Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 147235 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Mailani Dwi Hidayati
"Tungau debu rumah (TDR) adalah salah satu sumber alergen yang paling umum. Sensitisasinya dapat menyebabkan asma. Alergen TDR kelompok 1 adalah alergen kuat anggota keluarga protease sistein yang mampu mengaktifkan alergen lain: kelompok 3, 6, dan 9 yang memiliki aktivitas protease serin. Aktivitas proteolitik terlibat dalam etiologi asma melalui meningkatkan permeabilitas sel epitel saluran napas yang memungkinkan alergen tersebut bersama alergen lain melewati sel epitel dengan memotong protein antar sel. Tubuh manusia memiliki inhibitor protease seperti alpha-1 antitripsin (AAT) merupakan antiprotease serin dan sistatin C merupakan antiprotease sistein. AAT diketahui juga merupakan protein fase aktif positif yang terlibat dalam mekanisme resolusi inflamasi. Sistatin C secara signifikan berhubungan dengan beberapa marker inflamasi seperti protein C-reaktif, IL-6, dan TNF-α. Penelitian kami bertujuan mengetahui keadaan AAT dan sistatin C serum pasien asma TDR. Sebuah studi potong lintang dari 10 pasien asma TDR dan 10 subjek sehat dilakukan. Aktivitas penghambatan AAT dan sistatin C serum diukur dengan uji enzimatik. Konsentrasi AAT dan sistatin C serum diukur dengan metode ELISA. Tidak ada perbedaan signifikan pada aktivitas penghambatan AAT serum (p=0,445, p>0,05), konsentrasi AAT (p=0,290, p>0,05), dan konsentrasi sistatin C (p=0,290, p>0,05). Aktivitas penghambatan sistatin C serum pada pasien asma secara signifikan lebih tinggi daripada subjek sehat (p=0,001, p<0,05). Tidak ada korelasi antara aktivitas penghambatan AAT dan konsentrasi AAT atau korelasi antara aktivitas penghambatan sistatin C dan konsentrasi sistatin C yang diamati. Aktivitas sistatin C pada asma TDR signifikan lebih tinggi daripada subjek sehat. Sedangkan, aktivitas AAT, konsentrasi AAT, dan sistatin C pada pasien asma TDR tinggi tidak signifikan daripada subjek sehat.

House dust mite (HDM) is one of the most common sources of allergen. Its sensitization can lead to asthma. The group 1 mite allergens are potent allergens belonging to the papain-like cysteine protease family. Moreover, the group 1 mite allergens were able to activate others like groups 3, group 6, and group 9 that have serine protease activity. The proteolytic activity involves the etiology of asthma by increasing the permeability of the airway epithelial cell and allowing themselves and other allergens to pass through the epithelial cells by cleaving the cell surface molecules. The human body has natural inhibitor protease like alpha-1 antitrypsin (AAT) which has anti-serine protease and cystatin C which has anti-cysteine protease. AAT is known as an acute phase protein that is involved in the inflammation resolution mechanism. Cystatin C was significantly correlated with several inflammatory markers such as C-reactive protein, IL-6, and TNF-α. Our study aimed to investigate the behavior of serum alpha-1 antitrypsin and cystatin C in patients with house dust mite asthma. A cross-sectional study of 10 patients with HDM allergic asthma and 10 healthy subjects were carried out. Serum AAT and cystatin C inhibitory activity were measured with enzymatic assays. While serum AAT and cystatin C concentration were determined by ELISA method. No significant differences in serum AAT inhibitory activity (p=0.445, p>0.05), serum AAT concentration (p=0.290, p>0.05), and cystatin C concentration (p=0.290, p>0.05). Serum cystatin C inhibitory activity in asthmatic patients was significantly higher than healthy subject (p=0.001, p<0.05). Neither correlation between the AAT inhibitory activity and the AAT concentration or correlation between cystatin C inhibitory activity and cystatin C concentration was observed. In conclusion, the activity of cystatin C in dust mite asthma is significantly higher than in healthy subjects. Whereas the activity of AAT, concentration of AAT, and cystatin C in dust mite asthma patients are insignificantly higher than in healthy subjects."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jean Budi Pratista Devi
