Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 68931 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Tika Maharani
"Artikel ini membahas perkembangan Pasar Baru sebagai pusat pembelanjaan fashion bagi masyarakat Jakarta pada tahun 1950-an. Pasar Baru telah menjadi primadona dan tempat tujuan masyarakat kelas atas untuk berbelanja sejak zaman kolonial Belanda. Pamornya tak berhenti sejak saat itu, tetapi memulai babak baru di tahun 1950-an dengan beragamnya jenis komoditi dan multikulturalisme yang kental diantara para pedagang-pedagang terutama Cina dan India. Artikel ini merupakan penelitian sejarah dengan menggunakan metode sejarah sebagai metode penulisan yang terdiri dari heuristik, kritik, interpretasi dan historiografi. Sumber yang digunakan pada artikel ini meliputi surat kabar, majalah, buku, jurnal dan wawancara. Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini bahwa Pasar Baru di tahun 1950-an masih menjadi surga belanja masyarakat Jakarta dengan produk unggulan sepatu kulit dan tekstilnya. Selain menjadi pusat perbelanjaan fashion, Pasar Baru juga memberikan dampak ekonomi, sosial dan budaya kepada masyarakat dengan dibukanya lapangan pekerjaan bagi masyarakat sekitar. Disamping itu juga muncul toko – toko baru yang berkaitan dengan kebutuhan masyarakat yang lebih luas mulai dari jasa tailor sampai dengan kuliner. Pasar Baru juga menjadi ruang publik yang diminati masyarakat Jakarta.

This article discusses the development of Pasar Baru as a fashion shopping center for Jakarta citizens in the 1950s. Pasar Baru has been the greatest and top destination for the upper class to shop since the Dutch colonial era. Its prestige has not stopped since then, but started a new chapter in the 1950s with diverse commodities and the multiculturalism among traders, especially China and India. The research method used is the historical method consisting of heuristics, criticism, interpretation and historiography. The sources used in this article include newspapers, magazines, books, journals and an interview. The results obtained in this study are that Pasar Baru in the 1950s was still a shopping paradise for the people of Jakarta as well as the fashion center in their leather shoes and textile products. In addition to being a fashion shopping center, Pasar Baru also has an economic, social and cultural impact on the community surround Pasar Baru by opening up job opportunities. Furthermore, there are new shops that provide larger necessity such as tailoring to culinary. Pasar Baru also was the most interesting public space for Jakarta citizens to visit."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Eka Pujiastuti
"Penelitian ini menganalisis determinan performa ekspor industri kreatif Indonesia, khususnya industri fesyen. Pengujian dilakukan dengan berbagai determinan yang didapat dari studi terdahulu dan pengalaman pelaku industri ini. Mengaplikasikan model khusus untuk data fraksional, Papke-Wooldridge model, Peneliti secara spesifik menggunakan data level perusahaan dari statistik industri dengan klasifikasi sesuai dengan blueprint ekonomi kreatif Indonesia. Ditemukan bahwa ukuran perusahaan, upah pekerja, juga peran pemilik asing dan bahan baku impor memiliki korelasi yang signifikan dengan performa ekspor industri ini.

This study analyzes export performance of Indonesian creative industries, especially the fashion industry. We test a range of determinants obtained from the literature and experiences of the industry. To estimate the relation between export performance and its determinants, we apply specific model for fractional data and also specifically using firm-level data from industrial statistics classified by blueprint of Indonesian creative industry. Our analysis points that size of the company, cost of workers, also role of foreign owners and imported raw materials have significant correlation with the export performance of the industry."
