Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 100720 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Naquita Novenna Yusuf
"Dalam kehidupan sehari-hari, ketika merasa kesal, sedih, marah, dan jengkel, kata makian kerap kali digunakan untuk meluapkan perasaan-perasaan tersebut. Dalam perkembangannya, penggunaan kata makian juga digunakan untuk mengungkapkan rasa senang, rasa terkejut gembira, mendekatkan hubungan, menunjukkan keintiman hubungan sehingga penggunaan kata makian tidak selalu memiliki makna negatif. Penelitian ini menganalisis emosi dan makna yang diungkapkan oleh kata makian berbahasa Mandarin yang tidak bermakna menghina dalam film Dear Ex 誰先愛上他的 Shéi Xiān Ài Shàng Tā De “Siapa Yang Terlebih Dahulu Mencintainya?” dan mengkategorikannya berlandaskan teori emosi milik Paolo Santangelo (2003). Metode yang digunakan adalah metode kualitatif dengan metode simak dan analisis deskriptif. Hasil penelitian menemukan bahwa kata makian bermakna tidak menghina dapat mengungkapkan rasa senang, puas, kaget, malu, dan kesal. Selain itu, kata makian tidak bermakna menghina dapat memiliki makna ungkapan rasa sakit fisik. Namun, kata makian dalam penelitian ini hanya menunjukkan empat jenis emosi dari lima jenis emosi yang mana tidak ditemukan kata makian yang dapat diklasifikasikan ke dalam emosi rasa positif beserta harapannya. Keempat jenis emosi yang ditunjukkan oleh kata makian dalam penelitian ini adalah: (1) rasa puas; (2) emosi penonjolan nilai negatif; (3) emosi perlawanan agresif , dan (4) rasa tidak puas.

In everyday life, when people feel upset, sad, angry, and irritated, swear words are often used to express these feelings. However, in its development, swear words are also used to express pleasure, surprise, to make a relationship closer, and to show the intimacy of a relationship. Hence, the function of swear words does not always contain negative meanings. This paper analyzes the emotions of non-derogatory Chinese swear words in the film Dear Ex 誰先愛上他的 Shéi Xiān Ài Shàng Tā De “Siapa Yang Terlebih Dahulu Mencintainya?” and categorizes them based on Paolo Santangelo's theory of emotion (2003). The method used is a qualitative method with the listening method and descriptive analysis. The results of the research show that non-derogatory swear words could express pleasure, satisfaction, surprise, shame, and irritation. In addition, nonderogatory swear words also can be used for expressing physical pain. However, swear words in this study only showed four classes of emotions out of five classes of emotions where no swear words were found that could be classified into positive expectation and interaction. The four classes of emotions shown by swear words in this study are:1) satisfactory affects; (2) negative projection; (3) aggressive-opposing emotions, and (4) unsatisfactory affects."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Rini Yunita
"[ABSTRAK
Peta merupakan organisasi terbesar yang melindungi hak-hak binatang di seluruh dunia. Peta membidik segala usia, mulai dari remaja hingga dewasa. Dalam berkampanye, peta turut serta mengajak tokoh-tokoh terkenal sebagai model dalam iklan-iklannya. Hal tersebut bertujuan untuk dapat lebih menarik perhatian pembaca. Dalam iklan-iklannya, PETA tidak hanya menggunakan kata-kata denotasi, tetapi juga tidak jarang menggunakan kata-kata konotasi. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis penggunaan kata-kata denotasi, konotasi dan asosiasi yang terdapat dalam iklan layanan masyarakat yang dikeluarkan oleh PETA. Metode kualitatif yang bersumber pada kajian pustaka digunakan untuk menganalisis sepuluh iklan PETA yang menjadi korpus data. Berdasarkan hasil penelitian, selalu terdapat makna denotasi, konotasi dan asosiasi di dalam masing-masing iklan. kata-kata denotasi diterjemahkan sesuai dengan kata sebenarnya yang terdapat di dalam kamus. Kata-kata konotasi dan asosiasi diterjemahkan sesuai dengan pengalaman kebahasaan masyarakat pemakainya.ABSTRACT PETA is the largest animal rights organization in the world. They target on supporters from plenty of groups of people in different age. They also involves celebrities on its most campaigns in order to attract more readers?s attentions. Through their advertisements, they don?t just use denotation lexis but they also use connotation ones. The research?s objective is to analyze the use of dennotation words as well as their connotation and associations contained in PETA advertisements. Qualitative methods which resources is taken from library research are employed in the analysis of 10 PETA adverts, which applies as its corpus data. According to the research results, there are denotation and connotion lexis associations in each ad. The denotation lexis are literally translated from the words in the dictionaries. Meanwhile, the connotation and its lexical associations are translated in such words based on the readers? language experiences.;PETA is the largest animal rights organization in the world. They target on supporters from plenty of