"ABSTRAK
Salah satu cara mengendalikan Tungau Debu Rumah (TDR) diperlukan
perilaku bersih masyarakat terutama kebersihan debu rumah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan perilaku membersihkan rumah pada masyarakat terhadap keberadaan TDR.Disain penelitian ini, yaitu cross-sectional analitik. Penelitian ini dilakukan pada masyarakat perkotaan di Pamulang (Tangerang Selatan) dan Pasar Rebo (Jakarta Timur) selama Oktober 2013- Juni 2014. Sebanyak 96 rumah responden yang terdiri dari 52 di Pamulang dan 44 Pasar Rebo dipilih secara random. Dari 96 debu rumah yang diperiksa dengan metode langsung di bawah mikroskop ditemukan spesies TDR, yaitu Dermatophagoides pteronyssinus (60,4%), D. farinae (4,2 %), dan Glysiphagus destructor (20,8%). Perilaku responden, yaitu membersihkan tempat tidur dan rumah 1 x sehari (40,6%) lebih sedikit dibandingkan 2 x sehari (59,4%). Responden dengan perilaku bersih 1 x sehari ditemukan frekuensi TDR lebih sedikit dibandingkan 2 x sehari dengan nilai OR=2,09 (95% CI 2,15 sampai 4,18). Penelitian ini memperlihatkan bahwa dengan perilaku bersih dari masyarakat"
"perkotaan mengurangi keberadaan TDR di dalam debu rumah."

ABSTRACT
One of methods to controlling House Dust Mites (HDM) is pattern behavior people to keep clean especially keep the house from dust. This research aims to determine the patterns of behavior in the public house cleaning affect the existence population HDM found in the house of the population. This study used design analytic cross-sectional. This research was done to citizen in the Pamulang and Pasar Rebo ( East Jakarta) from October 2013 until June 2014. 96 homes respondents consisted of 52 respondents Pamulang and 44 respondents East Jakarta by random sampling. From 96 house dust which investigated directly methods to see and find species HDM used microscope, those are Dermatophagoides pteronyssinus (60,4%), D. farinae (4,2 %), and Glysiphagus destructor (20,8%). Respondents?s behavior, cleaning their bedroom and house 1 x a day (40,6%) fewer just than 2 x a day (59,4%). Respondents with behavior of clean 1 x / day, TDR frequency?s discovered fewer just than 2 x/ day with value OR=2,09 (95% CI 2,15 until 4,18). This study to show that pattern people?s behavior to keep clean which can decrease or reduces population of HDM in dust home"
2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fitriahati Setiyarizki
"Tungau Debu Rumah (TDR) merupakan aeroalergen utama yang dapat memicu reaksi alergi pada penyakit atopi seperti dermatitis atopi, asma, dan rhinitis alergi. TDR dapat ditemukan di berbagai tempat bersarang baik alami maupun nonalami di dalam rumah. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan bahan alami dan nonalami terhadap keberadaan TDR. Dengan menggunakan desain cross-sectional, penelitian ini dilakukan di Pasar Rebo (Jakarta Timur) dan Pamulang (Tangerang Selatan) pada November 2013 sampai Februari 2014. Data demografi penduduk diperoleh melalui kuesioner. Sampel debu rumah diambil dari bahan alami, yaitu kapuk dan nonalami, yaitu karpet, kasur busa, sofa, dan spring bed. Deteksi spesies TDR pada debu tersebut dilakukan dengan teknik langsung menggunakan mikroskop. Dari hasil penelitian didapatkan 207 sampel debu rumah dari 96 responden (Pasar Rebo = 44 Sampel dan Pamulang = 52 sampel). Spesies TDR yang ditemukan di Pasar Rebo adalah Dermatophagoides pteronyssinus (Dp) dan Glyciphagus destructor (Gd), sedangkan spesies TDR yang ditemukan di Pamulang adalah Dp, D.ferinae (Df), dan Gd. Dp merupakan spesies dominan pada bahan alami dan nonalami. Secara statistik, terdapat hubungan bermakna antara jenis bahan dengan keberadaan TDR (p<0,05). Bahan alami berisiko lebih tinggi dibandingkan nonalami (OR = 1,99, 95% CI 1,06-3,72). Dapat disimpulkan bahwa keberadaan spesies TDR berhubungan dengan jenis bahan bersarang yang terdapat di dalam rumah.
