ppm, H2O2 30mM, H2O2 60mM, dan kombinasi FeSO4 300ppm dan H2O2 30mM) yang diterapkan pada varietas Kangkung (toleran) dan Sunggal (rentan). Perhitungan ekspresi gen relatif menggunkan teknik amplikasi cyclic menggunakan qPCR. Persentase efisiensi gen OsFER Ch.11, OsFER Ch.12 dan GAPDH sebesar 93%, 105% dan 96%. Pada varietas Kankung, rasio ekspresi gen OsFER lebih tinggi secara signifikan pada OsFER Ch. 12 daripada OsFER Ch. 11. Gen OsFER Ch.12 diekspresikan paling tinggi pada kondisi cekaman Fe dengan nilai 1,329 pada FeSO4 300ppm dan 1,207 pada FeSO4 600ppm. Sebaliknya OsFER Ch. 11  justru di represi dengan nilai 0,717 dan 0,704. Sedangkan pada varietas Sunggal tidak menunjukkan perubahan signifikan pada ekspresi gen baik pada OsFER Ch.11 maupun OsFER Ch.12 dalam kondisi stres. Temuan ini menunjukkan bahwa ekspresi OsFER Ch.12 yang lebih tinggi pada varietas Kangkung berkontribusi terhadap peningkatan toleransi terhadap cekaman Fe2+ dibandingkan dengan varietas Sunggal yang lebih rentan. Diferensiasi regulasi  ekspresi gen OsFER memberikan potensi untuk memahami perbedaan mekanisme toleransi di antara varietas padi terhadap cekaman Fe2+ dan kerusakan oksidatif.