groups of people in different age. They also involves celebrities on its most campaigns in order to attract more readers?s attentions. Through their advertisements, they don?t just use denotation lexis but they also use connotation ones. The research?s objective is to analyze the use of dennotation words as well as their connotation and associations contained in PETA advertisements. Qualitative methods which resources is taken from library research are employed in the analysis of 10 PETA adverts, which applies as its corpus data. According to the research results, there are denotation and connotion lexis associations in each ad. The denotation lexis are literally translated from the words in the dictionaries. Meanwhile, the connotation and its lexical associations are translated in such words based on the readers? language experiences.;PETA is the largest animal rights organization in the world. They target on supporters from plenty of groups of people in different age. They also involves celebrities on its most campaigns in order to attract more readers?s attentions. Through their advertisements, they don?t just use denotation lexis but they also use connotation ones. The research?s objective is to analyze the use of dennotation words as well as their connotation and associations contained in PETA advertisements. Qualitative methods which resources is taken from library research are employed in the analysis of 10 PETA adverts, which applies as its corpus data. According to the research results, there are denotation and connotion lexis associations in each ad. The denotation lexis are literally translated from the words in the dictionaries. Meanwhile, the connotation and its lexical associations are translated in such words based on the readers? language experiences.;PETA is the largest animal rights organization in the world. They target on supporters from plenty of groups of people in different age. They also involves celebrities on its most campaigns in order to attract more readers?s attentions. Through their advertisements, they don?t just use denotation lexis but they also use connotation ones. The research?s objective is to analyze the use of dennotation words as well as their connotation and associations contained in PETA advertisements. Qualitative methods which resources is taken from library research are employed in the analysis of 10 PETA adverts, which applies as its corpus data. According to the research results, there are denotation and connotion lexis associations in each ad. The denotation lexis are literally translated from the words in the dictionaries. Meanwhile, the connotation and its lexical associations are translated in such words based on the readers? language experiences., PETA is the largest animal rights organization in the world. They target on supporters from plenty of groups of people in different age. They also involves celebrities on its most campaigns in order to attract more readers’s attentions. Through their advertisements, they don’t just use denotation lexis but they also use connotation ones. The research’s objective is to analyze the use of dennotation words as well as their connotation and associations contained in PETA advertisements. Qualitative methods which resources is taken from library research are employed in the analysis of 10 PETA adverts, which applies as its corpus data. According to the research results, there are denotation and connotion lexis associations in each ad. The denotation lexis are literally translated from the words in the dictionaries. Meanwhile, the connotation and its lexical associations are translated in such words based on the readers’ language experiences.]"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2015
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Lia Citania
"Setiap makna dalam leksem kai memiliki hubungan antarmakna yang masih berhubungan atau berkaitan, hal tersebut dimaknai sebagai polisemi. Ketika leksem kai berpadu dengan leksem lain, kemudian membentuk sebuah kata majemuk, maka makna leksikal kai dapat bertambah di konteks yang lebih luas. Fenomena tersebut disebut sebagai perluasan makna. Sering kali fenomena perluasan makna ini mengakibatkan makna leksikal yang asli dari leksem yang membentuk kata majemuk itu tidak transparan, karena konteks pemakaiannya sudah meluas. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap dan menjelaskan bahwa makna leksem kai dalam kata majemuk bahasa Madarin, maknanya akan tetap kekal walaupun telah mengalami perluasan makna. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan dijelaskan secara deskriptif, yaitu mendeskripsikan fenomena perluasan makna pada leksem kai. Data yang digunakan berupa makna dan kata majemuk leksem kai dalam kamus Xiandai Hanyu Cidian (2017). Data akan dianalisis menggunakan teori analisis komponen makna Nida (1975) dan tabel persamaan konsep makna untuk mencapai tujuan penelitian. Dari hasil penelitian diketahui bahwa terjadi pengekalan makna pada setiap kata majemuk yang berpadu dengan leksem kai.