Depok: Universitas Indonesia, 2014
S56335
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Atika Nusya Puteri
"Analisis Situasi: Masyarakat Indonesia menjadi lebih sadar akan pentingnya mengekspresikan kepribadian masing-masing lewat apa yang mereka kenakan. Hal ini memicu pasar fashion di Indonesia untuk terus berkembang baik dalam lingkup lokal maupun dunia. Namun sayangnya kemunculan ini tidak didukung penuh oleh media fashion di Indonesia. Sehingga masyarakat pun terbiasa memanfaatkan media sosial untuk mendapatkan informasi mengenai trend fashion lokal. Maka dari itu, situs The Local Front berusaha menjawab kebutuhan tersebut. Selain memberikan informasi dan berita yang dibutuhkan konsumen hal ini juga dapat membangun fashion scene di Indonesia. Manfaat dan Tujuan Pengembangan Prototipe.
Manfaat bagi khalayak: Sebagai wadah informasi mengenai trend fashion lokal di Indonesia dan dikemas dengan pembahasan yang mendalamManfaat bagi pengelola: Sebagai sarana dalam menyampaikan informasi yang mengedukasi target sasaran mengenai fashion dan trend mode lokal di Indonesia.
Tujuan: Menjadi situs yang memberikan informasi, wawasan dan hasil analisis trend yang dapat digunakan target sasaran untuk memperluas pemahaman mengenai trend fashion lokal.
Prototipe yang Dikembangkan: Situs The Local Front akan menyajikan hasil pengamatan mengenai trend fashion lokal di Indonesia. Target khalayak adalah pengguna internet yang aktif mengikuti perkembangan trend,berusia 19-25 tahundengan SES A dan B.
Evaluasi: Media pre-test dilakukan menyebar kuisioner online kepada 30 responden setelah membaca konten prototipe. Evalusi input akan dilaksanakan dalam Rapat Redaksi dengan menganalisa hasil laporan tiap divisi dan jumlah pengiklan Evaluasi output akan dilakukan pemantauan khusus akan dilakukan pada situs ini melalui web statistic, yakni traffic, page view, share, subscribe dan jumlah comment untuk melihat trend dan minat pengunjung situs. Evaluasi outcome dilakukan dengan menyebarkan kuesioner yang meninjau pada evaluasi kehadiran situs sesuai dengan tujuan awalnya. "
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2016
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Fauziah Ambarrini
"ABSTRACT
Skripsi ini membahas mengenai Tren pada dunia fesyen wanita di Indonesia. Tren Mix Up merupakan sebutan untuk tren fesyen pada dekade 1990-an karena banyaknya gaya berpakaian yang muncul. Perubahannya tema fesyen yang begitu cepat karena adanya perkembangan teknologi yang mempercapat arus informasi. Mulai dari tema fesyen yang gelap hingga tema fesyen yang glamor memiliki peminatnya masing-masing pada era tersebut. Salah satu tema fesyen pada tren Mix Up adalah street fashion yang dibawakan oleh perancang busana ke ranah high fashion. Tren Mix Up membuat keeksklusifan fesyen bukan lagi dilihat dari produksi haute couture tapi dilihat dari merek yang digunakan. Selain itu, tren Mix Up juga membuat fesyen dapat dinikmati tidak hanya dari kalangan atas tetapi juga menengah kebawah. Studi-studi penelitian sebelumnya lebih banyak membahas mengenai fesyen secara umum Terdapat studi yang membahas fesyen Indonesia namun lebih kepada membangkitkan rasa nasionalisme. Skripsi ini menggunakan metode sejarah dengan mengumpulkan sumber literature, data-data dari surat kabar maupun majalah sezaman, dan narasumber yang pernah meliput dan penikmat fesyen.

ABSTRACT
This thesis discusses about Mix Up trend on womens fashion in Indonesia. Mix Up trend is the designation for fashion trends in the 1990s because of many styles of clothing that emerged. The change in fashion themes was so fast because of technology developments which gained information flow. Ranging from dark fashion themes to glamorous fashion themes that have their respective interests in that era. One of the fashion themes in the Mix Up trend is street fashion that was brought by fashion designers to the realm of high fashion. The Mix Up trend makes the exclusivity of fashion no longer seen from haute couture production but seen from the brand used. Besides that, the Mix Up trend also makes fashion can be enjoyed not only from the upper class but also from the middle to lower classes. Previous research studies discussed more about fashion in general and there were studies that discussed Indonesian fashion more to arouse a sense of nationalism. This thesis uses historical methods by collecting literature sources, data from contemporary newspapers and magazines, fashion expert and fashion lovers."