House Dust Mites (HDM) is the main aeroalergen that can induced allergic reaction at atopic diseases such as dermatitis atopic, asthma, and rhinitis allergy. HDM was found in both nature and non-nature materials on stuffs around living house. The aim of this research was to know association between nature and non-nature materials with HDM. Cross sectional method was used in this research. Primary data was collected in Pasar Rebo (North Jakarta) and Pamulang (South Tangerang) for four months, from November 2013 until February 2014. Demographic profile was collected by filling the questionnaire. House dust was collected from both nature, as kapok matress, and non-nature materials, such as carpet, foam mattress, sofa, and spring bed. HDM was detected by direct examination on microscope. This research includes 207 house dust samples from 96 houses in Pasar Rebo, 44 samples, and Pamulang, 52 samples. Data from statistic show that in Pasar rebo, Dermatophagoides pteronyssinus (Dp) and Glyciphagus destructor (Gd) were found as varies HDM species meanwhile in Pamulang, Dp, D.ferinae (Df), and Gd were found. From both places, Dp was mostly found in nature and non-nature materials. Statistically, there was significance association between any materials and house dust mites (p<0,05). Nature material had a higher risk than non-nature materials to found HDM (OR = 1,99, 95% CI 1,06-3,72). Asconclussion, materials used living house associated with population of HDM."
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan kepadatan dan keragaman jenis tungau debu rumah (TDR) yang didapatkan dengan teknik isolasi dan teknik flotasi. Sampel debu dikumpulkan dengan penyedot debu 10 rumah di Perumahan BTN Pamulang, Tangerang. Selanjutnya sampel debu dibawa ke Bagian Parasitologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia untuk pemeriksaan. Tungau yang didapat diidentifikasi berdasarkan kunci determinasi Krantz (1978) dan Mc Daniel (1979). Disimpulkan bahwa teknik flotasi lebih baik dari pada teknik flotasi lebih baik daripada teknik isolasi. "
MPARIN 9 (1-2) 1996
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Siagian, Fresby H
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1994
S36358
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Faroland Dedy Koswara Debataradja
"ABSTRAK
Pasien rawat inap dengan malnutrisi dapat mengalami kehilangan albumin melalui saluran cerna yang ditandai dengan penurunan albumin serum dan peningkatan kadar AAT tinja. Tujuan penelitian ini untuk menilai kehilangan protein melalui saluran cerna pada pasien di ruang rawat inap RSCM. Penelitian menggunakan rancangan potong lintang dengan uji deskriptif analitik, dengan menilai kadar AAT tinja dan albumin serum penderita rawat inap. Hasil penelitian pada 41 subjek malnutrisi dan 33 subjek tidak malnutrisi mendapatkan nilai median AAT tinja pada kelompok malnutrisi sebesar 86,9 mg/dL dengan rentang 26,3 - 310,3 mg/dL. Pada kelompok tidak malnutrisi didapat median nilai AAT tinja 12,2 mg/dL dengan rentang 1,4 - 25,6 mg/dL. Rerata albumin serum pada kelompok malnutrisi adalah 2,6 ± 0,4 g/dL sedangkan pada kelompok tidak malnutrisi 4,0 ± 0,4 g/dL. Terdapat korelasi kuat yang berlawanan arah antara kadar AAT tinja dan kadar albumin serum yang berarti terjadi kebocoran albumin serum melalui saluran cerna akibat gangguan integritas usus terutama pada pasien yang mengalami malnutrisi.

