Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 203332 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Mochamad Iqbal Dewandhi
"Blanakan memiliki area persawahan yang luas yang berdekatan dengan pemukiman penduduk serta mendapatkan air irigasi dari sungai Blanakan. Keberadaan keong emas (Pomacea canaliculata) sebagai hewan invasif di area sawah dimanfaatkan sebagai bahan pangan serta bahan pakan ternak oleh masyarakat sekitar. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan kandungan logam berat timbal (Pb) dan seng (Zn) pada sedimen sawah dan keong emas di sawah Blanakan, Subang Jawa Barat, serta mengetahui nilai Bioconcentration Factor (BCF) logam berat Pb dan Zn pada keong emas. Sampel sedimen sawah dan keong emas diambil dari tiga stasiun penelitian menggunakan purposive sampling dengan tiga kali pengulangan di setiap stasiun. Sampel keong emas diambil sebanyak 5 individu di setiap titik sampling dengan ukuran cangkang 4-7 cm. Preparasi sampel sedimen sawah dilakukan dengan cara pengeringan menggunakan oven, sedangkan sampel keong emas diambil bagian dalam cangkang dan dipisahkan dengan operculum keong. Preparasi lebih lanjut di Laboratorium SIG dan Laboratorium UI Chem sebelum dilakukan analisis logam Pb dengan metode ICP dan logam Zn dengan metode AAS. Hasil penelitian menunjukkan kandungan logam timbal dan seng pada sedimen sawah di Blanakan berkisar di rentang 4,35 – 8,14 ppm dan 10,32 – 23,51 ppm. Pada sampel keong emas terkandung logam Pb dan Zn yang berkisar di rentang 0,085 – 0,135 ppm dan 9,42 – 58,82 ppm. Berdasarkan perhitungan nilai BCF, keong emas termasuk dalam kategori dekonsentrator dalam mengakumulasi logam timbal dan kategori makro konsentrator dalam mengakumulasi logam seng.

Blanakan has a large area of paddy fields adjacent to residential areas and gets irrigation water from the Blanakan river. The existence of golden apple snail (Pomacea canaliculata) as an invasive animal in Blanakan paddy fields is used as food and fodder by the local communities. This research aims to determine the heavy metal contents of lead (Pb) and zinc (Zn) in paddy field sediments and golden apple snail in Blanakan paddy fields, Subang, West Java, as well as the Bioconcentration Factor (BCF) value of those metals in the golden apple snails. Paddy field sediment and golden apple snail samples were taken from three research stations using purposive sampling at every station three times. Five samples of golden apple snail with a shell size of 4-7 cm were taken from each sampling point. The paddy field sediment samples were prepared by drying them using an oven, while the snail samples were taken from inside the shell and separated by the snail operculum. Further processing was carried out by the SIG Laboratory and the UI Chem Laboratory before carrying out the analysis of lead metal using the ICP method and the analysis of zinc metal using the AAS method. The results showed that the metal contents of lead and zinc in paddy field sediments in Blanakan ranged from 4.35 to 8.14 ppm and 10.32 to 23.51 ppm, respectively. The snail samples contained lead and zinc in the range of 0.085 – 0.135 ppm and 9.42 – 58.82 ppm, respectively. Based on the BCF calculations, golden apple snails are categorized as a deconcentrator for lead metal accumulation and a macro concentrator for zinc metal accumulation."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dian Indrianti
"Keong Mas (Pomacea canaliculata) di Situ Rawa Besar, Depok, Jawa Barat ditemukan melimpah dibandingkan dengan keong lainnya, telur keong mas ditemukan berada hampir di sepanjang dinding pembatas situ. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh fekunditas terhadap melimpahnya keong mas, mengetahui hubungan berat clutch telur dengan jumlah telur, berat clutch dengan diamter telur, dan ukuran cangkang dengan jumlah telur. Sampel keong mas diambil secara acak dengan metode hand picking selanjutnya diukur tinggi cangkang dan lebar cangkang menggunakan jangka sorong, sampel clutch telur keong mas diambil pada vegetasi dan dinding pembatas menggunakan cutter, selanjutnya telur per clutch (EPC) dipisahkan menggunakan larutan NaOH 10% selanjutnya dihitung secara manual. Diameter telur diamati menggunakan mikroskop lalu dikonversi pada satuan milimiter. Analsis data yang digunakan untuk mengetahui hubungan berat clutch dengan jumlah telur yaitu regresi linier dan uji korelasi Pearson, sedangkan berat clutch dengan diameter telur dan ukuran cangkang dengan jumlah telur digunakan uji korelasi Rank Spearman. Hasil penelitian menunjukkan fekunditas memiliki pengaruh penting terhadap melimpahnya keong mas di Situ Rawa Besar, Depok, Jawa Barat, rata-rata jumlah telur 291 butir, berat clutch telur memiliki rata-rata sebesar 2,72 gram, diameter telur memiliki rata-rata 2,20 mm. Strategi penyimpanan telur dapat mempercepat penetasan. Jumlah telur mempengaruhi berat clutch dengan nilai korelasi (r) 0, 784. Berat clutch dengan diameter telur dan ukuran cangkang memiliki nilai korelasi 0,321 ukuran TC dan LC dengan jumlah telur berurutan memiliki nilai korelasi (r) 0, 117 dan 0,020 menunjukkan hubungan yang lemah.