Each meaning of the lexeme kai shows the relationship of meaning between them. A word which has many related meanings is called polysemy. When the lexeme kai combines with another lexeme will form a compound words. The meaning of kai in those compound words will increase and can be used in a wider context. This phenomenon is interpreted as an extension of meaning. Often the original meaning is not transparent anymore because of the widespread usage context. The data are taken from the compound words containing the lexeme kai from Xiandai Hanyu Cidian (2017). This study uses a qualitative descriptive methods by describing the phenomenon of extensional meaning of lexeme kai. This study aims to prove that the meaning of the lexeme kai in compound words remain exist even though it has experienced an expansion of meaning. The data will be analyzed using Nida's (1975) theory of meaning components and the equation table of meaning concepts to achieve the aims of this research. The result shows that the meaning of each compound word of kai lexeme still exists."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2021
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Dewi Indah Kartika
"Penelitian ini membahas tentang idiom-idiom dalam bahasa Rusia yang menggunakan kata ‘jiwa’. Kata ‘душа / duša / jiwa’ memiliki makna mendalam untuk mengungkapkan sikap, nilai, dan harapan bangsa Rusia. Data yang digunakan berasal dari buku elektronik berjudul A Book of Russian Idioms Illustrated yang ditulis oleh Dubrovin tahun 1980. Penelitian ini bertujuan menjelaskan makna idiom-idiom dalam bahasa Rusia yang menggunakan kata ‘jiwa’ melalui skema citra. Penelitian ini menggunakan teori metafora konseptual oleh Lakoff dan Johnson (2003) dan teori skema citra oleh Croft dan Cruse (2004). Metode yang digunakan adalah deskriptif analisis. Hasil dari penelitian ini, yaitu jenis metafora mendominasi adalah metafora orientasional, sedangkan jenis skema citra yang mendominasi adalah space dan container.
This study discusses the idioms in the Russian language using the word ‘soul’. The word ‘душа / duša / soul’ has a deep meaning to express the attitudes, values and hopes of the Russian nation. The data used is from an electronic book entitled A Book of Russian Idioms Illustrated written by Dubrovin in 1980. This study aims to explain the meaning of idioms in Russian using the word 'soul' through image schema. This study uses the conceptual metaphor theory by Lakoff and Johnson (2003) and image schema theory by Croft and Cruse (2004). The method used is descriptive analysis. The results of this study are the most common type of metaphor found is orientational metaphor, while the dominating types of image schemes are space and container."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Kinanthi Fatwasuci
"Skripsi ini membahas komponen makna kata negara dan negeri dalam bahasa Indonesia. Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) edisi 2008 digunakan sebagai korpus utama. Selain itu, peneliti menggunakan novel Negeri di Ujung Tanduk karya Tere Liye sebagai korpus tambahan. Peneliti bertujuan untuk menentukan komponen makna yang dimiliki kata negara dan negeri dan menguraikan relasi makna antara kata negara dan negeri. Teori yang digunakan untuk mencapai tujuan tersebut antara lain teori analisis komponen makna, teori dekomposisi leksikal, teori relasi makna, dan teori ranah makna. Hasil penelitian menunjukkan bahwa negara memiliki tujuh belas komponen makna dan negeri delapan komponen makna. Relasi makna kata negara dan negeri merupakan sinonimi dekat.