Rice varieties exhibit varying tolerance levels to ferrous ion (Fe2+ )stress, which can lead to Fe toxicity and oxidative damage. This differential tolerance is attributed to differences in the regulation of OsFER gene expression. OsFER genes are located on chromosomes 11 and 12 and play a crucial role in iron sequestration and detoxification.This study investigated the molecular basis of OsFER gene from genome identification until the expression profile of OsFER in response to Fe2+ stress and oxidative damage in some rice varieties. Genome identification of eight rice varieties (Impari 42, Cupatmangu, Situbagendid, Wayapo, Kangkung, Sigupai, Ciherang dan Sunggal) was done by using PCR and OsFER target gene and continued into sequence analysis. The results show that all rice varieties studied have 100% alignment similarity and OsFER characteristics on chromosome 11 at LOC_Os11g01530 and chromosome 12 at LOC_Os12g01530, which have striking differences. The complex's complete protein structure is found on Ch. 12, while only a portion of alpha-helix is on OsFER Ch.11 containing active sites polypeptide situs aktif Glutamic Acid (E) Tyrosin (Y) and built the Ferroxidase diiron centre. The relative gene expression was applied  in two rice varieties: Kangkung (tolerant) and Sunggal (sensitive) under FeSO4 stress and oxidative stress induced by H2O2 treatment conditions: FeSO4 300ppm, FeSO4 600ppm, H2O2 30mM, H2O2 60mM, and combination of FeSO4 300ppm and H2O2 30mM. Relative gene expression was quantified using real-time quantitative PCR (qPCR). The amplification efficiency of OsFER Ch.11, OsFER Ch.12, and GAPDH was determined to be 93%, 105%, and 96%.In the Kangkung variety, the expression ratio of OsFER genes was significantly higher for OsFER Ch.12 compared to OsFER Ch.11. OsFER Ch.12 expression was highest under Fe2+ stress conditions, with values of 1.329 at 300 ppm FeSO4 and 1.207 at 600 ppm FeSO4. Conversely, OsFER Ch.11 expression was repressed under these conditions, with values of 0.717 and 0.704, respectively. In contrast, under stress conditions, the Sunggal variety did not exhibit significant changes in gene expression for either OsFER Ch.11 or Ch.12.These findings suggest that the higher expression of OsFER Ch.12 in the Kangkung variety contributes to its enhanced tolerance to Fe2+ stress compared to the more susceptible Sunggal variety. Differences in the regulation of OsFER gene expression have the potential to provide insight into differences in the mechanisms of tolerance to Fe2+ stress and oxidative damage between rice varieties."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Khalifah Insan Nur Rahmi
"El-Nino tahun 2019 menyebabkan penurunan curah hujan hingga kekeringan lahan yang menyebabkan puso di lahan pertanian. Penelitian ini bertujuan memodelkan kekeringan meteorologi, vegetasi, dan hidrologi di daerah terdampak kekeringan yaitu di Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah. Kedua, memodifikasi model kekeringan dari Indeks Rawan Kekeringan (IRK) menjadi Indeks Rawan Kekeringan Regional (IRKR). Ketiga menganalisis spasial IRKR Kebumen dan membandingkannya degan hasil produksi padi. Tiga jenis kekeringan diekstraksi dari indeks penginderaan jauh yaitu Standardized Precipitation Index-3 (SPI-3), Vegetation Health Index (VHI), dan Soil Moisture Index (SMI) berbasis cloud computation Gooogle Earth Engine (GEE). Data yang digunakan adalah CHIRPS tahun 1981-2020, Landsat-8 tahun 2019 dan 2020, dan Citra Satelit Resolusi Tinggi (CSRT) Maxar 2019 dan 2020. Metodologi untuk mengkombinasikan tiga jenis kekeringan yaitu Multiple Criteria Analysis (MCA). Kekeringan meteorologi, vegetasi, dan hidrologi merepresentasikan kekeringan dari aspek curah hujan, stress vegetasi, dan kandungan air tanah dan permukaan. Model IRKR memodifikasi model IRK dalam hal data input, proses pengolahan, dan pembobotan variabel untuk level pemetaan kabupaten/kota dengan akurasi 84,6%. El-Nino menyebabkan kekeringan lebih luas mencapai 10.997 Ha di periode Nov-Des-Jan 2019 daripada 2020. Kekeringan mendominasi wilayah pesisir dengan bentuk lahan fluvio-marine pada sawah tadah hujan. Kekeringan menyebabkan penurunan luas panen tetapi tidak mempengaruhi hasil produksi padi.