Golden apple snail (Pomacea canaliculata) in Situ Rawa Besar, Depok, Jawa Barat is found in abundance than other snails, golden apple snail eggs are found almost along the boundary wall of the situ. This study aims to determine the effect of fecundity on the abundance of golden apple snails, determine the relationship of egg clucth mass with the number of eggs, clutch mass with egg diamter, and shell size with the number of eggs. Samples of golden apple snails were taken randomly by hand picking method and then measured shell height and shell width using a caliper, samples of golden apple egg clutches were taken on vegetation and border walls using a cutter, then eggs per clutch (EPC) were separated using 10% NaOH solution and then counted manually. Egg diameter was observed using a microscope and then converted to millimeters. Data analysis used to determine the relationship of clutch mass with the number of eggs is linear regression and Pearson correlation test, while clutch mass with egg diameter and shell size with the number of eggs used Spearman Rank correlation test. The results showed that fecundity has an important influence on the abundance of carp snails in Situ Rawa Besar, Depok, Jawa Barat, the average number of eggs is 291 eggs, the mass of the egg clutch has an average of 2.72 grams, the diameter of the egg has an average of 2.20 mm. Egg saving strategies can accelerate hatching. The number of eggs affects the clutch mass with a correlation value (r) of 0, 784. clutch mass with egg diameter and shell size has a correlation value of 0.321 TC and LC size with the number of eggs sequentially has a correlation value (r) 0, 117 and 0.020 indicates a weak relationship."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
hapus4
"Mikrobiota akuatik yang hidup menempel di berbagai substrat dan sangat sensitif terhadap pencemaran yang terjadi di perairan dapat menggambarkan kondisi perairan, yaitu perifiton. Penelitian bertujuan untuk menganalisis struktur komunitas perifiton dan parameter fisika-kimia air yang memengaruhi komponen perifiton. Penelitian berlokasi di Situ Rawa Besar, Depok, Jawa Barat yang dilakukan pada bulan Februari—Mei 2023. Parameter fisika-kimia yang diukur terdiri dari suhu, intensitas cahaya, kecerahan, derajat keasaman (pH), oksigen terlarut (DO), nitrat, dan fosfat. Sampel perifiton diambil dengan menyikat cangkang Pomacea canaliculata. Pencacahan perifiton menggunakan Sedgewick Rafter Counting Chamber di bawah mikroskop dengan pembesaran 100x dan diidentifikasi sampai tingkat marga. Data perifiton dihitung struktur komunitas dan dianalisis ada atau tidak ada perbedaan indeks keanekaragaman antarstasiun dengan uji T Independen menggunakan Microsoft Excel 365. Hasil penelitian ditemukan 26 marga perifiton dengan kepadatan perifiton tertinggi berasal dari kelas Cyanophyceae sebesar 103.752,5 plankter/cm2 dan terendah dari kelas Monogononta sebesar 32,50 plankter/cm2. Indeks keanekaragaman perifiton tergolong rendah (H’<1) dan menggambarkan kondisi perairan Situ Rawa Besar telah tercemar. Indeks kemerataan dan indeks dominansi perifiton menunjukkan penyebaran individu antar jenis tidak merata dan terdapat sekelompok jenis tertentu yang mendominasi di Situ Rawa Besar. Marga perifiton yang mendominansi Situ Rawa Besar adalah Planktothrix dan Arthrospira. Hasil analisis uji T Independen tidak terdapat perbedaan yang signifikan (thitung < ttabel dan p >0,05) terhadap nilai indeks keanekaragaman perifiton antarstasiun di Situ Rawa Besar, Depok, Jawa Barat.