2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rahma Mufida Widya Daniswara
"ABSTRAK
Untuk membedakan seseorang dengan yang lainnya diperlukan sebuah personal branding. Fashion blogger, Diana
Rikasari, merupakan seseorang yang dikenal dengan gaya quirky, warna warni, lucu, dan unik sebagai ciri khas
kuatnya. Berawal dari membangun personal branding melalui blog, Diana kemudian menjadi influencer dan
memperluas jangkauannya melalui Instagram. Tulisan ini menganalisis mengenai ciri khas yang dibangun Diana
Rikasari hingga menjadi seorang fashion influencer dengan menggunakan studi studi tentang personal branding.
Studi-studi tentang personal branding yang dimaksud merupakan identitas yang melekat pada diri seseorang dan
dikemas selaras dengan ciri khasnya, yang dapat memicu respon emosional orang lain mengenai kualitas nilai yang
dimiliki dirinya. Makalah non ilmiah ini merupakan studi literatur tentang bagaimana Diana Rikasari dapat melakukan
upaya branding dirinya melalui saluran media sosial miliknya. Sebagai studi literatur, selain melakukan kajian
terhadap studi-studi terkait personal branding dan peran influencer dalam pemasaran, makalah ini juga melihat blog
dan Instagram Diana Rikasari disamping pemberitaan terkait dirinya di media online. Makalah ini menemukan bahwa
personal branding yang dilakukan Diana Rikasari melalui pemanfaatan media sosial dan pemberitaan di media online
dapat mempengaruhi dirinya menjadi seorang influencer. Semua itu dukung dengan elemen personal branding oleh
Montoya yang paling menonjol adalah specialisation dan karakteristik influencer oleh Zietek yang paling menonjol
adalah authenticity dan cocreation.

ABSTRACT
ersonal branding is needed in order to differentiate someone from the others. As a fashion blogger, Diana Rikasari
is known quirky, colorful, playful and unique as her strong characteristic. Starting from building personal branding
through blog, Diana then became an influencer and expanded her scope through Instagram. This paper analyzes the
distinctive features built by Diana Rikasari to become a fashion influencer using studies on personal branding. By
studies of personal branding, means identity that is attached in a person and packaged consiistently with their
characteristics, which can trigger other peoples emotional responses regarding the quality of their values. This nonscientific
paper is a literature which studies on how Diana Rikasari can make her branding efforts through her social
media channels. besides reviewing studies related to personal branding and the role of influencers in marketing, this
paper also observes Diana Rikasaris blog and Instagram besides her image in online media. This paper discovers that
Diana personal branding through social media and her image in online media can influence her to become an
influencer. All of that is supported by personal branding element by Montoya which the most dominant are the
specialisation and characteristic of influencer by Zietek which the most prominent are being authenticity and cocreation."
2018
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Sukma
"Peningkatan nilai ekspor industri kreatif ditengah menurunnya nilai ekspor komoditas unggulan Indonesia dalam kurun waktu 2011 hingga 2015 mengindikasikan bahwa industri kreatif memiliki potensi untuk mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia. Penelitian ini mencoba untuk melihat dampak peningkatan ekspor pada sektor fashion dan kriya sebagai dua sektor penyumbang terbesar ekspor industri kreatif terhadap perekonomian Indonesia. Dengan menggunakan Tabel Input Output IO Indonesia tahun 2010 yang diolah.
