Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 161480 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Indi Mutiara Saniyah
"Kalimantan Selatan adalah salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki keunikan budaya. Salah satu keunikan budaya di Kalimantan Selatan adalah adat istiadatnya yang berkaitan dengan upacara adat dan ritual. Dalam karya sastra, kedua unsur kedaerahan tersebut disebut sebagai warna lokal yang diharapkan dapat menggambarkan latar belakang dan refleksi pengarang terhadap dunia di sekitarnya. Oleh karena itu, penelitian ini membahas warna lokal upacara Aruh dan ritual Balian; sistem kepercayaan masyarakat; dan penempatan leluhur dalam cerita pendek Perempuan Balian karya Sandi Firly yang dimuat dalam Cerita Pendek Pilihan Kompas 2012 Laki-laki Pemanggul Goni. Buku tersebut dijadikan sebagai sumber data penelitian yang diterbitkan oleh PT Kompas Media Nusantara pada tahun 2013. Penelitian ini menggunakan metode studi pustaka dengan pendekatan sosiologi sastra. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa warna lokal upacara Aruh diselenggarakan setelah panen padi dan ritual Balian sebagai ritual untuk menyembuhkan orang sakit. Upacara Adat dan ritual tersebut juga menggambarkan atau dipengaruhi pengarangnya yang berasal dari Kalimantan.

South Kalimantan is one of the provinces in Indonesia which has its own unique culture. One of the uniqueness of culture in South Kalimantan is its customs related to traditional ceremonies and rituals. In literary works, these two regional elements are referred to as local colors which are expected to describe the author's background and reflection on the world around him. Therefore, this study will discuss the local colors of the Aruh Ceremony and Balian ritual in the short story Women Balian by Sandi Firly. This study uses the short story Women Balian by Sandi Firly, which was published in the 2012 short story Kompas Choice Burlap Boy and published by PT Kompas Media Nusantara in 2013 as a data source. This research uses literature study method and sociology of literature approach. The results of this study indicate that the local color of the Aruh ceremony is carried out after the rice harvest and the Balian ritual as a ritual to heal the sick. The traditional ceremonies and rituals also describe or are influenced by the author who comes from Kalimantan."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2022
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Meutia Swarna Maharani
"Balian adalah istilah yang umum digunakan dalam budaya masyarakat Dayak untuk merujuk pada dua pengertian, yakni sebagai ritual adat yang biasanya ditujukan untuk mengusir penyakit atau sebagai bentuk syukur, dan balian sebagai pemangku ritual adat tersebut. Adalah novel Lampau karya Sandi Firly yang diterbitkan oleh GagasMedia pada 2013 yang menceritakan kisah tentang seorang anak Dayak Meratus dalam perjalanannya dalam mengejar mimpi. Novel tersebut mengangkat tradisi dan figur balian sebagai pemantik konflik para tokohnya yang kurang lebih menyoroti tentang terbatasnya pilihan hidup keturunan balian dan peran perempuan menjadi figur balian. Ditemukan rumusan masalah berupa gambaran representasi tokoh dan ritual balian yang terdapat di dalam novel ini. Penelitian ini menggunakan teori representasi dengan pendekatan sosiologi sastra dan penelitian kualitatif dengan metode deskriptif. Hasil dari penelitian ini ialah penggambaran tentang tokoh utama novel Lampau yang pada akhirnya memilih untuk mengikuti jalannya tradisi walau tidak sesuai dengan apa yang ia yakini selama ini.