This thesis discusses the component of meaning from the words negara dan negeri in Indonesian language. The 2008 edition of Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) was used as main corpus. Besides, a novel called Negeri di Ujung Tanduk by Tere Liye used as additional corpus on this thesis. The purposes of this thesis are to determine the component of meaning that belongs to negara and negeri and to describe the meaning of relation between negara and negeri. The theories that was used o achieved that purpose are the theory of analyzed component of meaning, the theory of the decomposition of lexical, the theory of meaning relation, and the theory of domain of meaning. The result shows that negara has seventeen of the component of meaning, and negeri has eight of it. The meaning of relation from negara and negeri is a near synonymy."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2017
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muthia Maulina Hidayat
"Wakamono kotoba atau bahasa anak muda merupakan bahasa yang digunakan oleh kaum muda. Salah satu karakteristik yang membedakan wakamono kotoba dengan bahasa Jepang standar adalah adanya perubahan makna. Perubahan ini dapat dilihat melalui salah satu wakamono kotoba, yaitu kata toutoi. Kata toutoi awalnya bermakna ‘suci’, ‘mulia’. Akan tetapi, makna kata toutoi mengalami perubahan seiring berjalannya waktu. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan pergeseran makna kata toutoi dalam wakamono kotoba. Data penelitian bersumber dari media sosial X. Kuisioner terhadap penutur jati bahasa Jepang juga dibuat untuk membantu analisis makna dari kata toutoi. Hasilnya ditemukan bahwa makna kata toutoi bermacam-macam tergantung konteks yang mengikutinya. Kata toutoi dapat bermakna ‘suka’, ‘terbaik’, ‘luar biasa’, ‘lucu’, ‘terharu’, ‘hebat’, ‘sempurna’, serta ‘senang’. Selain itu, ditemukan variasi kata toutoi yang telah mengalami perubahan secara morfologis dan fonologis, yaitu (i) toutoi, (ii) toutoiiii, (iii) teetee, (iv) toutoshi, (v) touto, serta toutoi yang berkolokasi dengan (i) nomina dan (ii) verba. Kata toutoi juga dapat digunakan sebagai adverbia.

Wakamono kotoba or youth language is a language used by young people. One of the characteristics that distinguishes wakamono kotoba from standard Japanese is the change in meaning. This change can be seen through one example of wakamono kotoba, the word toutoi. The word toutoi originally meant ‘holy’, ‘noble’. However, the meaning of the word toutoi has changed over time. This research aims to explain the shift in the meaning of the word toutoi in wakamono kotoba. The data in this research was sourced from social media X. A questionnaire for Japanese native speakers was also created to help analyse the meaning of the word toutoi. The result shows that the meaning of the word toutoi varies depending on the context that follows. The word toutoi can mean ‘like’, ‘best’, ‘marvellous’, ‘cute’, ‘moved’, ‘amazing’, ‘perfect’, and ‘happy’. In addition, there are variations of the word toutoi that have undergone morphological and phonological changes, namely (i) toutoi, (ii) toutoiiii, (iii) teetee, (iv) toutoshi, (v) touto, and toutoi that collocate with (i) nouns and (ii) verbs. The words toutoi can also be used as an adverb."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Rizka Yulianti
"ABSTRAK
Kata makian adalah sebuah kata yang digunakan untuk menghakimi, mengintimidasi dan merendahkan seseorang. Namun secara kontekstual, tidak semua kata makian mengacu pada hal negatif. Kata makian akan bersifat positif, seperti candaan atau pun tanda keakraban, tergantung dari konteks tutur dan situasi penuturan. Penelitian ini akan membahas fungsi makian menurut Andersson dan Trudgill serta Burridge dan Stebbins dalam film Belanda untuk remaja berjudul Ben X dengan menggunakan metode deskriptif analisis. Selain itu, model SPEAKING dan unsur-unsur nonverbal, seperti ekspresi wajah, suara, dan gerak tubuh, juga akan digunakan dalam paper ini.Penelitian bertujuan untuk memaparkan fungsi kata makian secara tepat dan benar sesuai konteks, sehingga menghindari kesalahpahaman antar penutur dan objek tutur. Kata makian memiliki empat fungsi, yakni expletive, abusive, stylistic atau auxiliary, dan social atau humorous. Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat dua belas kata makian dan dominasi oleh fungsi abusive. Selain itu, ditemukan kata makian yang memuat dua fungsi sekaligus. Dalam film tersebut, kata makian tidak hanya ditemukan dengan tujuan intimidasi, tetapi juga untuk menunjukkan solidaritas antar kelompok.

