Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 180667 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Thaufan Ardi Arafat
"Dalam dunia politik dewasa ini, penggunaan media sosial sebagai media untuk menyampaikan dukungan politik dan untuk berkampanye sudah menjadi hal yang sangat sering dilakukan. Twitter adalah salah satu dari media sosial yang sering digunakan untuk kampanye, hal ini karena kelebihan Twitter yang bersifat formal dan beruntun secara waktu. Namun Twitter juga memiliki kelemahan seperti tidak adanya keterangan demografis sehingga susah untuk diolah. Maka dari itu penelitian ini bertujuan untuk mencari tahu pola demografi dari pendukung masing-masing pasangan calon Presiden Indonesia 2019 pada Twitter berbahasa Indonesia.
Dalam mencari demografi, penelitian ini menggunakan metode klasifikasi teks dan menggunakan kamus nama dan jenis kelamin. Kamus nama dan jenis kelamin yang digunakan berasal dari data pemilih tetap KPU. Label demografi yang digunakan antara lain, laki-laki, perempuan, generasi Z, generasi milenial, generasi X+, luar jawa dan jawa. Untuk menentukan pilihan dukungan, penelitian ini menggunakan metode sentimen analisis yang cocok digunakan untuk kalimat pendek yaitu metode SentiStrength.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa mayoritas pengguna Twitter yang aktif berbincang berkaitan dengan politik pemilihan presiden dan wakil presiden Indonesia 2019 adalah perempuan dengan kategori umur milenial atau rentang umur 25-39 tahun.

In today’s political world, the use of social media as a medium to convey political views and using it for campaign has become a very common thing. Social media can be used to express one’s expression both in supporting a political party and someone who is running for politics. Twitter is one of the social media that is often used for campaign, this is because of Twitter’s unformal and chronological feature. But Twitter also has weakness such as the absence of demographic information. Therefore this study aims to find out the demographic patterns of supporter of each Indonesian Presidential candidate 2019 on Indonesian language Twitter.
For searching the demographics, this study using text classification method and dictionary of names and genders. The dictionary comes from KPU permanent voter data. Demographic labels used in this study consist of male, female, generation Z, millennial generation, generation X+, outside Java and Java. To determine the political preference, this study uses the sentiment analysis method that is suitable for short sentences, namely the SentiStrength method.
The results of this study indicate that the majority of Twitter users who actively talk related to the politics of 2019 Presidential and Vice Presidential elections are women with millennial age categories or 25-39 years old.
"
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2019
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ircham Miladi Aganovi
"[ABSTRAK
Penelitian ini ingin melihat bentuk keberpihakan yang dilakukan oleh Kompas.com, Detik.com, Republika.co.id dan Tempo.co terhadap pasangan calon presiden dan wakil presiden pada Pemilihan Presiden 2014. Keberpihakan dilihat
melalui dua dimensi yang terdapat dalam konsep imparsialitas yakni keberimbangan dan netralitas. Penelitian ini menemukan fakta bahwa pemberitaan yang dilakukan oleh media online yang diteliti cenderung tidak berimbang, dilihatndari tidak dimuatnya keterangan dua sisi dalam satu teks pemberitaan serta adanya pemfavoritan terhadap calon tertentu. Pemberitaan Kompas.com, Detik.com dan Tempo.co memfavoritkan pasangan Joko Widodo – Jusuf Kalla sementara pemberitaan Republika.co.id memfavoritkan pasangan Prabowo Subianto – Hatta Rajasa. Mengenai netralitas, mayoritas pemberitaan di Kompas.com, Detik.com, Republika.co.id dan Tempo.co tidak mencampurkan fakta dan opini. Namun, pemberitaan yang dilakukan oleh Kompas.com, Detik.com, Republika.co.id dan
Tempo.co melakukan penyimpulan satu pihak.