Aquatic microbiota that live attached to various substrates and are susceptible to pollution in the water can describe the condition of the water, namely periphyton. The study aimed to analyze the structure of the periphyton community and the physico-chemical parameters of water that affect the periphyton component. The research was done in Situ Rawa Besar, Depok, West Java, from February to May 2023. The physico-chemical parameters measured consisted of temperature, light intensity, brightness, acidity (pH), dissolved oxygen (DO), nitrate, and phosphate. Periphyton samples were taken by brushing the shell of Pomacea canaliculata. The counting of periphyton used Sedgewick Rafter Counting Chamber under a microscope with 100x magnification and identified to the genera level. Periphyton data calculated community structure and analyzed whether or not there is a difference in diversity index between stations with Independent T test using Microsoft Excel 365. The results of the study found 26 genera of periphyton with the highest periphyton density coming from the Cyanophyceae class of 103,752.5 plankter/cm2 and the lowest from the Monogononta class of 32.50 plankter/cm2. The periphyton diversity index is low (H'<1) and illustrates that the waters of Situ Rawa Besar were polluted. The evenness index and dominance index of periphyton show that the distribution of individuals between species is uneven and there is a certain group of species that dominate in Situ Rawa Besar. Periphyton genera that dominate Situ Rawa Besar are Planktothrix and Arthospira. The results of the Independent T test analysis showed no significant difference (tcount < ttable and p>0.05) in the value of the periphyton diversity index of inter-station in Situ Rawa Besar, Depok, West Java."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ailsa Shafa Nariswari
"Kawasan tambak Blanakan, Subang, Jawa Barat merupakan tempat budidaya perikanan yang telah dipengaruhi oleh berbagai aktivitas antropogenik di sekitarnya. Ikan mujair merupakan salah satu komoditas budidaya di tambak Blanakan yang banyak dikonsumsi dan diperjualbelikan. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan kandungan logam berat seng (Zn) dan timbal (Pb) pada sedimen dan ikan mujair (Oreochromis mossambicus), serta mengetahui nilai Bioconcentration Factor (BCF) logam berat seng dan timbal pada ikan mujair di tambak Blanakan, Subang, Jawa Barat. Pengambilan sampel dilakukan menggunakan metode purposive sampling pada tiga stasiun dengan titik inlet, midlet, dan outlet. Sampel sedimen diambil sebanyak 500 gram pada setiap titik dari ketiga stasiun, sedangkan ikan mujair diambil sebanyak 5 individu dari setiap stasiun. Preparasi sampel dilakukan dengan cara sampel sedimen dikeringkan ke dalam oven, sedangkan ikan mujair dibedah untuk didapatkan sampel daging. Analisis kandungan logam berat seng menggunakan metode Atomic Absorption Spectrophotometry (AAS), sedangkan logam timbal menggunakan metode Inductively Coupled Plasma (ICP). Berdasarkan hasil analisis, kandungan logam berat seng pada sedimen berkisar 15,21 – 43,94 ppm, sedangkan logam timbal berkisar 5,04 – 7,88 ppm. Kandungan logam berat seng pada ikan mujair berkisar 3,33 – 8,21 ppm, sedangkan logam timbal tidak terdeteksi. Nilai BCF logam seng pada ikan mujair berkisar 0,132 – 0,311 (deconcentrator). Nilai BCF logam timbal pada ikan mujair tidak dapat ditentukan.