ABSTRACT
Hospitalized patients with malnutrition can have albumin loss through gastrointestinal tract characterized by the decreased of serum albumin and the increased levels of fecal AAT. The purpose of this study was to assess the loss of protein through the gastrointestinal tract in hospitalized patients at RSCM hospital. The study was a cross-sectional study with descriptive analytic approach, assessing the levels of fecal AAT and serum albumin from 41 malnourish and 33 non malnourish subject. Fecal AAT median scores among the malnourished group was 86.9 mg/dL with a range from 26.3 to 310.3 mg/dL. In the non malnourished group fecal AAT median value was 12.2 mg / dL with a range from 1.4 to 25.6 mg/dL. The mean serum albumin in malnourished group was 2.6 ± 0.4 g/dL, while in the non malnourished group was 4.0 ± 0.4 g/dL. There is a strong negative correlation between fecal AAT levels and serum albumin, which indicates that serum albumin leakage through the gastrointestinal tract was due to impaired intestinal integrity especially in malnourished patients."
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Suriani Alimuddin
"ABSTRAK
Latar Belakang: Pemeriksaan IgE spesifik serum baru diperkenalkan di Indonesia, tetapi belum ada data uji diagnostik mengenai akurasinya dalam mendeteksi alergen tungau debu rumah dan kecoa pada pasien asma dan atau rinitis alergi. Tujuan: Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan akurasi diagnosis pemeriksaan IgE spesifik serum dalam mendiagnosis sensitisasi alergen Dermatophagoides pteronyssinus Der p , Dermatophagoides farinae Der f , Blomia tropicalis Blo t dan Blatella germanica Bla g pada pasien asma dan atau rinitis alergi.Metode: Penelitian ini adalah studi potong lintang pada pasien alergi pernapasan dan merupakan bagian dari studi epidemiologi mengenai sensitisasi IgE spesifik di Divisi Alergi-Immunologi, RS Cipto Mangunkusumo, Jakarta, antara September dan Desember 2016. Pengukuran sensitisasi IgE spesifik dilakukan dengan metode imunoblot Euroline , Euroimmun AG, Germany . Alergen yang diuji adalah Der p, Der f, Blo t, dan Bla g. Hasilnya dibandingkan dengan baku emas uji tusuk kulit. Uji diagnostik yang dilakukan meliputi sensitivitas, spesifisitas, positive predicitive value PPV , negative predictive value NPV , likelihood ratio positif dan negatif LR and LR- .Hasil: Serbanyak 101 pasien dilibatkan dalam studi, 77 76,2 di antaranya adalah perempuan. Rerata usia pasien adalah 38,8 tahun. Berdasarkan uji tusuk kulit, sensitisasi tertinggi yang didapatkan adalah terhadap Blo t 76,2 , disusul oleh Der p 70,3 , Der f 69,3 , dan Bla g 41,6 . Sensitisasi IgE-spesifik tertinggi ditunjukkan oleh Der f 52,9 , diikuti oleh Der p 38,2 , Blo t 33,3 dan Bla g 10,8 . Alergen Der p memiliki 50,7 sentivitas, 90 spesifisitas, 92,3 PPV, 43,5 NPV, 5,1 LR dan 0,1 LR-. Der f memperlihatkan 71,4 sensitivitas, 87,1 spesifisitas, 82,6 PPV, 57,4 NPV, 5,5 LR dan 0,3 LR-. Alergen Blo t menunjukkan 41,6 sensitivitas, 91,7 spesifisitas, 94,1 PPV, 32,8 NPV, 5,0 LR , dan 0,6 LR-. Alergen Bla g menghasilkan 23,8 sensitivitas, 98,3 spesifisitas, 90,9 PPV, 64,4 NPV, 14,5 LR dan 0,8 LR-.Kesimpulan: Pemeriksaan IgE spesifik serum dalam mendiagnosis sensitisasi alergen Dermatophagoides pteronyssinus, Dermatophagoides farinae, Blomia tropicalis, dan Blatella germanica pada pasien asma dan atau rinitis alergi memperlihatkan sensitivitas rendah sampai sedang, tetapi spesifisitas dan PPV yang tinggi.

