Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 163620 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Farah Nabilah
"Hiperglikemia ditandai dengan adanya peningkatan kadar glukosa dalam darah yang melebihi normal. Fasting-mimicking diet (FMD) merupakan alternatif pengobatan yang dilakukan dengan mengubah pola hidup pada penderita diabetes melitus tipe 2. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian FMD terhadap kadar glukosa darah, berat badan, dan kadar insulin pada tikus hiperglikemia. Penelitian ini dilakukan terhadap tikus jantan galur Sprague-Dawley yang dibagi menjadi 4 kelompok perlakuan (n = 16), yaitu kelompok hiperglikemia (HFD-STZ 35 mg/kgBB dan CMC Na 0,5%), kelompok metformin (HFD-STZ 35 mg/kgBB dan metformin 250 mg/kgBB), kelompok FMD (HFD-STZ 35 mg/kgBB dan FMD), dan kelompok ND (CMC Na 0,5%). Tikus diukur kadar glukosa darah puasa (GDP) dan berat badan pada tiap minggu perlakuan dan dikorbankan pada akhir perlakuan. Terdapat penurunan kadar GDP setelah pemberian FMD, walaupun tidak terdapat perbedaan signifikan antara pra-perlakuan dengan minggu ke-4 perlakuan pada kelompok FMD (p > 0,05). Pemberian FMD tidak memberikan perbedaan yang signifikan pada rata-rata berat badan tikus pada minggu pra-perlakuan dan minggu ke-4 perlakuan (p > 0,05). Pemberian FMD cenderung dapat menurunkan kadar insulin sehingga mendekati kadar insulin kelompok ND, serta menunjukan perbedaan signifikan antara kelompok metformin dengan kelompok FMD dan ND (p < 0,05). Sebagai kesimpulan, pemberian FMD dapat menurunkan kadar GDP, cenderung menurunkan kadar insulin, namun tidak secara signifikan menurunkan berat badan pada tikus model hiperglikemia.

Hyperglycemia is characterized by an increase in blood glucose levels that exceeds normal. Fasting-mimicking diet (FMD) is an alternative treatment that is carried out by changing the lifestyle of people with type 2 diabetes mellitus. This study aims to determine the effect of giving FMD on blood glucose levels, body weight, and insulin levels in hyperglycemic rats. This study was conducted on male rats of the Sprague-Dawley strain, which were divided into 4 treatment groups (n = 16), namely the hyperglycemia group (HFD-STZ 35 mg/kgBW and CMC Na 0.5%), metformin group (HFD-STZ 35 mg /kgBW and metformin 250 mg/kgBW), the FMD group (HFD-STZ 35 mg/kgBW and FMD), and the ND group (CMC Na 0,5%). Rats were measured for fasting blood glucose levels (GDP) and body weight each week of treatment and sacrificed at the end of the treatment. There was a decrease in GDP levels after FMD administration, although there was no significant difference between pre-treatment and the 4th week of treatment in the FMD group (p > 0.05). Giving FMD did not cause a significant difference in the average body weight of rats in the pre-treatment week and the 4th week of treatment (p > 0.05). Administration of FMD tended to reduce insulin levels so that they were close to insulin levels in the ND group, and showed a significant difference between the metformin group and the FMD and ND groups (p < 0.05). In conclusion, FMD administration can reduce GDP levels, tends to reduce insulin levels, but does not significantly reduce body weight in hyperglycemic rat models."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Edenia Saumi
"Hiperglikemia merupakan gejala metabolik berupa peningkatan glukosa darah melebihi batas normal, yang dikaitkan dengan diabetes melitus (DM). Modifikasi gaya hidup yang lebih sehat, seperti dilakukannya restriksi kalori dengan metode fasting-mimicking diet (FMD) dapat dilakukan sebagai alternatif pendekatan untuk pengendalian DM tipe 2. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh FMD berbahan nabati yang tersedia di Indonesia, terhadap kadar glukosa darah dan resistensi insulin. Penelitian dilakukan terhadap tikus jantan galur Sprague-Dawley model hiperglikemia yang dibagi menjadi 4 kelompok perlakuan (n=16), yakni kelompok hiperglikemia (high fat diet[HFD]-streptozotosin[STZ] 35 mg/kgBB dan CMC Na 0,5%), kelompok metformin (HFD-STZ 35 mg/kgBB dan metformin 250 mg/kgBB), kelompok FMD (HFD-STZ 35 mg/kgBB dan FMD), dan kelompok normal diet (ND) (CMC Na 0,5%). Pemberian perlakuan dilakukan selama 28 hari. Tikus dilakukan pengecekan glukosa darah puasa (GDP) dan berat badan setiap minggu perlakuan