The Blanakan ponds area, Subang, West Java, is a place for aquaculture where various anthropogenic activities have influenced the vicinity. Mozambique tilapia is one of the aquaculture commodities at Blanakan ponds, which is widely consumed and traded. This study aims to determine the content of heavy metals zinc (Zn) and lead (Pb) in sediments and mozambique tilapia (Oreochromis mossambicus), and to determine the value of the Bioconcentration Factor (BCF) of heavy metals zinc and lead in mozambique tilapia at Blanakan ponds, Subang, West Java. Sampling was carried out using the purposive sampling method at three stations with inlet, midlet, and outlet points. Sediment samples were taken as much as 500 grams at each point from the three stations, while 5 individuals of mozambique tilapia were taken from each station. Sample preparation was carried out by drying the sediment samples in an oven, while the mozambique tilapia were dissected to obtain meat samples. Analysis of the heavy metal content of zinc used the Atomic Absorption Spectrophotometry (AAS) method, while lead metal used the Inductively Coupled Plasma (ICP) method. Based on the analysis results, the heavy metal content of zinc in the sediment ranged from 15,21 – 43,94 ppm, while lead metal ranged from 5,04 – 7,88 ppm. The heavy metal content of zinc in mozambique tilapia ranged from 3,33 – 8,21 ppm, while lead metal was not detected. The BCF value of zinc metal in mozambique tilapia ranged from 0,132 – 0,311 (deconcentrator). The BCF value of lead metal in mozambique tilapia cannot be determined."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Meiliandy Mahalana
"Kandungan logam berat pada lingkungan akuatik harus dipantau secara terus menerus agar tidak membahayakan organisme perairan dan manusia yang mengkonsumsinya. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan kandungan logam berat seng (Zn) dan logam timbal (Pb) pada sedimen dan kepiting bakau (Scylla serrata) yang diambil di Kawasan Tambak Blanakan, Subang, Jawa Barat, serta mengetahui nilai faktor biokonsentrasi (BCF) seng dan timbal pada kepiting bakau. Metode yang digunakan untuk pengambilan sampel adalah purposive sampling, untuk deteksi logam Zn menggunakan perangkat AAS (Atomic Absorption Spectrophotometry) dan untuk logam Pb menggunakan perangkat ICP (Inductively Coupled Plasma). Didapatkan rata-rata kandungan logam Zn pada sedimen di Tambak Blanakan tertinggi pada tambak I sebesar 26,39 ppm dan untuk rata-rata kandungan logam Pb tertinggi terdapat pada tambak III sebesar 7,273 ppm. Berdasarkan baku mutu US EPA kandungan logam berat pada sedimen untuk logam Zn sebesar 140,48 ppm dan untuk logam Pb sebesar 47,82 ppm, kandungan logam Zn dan Pb pada sedimen Tambak Blanakan masih berada di bawah ambang batas logam berat. Kandungan logam Zn pada kepiting bakau didapatkan pada tambak I sebesar 35,66 ppm, tambak II sebesar 18,99, tambak III sebesar 64,88 ppm dan untuk kandungan logam Pb pada kepiting bakau di Blanakan adalah ND atau tidak terdeteksi. Hal ini menunjukkan bahwa kandungan logam Zn dan Pb pada kepiting bakau (Scylla serrata) di Tambak Blanakan masih berada dibawah ambang batas logam berat. Nilai BCF logam Zn pada kepiting bakau pada tambak I sebesar 1,35 yang termasuk dalam kategori mikrokonsentrator, pada tambak II sebesar 0,76 termasuk dalam kategori dekonsentrator, dan pada tambak III sebesar 3,04 yang termasuk dalam kategori makrokensentrator.

The content of heavy metals in the aquatic environment must be monitored continuously so as not to harm aquatic organisms and humans who consume them. This study aims to determine the content of heavy metal zinc (Zn) and metal lead (Pb) in sediment and mud crab (Scylla serrata) taken in the Blanakan Tambak Area, Subang, West Java, and to determine the value of the bioconcentration factor (BCF) of zinc and lead. on mud crabs. The method used for sampling is purposive sampling, for detection of Zn metal using an AAS (Atomic Absorption Spectrophotometry) device and for Pb metal using an ICP (Inductively Coupled Plasma) device. The highest average content of Zn in the sediment in the Blanakan Pond was 26.39 ppm in pond I and the highest average Pb metal content was found in pond III of 7.273 ppm. Based on the US EPA quality standard, the heavy metal content in sediment for Zn metal is 140.48 ppm and for Pb metal is 47.82 ppm, the content of Zn and Pb metals in Blanakan Pond sediments is still below the heavy metal threshold. The metal content of Zn in mangrove crabs was found in pond I of 35.66 ppm, pond II of 18.99, pond III of 64.88 ppm and for Pb metal content in mangrove crabs in Blanakan was ND or undetectable. This indicates that the metal content of Zn and Pb in the mud crab (Scylla serrata) in the Blanakan pond is still below the heavy metal threshold. The BCF value of Zn metal in mud crabs in pond I was 1.35 which was included in the microconcentrator category, at pond II was 0.76 which was included in the deconcentrator category, and in pond III was 3.04 which was included in the macrocentrator category."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jihan Mirani Kenraningrum