ABSTRACT
Background Serum specific IgE testing has recently been introduced in Indonesia, but diagnostic test has not been performed to know its performance to detect house dust mite and cockroach allergens in patients with allergic asthma and or rhinitis.Objective The objective of this study was to obtain diagnostic accuracy of serum specific IgE testing in diagnosing allergen sensitization to Dermatophagoides pteronyssinus, Dermatophagoides farinae, Blomia tropicalis, and Blatella germanica allergens in patients with allergic asthma and or rhinitis.Method This was a cross sectional study among patients with respiratory allergy and was part of a larger epidemiology study on specific IgE sensitization in the Division of Allergy Immunology, Cipto Mangunkusumo Hospital, Jakarta between September and December 2016. Specific IgE sensitization was measured using immunoblot method Euroline , EuroImmun AG, Germany . Allergens tested were Dermatophagoides pteronyssinus Der p , Dermatophagoides farinae Der f , Blomia tropicalis Blo t , and Blatella germanica Bla g . The results was compared to the standard skin prick test . Diagnostic test were performed and include sensitivity, specificity, positive predicitive value PPV , negative predictive value NPV , positive and negative likelihood ratio LR and LR .Results A total of 101 patients were enrolled 77 76.2 were women. Patients mean age was 38.8 years old. Based on SPT, sensitization was highest for Blo t 76.2 , followed by Der p 70.3 , Der f 69.3 , and Bla g 41.6 . Specific IgE sensitization was highest for Der f 52.9 , followed by Der p 38.2 , Blo t 33.3 and Bla g 10.8 . Der p allergen had 50.7 sentivity, 90 specificity, 92.3 PPV, 43.5 NPV, 5.1 LR and 0.1LR . Der f showed 71.4 sensitivity, 87.1 specificity, 82.6 PPV, 57.4 NPV, 5.5 LR and 0.3 LR . Blo t allergen had 41.6 sensitivity, 91.7 specificity, 94.1 PPV, 32.8 NPV, 5.0 LR , and 0.6 LR . Bla g allergen had 23.8 sensitivity, 98.3 specificity, 90.9 PPV, 64.4 NPV, 14.5 LR and 0.8 LR .Conclusion Serum specific IgE testing to Dermatophagoides pteronyssinus, Dermatophagoides farinae, Blomia tropicalis, and Blatella germanica allergens in patients with allergic asthma and or rhinitis showed only low to moderate sensitivity, but high specificity and PPV."
2017
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Annisa Mulia Anasis
"Asma merupakan inflamasi kronik saluran napas yang timbul karena respons tubuh terhadap faktor eksogen, misalnya alergen, iritasi, dan infeksi. Sebagian pasien asma dilaporkan mengalami perkembangan gejala asma karena pajanan tungau debu rumah TDR . Identifikasi TDR, tempat hidupnya, serta densitas tungau penting dilakukan untuk mengendalikan faktor pencetus, sekaligus mencegah berkembangnya penyakit asma. Penelitian kasus kontrol ini bertujuan untuk mengetahui profil TDR pada pasien asma persisten, termasuk jenis dan kepadatan tungau, serta hubungannya dengan kadar serum IgE spesifik anti-TDR. Penelitian dilakukan pada bulan Februari 2017 sampai Desember 2017. Sebanyak 13 pasien asma persisten dan 12 pasien kontrol telah menjalani pemeriksaan kadar serum IgE spesifik anti-TDR menggunakan Immulite 2000 xpi. Sampel debu rumah diambil dari rumah pasien dan diperiksa menggunakan metode Fain. Hasil penelitian menunjukkan variasi spesies TDR didominasi D. pteronyssinus. Kepadatan D. pteronyssinus adalah 83,9 yaitu 120 spesies tungau tersebut dari 143 tungau yang diperoleh. Kadar serum IgE spesifik anti-TDR pada pasien asma persisten lebih tinggi dibandingkan pasien normal, dengan rerata 2,35 kU/L nilai positif bila >0,35 kU/L . Kepadatan D. pteronyssinus dalam debu kamar tidur menunjukkan korelasi positif dengan kadar serum IgE anti-TDR pada pasien asma persisten.