dan dikorbankan untuk diambil sampel darahnya setelah perlakuan berakhir. Homeostasis model assessment of insulin resistance (HOMA-IR) digunakan untuk mengukur resistensi insulin. Hasil penelitian menunjukkan penurunan kadar GDP dengan adanya pemberian FMD, walaupun tidak terdapat perbedaan signifikan antara GDP pra-perlakuan dengan GDP minggu ke-4 perlakuan (p>0,05). Hasil penelitian juga menunjukkan nilai HOMA-IR kelompok FMD mendekati nilai HOMA-IR kelompok ND dan lebih rendah secara signifikan dibandingkan nilai HOMA-IR kelompok hiperglikemia (p<0,05), yang berarti pemberian FMD pada tikus hiperglikemia menghasilkan tingkat resistensi insulin yang lebih rendah dibandingkan dengan tikus hiperglikemia yang tidak diberikan FMD. Sebagai kesimpulan, pemberian FMD dapat menurunkan GDP dan menghasilkan tingkat resistensi insulin yang lebih rendah pada tikus model hiperglikemia.

Hyperglycemia is a metabolic symptom in the form of an increase in blood glucose exceeding normal limits, which is associated with diabetes mellitus (DM). Healthy lifestyle modifications, such as calorie restriction with the fasting-mimicking diet (FMD) method, can be used as an alternative approach to controlling type 2 diabetes. This study aims to determine the effect of FMD using plant-based ingredients available in Indonesia on blood glucose levels and insulin resistance. The study was conducted on male rats of the Sprague-Dawley strain model of hyperglycemia, which were divided into 4 treatment groups (n = 16), namely the hyperglycemic group (high fat diet [HFD]-streptozotocin [STZ] 35 mg/kgBW and CMC Na 0.5%), the metformin group (HFD-STZ 35 mg/kgBW and metformin 250 mg/kgBW), the FMD group (HFD-STZ 35 mg/kgBW and FMD), and the normal diet (ND) group (CMC Na 0.5%). The treatment was carried out for 28 days. Rats were checked for fasting blood glucose (FBG) and body weight every week of treatment and sacrificed for blood samples after the treatment ended. Homeostasis model assessment of insulin resistance (HOMA-IR) was used to measure insulin resistance. The results showed a decrease in FBG levels with the administration of FMD, although there was no significant difference between pre-treatment FBG and FBG at the 4th week of treatment (p>0,05). The results also showed that the HOMA-IR value of the FMD group was close to the HOMA-IR value of the ND group and was significantly lower than the HOMA-IR value of the hyperglycemic group (p<0,05), which means that administering FMD to hyperglycemic rats resulted in lower levels of insulin resistance than the hyperglycemic rats that were not given FMD. In conclusion, administration of FMD can reduce FBG and result in lower levels of insulin resistance in hyperglycemic rats."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Annisa Permatahati
"Prediabetes merupakan keadaan berisiko tinggi untuk perkembangan diabetes melitus tipe 2 yang ditandai dengan hiperglikemia. Fasting-Mimicking Diet (FMD) baru-baru ini telah ditemukan sebagai alternatif pendekatan terapi untuk hiperglikemia, tetapi FMD menggunakan bahan-bahan yang tersedia di Indonesia belum diteliti. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pengaruh FMD terhadap glukosa darah puasa (GDP), berat badan (BB), dan kadar kolesterol total pada 16 tikus jantan galur Sprague-Dawley. Tikus model hiperglikemia diinduksi dengan high-fat diet (HFD) selama 4 minggu dan streptozotosin dosis rendah (35 mg/kg) 2 tahap. Sedangkan, kelompok kontrol diberikan pakan normal diet (ND). Kelompok HFD (n=4) diberikan perlakuan secara oral sehari sekali dengan 0,5% CMC, metformin (250 mg/kg), setiap siklus FMD diberikan 4 hari FMD dan ND selama 10 hari. GDP, BB, dan kadar kolesterol total diamati selama 4 minggu. Setelah itu, tikus dikorbankan pada 10 minggu. Hasil penelitian menunjukkan pemberian FMD tidak secara signifikan menurunkan GDP pra-perlakuan dan setelah perlakuan (p=0,055), tetapi mengalami trend penurunan. Data menunjukkan pemberian FMD tidak memberikan perbedaan bermakna terhadap BB dan cenderung menurunkan kadar kolesterol total sehingga nilainya mirip kelompok ND. Sebagai kesimpulan, pemberian FMD menggunakan bahan-bahan yang tersedia di Indonesia menyebabkan tren penurunan terhadap GDP, cenderung menurunkan kadar kolesterol total, tetapi tidak menurunkan BB secara signifikan.