Balian is a term that is frequently used in the culture of the Dayak people and has two meanings: it can refer to either the leader of a traditional rite or the ritual itself that is typically performed to banish disease and as a sign of gratitude. A novel titled Lampau by Sandi Firly, which was published by GagasMedia in 2013, tells the story about a Dayak Meratus youngster who attempts to pursue his dream. The depiction of balian as a ritual and a figure in this novel is used to raise the conflict, which circulated between the limitation of life a balian descendant should face and the role played by woman in the balian ritual. The representation of balian in the novel as a ritual and as a figure is the issue that is explored in this paper. This paper used qualitative research with a descriptive methodology combined with theory of representation in literary sociology approach. The paper’s concluded in the depiction of the main character who ultimately decides to follow the route of tradition even though it is not accordance to what he believes all this time."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Aga Daruwiranda
"Penelitian ini membahas warna lokal tradisi budaya karapan sapi di Madura. Korpus penelitian ini adalah cerita pendek Sapi-Sapi Karapan karya Zainal A. Hanafi. Penelitian ini bertujuan untuk (1) mendeksipsikan karapan sapi dalam cerpen Sapi-Sapi Karapan karya Zainal A. Hanafi menjadi identitas budaya masyarakat Madura, (2) mengungkapkan warna lokal serta keunikan yang terjadi dalam cerpen Sapi-Sapi Karapan karya Zainal A. Hanafi, dan (3) menjelaskan aspek budaya dan ekonomi tokoh utama mempengaruhi warna lokal sehingga terjadi transformasi budaya serta menemukan solusi untuk permasalahan yang ada. Penelitian ini menggunakan metode penelitian gabungan, yaitu kualitatif dan deskriptif. Penelitian ini menggunakan studi pustaka. Teori yang digunakan bersumber dari beberapa ahli berupa struktur dalam (intrinsik), yaitu penokohan dan latar; struktur luar (ekstrinsik) warna lokal dan kajian intertekstual sebagai media untuk mengkaji warna lokal berupa identitas budaya, yaitu karapan sapi di Madura dalam aspek budaya dan ekonomi serta keterkaitannya sehingga terjadi transformasi budaya karapan sapi dalam cerpen Sapi-Sapi Karapan. Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa tradisi karapan sapi merupakan budaya yang mengungkapkan jati diri masyarakat Madura sesuai gambaran dalam cerpen Sapi-Sapi Karapan. Tradisi tersebut patut dilestarikan, namun dengan beberapa catatan yang akan dibahas pada penelitian ini.
This study discusses the local color of the karapan sapi cultural tradition in Madura. The corpus of this research is the short story Sapi-Sapi Karapan by Zainal A. Hanafi. This study aims to (1) describes the karapan sapi in the short story Sapi-Sapi Karapan by Zainal A. Hanafi to become the cultural identity of the Madurese community, (2) reveal the local color and uniqueness that occurs in the short story Sapi-Sapi Karapan by Zainal A. Hanafi, and (3) explains the cultural and economic aspects of the main character influencing local colors so that cultural transformation occurs and finds solutions to existing problems. This study used a combined research method, namely qualitative and descriptive. This study used library research. The theory used comes from several experts in the form of internal structure (intrinsic), namely characterization and setting; the external structure (extrinsic) of local colors and intertextual studies as a medium to study local colors in the form of cultural identity, namely karapan sapi in Madura in cultural and economic aspects and their relationship so that there is a cultural transformation of karapan sapi in the short story Sapi-Sapi Karapan. Based on the results of the study, it can be concluded that the karapan sapi tradition is a culture that expresses the identity of the Madurese community according to the description in the short story Sapi-Sapi Karapan. This tradition should be preserved, but with some notes that will be discussed in this study.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2021
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Dian R.T.L. Syam
"Sastra sebagai cerminan kondisi masyarakat tidak dapat dipisahkan dari kebudayaan. Saat ini ada banyak karya sastra yang mengangkat kebudayaan dalam sastra dengan tema kedaerahan. Salah satunya adalah cerpen “Rambu Solo’” karya Sulfiza Ariska. Cerpen tersebut mampu memberikan gambaran yang baik mengenai upacara Rambu Solo’ sebagai kebudayaan masyarakat Toraja yang masih dilakukan hingga saat ini. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan warna lokal dan representasi sistem kepercayaan aluk todolo masyarakat Toraja dalam cerpen “Rambu Solo’” karya Sulfiza Ariska. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan pendekatan sosiologi sastra. Hasil penelitian menunjukkan bahwa cerpen “Rambu Solo’” karya Sulfiza Ariska memuat beberapa hal terkait warna lokal. Pertama, adanya penggunaan nama diri yang mengacu pada hari dan tempat kelahiran, serta bentuk panggilan yang digunakan masyarakat Toraja. Kedua, cerpen “Rambu Solo’” bertema proses perjuangan keluarga Raiya untuk menyelenggarakan upacara Rambu Solo’ bagi Ambe. Ketiga, latar tempat dalam cerpen adalah Tongkonan, sumbung, dan dapur. Selain itu, warna lokal juga ditunjukkan dengan adanya motivasi masyarakat Toraja saat mempersembahkan hewan ternak dalam Rambu Solo’, mata pencarian, prosesi pemakaman dalam Rambu Solo’, dan makna ukiran bagi masyarakat Toraja. Representasi sistem kepercayaan aluk todolo dalam cerpen “Rambu Solo’” dihadirkan melalui adanya objek penyembahan, pokok ajaran aluk, dan hukum dalam aluk todolo.

