Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 152676 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ahmad Rayhan Yunus Rangkuti
"Pedofilia menjadi salah satu permasalahan yang beberapa kali melibatkan institusi gereja, baik di Prancis maupun di beberapa belahan dunia yang lain. Salah satu film yang mengangkat permasalahan tersebut adalah film La ville dont le prince est un enfant yang memperlihatkan seorang pastor yang memiliki konflik batin di dalam dirinya berkaitan dengan masalah seksualitas. Artikel ini akan mengungkap permasalahan seksualitas dalam institusi gereja melalui pergulatan Pradts sebagai tokoh utama. Penelitian ini akan menggunakan metode kualitatif kajian film dengan menganalisis unsur naratif dan sinematografis film dan konsep psikoanalisis Freud tentang struktur kepribadian manusia dan mekanisme pertahanan diri. Hasil analisis menunjukkan bahwa institusi gereja sebagai superego berperan sangat penting terhadap tindakan dan seksualitas para tokoh. Superego yang sangat dominan berhasil membuat Pradts menjalankan mekanisme pertahanan dirinya dengan baik, sehingga kecemasan dan seluruh ancaman tetap berada di luar kesadarannya.

Pedophilia is one of the problems that has involved church institutions several times, both in France and in several other parts of the world. One of the films that raises this issue is La ville dont le prince est un enfant which shows a priest who has an inner conflict within himself related to sexuality issues. This article will reveal the problem of sexuality in church institutions through the struggles of Pradts as the main character. This research will use a qualitative method of film study by analyzing the narrative and cinematographic elements of the film and Freudian psychoanalysis concepts which consists of the structure of the human personality and self-defense mechanisms. The results show that the church institution as the superego plays a very important role in the actions and sexuality of the characters. The very dominant superego managed to make Pradts run his defense mechanism well, so that anxiety and all threats remained outside of his consciousness."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Christophe, Lucien
Bruxelles: G. Houyoux, 1944
PER 301.2 CHR o
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Farras Rizki Zhafira
"Terorisme jihad atas dasar pembelaan agama merupakan permasalahan krusial yang dihadapi Prancis sejak peningkatan kasusnya di tahun 2012. Sebenarnya, pemerintah saat itu hanya mengacu pada undang-undang la loi relative à la lutte contre le terrorisme tahun 2006 dalam menciptakan strategi kontra-terorismenya. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis implementasi undang-undang tersebut dalam menangani kasus terorisme jihad di Prancis. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif Creswell (2018) dalam melihat pengaruh kehadiran undang-undang LCT tahun 2006 pada kasus terorisme jihad di Prancis melalui data yang disajikan. Pengimplementasian undang-undang LCT tahun 2006 dianalisis menggunakan konsep la notion d’effectivité du droit Yann Leroy (2011), serta diselaraskan dengan teori terorisme internasional L. Ali Khan (2006) untuk melihat dinamika serangan teror berdasarkan peran suatu negara. Melalui konsep jihad dalam Islam Jerrold Post (2009) dan teori praktik terorisme Islam Marvin Perry (2008), dapat terlihat bentuk terorisme jihad dari segi agama dan faktor-faktor yang melatarbelakangi serangan. Penelitian menunjukkan bahwa undang-undang LCT tahun 2006 tidak berhasil mengurangi serangan terorisme di Prancis. Faktor-faktor yang menyebabkannya meliputi serangan teror yang dianggap sebagai aksi defensif, kurangnya penyuluhan dari pemerintah dan undang-undang yang tidak memberi efek jera, ketidakpercayaan masyarakat terhadap kemampuan pemerintah dalam menanggulangi terorisme, serta intervensi ISIS yang berhasil menyusupi masyarakat dengan ideologi radikal dan propagandanya.