ABSTRACT
The study will examine how online media like Kompas.com, Detik.com, Republika.co.id and Tempo.co partially support the candidates of Indonesian president and vice president on Presidential Election 2014. Online media in this study are those who does not have a direct affiliation to political interests. The concept of impartiality is used to identify the form of partiality. With following dimensions: balance and neutrality, this study found some facts. First, about balance, this study found a fact that online media which has been studied is not nbalance when reporting news. It proved by only a few news that give both sides opinion. This study also found that several media favoring certain candidates. Kompas.com, Detik.com and Tempo.co favoring Joko Widodo – Jusuf Kalla while Republika.co.id favoring Prabowo Subianto – Hatta Rajasa. Second, about nneutrality, this study found the majority of news in Kompas.com, Detik.com, Republika.co.id and Tempo.co did not mix the fact and opinion. However, these media made one side conclusion by giving limited fact while reporting news., The study will examine how online media like Kompas.com, Detik.com,
Republika.co.id and Tempo.co partially support the candidates of Indonesia
president and vice president on Presidential Election 2014. Online media in this
study are those who does not have a direct affiliation to political interests. The
concept of impartiality is used to identify the form of partiality. With following
dimensions: balance and neutrality, this study found some facts. First, about
balance, this study found a fact that online media which has been studied is not
balance when reporting news. It proved by only a few news that give both sides
opinion. This study also found that several media favoring certain candidates.
Kompas.com, Detik.com and Tempo.co favoring Joko Widodo – Jusuf Kalla
while Republika.co.id favoring Prabowo Subianto – Hatta Rajasa. Second, about
neutrality, this study found the majority of news in Kompas.com, Detik.com,
Republika.co.id and Tempo.co did not mix the fact and opinion. However, these
media made one side conclusion by giving limited fact while reporting news.]"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2014
S58778
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Annisha Karismha
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menyelidiki bentuk-bentuk argumentasi pengguna Twitter Indonesia selama periode pra-pemilihan, khususnya sentimen mereka terhadap pemilihan ulang Joko Widodo untuk kembali menjadi presiden RI, dan menganalisis polanya. Konten ini menganalisis penelitian yang mengadopsi kerangka kerja analisis media sosial Stieglitz dan Dang-Xuan, dan menggunakan perangkat lunak untuk penelitian berbasis media sosial yang disebut Reaper untuk mendapatkan data. Berdasarkan analisis, mayoritas pengguna tidak mengekspresikan argumentasi eksplisit dalam tweet mereka, tetapi lebih menunjukkan pola yang berbeda tentang bagaimana mereka menggunakan tagar yang sering digunakan dalam isu tersebut. Selanjutnya, tweet yang berisi
argumentasi menampilkan pola sebagai berikut orang-orang yang menyetujui pemilihan ulang Joko Widodo menganggap presiden sebagai bagian dari mekanisme besar yang terstruktur, sementara orang-orang yang tidak setuju menempatkan presiden sebagai tokoh terkemuka yang sangat mempengaruhi keberhasilan suatu negara.

ABSTRACT
This research aims to investigate the argumentation of Indonesia s Twitter users during the pre-election period, specifically their sentiment towards Joko Widodo s re-election, and analyse the pattern. This content analyses research adopted Stieglitz and Dang-Xuan social media analysis framework, and utilize software for social mediabased research called Reaper to obtain the data. Based on the analyses, the majority of the users does not express explicit argumentation in their tweets, but rather showcase a distinctive pattern on how they utilize hashtag that surrounds the issue. Furthermore, tweets that does contain argumentation showcase a visible pattern; while people who approve with Joko Widodo re-election perceived the president as a part of a large, structured mechanism, people who disapprove positioned a president as a prominent figure that highly influenced the success of a nation."
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2019
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Ajeng Pandi Anggita
"Pada saat ini marak sekali pemanfaatan media sosial Twitter oleh aktor politik sebagai sarana merangkul dan berkomunikasi dengan para konstituennya, diantaranya ialah para kandidat calon presiden 2014 yaitu Aburizal Bakrie, Prabowo Subianto dan Wiranto. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bentuk relasi, interaktivitas dan logika desain pesan yang terjalin diantara para kandidat dan followers. Penelitian ini dirancang menggunakan metodologi kuantitatif dengan metode analisis isi. Penarikan sampel dilakukan dengan menggunakan quota sampling.
Hasil yang diperoleh dari penelitian adalah indikator mutualitas kontrol tercermin pada akun Twitter Aburizal Bakrie dan Prabowo Subianto, sedangkan pada akun Twitter Wiranto tercermin indikator komitmen. Proporsi desain pesan pada ketiga akun kandidat belum seimbang. Pada timeline akun Twitter Prabowo, bentuk interaktivitas yang dilakukan proporsional antara interaksi yang bersifat noninteraktif, reaktif dan interaktif.