Literature as a reflection of the condition of society cannot be separated from culture. Currently there are many literary works that raise culture in literature with regional themes. One of them is the short story “Rambu Solo’” by Sulfiza Ariska. The short story is able to provide a good picture of the ceremony Rambu Solo’ as a Toraja culture which is still practiced today. This study aims to explain the local color and representation of the belief system of aluk todolo people of Toraja in the short story “Rambu Solo’” by Sulfiza Ariska. This study uses a qualitative descriptive method with a sociology of literature approach. The results showed that the short story “Rambu Solo’” by Sulfiza Ariska contained three things related to local colors. First, there is the use of self-names that refer to the day and place of birth, as well as the form of calling used by the Toraja people. The short story “Rambu Solo’” is themed on the process of the Raiya family's struggle to hold a ceremony Rambu Solo’ for Ambe. Second, the setting in the short story is Tongkonan, sumbung, and the kitchen. Third, the local color is also shown by the motivation of the Toraja people when offering livestock in the ceremony Rambu Solo’, livelihood, funeral processions in the ceremony Rambu Solo’, and the meaning of carving for the Toraja people. Representation belief system aluk todolo in the short story “Rambu Solo’” presented through their object of worship, the basic teachings of aluk and the law in aluk todolo."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2021
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1998
899.221 KON (1)
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
I Gusti Putu Sudiarna
"Balian Manak istilah lain dari dukun bayi atau dukun bersalin dalam kehidupan masyarakat Bali merupakan tenaga terpercaya dalam reproduksi dan pelayanan kebidanan. Mereka diminta bantuannya pada masa kehamilan, pertolongan persalinan serta mengurus dan melindungi ibu dan bayinya dalam masa nifas. Di Bali Balian manak pada umumnya pria yang berusia 45 tahun ke atas, dengan latar belakang cara mendapatkan keahlian secara turun-temurun, dengan berguru (aguru waktra) dan membaca lontar-lontar (usadha), serta merasa terpanggil melalui wahyu (wangsit) yang mereka dapatkan dari dewa-dewa atau kekuatan-kekuatan supranatural.
Pada umumnya tingkat pendidikan Balian rendah, demikian pula pengetahuan mereka tentang obstetri dan ginekologi sangat rendah, jika timbul komplikasi atau kelainan-kelainan dalam kasus kehamilan mereka kesulitan untuk mengatasinya. Pengetahuan pedukunan yang dipraktekkannya terkait dengan konsepsi dan kepercayaan masyarakat tentang kehamilan serta konsepsi sehat sakit dan atribusi suatu penyakit dengan latar budaya masyarakat bersangkutan.
Pada sisi lainnya keterbatasan sistem pelayanan kesehatan modern (Puskesmas) untuk menjangkau seluruh lapisan masyarakat memberikan alternatif bagi masyarakat untuk menetapkan pilihan dan kepercayaannya pada praktisi medis tradisional (prametra) dalam mendapatkan perawatan kesehatan. Intervensi Puskesmas dalam program pelatihan dan pembinaan terhadap Balian manak, merupakan usaha-usaha yang dilakukan oleh Departemen Kesehatan bekerjasama dengan Unicef; Pelaksanaan programnya melalui pendekatan Puskesmas (provider) terhadap prametra (resipien) untuk turut serta secara kooperatif dan kolabobatif meningkatkan sistem pelayanan kesehatan yang sesuai dengan standard kesehatan.
Evaluasi sosial merupakan suatu evaluasi atau penilaian terhadap perencanaan dan pelaksanaan program dari sudut pandang masyarakat yang menjadi sasaran program; berlandaskan pada paradigma aksioma naturalistik, sehingga dikenal dengan "naturalistic evaluation ". Evaluasi naturalistik, berkenaan dengan suatu proses evaluasi yang diawali dengan masukan-masukan program (programme inputs), yang berpengaruh terhadap keluaran-keluaran program (programme outputs), memberikan konskuensi langsung terhadap akibat-akibat program (programme ffects) dan dampakdampak program (programme impacts). Evaluasi jenis ini disamping dapat mengungkapkan hasil-hasil program (out-come) berorientasi pada target (target oriented) seperti evaluasi yang dilakukan pada umumnya, juga dapat mengungkapkan tentang akibat dan dampak program.