Jihad terrorism in the name of religious defense is a crucial problem that France is currently facing ever since the rise of its attacks in 2012. The then-in-office government only referred to their latest terrorism law called la loi relative à la lutte contre le terrorisme of 2006 to build their counter-terrorism strategy. This study aims to analyse the implementation of the law in handling jihad terrorism cases in France. By implementing Creswell’s qualitative method (2018), the influence of said law on the jihad terrorism cases happening in France through the data provided will be discovered. The implementation of la loi LCT of 2006 is analysed with Yann Leroy’s concept of la notion d’effectivité du droit (2011), synchronized with the theory of international terrorism of L. Ali Khan (2006) to see the dynamics of the terrorist attacks based on the role of a country. Through Jerrold Post’s concept of jihad in Islam (2009) and the theory of Islamic terrorism practice of Marvin Perry (2008), forms of jihad terrorism from religious perspectives and discrimination issues as the background of the attacks can be discovered. This study shows that la loi LCT of 2006 was not significant enough to diminish or reduce the terrorist attacks in France. The factors which caused it include defensive actions alibi, lack of government guidance and deterrent effect of the law, society’s incredulity towards the government’s ability to counter terrorism, and ISIS intervention who have managed to infiltrate communities with their radical ideology and propaganda."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Talitha Khalisya
"Kemerdekaan Kongo pada tahun 1960 tidak berarti kebebasan bagi bangsa Kongo dari pengaruh Prancis sepenuhnya. Di Kongo, kebudayaan Prancis masih menjadi rujukan untuk cara berpakaian yang necis dan gaya hidup yang mewah. Keberadaan komunitas La Sape menjadi sebuah tren untuk mengekspresikan diri melalui cara berbusana bagi masyarakat Kongo. Novel Tais-Toi et Meurs (2012) karya Alain Mabanckou menceritakan tokoh Julien Makambo, orang Kongo yang hidup di Paris dengan mengubah identitasnya menjadi José Monfort demi menjadi seorang Sapeur sejati. Lewat novel ini, disajikan potret mengenai gaya hidup mewah diaspora Kongo yang dengan titel Sapeur yang mereka miliki beserta cara mereka bertahan hidup di sana, meski harus menjadi kriminal. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap kedok La Sape yang telah menjadi budaya bangsa Kongo dan cara Sapeur bertahan hidup melalui perspektif wacana poskolonial dalam novel Tais-Toi et Meurs (2012). Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan pendekatan tekstual dan didukung oleh model fungsional dan skema aktan milik A. J. Greimas (1983). Teori identitas Stuart Hall (1994) dan teori mimikri Homi Bhabha (1994) juga digunakan dalam penelitian ini sebagai dasar dari wacana poskolonial. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa La Sape yang dianggap sebagai simbol kebebasan dari penjajahan justru merupakan peneguhan kolonialisme dan inferioritas yang menyebabkan para Sapeur terus melakukan mimikri pada gaya hidup bangsa penjajah.

Congo's independence in 1960 did not mean complete freedom for the Congolese nation from French influence. In the Congo, French culture is still a reference for dapper outfit and a luxurious lifestyle. The existence of the La Sape community has become a trend for self-expression through the attire of Congolese people. The novel Tais-Toi et Meurs (2012) by Alain Mabanckou tells of the character Julien Makambo, a Congolese living in Paris, by changing his identity to become José Monfort to become a true Sapeur. Through this novel, a portrait is presented of the luxurious lifestyle of the Congo diaspora with the title Sapeur that they have and how they survive there, even though they have to become criminals. This study aims to reveal the guise of La Sape, which has become the culture of the Congo people, and how Sapeur survives through the perspective of postcolonial discourse in the novel Tais-Toi et Meurs (2012). The method used in this study is a qualitative method with a textual approach and is supported by functional models and actan schemes belonging to A. J. Greimas (1983). Stuart Hall's (1994) identity theory and Homi Bhabha's (1994) mimicry theory are also used in this research as the basis of postcolonial discourse. The results of this study indicate that La Sape, considered a symbol of freedom from colonialism, is an affirmation of colonialism and inferiority which causes the Sapeurs to continue to mimic the lifestyle of the colonizers. "
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Christina Josefien Hutubessy
"ABSTRAK
Fokus penelitian kualitatif berperspektif feminis ini adalah menjelaskan hegemoni gereja terhadap konstruksi tubuh dan seksualitas perempuan yang menyebabkan terjadinya stigma dan diskriminasi terhadap perempuan. Saya mendapatkan empat temuan dengan menggunakan teori Hegemoni Antonio Gramsci dan teori konstruksi tubuh dan seksualitas Simone de Beauvoir serta teologi feminis. Pertama, hegemoni agama terkait tubuh dan seksualitas perempuan menyebabkan perempuan yang hamil dari hubungan seks pranikah dituduh telah melakukan dosa perzinaan. Kedua, respons pemimpin atau pelayan terbagi dua yakni melakukan pastoral care-penggembalaan untuk menguatkan dan membangun kesadaran dan disiplin gerejawi yang menerapkan hukuman atas dosa. Ketiga, perempuan yang hamil dari hubungan seks pranikah mengalami stigma dan diskriminasi secara informal oleh hukuman sosial dan institutional. Perempuan kehilangan kesempatan mengikuti ritus agama karena hukuman disiplin gereja. Mahasiswa teologi yang melakukan seks pranikah dengan bukti kehamilan juga kehilangan hak pengembangan hidup pada pendidikan tinggi teologi. Keempat, pemimpin/ pelayan gereja yang berempati kepada perempuan tidak menerapkan disiplin sekalipun diatur oleh aturan gereja. De Beauvoir menawarkan strategi transendensi yakni perempuan tidak menginternalisasi konstruksi kelompok dominan yang me-Liyan-kan tubuh perempuan. Kate Millet dan Teologi Feminis menawarkan rekonstruksi tubuh dan seksualitas yang bebas dari tatanan patriarki. Teologi feminis merekonstruksi konsep dosa dan epistemologi perempuan.