Prediabetes is high-risk state for the development of type 2 diabetes mellitus, and it is characterized by hyperglycemia. Fasting-mimicking diet (FMD) has recently been found to be an alternative treatment of hyperglycemia, however FMD with Indonesian ingredients haven’t been studied. This study aimed to evaluate effect of FMD on fasting blood glucose (FBG), body weight (BW) and total cholesterol (TC) in 16 male Sprague-Dawley rats. The hyperglycemic model was induced by 4 weeks of high-fat diet (HFD) and multiple low doses of streptozotocin (35 mg/kg). Meanwhile, normal rats fed a normal diet (ND). HFD group (n=4) were assigned to one-daily oral treatment with 0,5% CMC, metformin (250 mg/kg), and each FMD cycle entails 4-day FMD and 10 days of refeeding ND. FBG, BW and TC were monitored in 4 weeks. Rats were sacrificed at 10 weeks. Results showed that GDP didn’t decrease significantly before and after FMD treatment (p=0,055) but showed a downward trend. Data showed that FMD not significantly difference in BW and decrease in TC, so the value was similar to the ND group. In conclusion, FMD treatment with available materials in Indonesia resulted in downward trend in FBG, tended to lower TC but not significantly lower BW."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amelia Utami Putri
"Hiperglikemia merupakan kondisi medis dimana kadar glukosa darah melebihi normal dan menjadi karakteristik beberapa penyakit terutama diabetes melitus. Indonesia sendiri menempati posisi ke-5 dengan penderita diabetes terbanyak di dunia dengan jumlah 19,5 juta jiwa. Kondisi diabetes melitus sering dikaitkan dengan pola makan seseorang. Penelitian menyatakan bahwa restriksi kalori dapat memberikan efek samping lebih minim dibandingkan dengan obat-obatan. Salah satu metode restriksi kalori yang memiliki efek antihiperglikemik adalah Fasting-Mimicking Diet (FMD). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efek perlakuan FMD terhadap penurunan kadar glukosa darah, peningkatan kolesterol, dan sensitivitas insulin sebagai gejala awal diabetes melitus. Penelitian ini dilakukan menggunakan control group design dengan jumlah 16 ekor tikus, dengan 4 kelompok perlakuan (normal diet, hiperglikemia, FMD, dan metformin). Tikus-tikus diberikan pakan tinggi lemak selama 28 hari sebelum diinduksi streptozotocin (STZ). Perlakuan FMD dilakukan selama 28 hari sebelum akhirnya tikus dikorbankan untuk diambil darahnya. Oral glucose tolerance test (OGTT) dilakukan pada tikus yang telah dipuasakan selama 18 jam lalu diadministrasikan dengan glukosa (2gr/kgBB). Analisis peningkatan glukosa darah dilakukan pada menit ke-0, 15, 30, 60, dan 120. Tikus selanjutnya dikorbankan untuk diambil darahnya dan dilakukan uji menggunakan program SPSS versi 25 dan GraphPad versi 9.4.0 untuk MacOS. Hasilnya, terdapat penurunan kadar glukosa darah pada kelompok metformin dan FMD. Penelitian ini menyimpulkan bahwa FMD dapat menurunkan kadar glukosa darah pada tikus hiperglikemia dan FMD tidak memberikan perbedaan signifikan terhadap terapi oral metfomin.