"Pada penelitian ini dilakukan analisis terhadap logam berat Kadmium (Cd) dan Seng (Zn) pada sampel sedimen dan udang peci (Penaeus merguiensis) yang diperoleh dari Tambak Blanakan, Subang, Jawa Barat. Sampel sedimen dan udang peci diambil dari 3 lokasi tambak yang berbeda yaitu tambak yang terletak berdekatan dan berjauhan dengan lingkungan masyarakat. dan dilakukan analisis dengan alat AAS dan ICP. Kandungan logam berat Cd pada sedimen dan udang peci memiliki hasil not detected >atau tidak terdeteksi. Sementara itu, untuk  kandungan logam berat Zn pada sedimen memiliki rata-rata 24,27 ppm dengan kandungan Zn tertinggi terdapat pada Stasiun 1 yaitu 26,39 ppm. Pada sampel udang, kandungan Zn memiliki rata-rata sebesar 14,1 ppm dan memiliki kandungan Zn tertinggi pada sampel udang peci di Stasiun 1. Hasil analisis kandungan logam berat Cd dan Zn pada sampel udang peci masih berada di bawah baku mutu yang ditetapkan oleh BPOM yaitu 0,10 ppm untuk Cd dan 140,48 ppm untuk Zn. Berdasarkan US EPA Guidance Values Contaminated Sediment Standard 2004, kandungan Cd dan Zn pada sedimen juga masih berada di bawah baku mutu yaitu 0,65 ppm untuk Cd dan 140,48 untuk Zn. Rata-rata nilai BCF yang diperoleh untuk udang peci pada ketiga tambak adalah 0,5 dan hasil tersebut menunjukan bahwa udang peci yang dibudidayakan pada ketiga tambak termasuk pada ketegori < 1 atau dekonsentrator.

In this study, an analysis of the heavy metals Cadmium (Cd) and Zinc (Zn) was carried out in sediment and white shrimp samples (Penaeus merguiensis) obtained from the Blanakan Pond, Subang, West Java. Sediment and white shrimp samples were taken from 3 different pond locations. The selected ponds have locations that are close to and far from the community environment. Heavy metal analysis was performed using AAS and ICP. From the analysis, the heavy metal content of Cd in the sediment and white shrimp was not detected. Meanwhile, the heavy metal content of Zn in the sediment has an average of 24.27 ppm with the highest Zn content found at Station 1, which is 26.39 ppm. In the white shrimp samples, the Zn content had an average of 14.1 ppm and had the highest Zn content in the white shrimp samples at Station 1. The results of the analysis of the heavy metal content of Cd and Zn in the white shrimp samples were still below the quality standard by BPOM (0,10 ppm for Cd and 140,48 ppm for Zn). Based on US EPA Guidance Values Contaminated Sediment Standard 2004, the content of Cd and Zn in the sediment is also still below the quality standard (0.65 ppm for Cd and 140.48 ppm for Zn). The average BCF value obtained for white shrimp in the three ponds is 0.5 and these results indicate that the shrimp cultured in the three ponds are included in the <1 category or deconcentrator."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ameera Saffa Ramadhina
"Kecamatan Blanakan diketahui sebagai salah satu wilayah yang memproduksi hasil perikanan, salah satunya adalah udang peci (Penaeus merguiensis). Kegiatan antropogenik di Blanakan dan sekitarnya dapat menyebabkan pencemaran logam berat pada tambak, termasuk biota yang dibudidayakan. Penelitian tugas akhir ini dilakukan untuk menganalisis kandungan logam berat pada sedimen dan udang peci Penaeus merguiensis, yaitu logam Cu dan logam Pb. Penelitian juga dilakukan untuk mengetahui tingkat akumulasi logam Cu dan logam Pb pada udang peci melalui nilai Bioconcentration Factor (BCF). Pengambilan sampel dilakukan pada tambak di Blanakan yang terbagi menjadi tiga stasiun lokasi. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari hingga Mei 2022. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah purposive sampling. Analisis kandungan logam Cu dan logam Pb pada sedimen dan udang peci dilakukan menggunakan AAS. Hasil analisis logam berat yang tidak terdeteksi kemudian dilakukan analisis menggunakan ICP. Pada sampel sedimen dilakukan analisis menggunakan AAS dan ICP OES, sedangkan sampel udang peci dilakukan analisis menggunakan AAS dan ICP MS. Berdasarkan hasil analisis kandungan logam berat pada sedimen, kandungan logam Cu berkisar antara 4,30–13,28 ppm dan logam Pb berkisar antara 5,04–7,88 ppm. Pada sampel udang peci, logam Cu terdeteksi dengan kandungan berkisar 4,89–14,13 ppm, sementara kandungan logam Pb tidak terdeteksi (not detected) atau berada di bawah limit deteksi, yaitu 0,0004 ppm. Nilai Bioconcentration Factor (BCF) logam berat pada udang peci dihitung dengan membandingkan kandungan logam berat pada udang peci dengan kandungan rata-rata logam berat pada sedimen. Nilai BCF logam Cu pada udang peci pada stasiun 1 sebesar 1,70 (microconcentrator), stasiun 2 dengan 1,42 (microconcentrator), dan stasiun 3 dengan 0,88 (deconcentrator). Nilai BCF logam Pb pada udang peci tidak dapat ditentukan.