Penelitian ini menemukan bahwa peningkatan ekspor sektor fashion dan kriya berpotensi untuk meningkatkan nilai tambah, pendapatan masyarakat dan tenaga kerja dalam perekonomian. Tenaga kerja merupakan indikator pertumbuhan ekonomi yang memiliki persentase perubahan terbesar yaitu sekitar 0,10 per tahunnya. Disamping itu, penelitian ini juga menemukan bahwa sektor yang memiliki keterkaitan tinggi seperti sektor industri pengolahan serta sektor pertanian, kehutanan dan perikanan menerima dampak yang relatif lebih besar dibandingkan dengan sektor lainnya.

Indonesian creative industry export in the middle of declining value of leading commodities rsquo exports in the 2011 to 2015 indicates that the creative industry is potential to boost Indonesia rsquo s economic growth. This research aims to examine the impact of export growth of fashion and craft sector as the largest contributors of creative industry exports towards Indonesian economy. By using processed Indonesian Input Output table, this study found that increasing in the fashion and craft exports has the potential to increase other sectors rsquo value added, income and employment. Employment is the indicator that has the largest change due to increasing in fashion and craft exports that is about 0,10 percent anually.
In addition, the study also found that sectors with high linkages to the fashion and craft sectors such as processing industry and agriculture, forestry and fisheries sectors are relatively receiving larger impact than other sectors in the Indonesian economy.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2017
S68904
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nadia Ayu Paramitha
"ABSTRAK
Artikel ini membahas bekerjanya modal budaya orang bukan dari kalangan selebritas dapat menjadi terkenal melalui Instagram selebgram dan memikat pengguna Instagram. Studi-studi sebelumnya membahas selebgram sebagai social media influencer dan modal budaya pada media baru. Berkaitan dengan kedua pemetaan tersebut, peneliti berargumen bahwa proses menjadi selebgram dilatarbelakangi oleh modal budaya selebgram dan pihak eksternal dan terjadi negosiasi modal budaya khususnya ide-ide dalam berpakaian untuk ditampilkan secara visual di akun instagram selebgram. Dalam upaya melengkapi studi-studi sebelumnya, artikel ini berfokus pada bekerjanya modal budaya dalam proses menjadi selebgram di bidang fesyen dan bagaimana negosiasi modal budaya yang dilakukan baik selebgram dengan pihak eksternal sebagai pihak yang memiliki intensitas tinggi dalam membantu selebgram sehingga tercipta kesepakatan yang di repsesentasikan melalui akun selebgram secara visual. Artikel ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan teknik pengumpulan data wawancara mendalam, observasi, dan studi literatur. Adapun subyek penelitian dalam artikel ini adalah 1 selebgram yang terkenal di bidang fesyen, 2 memiliki jumlah pengikut instagram aktif diatas 3.000 followers 3 bekerjasama dengan korporasi sebagai endorser 4 tergolong kelas sosial tertentu 5 dan pihak eksternal yang membantu selebgram yaitu teman dan keluarga.