Hyperglycemia is a medical condition in which the blood glucose levels are higher than normal, and is a characteristic of several diseases, particularly diabetes. Indonesia ranks 5th in the number of diabetic patients in the world, with the number of approximately 19.5 million people. Diabetes is frequently associated with dietary habits, and research shows that calorie restriction can give fewer side effects compared to medications. One of the calorie restriction methods that have anti-hyperglycemic effects is Fasting-Mimicking Diet (FMD). The aim of this study is to determine the effect of Fasting-Mimicking Diet on lowering blood glucose level, increasing cholesterol levels, and insulin sensitivity as an early sign of diabetes mellitus. This study was conducted using a control group design with a total of 16 mice grouped into 4 treatments (normal diet, hyperglycemia, FMD, and metformin). The mice were given one week acclimation period and fed a high-fat diet (HFD) for 28 days before injected with streptozotocin (STZ). The treatment of FMD was carried out for another 28 days before the mice is sacrificed for blood collection. Oral glucose tolerance test was performed a week after the treatmet of FMD, following 18 hours of fasting and administration of glucose (2 g/kg). The increase of blood glucose levels were monitored at 0, 15, 30, 60, and 120 minutes. The mice is then sacrificed for blood collection and analysis was done using SPSS Statistics version 25.0 and GraphPad version 9.4.0 for MacOS. The result of FMD given was decreased of glucose level on FMD and metformin groups. This study concludes that FMD can significantly decrease blood glucose level in hyperglycemic rats and did not provide a significant difference to oral metformin therapy."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rizkiani Juleshodia Wulandari
"Diabetes Mellitus DM merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia. Saat ini, sedang dikembangkan penanganan dengan menggunakan analog hormon GLP-1 yaitu hormon inkretin yang berperan meningkatkan sekresi insulin. Hibiscus sabdariffa Linn H.sabdariffa sudah sering digunakan untuk pengobatan DM, namun belum diketahui perannya terhadap peningkatan kadar GLP-1. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi H.sabdariffa terhadap kadar GLP-1. Penelitian ini studi eksperimental in-vivo menggunakan 36 ekor tikus jantan Sprague-Dawley usia 8-10 minggu yang dibagi menjadi 6 kelompok secara acak: Kontrol C , Kontrol H.sabdariffa 200 mg/kgBB/hari C-Hib 200 , Kontrol H.sabdariffa 500 mg/kgBB/hari C-Hib 500 , Kontrol DM C-DM , DM-H.sabdariffa 200 mg/kgBB/hari DM-Hib 200 , DM-H.sabdariffa 500 mg/kgBB/hari DM-Hib 500 . Pemberian H.sabdariffa menggunakan ekstrak metanol selama 5 minggu. Pengukuran gula darah sewaktu GDS menggunakan glucometer Accucheck sedangkan pengukuran insulin dan GLP-1 menggunakan ELISA. Uji statistik menggunakan one-way ANOVA. Kadar GLP-1 pada kelompok C-DM lebih rendah dibanding dengan kelompok C p

Diabetes mellitus DM is a metabolic disease characterized by hyperglycemia. Treatment with GLP 1 hormone analogue has been developed nowadays. GLP 1 is an incretin hormone that contribute on increasing insulin secretion. Hibiscus sabdariffa Linn H.sabdariffa already known to DM treatment, but there was no data about the role of H. sabdariffa on increasing GLP 1 level. Therefore, this study aimed to investigate potentiation of H. sabdariffa to GLP 1 level. This study was an in vivo experimental study which conducted in 5 weeks using 36 male Sprague Dawley rats aged 8 10 weeks that were randomly divided into 6 groups normal control group C , methanol extract H.sabdariffa treated control group 200 mg kgBW day C Hib 200 , methanol extract H.sabdariffa treated control group 500 mg kgBW day C Hib 500 , DM control group C DM DM H.sabdariffa treated group 200 mg kgBW day DM Hib 200 and DM H.sabdariffa treated group 500 mg kgBW day DM Hib 500 . Random blood glucose level were measured by glucometer Accucheck, insulin and GLP 1 plasma level were measured using ELISA method. Statistical analysis was using one way ANOVA. GLP 1 level in C DM rats were lower than control group p"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