The 2019 El-Nino caused a decrease in rainfall to land drought which caused puso in agricultural land. This study aims to model meteorological drought, vegetation, and hydrology in drought areas, namely in Kebumen Regency, Central Java. Second, modifying the drought model from the Drought Hazard Index (IRK) to the Regional Drought Hazard Index (IRKR). The third is to analyze the spatial IRKR of Kebumen and compare it with the yield of rice production. Three types of drought were extracted from the remote sensing index, namely Standardized Precipitation Index-3 (SPI-3), Vegetation Health Index (VHI), and Soil Moisture Index (SMI) based on cloud computing Gooogle Earth Engine (GEE). The data used are CHIRPS 1981-2020, Landsat-8 in 2019 and 2020, and Maxar High Resolution Satellite Imagery (CSRT) 2019 and 2020. The methodology for combining three types of drought is Multiple Criteria Analysis (MCA). Meteorological, vegetation, and hydrological droughts represent drought in terms of rainfall, vegetation stress, and soil and surface water content. The IRKR model modifies the IRK model in terms of data input, processing, and weighting variables for the district/city mapping level with an accuracy of 84.6%. El-Nino caused a wider drought reaching 10,997 Ha in the period Nov-Dec-Jan 2019 than 2020. Drought dominates coastal areas with fluvio-marine landforms in rainfed rice fields. Drought causes a decrease in harvested area but does not affect rice production.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nababan, Marvel Hasiholan
"Padi mampu menggunakan protein ferritin untuk melindungi diri dari toksisitas besi. Protein ferritin merupakan suatu protein berbentuk sferis yang dapat mereduksi besi sehingga menghilangkan potensi toksisitas besi. Padi yang tahan toksisitas besi telah ditemukan di antaranya padi INPARA2, Mahsuri, Pokkali, dan Siam Saba. Penelitian mengenai analisis sekuen gen ferritin diperlukan untuk membentuk strategi pemuliaan varietas padi yang tahan toksisitas besi. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan analisis sekuen gen OsFer1 dan OsFer2 pada padi varietas Ciherang, Cibogo, dan INPARA 8. Sekuen gen ferritin berupa kromatogram yang didapat adalah sekuen gen OsFer1 dan sekuen gen OsFer2 Sekuen OsFer1 ditemukan pada ketiga varietas dan ditemukan sekuen OsFer2 pada padi varietas Ciherang dan Cibogo. Sekuen yang ditemukan berupa sekuen parsial yang terdapat pada ekson1, intron 1 dan ekson 2 dengan sekuen OsFer1 yang sepanjang 530 dan 568 pasang basa. Sekuen OsFer2 ditemukan sepanjang 212 pasang basa. Sekuen OsFer1 dan Sekuen OsFer2 ditemukan memiliki kemiripan sekuen yang tinggi jika dibandingkan dengan sekuen referensi. Sekuen OsFer1 dan OsFer2 ditemukan menunjukkan banyak mismatch yang berbentuk mutasi subtitusi. Sekuen OsFer2 menunjukkan adanya 14 mutasi deep intronic dan 2 mutasi proximal intronic. Sekuen OsFer1 menunjukkan adanya 1 mutasi exonic.

Rice is capable of utilizing ferritin in response to iron toxicity. Ferritin is a spherical protein that can reduce iron thus neutralizing its toxicity. Several rice varieties have been found to show considerable tolerance to iron toxicity such as INPARA2, Mahsuri, Pokkali, and Siam Saba. Sequence analysis studies focusing on ferritin genes is important for future rice breeding programs. This study is aimed to analyze OsFer1 and OsFer2 gene sequence in Ciherang, Cibogo, and INPARA 8. The sequences obtained in this study are chromatograms showing partial sequences from OsFer1 and OsFer2. The length of OsFer1 sequences are 530 and 568 base pairs and OsFer2 with 212 base pairs. OsFer1 sequences are recovered from the three rice varieties and OsFer2 are found from Ciherang and Cibogo. OsFer1 and OsFer2 showed high similarity when compared to reference sequence. OsFer1 and OsFer2 showed high alignment with exon 1, intron 1 and exon 2. Mismatches were found in both sequences that are base subtitutions. Intronic mutations are found in OsFer2 sequence and exonic mutations are found in OsFer1. "
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Tulisan ini berusaha memberikan pemahaman terhadap "sepak terjang" para elit di salah satu wilayah ujung Timur Pulau Sumba ketika bersinggungan dengan program pembangunan...."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"Makalah ini dimulai dengan beberapa tanggapan atas tujuan kebijakan desentralisasi daerah Indonesia. Kemudian , setelah dengan singkat meneliti beberapa aspek relevan dari kebijakan pembangunan daerah di Filipina dan Australia, maka beberapa saran kebijakan akan dikemukakan...."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Fauziah Khairatunnisa
"