ABSTRACT
This article is discussing about how cultural capital, which can turn people from non ndash; celebrity background into celebrity in Instagram, or what people usually call selebgram and have successfully attracted Instagram users. Previous studies discussed selebgrams as social media influencer and cultural capital to new form of social media. Based on the said mappings, this study was conducted under the assumption that the process of being an Instagram celebrity and attracted Instagram users were based on the properly working cultural capital from celebgrams and external parties that assisted them and there was a negotiation of cultural capital between the celebgrams and the external parties in the self-celebrification process especially in the idea of dressing. In the effort to complement previous studies, this article is focusing on the work of cultural capital from the selebgrams and how it rsquo;s negotiation between selebgrams and external parties with high intensity, helped selebgrams to reach the agreement which is represented by the selebgrams account visually. This article uses qualitative methods by using in-depth interviews, observations and literature studies. The subjects of this research are 1 selebgrams who are most known on the field of fashion, 2 currently followed by more than 3.000 active followers, 3 currently co-operating with companies as an endorser, 4 belong to a certain social class 5 external parties who have helped the creation of such figure such as friends and family. "
2018
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Cistine Almabella Sirani
"Beberapa tahun belakangan, aktivisme brand menjadi tren sebagai strategi pemasaran yang marak dilakukan oleh berbagai industri. Dengan mengambil pendirian terhadap isu sosial, bisnis-bisnis berupaya meningkatkan relevansinya dalam masyarakat dan membentuk loyalitas konsumernya. Studi-studi terdahulu cenderung berfokus untuk mengeksplorasi implikasi penerapan aktivisme brand bagi bisnis, ataupun memahami fenomena ini sebagai bentuk apropriasi korporasi terhadap nilai-nilai resistensi masyarakat. Penelitian ini akan melihat bagaimana fenomena ini bekerja dalam industri fashion menggunakan teori budaya konsumer perspektif Production of Consumption, berargumen bahwa nilai-nilai aktivisme dijadikan sebagai landasan dari mode produksi yang tidak hanya berfokus dalam penjualan komoditas, direproduksi menjadi konten budaya yang terkandung dalam produk yang dipasarkan dalam rangka menarik masyarakat untuk menjadi konsumer. Industri fashion sendiri memiliki ambivalensi dalam posisinya atas isu-isu sosial. Di satu sisi berperan dalam menyebarkan nilai-nilai aktivisme dalam masyarakat, namun di sisi lain merupakan penyebab dari beragam masalah sosial. Studi kasus akan dilakukan pada brand fashion lokal Saint York, untuk melihat bagaimana bisnis fashion terutama dalam konteks industri lokal menggunakan aktivisme brand dalam strategi pemasarannya, termasuk terkait usaha mereka dalam mempertimbangkan konsekuensi-konsekuensi dari proses produksi dan pemasarannya yang tidak asing kerap menyumbang beragam implikasi negatif bagi lingkungan dan kehidupan sosial-budaya, serta bagaimana penerapan aktivisme brand berdampak pada dinamika bisnisnya.

In recent years, brand activism has become a trend as a marketing strategy that is widely used by various industries. By taking a stand on social issues, businesses seek to increase their relevance in society and build consumer loyalty. Previous studies have tended to focus on exploring the implications of implementing brand activism for business, or understanding this phenomenon as a form of corporate appropriation of societal resistance values. This study will look at how this phenomenon works in the fashion industry using the theory of consumer culture in the perspective of Production of Consumption, arguing that activism values ​​are used as the basis of a production mode that is not only focused on selling commodities, but is reproduced into cultural content contained in products marketed in Indonesia. order to attract people to become consumers. The fashion industry itself has ambivalence in its position on social issues. On the one hand, it plays a role in spreading activism values ​​in society, but on the other hand it is the cause of various social problems. A case study will be conducted on local fashion brand Saint York, to see how fashion businesses the local industry, use brand activism in their marketing strategies, including their efforts to consider the consequences of their familiar production and marketing processes that often contribute to various negative implications. for the environment and socio-cultural life, as well as how the application of brand activism has an impact on the dynamics of its business."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pelangi
"Industri fashion terus berkembang sesuai dengan peningkatan jumlah pasar, sehingga menjadikan banyak merek-merek fashion bermunculan. Karena itu, perusahaan merek fashion terus bersaing dan melaksanakan berbagai strategi pemasaran untuk mendapatkan konsumen baru dan mempertahankan konsumen yang sudah ada untuk terus meningkatkan pembelian. Penelitian ini dilakukan untuk bisa mengetahui faktor-faktor penting yang bisa menentukan passion-driven behavior konsumen terhadap merek. Penelitian ini membahas mengenai pengaruh biaya iklan, sikap terhadap iklan, dan sales promotion (promosi monetary)dan (promosi non-monetary) terhadap brand prestige dan brand love, serta pengaruh brand prestige, brand love, dan brand trust terhadap passion-driven behavior. Metode penelitian dilakukan dengan menyebarkan kuesioner (online) dalam bentuk pengisian survei oleh 215 responden yang pernah melakukan pembelanjaan fashion secara offline maupun online dalam enam bulan terakhir. Hasil data yang dikumpulkan kemudian diolah menggunakan software LISREL 8.7. Hasil penelitian menunjukkan bahwa brand prestige dipengaruhi oleh sikap terhadap iklan dan promosi monetary. Brand love dipengaruhi oleh promosi monetary dan brand prestige. Sedangkan brand trust dipengaruhi oleh brand love. Passion-driven behavior dipengaruhi oleh brand love dan brand trust.