T58584
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Ziyad
"Diabetes Mellitus (DM) merupakan salah satu penyakit yang paling banyak diderita oleh manusia. Salah satu tipe DM adalah diabetes tipe 1 yang disebabkan oleh rusaknya sel beta pada pankreas sehingga tubuh tidak dapat menghasilkan insulin untuk meregulasi konsentrasi glukosa dalam darah. Penderita DM tipe 1 harus melakukan terapi insulin dengan memberikan suntik insulin eksternal untuk meregulasi konsentrasi glukosa di dalam darah. Selain itu, penderita DM tipe 1 harus melakukan kontrol secara kontinu terhadap konsentrasi glukosa di dalam darahnya. Pada sebuah penelitian, terdapat sebuah alat yang dapat memantau glukosa secara berkelanjutan yang disebut dengan Continuous Glucose Monitoring (CGM). Pada penelitian ini, dilakukan simulasi dengan sebuah model matematika yang menggambarkan regulasi glukosa-insulin dalam tubuh saat makanan dicerna di dalam tubuh, yaitu model hovorka, untuk diimplementasikan ke dalam CGM. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa model dari hovorka dapat menunjukkan regulasi glukosa insulin di dalam tubuh. Namun untuk evaluasi terhadap model ini dilakukan sebuah fitting terhadap parameter model hovorka dan didapatkan hasil yang kurang baik sehingga perlu dilakukan fitting ulang dengan data yang lebih baik.

Diabetes Mellitus (DM) is one of the most common diseases suffered by humans. One type of DM is Type 1 diabetes caused by the destruction of beta cells in the pancreas so that the body can not produce insulin to regulate the concentration of glucose in the blood. Patients with Type 1 diabetes have to do insulin therapy by giving external insulin injections to regulate the concentration of glucose in the blood. In addition, patients with Type 1 diabetes must continuously control the concentration of glucose in their blood. In one study, there was a tool that can monitor glucose continuously called Continuous Glucose Monitoring (CGM). In this study, a simulation with a mathematical model that describes the regulation of glucose-insulin in the body when food is digested in the body, the Hovorka model, to be implemented into CGM. The results of this study show that the model from hovorka can demonstrate the regulation of insulin glucose in the body. However, for the evaluation of this model, a fitting was made to the parameters of the hovorka model and poor results were obtained so that re-fitting with better data was necessary."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Audina Khalda Nabilah
"PCSK9 (Proprotein Convertase Subtilisin/Kexin Type 9) merupakan regulator Low-Density Lipoprotein (LDL) melalui perannya dalam degradasi Low-Density Lipoprotein Receptor (LDLR) sehingga PCSK9 dapat dijadikan target terapi yang menjanjikan sebagai agen penurun lipid. Inhibitor PCSK9 yang tersedia memiliki beberapa kekurangan. Untuk itu, banyak peneliti mengembangkan obat inhibitor PCSK9 lainnya. Dalam pengembangan obat, model hewan PCSK9 yang sejalan pada manusia dibutuhkan dan dikembangkan melalui induksi suatu nutrisi, misalnya fruktosa. Penelitian efek diet tinggi fruktosa terhadap kadar PCSK9 plasma dan ekspresi PCSK9 otak masih sangat terbatas dan perlu diteliti lebih lanjut. Pada penelitian ini, tikus diberikan diet tinggi fruktosa dengan variasi durasi, yaitu 3 minggu, 4 minggu, dan 5 minggu untuk melihat efeknya terhadap kadar PCSK9 dan ekspresi PCSK9. Pengukuran kadar PCSK9 plasma dan otak dilakukan menggunakan metode ELISA dan ekspresi PCSK9 otak dianalisis menggunakan metode western blot. Hasil menunjukkan bahwa terjadi perubahan kadar PCSK9 pada plasma dan otak tikus dibandingkan kelompok normal. Kadar PCSK9 plasma menunjukkan peningkatan signifikan (p<0,05) pada kelompok 3 minggu dan 4 minggu dibandingkan kelompok kontrol dan kadar PCSK9 plasma tertinggi teramati pada durasi induksi 4 minggu. Kadar PCSK9 otak menunjukkan penurunan signifikan (p<0,05) pada kelompok 3 minggu dan 4 minggu dibandingkan kelompok kontrol. Ekspresi PCSK9 pada otak menunjukkan pola penurunan dibandingkan dengan kelompok kontrol. Berdasarkan hasil, dapat disimpulkan bahwa model hewan PCSK9 pada tikus berpotensi digunakan sebagai model hewan PCSK9.