Currently, Twitter as social media used by lots of politician as medium to approach and communicate with their constituent, one of them are presidential candidates 2014 as such Aburizal Bakrie, Prabowo Subianto and Wiranto. The goal of this research is to know the relations, interactivity and message design logic that tied beyond the candidates and followers. This research uses quantitative methodology through content analysis. The sample is taken by using quota sampling.
The result shows that indicators of control mutuality reflected on Aburizal Bakrie and Prabowo account, while the indicator of commitment reflected on Wiranto accounts. The proportion of message design in all three candidate account yet balanced. On the timeline Prabowo‘s Twitter account, form of interactivity conducted proportionally between non-interactive, reactive and interactive.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2013
S54337
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Iqbal Themi
"Tesis ini menguji pengaruh dari keterpaparan tagar #2019GantiPresiden di tiga platform
media sosial seperti Facebook, Instagram dan Twitter terhadap partisipasi politik
milenial DKI Jakarta baik secara online maupun offline. Pengujian tersebut berdasarkan
empat tahapan mekanisme psikologis dari teori Model Partisipasi Politik Media Sosial
dari Jonathan Knoll, Jorg Matthes, dan Raffael Heiss (2018). Metode penelitian yang
digunakan adalah kuantitatif dengan teknik pengumpulan data berupa kuisioner
terhadap 400 sampel yang dipilih secara multistage random sampling. Pengujian
hipotesis berdasarkan statistik deskriptif, analisis korelasi dan analisis regresi linier
sederhana. Hasilnya menunjukkan bahwa (1) penggunaan media sosial berhubungan
dengan dan berpengaruh rendah terhadap partispasi politik online maupun offline (low
& high effort) milenial DKI Jakarta, dan (2) rendahnya partisipasi politik milenial DKI
Jakarta terkait tagar #2019GantiPresiden pada pemilu presiden tahun 2019 karena
milenial tidak menganggap tagar tersebut sebagai tujuan dominan (dominant goal
appraisal) dan menilai tidak adanya konsistensi atau pesan partisipatif (consistency
appraisal) pada tagar #2019GantiPresiden.

This thesis examines the influence of exposure of the hashtag # 2019GantiPresiden on
three social media platforms such as Facebook, Instagram and Twitter to online and
offline political participation of Millenial of DKI Jakarta in the 2019 Presidential
Election. This research based on four of psychological mechanism of Social Media
Political Participation Model theory from Jonathan Knoll, Jorg Matthes, and Raffael
Heiss (2018). The research uses a quantitative method with questionnaire method of
data collection from 400 samples selected by multistage random sampling. Hypothesis
testing is based on descriptive statistics, simple linear regression analysis. The results
show that (1) the use of social media is associated with and influenced to the online and
offline political participation (low & high effort) of millennial DKI Jakarta, and (2) the
low political participation of DKI Jakarta millennials related to the hashtag
#2019GantiPresiden in the 2019 presidential election because millennials do not
consider this hashtag to be a dominant goal appraisal and assess the lack of consistency
or participatory messages (consistency appraisal) in the hashtag # 2019GantiPresiden
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2021
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Kementerian Komunikasi dan Informasi, 2014
324.2 IND p (1)
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Kristo Roland Pattiapon
"Pemisahan waktu pemungutan suara dalam pemilihan umum presiden dengan pemilihan legislatif sering menghasilkan pemerintahan yang terbelah pada pemerintahan dalam sistem presidensial. Kondisi tersebut dikarenakan hasil yang tidak kongruen antara hasil dari pemilihan presiden dengan hasil dari pemilihan legislatif. Komposisi yang terbentuk memunculkan presiden seringkali tidak didukung oleh kekuatan suara mayoritas di parlemen dan hal tersebut dapat menyebabkan pemerintahan yang tidak stabil dan efektif. Ditambah kondisi multipartai yang tumbuh seiring jalannya pemerintahan presidensialisme diIndonesia. Maka dari itu ide desain pemilihan umum serentak memungkinkan akan menghasilkan efek ekor jas bagi partai politik yang terpilih di dalam pemiihan umum legislatif. Efek ekor jas tersebut merupakan suatu kondisi pemilih yang cenderung memiliki kesamaan dalam memilih partai politik yang mengusung calon presiden yang didukungnya, sehingga komposisi partai politik yang lolos di parlemen akan kongruen dan Presiden terpilih memiliki dukungan mayoritas. Penerapan ambang batas presiden dalam konteks pemilihan umum serentak bertujuan untuk membatasi jumlah kandidat calon presiden sehingga nantinya fragmentasi partai politik di parlemen tidak semakin banyak dengan demikian pemilihan umum serentak dapat berlangsung secara efektif dan dapat menghasilkan stabilitaspemerintahan.