Blanakan subdistrict is known as one of the areas that produce fishery products, one of which is the white shrimp (Penaeus merguiensis). Anthropogenic activities in Blanakan and surrounding areas can cause heavy metal pollution in ponds, including the biota that lives in the ponds. This final project research was conducted to analyze the content of heavy metals in sediment and white shrimp Penaeus merguiensis, which are copper (Cu) and lead (Pb). The research was also conducted to determine the level of accumulation of heavy metals copper (Cu) and lead (Pb) in white shrimp through the value of the Bioconcentration Factor (BCF). Sampling was carried out on ponds in Blanakan, which was divided into three location stations. This research was conducted from February to May 2022. The method used in this study was purposive sampling. The heavy metals content of copper (Cu) and lead (Pb) was analyzed in sediment and white shrimp using AAS. The heavy metals that were not detected were then analyzed using ICP. The sediment samples were analyzed using AAS and ICP OES, and the white shrimp samples were analyzed using AAS and ICP MS. Based on the analysis of heavy metals content in the sediment, Cu metal content ranged from 4.30–13.28 ppm, and Pb metal ranged from 5.04–7.88 ppm. In white shrimp samples, Cu metal was detected with a value ranged from 4.89–14.13 ppm, while the Pb metal content was not detected or below the detection limit, which was 0.0004 ppm. Bioconcentration Factor (BCF) of heavy metals in white shrimp was calculated by comparing the heavy metal content in white shrimp with the average heavy metal content in the sediment. The BCF value of Cu metal in white shrimp at station 1 was 1.70 (microconcentrator), station 2 was 1.42 (microconcentrator), and station 3 was 0.88 (deconcentrator). The BCF value of Pb metal in white shrimp could not be determined."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arie Wiriawan
"ABSTRAK
Kandungan logam berat masih ditemukan pada beberapa biota budidaya di kawasan tambak Blanakan, Subang, seperti bandeng dan udang. Tambak Blanakan merupakan tambak tradisional sehingga bandeng dan udang akan tergantung pada makanan alaminya seperti fitoplankton. Bioakumulasi logam berat pada fitoplankton perlu diketahui karena air tambak yang tercemar logam berat berdampak pula pada fitoplankton.Logam berat seperti tembaga Cu dan seng Zn merupakan logam-logam esensial yang diperlukan oleh biota, namun konsentrasi yang berlebihan dapat membahayakan. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui bioakumulasi logam Cu dan Zn pada fitoplankton di tambak terhadap lokasi sumber pencemar, menganalisis hubungan bioakumulasi Cu dan Zn pada fitoplankton dengan akumulasi Cu dan Zn pada sedimen, menganalisis hubungan bioakumulasi Cu dan Zn pada fitoplankton dengan kelimpahan dan keanekaragaman fitoplankton, dan menganalisis hubungan bioakumulasi Cu dan Zn pada fitoplanktondengan kualitas perairan tambak. Pengukuran kandungan logam pada fitoplankton dan sedimen menggunakan Atomic Absorption Spectrometry AAS . Analisis data menggunakan analisis varians multivariat/multivariate analysis of variance manova dan analisis korelasi regresi. Disimpulkan bahwa bioakumulasi logam Cu dan Zn pada fitoplankton akan semakin tinggi jika tambak semakin dekat dengan lokasi sumber pencemar, kelimpahan fitoplankton semakin banyak, indeks keanekaragaman fitoplankton semakin kecil, suhu, pH dan oksigen terlarut perairan tambak semakin tinggi serta salinitas perairan tambak semakin rendah.