PCSK9 (Proprotein Convertase Subtilisin/Kexin Type 9) is a Low-Density Lipoprotein (LDL) regulator through its role in Low-Density Lipoprotein Receptor (LDLR) degradation, making PCSK9 a promising therapeutic target as a lipid-lowering agent. The currently available PCSK9 inhibitors have drawbacks. As a result, many researchers have developed PCSK9 other inhibitor drugs. PCSK9 animal model is required in drug development and develops through the induction of a nutrient, such as fructose. Research on the effect of a high-fructose diet on circulating PCSK9 levels and brain PCSK9 expression is still limited dan further research is needed. Thus, in this study, rats were fed a high-fructose diet for 3 weeks, 4 weeks, and 5 weeks to see how it affected PCSK9 levels and expression. The ELISA method was used to measure plasma and brain PCSK9 levels and the western blot method was used to analyze brain PCSK9 expression. The results showed plasma PCSK9 levels increased significantly (p<0,05) in the 3-week and 4-week groups compared to the control group, with the 4-week induction duration producing the highest plasma PCSK9 levels. Brain PCSK9 levels decreased significantly (p<0,05) in the 3-week and 4-week groups when compared to the control group. PCSK9 expression in the brain also decreased when compared to the control group. Based on the findings, the PCSK9 animal model in rats has the potential to be used as a PCSK9 animal model."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rannia Putri Isniendira
"Proprotein convertase subtilisin/kexin type 9 adalah protein yang utamanya berasal dari hati dan berperan dalam degradasi reseptor low-density lipoprotein, sehingga menjadikannya target terapeutik yang menjanjikan untuk menunrunkan kolesterol. Pengembangan obat yang menargetkan proprotein convertase subtilisin/kexin type 9 telah menarik banyak perhatian, namun adanya keterbatasan penelitian model in vivo dengan hewan wild type yang mampu merepresentasikan kondisi manusia dapat menghambat proses pengembangan obat. Sebuah studi menunjukkan diet tinggi fruktosa dapat meningkatkan proprotein convertase subtilisin/kexin type 9 pada manusia. Pada penelitian ini dilakukan pengembangan model hewan proprotein convertase subtilisin/kexin type 9 dengan tikus wistar jantan yang diinduksi diet tinggi fruktosa menggunakan variasi durasi induksi selama 3, 4, dan 5 minggu. Parameter yang dinilai adalah kadar Proprotein convertase subtilisin/kexin type 9 di plasma dan hati yang diukur dengan ELISA, serta ekspresinya di hati yang dievaluasi dengan western blot. Pada tikus yang diinduksi fruktosa, terdapat peningkatan signifikan kadar Proprotein convertase subtilisin/kexin type 9 di plasma dan hati dibandingkan dengan kontrol (p<0,05) pada durasi 3 dan 4 minggu untuk plasma, serta durasi 3 minggu untuk hati. Western blot menunjukkan mature proprotein convertase subtilisin/kexin type 9 tereskpresi pada kelompok dengan induksi fruktosa, serta terjadi penurunan ekspresi di minggu ke-3 dan ke-5 jika dibandingkan dengan kontrol. Penelitian ini menunjukkan tikus yang diinduksi fruktosa dapat menjadi pilihan sebagai model hewan proprotein convertase subtilisin/kexin type 9 dengan durasi induksi selama 4 minggu untuk memberikan hasil yang optimal.