Separation of the time of voting in presidential elections with legislative elections often results in a divided government in a presidential system. This condition is due to the incongruent results between the results of the presidential election and the results of the legislative elections. The composition formed to bring up a president is often not supported by the power of the majority vote in parliament and this can lead to an unstable and effective government. Coupled with multiparty conditions that have grown along with the presidential government in Indonesia. Therefore, the idea of a simultaneous general election design that will produce coattail effects for the political parties elected in the legislative election. The coattail effect is a condition of voters who tend to have similarities in choosing political parties that carry the presidential candidates they support,so that the composition of political parties that qualify in parliament will be congruent and the elected President has majority support. The application of presidential threshold in the context of simultaneous general elections aims to limit the number of candidates for presidential candidates, later the fragmentation of political parties in the parliament does not increase, so that simultaneous general elections can take place effectively and can produce governmentstability."
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2019
T55143
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Asep Rinaldo
"ABSTRAK<>br>
Dalam beberapa tahun terakhir, masalah pengukuran kredibilitas informasi di jaringan sosial mendapat perhatian yang cukup besar terutama di bawah situasi darurat. Hal itu merupakan konsekuensi dari membeludaknya informasi, terlebih ketika semua orang bebas berperan sebagai sumber informasi.Penelitian ini menyoroti buramnya dinding pembatas antara fakta dan hoax di Indonesia, sehingga hal itu menyebabkan banyaknya kasus penyebaran hoax di media. Jika dibiarkan hal tersebut dapat berdampak buruk bagi seorang pribadi ataupun organisasi yang diserang isu hoax. Survei yang dilakukan Intelligence Media Management IMM menyatakan terdapat peningkatan tajam di tahun 2016 dari 1572 menjadi 7311 pemberitaan media. Dan berdasarkan hasil survei yang dilakukan masyarakat telematika mastel Indonesia hampir dari seluruh responden 84,5 menyatakan terganggu dengan maraknya berita hoax yang dapat mengganggu kerukunan masyarakat dan menghambat pembangunan nasional.Menurut Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara, langkah nyata yang bisa dilakukan adalah menyaring informasi menjadi lebih cepat dan tegas. Untuk itu diperlukan tindakan sehingga penyebaran hoax di media dapat diturunkan. Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi konten di media sosial merupakan suatu hoax atau tidak pada saat konten tersebut beredar. Metodologi yang digunakan di dalam penelitian ini dimulai dengan mengumpulkan tweets yang terindikasi hoax lalu dilakukan proses pengolahan data dengan membuat suatu model text mining yang dapat memprediksi suatu konten berpotensi hoax atau tidak.Hasil dari penelitian ini yaitu didapatkan sebuah model berbasis pembelajaran sendiri menggunakan algoritma LinearSVC dengan akurasi 91 yang dapat memprediksi apakah suatu tweet merupakan berpotensi hoax atau tidak sehingga membantu dalam menyaring suatu informasi yang diharapkan dapat mengurangi penyebaran hoax di Indonesia.

ABSTRACT<>br>
In recent years, the problem of measuring the credibility of information on the social network received considerable attention, especially under emergency situations. This is the consequence of too many information, especially when everyone is free to act as a source of information.The study highlights the blurring of the dividing wall between fact and hoax in Indonesia, so it causes many cases of spread of hoaxes in the media. If left unchecked it can be bad for a person or organization that attacked the issue of hoaxes. Surveys conducted by Intelligence Media Management IMM said there is a sharp increase in 2016 from 1572 content into 7311 content spread in media. And based on the results of a survey conducted by telematics community Mastel Indonesia almost of all respondents 84.5 declared disturbed by the rise of the hoax news that could disturb social harmony and impede national development.According to the Minister of Communications and Information Rudiantara, concrete steps that can be done is to filter information faster and firmer. It required the action so that the spread of hoax in the media can be derived. The purpose of this research is to identify content in social media is a hoax or not when the content is spreading. The methodology used in this research begins with collecting tweets that indicated hoax and then performed data processing by creating a text mining model that can predict a potentially hoax content or not.The result of this research is a machine learning model using LinearSVC algorithm with 91 accuracy which can predict whether tweet potentially hoax or not, thus helping the filtering of information expected to reduce the spread of hoax in Indonesia."
2017
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Tansa Trisna Astono Putri
"ABSTRAK
Kebebasan berpendapat melalui media sosial untuk mengungkapkan pikiran, pendapat dan tanggapan terhadap suatu topik tertentu menimbulkan dampak negatif berupa konten yang menebarkan kebencian. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan deteksi sebuah informasi yang merupakan ujaran kebencian di media sosial Twitter. Data yang digunakan berjumlah 4.002 data sentimen terkait topik politik, agama, suku dan ras di Indonesia. Pada pembangunan model, penelitian ini menggunakan metode klasifikasi sentimen dengan algoritma machine learning seperti Na ve Bayes, Multi Level Perceptron, AdaBoost Classifier, Random Forest Decision Tree dan Support Vector Machine SVM . Di samping itu, penelitian ini juga melakukan perbandingan performa model dengan menggunakan unigram, bigram dan unigram-bigram dalam proses fitur ekstraksi dan penggunaan SMOTE untuk mengatasi imbalanced data. Evaluasi dari percobaan yang dilakukan menunjukkan bahwa algoritma AdaBoost menghasilkan model terbaik dengan nilai recall tertinggi yaitu 99.5 yang memiliki nilai akurasi sebesar 70.0 dan nilai F1-score sebesar 82.2 untuk klasifikasi ujaran kebencian apabila menggunakan bigram.