ABSTRACT
The heavy metal content is still found in some cultivation biota in the area of Blanakan pond, Subang, like milkfish and shrimp. Blanakan pond is a traditional pond so milkfish and shrimp will depend on natural food such as phytoplankton. Bioaccumulation of heavy metals in phytoplankton should be known because the pond water contaminated by heavy metals also affects phytoplankton. Copper Cu and zinc Zn are the essential metals required by the biota, but excessive concentration can be dangerous. The purpose of this study was to know Cu and Zn bioaccumulation in phytoplankton at ponds against the location of pollutant sources, to analyzethe relationship between Cu and Zn bioaccumulation in phytoplankton with Cu and Zn accumulation in sediments, to analyzethe relationship between Cu and Zn bioaccumulation in phytoplankton with phytoplankton abundance and diversity, and to analyzethe relationship between Cu and Zn bioaccumulation in phytoplankton with pond water quality. Measurement of metal content in phytoplankton and sediment using Atomic Absorption Spectrometry AAS . Data analysis using multivariate analysis of variance manova and regression correlation analysis. It was concluded that Cu and Zn bioaccumulation in phytoplankton will be higher if the pond closer to the location of pollutant source, the more phytoplankton abundance, the smaller phytoplankton diversity index, the higher temperature, the pH and the dissolved oxygen of pond water and the lower salinity of pond water. "
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2017
T48469
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurul Aulia
"Telah dilakukan penelitian yang bertujuan untuk membandingkan kelimpahan, bentuk, dan warna mikroplastik yang terkandung pada air, sedimen, dan keong mas Pomacea canaliculata di Situ Kenanga dan Situ Mahoni, Kampus Universitas Indonesia, Depok. Pengambilan sampel air, sedimen dan keong mas Pomacea canaliculata dilakukan di 3 titik lokasi yaitu inlet, midlet, dan outlet. Sampel air (20 l) disaring dengan plankton net 350 mesh, sampel sedimen dimasukkan ke jar 250 ml menggunakan Ekman grab lalu dioven dan dihaluskan. Sampel keong mas dikoleksi sebanyak 20 sampel setiap Situ, kemudian dianalisis dengan melarutkannya pada HNO3 65%, lalu sampel dijenuhkan dengan NaCl agar mikroplastik dapat mengapung ke permukaan. Sampel dihomogenisasi (20 ml) dan selanjutnya 1 ml diletakkan di Sedgewick Rafter Chamber untuk diamati di bawah mikroskop dan dihitung kelimpahan mikroplastik, bentuk dan warnanya. Hasil dari penelitian, kelimpahan mikroplastik di Situ Kenanga sejumlah 434,33± 23,51 partikel L-1 pada air, 45.837,04 ± 36.305,97 partikel Kg-1 pada sedimen dan 1.320,33 ± 533,91 partikel Ind-1 dan 116,19 ± 37,1 partikel pergram Ind-1 pada keong mas. Kelimpahan mikroplasik di Situ Mahoni pada air sejumlah 437,67 ± 30,21 partikel L-1, pada sedimen sejumlah 36.237,04 ± 16.702,59 partikel Kg-1, dan keong mas sejumlah 1.301,67 ± 200,72 partikel Ind-1 dan 148,38 ± 40,00 partikel pergram Ind-1. Hasil uji t dari sampel air, sedimen dan keong mas perindividu tidak terdapat perbedaan, sedangkan keong mas pergram ind-1 terdapat perbedaan. Bentuk mikroplastik yang ditemukan diantaranya adalah Fiber, fragmen, film, dan granula. Warna mikroplastik didominasi oleh hitam dan tidak berwarna.