Asthma is a chronic inflammation of airways, as a response to exogenous factors, such as alergens, irritants, and infections. Some asthmatic patients had symptoms of asthma due to exposure to house dust mites HDM alergen. Identification of HDM, the habitat, and density of mites are important to control the trigger factors, and preventing the asthma pathogenesis. This case control study aimed to determine the HDM profiles in persistent asthmatic patients, including the species, density of mites, as well as its association with specific IgE anti HDM serum levels. The study was conducted in February 2017 to December 2017. A total of 13 patients with persistent asthma and 12 control patients had screened with specific anti HDM IgE levels using Immulite 2000 xpi. The house dust samples was taken and examined using the Fain method. The results showed that HDM species was predominantly D. pteronyssinus. The density was 120 species of D. pteronyssinus from 143 mites found 83.9 . Specific anti HDM IgE serum levels in persistent asthmatic levels were higher than normal patients, with a mean of 2.35 kU L positive values if 0.35 kU L . Density of D. pteronyssinus in dust of bed room showed a positive correlation with serum IgE specific of anti HDM level in persistent asthmatic patients."
2018
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"In this paper, a method of location analysis for smart house is proposed. The proposed method uses projective transformation to process the input from visual sensor for determining coordinate of resident and also the entire device inside the smart house. With a good calculated coordinate, each device function in the smart house can be optimized for the good of the resident. From the experiment results, the proposed method successfully maps all coordinates of any device in the smart house up to 81% accuracy.
Pada publikasi ini diajukan sebuah metode analisis lokasi yang digunakan pada rumah cerdas. Metode yang diajukan menggunakan transformasi proyektif terhadap masukan dari sensor visual untuk menentukan koordinat penghuni dan setiap benda yang ada pada rumah cerdas. Dengan penentuan koordinat yang baik, fungsi setiap benda dalam rumah cerdas dapat dioptimalkan untuk kebaikan penghuni. Dari uji coba yang dilakukan, metode ini berhasil memetakan koordinat benda-benda pada rumah cerdas dengan akurasi kebenaran 81%."
Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2014
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Bambang S. Pudjono
"A. Latar Belakang: Bertempat tinggal di apartemen dapat dikatakan sebagai hal yang baru bagi penduduk Jakarta dan karena itu, baik disadari maupun tanpa disadari, para penghuninya membutuhkan proses penyesuaian diri baik penyesuaian diri di dalam lingkungan keluarganya maupun penyesuaian diri terhadap lingkungan di luar keluarga, antara lain tetangga yang seapartemen, di mana untuk selanjutnya akan berpengaruh pula pada kehidupan sosial budaya penghuni apartemen tersebut.
B. Permasalahan: Proses penyesuaian diri bagi penghuni apartemen pertama-tama tentunya berkaitan dengan suasana rumah tinggal yang tidak lagi terletak langsung di atas sebidang tanah melainkan berupa rumah vertikal, yaitu beberapa tempat tinggal yang dibangun di sebuah gedung bertingkat. Demikian pula suasana antara satu keluarga penghuni dengan keluarga lainnya tentunya akan berbeda."
Depok: Lembaga Penelitian Universitas Indonesia, 1996
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>