ABSTRACT
The focus of this qualitative feminist study is to explicate the hegemony of the church in the construction of women rsquo s body and sexuality that lead to stigma and discrimination against women. I gained four findings using Antonio Gramsci 39 s theory of hegemony and the theory of the construction of the body and sexuality Simone de Beauvoir and feminist theology. Firstly, religious hegemony related to women rsquo s body and sexuality causes women with premarital sex pregnancy was accused of the sin of adultery. Secondly, servants leaders rsquo response divided into two, doing pastoral care to strengthening and raising counsiousness and ecclesiastical discipline that applies the punishment for sin. Thirdly, women with premarital sex pregnancy experience stigma and discrimination informally by social and institutional penalties. Women lose the opportunity to follow the religious rites for church discipline punishment. Theology students with premarital sex pregnancy also lose the right to the development of life on higher education theology. Fourthly, the servants leaders of the church who have emphaty to women situation not applies discipline though governed by the rules of the church. De Beauvoir offers transcendence strategies that women do not internalize the construction of the dominant group that women as the Other. Kate Millet and feminist theology offers a reconstruction of the body and sexuality free of patriarchal order. Feminist theology reconstructs the concept of sin and women rsquo s epistemology."
2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yane Andini
"Dalam novel Bilangan Fu karya Ayu Utami, dogmatisme menjadi tema utama yang digambarkan melalui tokoh Sandi Yuda atau Yuda dan Parang Jati atau Jati. Kedua tokoh tersebut dihadapkan pada dilema dan konflik batin, yaitu mempertanyakan norma-norma yang ada, mempertimbangkan nilai-nilai pribadi mereka, dan menghadapi konsekuensi dari keputusan yang mereka ambil. Dalam konteks itu, mereka harus berhadapan dengan dogmatisme. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji dogmatisme yang ada pada novel Bilangan Fu. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan intrinsik dan sosiologi sastra. Dalam penelitian ini, ditemukan bahwa tokoh Yuda memiliki karakteristik rasionalis, skeptis, dan memiliki idealisme terhadap maskulinitas. Tokoh ini bersahabat dengan tokoh utama lain, yaitu Jati, yang digambarkan sebagai seorang spiritualis yang karismatik. Penelitian ini juga menyoroti dogmatisme terhadap beberapa idealisme dalam novel tersebut, termasuk dogmatisme pada rasionalisme, idealisme maskulinitas tokoh Jati, dan spiritualisme tokoh Jati. Dalam menghadapi dogmatisme, tokoh-tokoh ini menunjukkan keterbukaan, toleransi, dan spiritualisme kritis. Jati memiliki peran penting dalam menghadapi dogmatisme, yaitu mengajak untuk berdialog, saling menghormati, dan memandang keberagaman sebagai hal yang alami. Tokoh ini juga memperjuangkan keadilan sosial dan membebaskan diri dari belenggu tradisi dan norma yang menyempitkan. Melalui karakter Jati, Ayu Utami mengajak pembaca untuk merenungkan pentingnya memahami dan menghormati perbedaan serta berjuang menciptakan masyarakat yang inklusif dan adil.

In Ayu Utami's novel Bilangan Fu, dogmatism is the main theme depicted through the characters of Sandi Yuda or Yuda and Parang Jati or Jati. These two characters are faced with dilemmas and inner conflicts, questioning existing norms, considering their personal values, and facing the consequences of their decisions. In this context, they have to confront dogmatism. This research aims to examine the presence of dogmatism in the novel Bilangan Fu. The approach used is an intrinsic and sociological approach to literature. In this study, it was found that the character Yuda exhibits characteristics of being rational, skeptical, and having idealism towards masculinity. This character befriends another main character, Jati, who is portrayed as a charismatic spiritualist. This research also highlights dogmatism towards various idealisms in the novel, including dogmatism towards rationalism, the idealism of Jati's masculinity, and Jati's spiritualism. In facing dogmatism, these characters show openness, tolerance, and critical spiritualism. Jati plays an important role in confronting dogmatism by advocating for dialogue, mutual respect, and viewing diversity as natural. This character also fights for social justice and frees oneself from the shackles of limiting traditions and norms. Through the character of Jati, Ayu Utami invites readers to reflect on the importance of understanding and respecting differences and to strive for an inclusive and fair society. "
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Umi Khulsum
"Tulisan ini membahas mengenai pandangan perempuan Korea mengenai makna cantik yang berkembang di Korea saat ini. Sempitnya makna cantik dan kerasnya kehidupan di Korea membuat perempuan Korea melakukan operasi plastik untuk mendapatkan paras wajah cantik sesuai dengan yang ia inginkan. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif dengan teknik observasi film dan studi kepustakaan. Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan bahwa konsep cantik perempuan Korea merupakan inspirasi dan kombinasi cantik Asia dan cantik perempuan Barat. Dari hasil analisis diperoleh kesimpulan bahwa paras cantik dalam tubuh seorang wanita dapat memberikan mereka kebahagiaan dalam dunia sosial serta mengantarkan mereka kepada nasib yang lebih baik.