A study was conducted to compare the abundance, shape, and color of microplastics contained in water, sediment, and gold snail Pomacea canaliculata in Situ Kenanga and Situ Mahoni, University of Indonesia Campus, Depok. Sampling of water, sediment and gold snail Pomacea canaliculata was carried out at 3 locations, namely inlet, midlet, and outlet. The water sample (20 l) was filtered with a 350 mesh plankton net, the sediment sample was put into a 250 ml jar using an Ekman grab and then baked and mashed. The gold snail samples were collected as many as 20 samples each Situ, then analyzed by dissolving them in 65% HNO3, then the samples were saturated with NaCl so that the microplastics could float to the surface. The saturated sample was homogenized (20 ml) and then 1 ml was placed in the Sedgewick Rafter Chamber to be observed under a microscope and the microplastic abundance, shape and color were calculated. The results of the study, the abundance of microplastics in Situ Kenanga were 434.33 ± 23.51 particles L-1 in water, 45,837.04 ± 36,305.97 particles Kg-1 in sediments and 1,320.33 ± 533.91 particles Ind-1 and 116.19 ± 37.1 particles per gram Ind-1 in gold snails. The abundance of microplastics in Situ Mahoni in water was 437.67 ± 30.21 particles L-1, in sediments was 36.237.04 ± 16.702.59 particles Kg-1, and golden snails were 1,301.67 ± 200.72 Ind-1 particles and 148.38 ± 40.00 particles per gram Ind-1. The results of the t-test of water, sediment and individual gold snails were not different, while the gold snails per gram were different. The forms of microplastics found included fiber, fragments, films, and granules. The color of microplastics is dominated by black and colorless."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dian Utami Wulaningsih, Author
"Logam berat yang mencemari sungai dapat mengontaminasi air dan hasil tangkapan pada tambak. Tambak Blanakan merupakan tempat budidaya hasil tangkapan perairan yang terletak di Kabupaten Subang, Jawa Barat dengan sumber air laut dan air tawar yaitu sungai Blanakan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kandungan logam berat tembaga (Cu) dan kadmium (Cd) pada sedimen dan kepiting bakau Scylla serrata, serta menentukan nilai bioconcentration factor (BCF) pada kepiting bakau di tambak Blanakan. Sampel sedimen diambil pada tiga stasiun secara purposive sampling pada tiga titik yaitu inlet, midlet, dan outlet sebanyak 500 g, sedangkan kepiting bakau diambil pada tiga stasiun sebanyak 5 ekor tiap stasiun. Sampel sedimen dipanaskan menggunakan oven selama 48 jam di suhu 60oC dan kepiting (yang sudah dipisahkan jaringan lunaknya). Analisis logam berat tembaga (Cu) pada sedimen dan kepiting bakau dilakukan menggunakan metode Atomic Absorption Spectrophotometry (AAS), sedangkan logam kadmium (Cd) pada sampel sedimen dianalisis menggunakan Inductively Coupled Plasma (ICP). Hasil analisis kandungan tembaga (Cu) pada sampel sedimen memiliki rata-rata sebesar 5,5367 – 8,31 ppm, sedangkan analisis tembaga (Cu) pada sampel kepiting bakau memiliki rata-rata sebesar 27,98 ppm. Hasil analisis kandungan kadmium (Cd) pada sedimen tidak terdeteksi, sedangkan kandungan kadmium (Cd) di kepiting bakau memiliki rata-rata 0,12 ppm. Nilai BCF tembaga (Cu) pada kepiting bakau adalah BCF > 2 yang menunjukkan bahwa kepiting bakau di tambak Blanakan merupakan konsentrator makro.

Heavy metals that pollute rivers can contaminate water and catches in ponds. Blanakan pond is a place for cultivating water catches located in Subang Regency, West Java, with sources of sea water and fresh water, namely the Blanakan river. This study aims to analyze the content of heavy metals copper (Cu) and cadmium (Cd) in sediments and mud crabs Scylla serrata, and determine the value of bioconcentration factor (BCF) in mud crabs in Blanakan ponds. Sediment samples were taken at three stations by purposive sampling at three points, namely inlet, midlet, and outlet as much as 500 g, while mud crabs were taken at three stations with 5 fish per station. Sediment samples were heated using an oven for 48 hours at 60oC and crabs (which had been separated from the soft tissue). Analysis of heavy metal copper (Cu) in sediments and mud crabs was carried out using the Atomic Absorption Spectrophotometry (AAS) method, while metal cadmium (Cd) in sediment samples was analyzed using Inductively Coupled Plasma (ICP). The results of the analysis of the copper (Cu) content in the sediment samples had an average of 5.5367 – 8.31 ppm, while the copper (Cu) analysis in the mud crab samples had an average of 27.98 ppm. The results of the analysis of the content of cadmium (Cd) in the sediment was not detected, while the content of cadmium (Cd) in mud crabs had an average of 0.12 ppm. The BCF value of copper (Cu) in mangrove crabs is BCF > 2 which indicates that the mangrove crabs in Blanakan ponds are macro concentrators."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>