Proprotein convertase subtilisin/kexin type 9 is a liver-derived protein with an ability to promote degradation of low-density lipoprotein receptor, making it a promising therapeutic target in cholesterol-lowering therapy. The development of drugs targeting proprotein convertase subtilisin/kexin type 9 has attracted considerable attention, but the limited studies of in vivo model with wild type animals that exhibit similarities to that of a human situation could inhibit the drug development process. Recent study has revealed high fructose diet increased proprotein convertase subtilisin/kexin type 9 in humans. In this study, the development of animal model of proprotein convertase subtilisin/kexin type 9 was carried out using rats induced by fructose with duration of induction variation. Plasma and hepatic proprotein convertase subtilisin/kexin type 9 were measured with ELISA, while hepatic proprotein convertase subtilisin/kexin type 9 expression was detected with western blot. A significant increase in plasma and hepatic proprotein convertase subtilisin/kexin type 9 levels were observed in fructose-induced rats following treatment for 3 and 4 weeks, and 4 weeks, respectively, compared to the control group (p<0,05). Western blot showed proprotein convertase subtilisin/kexin type 9 was expressed in fructose-induced groups, and there was a decrease in expression in frucotse- induced group treated for 3 and 5 weeks. This study demonstrate that fructose-induced rat has a potential to be animal model of proprotein convertase subtilisin/kexin type 9, with an induction duration of 4 weeks to provide an optimal result."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shania Octaviani Salim
"Latar Belakang: Keterbatasan obat antidiabetes menjadi salah satu rintangan dalam upaya mengatasi masalah diabetes di Indonesia. Kekayaan tumbuhan medikasi Indonesia dapat menjadi solusi dalam mengatasi masalah tersebut, termasuk pengembangan Tithonia diversifoliasebagai antidiabetes.
Tujuan: Mengetahui efek ekstrak daun Paitan Tithonia diversifolia terhadap kadar glukosa darah dan perubahan histologis pankreas pada tikus Sprague dawleyyang diinduksi aloksan.
Metode: Sebanyak 24 tikus Sprague dawley, yang bergula darah normal, dibagi menjadi 6 kelompok, yaitu kelompok normal tanpa perlakuan, kelompok kontrol positif yang diberikan Metformin, kelompok kontrol negatif yang diberikan aquades, serta tiga kelompok perlakuan lainnya yang diberikan ekstrak daun Paitan Tithonia diversifolia dengan dosis 200mg/kgBB, 400mg/kgBB, 600mg/kgBB. Aloksan dengan dosis 120mg/kgBB disuntikan secara intraperitoneal kepada semua tikus kecuali kelompok normal. Setelah 4 hari, kadar gula darah puasa GDP tikus diperiksa. Tikus dengan kadar GDP >200mg/dL akan diberikan perlakuan sesuai dengan kelompoknya selama 16 hari. Pemeriksaan kadar GDP dilaksanakan pada hari ke 4, 8, 12, dan 16. Selanjutnya, pankreas tikus akan diambil untuk pemeriksaan histologi secara kualitatif dengan pewarnaan Hematoksilin Eosin. Data kadar GDP yang diperoleh dianalisis dengan one way ANOVA.
Hasil: Penelitian ini menunjukkan bahwa ekstrak daun paitan Tithonia diversifolia dapat menurunkan kadar GDP dari tikus yang diabetes. Dosis yang paling efektif dalam menurunkan kadar GDP tikus adalah 200mg/kgBB. Sedangkan, ekstrak daun paitan Tithonia diversifolia dengan dosis 600mg/kgBB mampu memperbaiki struktur histologi pankreas dari tikus.
Kesimpulan: Ekstrak daun paitan Tithonia diversifolia mampu menurunkan kadar GDP tikus dan memperbaiki struktur histologi pankreas pada tikus.

Background: The limitation of antidiabetic medication is one of the obstacles to overcome diabetes problem in Indonesia. The wealth of Indonesian medical plants can be a solution to solve that problem, including the development of Tithonia diversifolia as an antidiabetic agent.
Objective: Determining the effect of Paitan Tithonia diversifolia leaf extract on blood glucose levels and histological changes in alloxan induced Sprague dawley rats pancreas.
Methods: There were 24 Sprague dawley rats, with normal blood glucose levels, divided into 6 groups, namely normal group without any intervention, positive control group was treated with Metformin, negative control group was treated with aquades, and other three groups were treated with Paitan extract at dose of 200mg/kgBB, 400mg/kgBB, 600mg/kgBB. Alloxan with a dose 120mg/kgBB injected via intraperiotenal to all rats, except the normal group. After 4 days, the rats blood glucose level were checked. Rats with fasting blood glucose FBG level>200mg/dL treated according to their groups for 16 days. FBG checked on day 4, 8, 12, and 16. Then, pancreas of the rats will be taken for qualitative histological examination with Hematoxilin Eosin staining. The FBG level were analyzed with one way ANOVA test.