ABSTRACT
Swear word is a word used to judge, intimidate and humiliate someone. But contextually, not all of swear words consist of negative nuance. Swear word can be used positively, such as in jokes and as form of solidarity, depending on the context. This reseacrch focuses on the function of swear words present in The Dutch film Ben X ,a film for teenagers. This research uses descriptive analytic method. The SPEAKING model and nonverbal elements, such as facial expressions, sounds, and gestures, will allso be used in his ressearch. This paper aims to identify and describe the function of swear words in an appropriate and correct manner according to the context to avoid misunderstanding. Swear word has four functions, namely expletive, abusive, stylistic or auxiliary, and social or humorous. The result shows that there are twelve swear words and it is dominanced by the abusive function. In addition, swear word can contain of two functions at once. In the film, swear words are not only found with the intention to intimidate, but also to show solidarity among groups."
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2019
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Berliany Putri
"Penelitian ini membahas pengaruh pergeseran makna dalam lagu kebangsaan “Indonesia Raya” yang diterjemahkan ke bahasa Jerman pada pesan dalam lagu sumber dengan menggunakan dua jenis metode, yaitu metode penelitian kualitatif deskriptif untuk menjelaskan pergeseran makna dan metode penelitian kuantitatif dengan survei menggunakan GoogleForm yang berisi penggalan lirik dalam bahasa Jerman dan jawaban iya/tidak untuk melihat kenaturalan terjemahan. Analisis ini menggunakan teori pergeseran makna Leuven-Zwart (1989) dan teori Skopos Vermeer (1978), serta strategi penerjemahan lagu Low (2003), dikenal dengan pentathlon principle, sebagai pendukung teori Skopos. Hasilnya menunjukkan bahwa 83% lirik mengalami pergeseran. Meskipun begitu, pergeseran tersebut tidak mengubah pesan, hanya mengubah kesan dari lagu sumber. Lalu, hanya ditemukan enam kata dan frasa yang tidak natural bagi penutur jati sehingga tidak memberikan pengaruh besar terhadap pergeseran makna. Setelah dianalisis lebih lanjut, ditemukan juga tujuan lain dari penerjemahan ini, yaitu agar dapat dinyanyikan kembali.

This study discusses the effect of shifts in translation of the national anthem "Indonesia Raya" translated into German to the message in the source song by using two types of methods, there are descriptive qualitative method to explain shifts in translation and quantitative method with survey using GoogleForm, which contains German lyrics and yes/no answers to see the naturalness of the translation. The analysis use the theory of shifts in translation by Leuven-Zwart (1989) and Skopos theory by Vermeer (1978), as well as Low's (2003) song translation strategy known as the pentathlon principle to support Skopos theory. The results show 83% lyrics are shifting. However, the shifts do not change the message, only change the impression of the source song. Then, there are only six words and phrases are not natural for native speakers so that they do not have big effect on the shifts. Furthermore, it is also found another purpose of this translation was to be sing it again."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Salma Fathia Pramesti
"Film The Falls 《瀑布》 (Pùbù) adalah film dengan tema drama keluarga yang disutradarai oleh Zhong Menghong. Film ini berlatar belakang pandemi COVID-19 yang mengisahkan kehidupan seorang janda bernama Pin Wen bersama putrinya, Xiao Jing. Suasana menegangkan terlihat ketika Pin Wen menderita gangguan mental. Misteri dalam film akhirnya terungkap ketika Pin Wen mengaku bahwa selama ini ia mendengar ilusi suara gemuruh air terjun yang membuatnya gelisah. Penelitian-penelitian terdahulu tentang film ini lebih menyoroti segi psikologi dan hubungan antar ibu-anak. Sementara itu, penelitian ini akan menganalisis apa makna dari air terjun dalam film ini sebab visualisasi air terjun sama sekali tidak dihadirkan hingga akhir film. Hasil penelitian menemukan bahwa air terjun merepresentasikan perjalanan hidup Pin Wen dan Xiao Jing. Layaknya air terjun besar yang menghantam ke permukaan beberapa air terjun kecil di bawahnya hingga membentuk suara gemuruh, lalu mengalir dengan tenang ke sungai. Pin Wen dan Xiao Jing telah melalui berbagai permasalahan, namun akhirnya sampai pada tahap keikhlasan.