This research studies about nowadays korean women's perspective about being beautiful. The importance of being beautiful in the life of korean women leads them to having plastic surgery in order to gain the beautiful face that they want. This research uses qualitative research method with movie observing technic and literature study. The goal of this research is to prove that the beauty concept of korean woman is inspired by the combination of the beauty concept of asian woman and western woman. The result of the analysis show that being beautiful can give a woman happiness in her social life and can also lead them to have a better life.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2014
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
"Masalah ini menganalisis kompleksitas seksual manusia dengan menantang asumsi-asumsi yang dibangun atas pemikiran biner yang biasanya memiliki kecenderungan deterministik biologi. Upaya ini dilakukan dengan memaparkan perkembangan teori seksualitas muktahir, mulai dari feminisme hingga kajian queer, melalui teori-teori Michel Foucault, Judith Butler, Jack Halberstan, hingga Sara Ahmed. Selain itu, perkembangan kajian seksualitas di ranah lokal juga turut dipaparkan untuk melihat bagaimana interkasi dan relasi pengetahuan antara tingkat global dan lokal. Pendekatan teori queer juga memberikan ruang untuk melakukan kritik terhadap hagemoni label seksualitas yang dibawa dari Barat dan menunjukkan bahwa label-label tersebut tidak selalu meiliki makna yang sama dengan asalnya. Inilah alasan mengapa konse sex(t)uality/seks(t)ualitas diperkenalkan disini, bahwa seksualitas beroperasi layaknya teks."
362 JP 20:4 (2015)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Abdul Rahman Kaeh
"Teks Pauli Narawanxsa (PN) ditransliterasikan dari aksara Jawa ke dalam huruf Latin mengikut Pedoman Ejaan Jawa yang Disempurnakan (Cf. PEBD, 1976: 29). Bunyi bahasa Jawa disesuaikan dengan bunyi bahasa Indonesia/Malaysia mengikut ketentuan seperti yang dipaparkan dalam Lampiran C disertasi ini (lihat Lampiran C). Bagi membedakan antara (pepat) dengan e (taling) , dalam transliterasi ini hanya (pepet) saja yang diberikan tanda. Bunyi (t) dan (d) digantikan dengan (th) dan (dh). Selanjutnya, semua nama termasuk nama orang, nama gelaran dan nama tempat akan ditulis dengan menggunakan huruf besar. Tanda bacaan tidak digunakan dalam transliterasi ini. Untuk memudahkan melihat perbedaan di antara tembang-tembang yang terdiri atas berbagai jenis, maka penyusunan tembang-tembang tersebut dalam transliterasi teks PN ini dibuat mengikut jumlah baris seperti yang ditentukan oleh peraturan tiap jenis tembang tersebut. Dan setia p permulaan "pada" (bait) akan ditulis dengan huruf besar. Garis miring ( / ) dalam transliterasi teks FN ini menunjukkan pergantian halaman yang terdapat dalam naskah asalnya, sedangkan nomor sebelah kiri dalam transliterasi yang sejajar dengan garis miring tadi merupakan nomor halaman dalam naskah asalnya."
Malang: IKIP-Malang, 1983
D453
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abdul Wahab
"Mesir merupakan salah satu masyarakat yang berbahasa, berbangsa, dan berbudaya Arab. Sebagai bagian dari masyarakat Arab, Mesir yang termasuk masyarakat negara berkembang berada dalam masa transisi dan dalam proses modernisasi. Pada masa-masa demikian, masalah nilai-nilai tradisonal masih merupakan permasalahan yang belum terselesaikan. Gambaran mengenai masalah-masalah sosial yang merupakan bagian dari kehidupan nyata ini terdapat dalam karya para sastrawannya. Karya sastra yang lahir di tengah masyarakat sangat berkaitan dengan peristiwa sosial dalam masyarakat tersebut."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2002
S13164
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>