Fashion industry keep growing as the increasing of its market. This situation makes many fashion companies appear. These fashion companies compete each other and use varies of marketing strategies to get new customers and keep their existing costumer. This study was conducted to understand the important factors that can be the determinants of costumer's passion-driven behavior toward a brand. This study discuss about the influence of advertising spending, attitude toward advertisements, and sales promotion (monetary promotion and non-monetary promotion) to brand prestige and brand love, the influence of brand prestige, brand love, and brand trust to passion-driven behavior. The research method used by spreading the questionnaire (online) in a survey form which filled by 215 respondents who ever purchased fashion offline or online in the last six months. The collected data result was processed using LISREL 8.7 software. The findings show that brand prestige is influenced by attitude toward advertisement and monetary promotion. Brand love is influenced by monetary promotion and  brand prestige. Meanwhile, brand trust is influenced by brand love. Passion-driven behavior is influenced by brand love and brand trust."
Jakarta: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Ichsan Syarif
"Industri fashion merupakan industri yang dinamis dan identik dengan produksi massal dengan biaya rendah yang membawa model yang selalu mengikuti tren yang berlangsung. Konsep ini memaksa konsumen untuk terus mengikuti perubahan dan mempromosikan konsumerisme, dan menambah sampah tekstil dari pakaian yang tidak layak pakai lagi. Konsep slow fashion muncul sebagai alternatif bagi konsumen yang peduli akan keberlanjutan lingkungan pada jangka panjang. Berdasarkan hal tersebut, penelitian ini menguji pengaruh gaya hidup yang sehat dan pengaruhnya pada nilai dan sikap terhadap produk fashion ramah lingkungan. Penelitian ini memberikan persepsi masyarakat Indonesia tentang produk slow fashion, sehingga bisnis lokal di industri fashion dapat lebih mengerti variabel yang mempengaruhi niat konsumen untuk membeli produk slow fashion. Metode concevenience sampling dengan screening question digunakan pada penelitian ini. Jumlah responden sebanyak 554 responden yang lahir pada tahun 1980-2000 didapatkan melalui kuesioner daring melalui Google Form dan dianalisis dengan metode uji regresi berganda dan uji regresi sederhana menggunakan software SPSS untuk mengukur pengaruh antar variabel. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa gaya hidup sehat dan pengambilan keputusan berpengaruh terhadap nilai dan sikap terhadap produk slow fashion.

The fashion industry is one of the most dynamic industries that is identic with fast paced at low cost and never ending trends. This behavior promotes to consumptive behavior and adds even more textile waste. As an alternative to the fast fashion concept, slow fashion has been perfect for customers that care about the sustainability of the environment. Further analysis will see the effect of a lifestyle of health and sustainability towards the perceived value and attitude towards slow fashion. This research gives perspective on how Indonesian perceives slow fashion, so the local business can continue to improve and understands the variables that affect the purchase intention of slow fashion products. Convenience sampling with screening question is used in this research of 554 respondent that is born between 1980 2000. Respondent is required to fill Google Form and data is analyzed using multiple regression with SPSS software. The findings suggest that lifestyle of health and sustainability and consumers decision making style affect perceived value and attitude towards slow fashion."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>