Padi (Oryza sativa L.) merupakan tanaman penghasil beras yang menjadi bahan makanan pokok penduduk dunia khususnya di Indonesia. Perluasan lahan pertanian masih perlu dilakukan untuk memenuhi kebutuhan beras. Kendala utama pada lahan sawah yang baru dibuka adalah tingginya konsentrasi FeSO4 terlarut. Oleh karena itu diperlukan varietas padi yang tahan terhadap kondisi cekaman FeSO4 secara karakter agronomi dan molekulernya. Karakter agronomi yang dilihat berupa tinggi tanaman, skor leaf bronzing dan jumlah gabah per malai, sedangkan pada molekulernya dilihat ekspresi gen OsFER1 untuk mengetahui varietas yang tahan terhadap cekaman besi. Penelitian dilakukan sejak Agustus 2021 – Juni 2022 di Rumah Kaca dan Laboratorium Instrumentasi Terpadu Departemen Biologi FMIPA Biologi Universitas Indonesia. Konsentrasi FeSO4 yang digunakan dalam penelitian ini adalah 0 dan 400 ppm dengan menggunakan enam varietas padi sawah yaitu Ciherang, Inpari 42, Inpari 30, Sunggal, Logawa dan Cibogo. Untuk uji molekuler digunakan gen alfa-tubulin sebagai (TUB) sebagai gen referensi untuk normalisasi kuantitas cDNA dari gen feritin di masing-masing varietas padi. Hasil pengamatan fase vegetatif, varietas Ciherang memiliki viabilitas tertinggi yaitu 77,2%. Rata-rata pertumbuhan tanaman terbaik untuk tanaman kontrol adalah Ciherang (6,805 cm ± 2,708), sedangkan untuk perlakuan 400 ppm, FeSO4 adalah Inpari 30 (4,03 cm ± 1,183). Tinggi tanaman kontrol terbaik adalah Ciherang (68,116 cm ± 0,685), dan pada perlakuan 400 ppm FeSO4 Inpari 30 (40.3 ± 0,4925). Skor bronzing daun tertinggi dengan skor 6 adalah Logawa, sedangkan skor 1 adalah Inpari 30. Bulir padi dihasilkan pada fase generatif oleh varietas Ciherang sebanyak 72 bulir, terdiri dari 44 bulir isi dan 28 bulir kosong pada perlakuan control. Sedangkan pada perlakuan 400 ppm FeSO4 dihasilkan oleh varietas inpari 30 sebanyak 90 bulir, yang terdiri dari 35 bulir isi dan 55 bulir kosong. Hasil uji molekuler pada perlakuan kontrol, Ciherang memiliki nilai rasio ekspresi gen OsFER1 yang paling tinggi yaitu (1,01 ± 0,194), sedangkan pada perlakuan 400 ppm FeSO4 adalah varietas Inpari 30 yaitu (4,01 ± 2,286). Berdasarkan pengujian pada fase vegetatif, generatif dan molekuler, varietas Inpari 30 adalah varietas yang toleran terhadap cekaman FeSO4.

 


Rice (Oryza sativa L.) is a rice-producing plant which is a staple food for the world's population, especially in Indonesia. Expansion of agricultural land still needs to be done to meet rice needs. The main obstacle in newly cleared paddy fields is the high concentration of dissolved FeSO4. Therefore, rice varieties that are resistant to FeSO4 stress conditions are needed in terms of agronomic and molecular characters. The agronomic characters were seen in the form of plant height, leaf bronzing score and the number of grains per panicle, while on the molecular level, the expression of the OsFER1 gene was seen to determine varieties that were resistant to iron stress. The research was conducted from August 2021 – June 2022 in the Greenhouse and Integrated Instrumentation Laboratory, Department of Biology, FMIPA Biology, Universitas Indonesia. The concentrations of FeSO4 used in this study were 0 and 400 ppm using six varieties of lowland rice, namely Ciherang, Inpari 42, Inpari 30, Sunggal, Logawa and Cibogo. For the molecular test, the alpha-tubulin gene (TUB) was used as the reference gene for normalizing the cDNA quantity of the feritin gene in each rice variety. The results of the observation of the vegetative phase, the Ciherang variety had the highest viability of 77.2%. The best average plant growth for control plants was Ciherang (6.805 cm ± 2.708), while for the 400 ppm treatment, FeSO4 was Inpari 30 (4.03 cm ± 1.183). The best control plant height was Ciherang (68.116 cm ± 0.685), and in the treatment of 400 ppm FeSO4 Inpari 30 (40.3 ± 0.4925). The highest leaf bronzing score with a score of 6 was Logawa, while the score of 1 was Inpari 30. In the generative phase, the control treatment of the Ciherang variety produced 72 rice grains consisting of 44 filled grains and 28 empty grains. In the treatment of 400 ppm FeSO4 inpari 30 variety produced 90 grains consisting of 35 filled grains and 55 empty grains. Molecular test results in the control treatment, Ciherang had the highest OsFER1 gene expression ratio (1.01 ± 0.194), while in the 400 ppm FeSO4 treatment the Inpari 30 variety was (4.01 ± 2.286). The lowest OsFER1 gene expression ratio at a concentration of 0 ppm FeSO4 was the Sunggal variety (0.03 ± 0.398) and the Logawa variety (0.03 ± 0.004), while at a concentration of 400 ppm FeSO4 the Cibogo variety (0.02 ± 0.0008). Based on tests on the vegetative, generative and molecular phases, the Inpari 30 variety is a variety that is tolerant to FeSO4 stress.