ABSTRACT
Freedom of expression through social media to express idea, opinion and view about current topic causes negative impact as the rise of hateful content. This study aims to detect a hate speech information through Twitter. Dataset of this study consists of 4.002 sentiment data related to politic, race, religion and clan topic. The model development of this study conducted by sentiment classification method with machine learning algorithm such as Na ve Bayes, Multi Level Perceptron, AdaBoost Classifier, Random Forest Decision Tree and Support Vector Machine SVM . We also conduct a comparison of model performance that used unigram, bigram, unigram bigram feature and SMOTE to handle imbalanced data. Evaluation of this study showed that AdaBoost algorithm resulted the best classification model with the highest recall model which was 99.5 , accuracy score as much as 70.0 and F1 score 82.2 to classify hate speech when using bigram features."
2018
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Joshua Qabriel
"Dalam perilaku politik, evaluasi para pemilih terhadap diri seorang calon politisi telah
ditemukan menjadi sesuatu yang penting dalam perilaku politik seseorang. Akan tetapi,
meskipun variabel kompetensi dan karakter sudah sering diteliti, masih sedikit penelitian
yang meneliti hubungan antara politisi dan pemilih yang ada dari sisi goodwill politisi.
Padahal, goodwill ditemukan mampu melengkapi kompetensi dan karakter dalam
menentukan kredibilitas politisi. Selain itu, masih sedikit pula yang melihat bagaimana
sisi relasi parasosial dalam politik, meskipun relasi parasosial telah dibuktikan mampu
mempengaruhi perilaku politik seseorang. Oleh karena itu, penelitian ini ingin melihat
bagaimana goodwill mempengaruhi relasi parasosial dalam politik.Partisipan yang
digunakan adalah orang-orang yang mengikuti pemilu presiden tahun 2019 (N=221)
dengan umur 18-64 yang diuji menggunakan alat ukur Goodwill, Positive Parasocial
Relationship, Negative Parasocial Relationship, serta alat ukur Ideologi Politik. Analisis
regresi berganda menunjukan bahwa goodwill memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap relasi parasosial positif dan relasi parasosial negatif. Meskipun begitu, tidak
ditemukan relasi antara relasi parasosial positif dan relasi parasosial negatif yang
signifikan. Berdasarkan hasil yang didapatkan, diperlukan penelitian untuk melihat lebih
lanjut karakteristik-karakteristik demografi lain yang mampu ikut berpengaruh dalam
perilaku memilih serta penelitian lanjutan dalam bentuk longitudinal untuk melihat lebih
lanjut interaksi variabel-variabel yang ada

In politics, personal evaluation of politicians by their voters is important for a person’s
political behavior. However, while competence and character have received considerable
attention, little research has been done when it comes to the goodwill of politicians, even
though it was found that goodwill could supplement both competence and character when
it comes to determining the credibility of politicians. Furthermore, little research has also
been done regarding parasocial relationships in politics, even though it was found that it
could affect a person’s political behavior. Thus, this research intends to see how goodwill
affects parasocial relationships in politics. Participants of this research were those who
participated in the 2019 presidential election (N=221) with the age of 18-64. Goodwill,
Positive Parasocial Relationship, Negative Parasosial, and Political Ideology scale were
administered to measure the relation between Parasocial Relationship and Goodwill.
Multiple hierarchical regression showed that goodwill has an effect on both positive and
negative parasocial relationship. However, no significant relation was found between
positive parasocial relationship and negative parasocial relationship. Based on the results,
further research is needed to look into other demographical characteristics that can also
have an influence on voting behavior and also future researches conducted in longitudinal
forms to look further into how these variables interact with one another
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>