The Falls 《瀑布》 (Pùbù) is a family drama film directed by Zhong Menghong. Set against the background of the COVID-19 pandemic, the movie follows the life of a widow named Pin Wen and her daughter, Xiao Jing. The tense scene is seen when Pin Wen suffers from mental illness. The mystery in the movie is finally revealed when Pin Wen confesses that she has been hearing the illusion of the roaring sound of a waterfall that makes her anxious. Previous studies of this film have focused more on psychology and mother-daughter relationships. Meanwhile, this research will analyze the meaning of the waterfall in the film since the visualization of the waterfall is not presented at all until the end of the film. This research found that the waterfall represents the life journey of Pin Wen and Xiao Jing. Like a large waterfall slams into the surface of several smaller waterfalls below to form a roaring sound, then flows calmly into the river. Pin Wen and Xiao Jing have gone through complicated problems, but finally come to the stage of sincerity."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
A.M. Hermina Sutami
"Bahasa Mandarin sudah lama dikenal di Indonesia. Di FSUI Program Studi Cina merupakan program studi yang cukup "tua" yang mengajarkan bahasa Mandarin pada tingkat Universitas. Pengajaran bahasa Mandarin pada beberapa puluh tahun lalu jelas berbeda dengan pengajaran dewasa ini. Hal ini berkenaan dengan tujuan pengajaran itu sendiri. Tujuan pengajaran pada masa silam berbeda dengan masa kini karena perkembangan ilmu pengetahuan dan perubahan masyarakat. Kalau pada masa silam tujuan pengajaran lebih condong pada pengguasaan bahasa secara pasif, maka pengajaran dewasa ini lebih ditekankan pada kemampuan komunikatif, walaupun kemampuan tulis diabaikan. Selain itu, beberapa tahun terakhir ini permintaan perusahaan-perusahaan akan lulusan program studi Cina menunjukkan gejala yang meningkat. Karena itu yang menjadi masalah ialah model silabus apa yang dapat memenuhi kebutuhan pada masa sekarang ini.
Tujuan penelitian ini adalah menghasilkan model silabus untuk pengajaran bahasa Mandarin tingkat dasar. Dalam silabus itu akan dijabarkan kemampuan bahasa yang hendak ditanamkan kepada siswa.
Metode yang digunakan adalah metode kepustakaan. Caranya dengan mengumpulkan buku-buku tentang pengajaran bahasa. Berdasarkan pendekatan, teori dan metode yang telah ada, saya berusaha menemukan metode yang paling sesuai dengan pengajaran bahasa Mandarin di Indonesia.
Model silabus yang dihasilkan dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi program studi Cina FSUI, atau program pendidikan bahasa Mandarin lainnya dalam menyusun silabus bahasa Mandarin. Model silabus ini menjabarkan bahwa empat keterampilan yang akan diajarkan adalah menyimak, berbicara, menulis dan membaca. Keempat keterampilan tersebut mempunyai bobot yang tidak sama. Penentuan bobot itu berhubungan dengan tujuan pengajaran. Karena tujuan pengajaran adalah agar siswa dapat berkomunikasi, maka keterampilan yang ditekankan pada semester I dan II adalah menyimak dan berbicara. Pada semester berikutnya membaca dan menulis mendapat penekanan yang lebih berat, kemudian diteruskan pada semester terakhir. Sementara itu kegiatan perkuliahan bahasa, sehingga pada semester terakhir yang patut ditekankan adalah kemahiran menulis huruf Han harus sejalan dengan kosa-kata yang dikuasai. Dengan kata lain, siswa harus dapat menuliskan semua kata yang sudah dipelajarinya ke dalam huruf Han."
Depok: Fakultas Ilmu Pengatahuan Budaya Universitas Indonesia, 1994
LP-Pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>