 

"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maharina Desimaria
"Inspektorat Jenderal Kementerian Dalam Negeri memiliki peran penting dalam melakukan pengawasan baik pada internal Kementerian Dalam Negeri maupun pada Pemerintah Daerah. Selama 5 tahun terakhir, jumlah temuan kerugian negara dari pemeriksa eksternal tidak menurun secara konsisten, indeks reformasi birokrasi tidak tercapai, hasil survey dari lembaga eksternal menunjukkan nilai kepuasan masyarakat terhadap kinerja Kementerian Dalam Negeri rendah, serta masih ditemukan permasalahan hukum atas penyelenggaraan pemerintahan daerah. Untuk meningkatkan kinerja Inspektorat Jenderal maka dibutuhkan strategi yang tepat. Tujuan dari penelitian ini adalah: Bagaimana strategi peningkatan kinerja Inspektorat Jenderal Kementerian Dalam Negeri melalui analisis faktor internal dan eksternal organisasi. Penelitian ini menggunakan pendekatan post-positivism, dan menggunakan konsep SWOT untuk mendapatkan skor IFAS dan EFAS serta AHP untuk menentukan prioritas strategi yang dihasilkan dari SWOT. Hasil analisis menunjukkan bahwa aktor yang paling realistis dalam meningkatkan kinerja Inspektorat Jenderal Kementerian Dalam Negeri adalah APIP, dan yang harus diprioritaskan adalah agar APIP yang telah memiliki sertifikasi pengawasan menguasai perkembangan tekhnologi informasi dengan memanfaatkan dukungan dan kerjasama dari lembaga dan sistem dari Kementerian/Lembaga lain.

The Inspectorate General of the Ministry of Home Affairs plays an important role in both internal Ministry of Home Affairs oversight and local government oversight. APIP's role as an assurance and consulting partner is in high demand among stakeholders, as there are no findings of state losses from external examiners, the Bureaucratic Reform index is achieved, the public satisfaction index for the performance of the Ministry of Home Affairs rises, and no legal problems are discovered in the implementation of local government. The high stakeholder demand for improved internal supervisor performance necessitates the implementation of the appropriate strategy. Thus, the research question can be formulated as follows: How is the strategy for improving the performance of the Inspectorate General of the Ministry of Internal Affairs through an analysis of internal and external organizational factors? This study employs a post-positivism approach, utilizing the concept of SWOT to obtain IFAS, EFAS, and AHP scores in order to determine the priorities of strategies resulting from SWOT. The analysis results show that APIP is the most realistic actor in improving the performance of the Inspectorate General of the Ministry of Home Affairs, and what must be prioritized is that APIP that has been certified for supervision masters the development of information technology by leveraging support and cooperation from institutions and systems from other Ministries/Institutions."
Depok: Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>