Results: This research showed Paitan Tithonia diversifolia leaf extract could decrease FBG level of diabetic rats. The most effective dose to reduce rats FBG level was 200mg/kgBB. Extract of paitan (ithonia diversifolia leaf at 600mg/kgBB was able to improve histological structure of rats pancreas.
Conclusion: Extract of paitan Tithonia diversifolia leaf was able to decrease diabetic rats FBG level and improve the histological structure of rats pancreas.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Monica Dwi Jalma
"Peningkatan angka kejadian hipertensi di dunia telah menjadi ancaman kesehatan global. Latihan fisik metode HIIT dan MICT mampu menurunkan tekanan sistolik, diastolik dan tekanan rata-rata arteri. Tujuan penelitian kali ini ingin mengetahui perbedaan efek HIIT dan MICT terhadap kadar eNOS dan TGF-ß1,gambaran EKG dan ketebalan miokardium dengan menggunakan model tikus hipertensi yang diinduksi NOS Inhibitor. Hipertensi diinduksi dengan pemberian L-NAME 40 mg/kg/hari pada tikus jantan galur wistar melalui sonde pada kelompok B, C, dan D, selama lima minggu. Setiap minggu dilakukan pengukuran tekanan darah dan pengukuran berat badan. Intervensi latihan fisik HIIT dan MICT dilakukan lima hari dalam seminggu selama lima minggu. Kadar eNOS dan TGF- ß1 diuji menggunakan metode ELISA. Analisa EKG dilakukan dengan menghitung durasi interval QRSp. Analisis histologi dengan pewarnaan HE dilakukan untuk pengukuran tebal dinding jantung. Hasil penelitian menunjukkan terdapat peningkatan tekanan darah (p = 0.001) dari minggu ke minggu dan pemanjangan durasi QRSp (p = 0.000) pada kelompok yang diberikan induksi. Peningkatan tekanan darah pada kelompok yang diberikan latihan fisik lebih kecil dibandingkan kelompok tanpa latihan fisik. Ketebalan miokardium kelompok induksi lebih tinggi dibandingkan kelompok kontrol tanpa induksi. Pada penelitian ini, tidak ditemukan perbedaan tekanan darah, durasi QRSp, kadar eNOS, kadar TGF-ß1dan ketebalan dinding jantung, antara kelompok yang diberikan perlakuan HIIT dengan MICT. Dapat disimpulkan bahwa latihan fisik baik HIIT dan MICT dapat menekan peningkatan tekanan darah, namun tidak ditemukan perbedaan EKG, kadar eNOS dan TGF-ß1serta ketebalan miokardium, antara HIIT dan MICT pada tikus yang diinduksi dengan L-NAME.

The increasing incidence of hypertension in the world has become a global health threat. HIIT and MICT physical exercise methods can reduce systolic, diastolic, and mean arterial pressure. This study aimed to determine the differences in the effects of HIIT and MICT on eNOS and TGF-ß1 levels, ECG features, and myocardial thickness using a rat model of NOS inhibitor-induced hypertension. Hypertension was induced in Wistar male rats by administering L-NAME 40 mg/kg/day via probe for five weeks in the B, C, and D group. Every week blood pressure and body weight are measured. HIIT and MICT physical exercise interventions were carried out five days a week for five weeks. eNOS and TGF-ß1 levels were tested using the ELISA method. ECG analysis is carried out by calculating the duration of the QRSp interval. Histological analysis with HE staining was performed to measure heart wall thickness. The results showed that there was an increase in blood pressure (p=0.001) from week to week and a lengthening of QRSp duration (p=0.000) in the group given induction. The increase in blood pressure in the group given physical exercise was smaller than in the group without physical exercise. Myocardial thickness in the induction group was higher than in the control group without induction. In this study, there were no differences in blood pressure, QRSp duration, myocardial thickness, eNOS levels, or TGF-ß1 levels between the groups given HIIT and MICT treatment. It can be concluded that physical exercise, both HIIT and MICT, can reduce increases in blood pressure, but there are no differences in eNOS, and TGF-ß1 levels, ECG andmyocardial thickness, between HIIT and MICT in mice induced by L-NAME."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>