Penelitian ini menekankan pada pendekatan kualitatif (naturalistic) dengan menggunakan metode triangulasi. Dalam pada itu penggunaan pendekatan kualitatif menjadi lebih dominan, dengan ditunjang oleh metode kuantitatif, dalam upaya untuk dapat meningkatkan validitas dan trustworthiness. Temuan-temuan yang dapat diungkapkan berkenaan dengan hal tersebut, mencakup sistem pelayanan yang diberikan oleh 42 orang balian terlatih (Balian Kit), dengan mengintegrasikan pengetahuan tentang perawatan kesehatan modern dengan pengetahuan budaya pedukunannya. Integrasi sistem pelayanan kesehatan tersebut disamping berfungsi sebagai "label" bagi balian itu sandhi, dan dapat dimanfaatkan oleh masyarakat untuk mendapatkan dua jenis perawatan pada seorang balian.
Walaupun perwujudan pengetahuan dan sikap dalam perilaku berkenaan dengan sistem pelayanan kesehatan modern tidak secara sempurna, namun dapat diintegrasikan dalam pengetahuan budaya pedukunan, terwujud sebagai perawatan sekala-niskala (fisik dan mental). Pengintegrasian pengetahuan baru dengan pengetahuan budaya pedukunan, yang dikonsepsikan sebagai perawatan sekala-niskala, merupakan suatu wujud keterpaduan model penjelasan suatu penyakit (explanatory model) dari dua sistem pelayanan kesehatan modern dan balian. Balian dengan Kit Dukun sebagai wujud keterpaduan tersebut memang diyakini oleh masyarakat, balian dan praktisi media modern dapat peningkatan derajat kesehatan ibu dan anak.
Berbagai macam kendala dan potensi (barrier-stimulant) yang ditemukan baik pada budaya provider maupun resipien, merupakan hambatan dalam "komunikasi inovasi kesehatan", yang dikenal dengan "komunikasi budaya". Hambatan-hambatan yang berasal dari budaya provider (dokter dan bidari Puskesmas) berkaitan dengan budaya profesionalisme dan birokratisme, merupakan hambatan mendasar yang menghambat terjadinya koordinasi dan kolaborasi program. Demikian pula ketidak mampuan provider dalam menterjemahkan program dengan bahasa, konsep-konsep dan simbol-simbol dalam budaya setempat, juga merupakan hambatan dalam komunikasi budaya. Dilain pihak kendala yang berasal dari budaya resipien (balian dan masyarakat) yang sering diungkapkan oleh praktisi medis, modern sebagai sifat yang kaku dan tertutup, kebodohan dan keterbelakangan, hambatan geografis dan ekonomi masyarakat, yang kalau dapat dipahami secara lebih baik dapat merupakan potensi dalam mengatasi kendala yang ada pada resipien itu sendiri.
Pemantauan prosesual untuk menemukan hambatan dan kekurangan yang berasal dari organisasi birokrasi penyelenggara program (delivery system), demikian pula hambatan dan kekurangan dalam proses pencapaian program, berkenaan dengan pemahaman budaya resipien, menterjemahkan program dengan bahasa dan konsep yang dapat dipahami oleh balian, mengikut sertakan balian dalam organisasi instruktur pelaksanaan program serta melibatkan institusi formal dan informal di desa sebagai media dalam mensosialisasikan program. Pembenahan atau perbaikan-perbaikan kearah kelengkapan program tidak dapat dilaksanakan dengan baik oleh provider, berkenaan dengan beban tugas yang dikatan melebihi kemampuan (over-load), serta kontinuitas pendanaan yang tidak stabil, merupakan. hambatan dan kekurangan yang dialami oleh provider.
Dampak program berkaitan dengan peningkatan derajat kesehatan ibu dan anak, yang dapat menggambarkan tingkat kesejahteraan masyarakat dapat dikatakan terjadi peningkatan. Peningkatan ini terlihat dari komponen "status kesehatan" yang menggambarkan tingkat sehat, sakit dan mati dari penduduk. Komponen "status lingkungan" menggambarkan penataan lingkungan fisik, biologik dan sosiobudaya yang berpengaruh terhadap status kesehatan penduduk. Peningkatan status kesehatan dan status lingkungan terjadi relatif cepat, baik sebagai dampak langsung dari intervensi program maupun sebagai dampak dan program-program lainnya yang saling berhimpitan.
Dalam pada itu partisipsi aktif masyarakat dalam peningkatan derajat kesehatan, baik dalam kehidupan diri, kelompok keluarga, serta dalam kehidupan masyarakat secara lebih luas, berpedoman pada falsafah hidup Tri Nita Karma (tiga cara untuk mencapai kesejahteraan hidup), serta penyebarluasan program-program kesehatan dengan menggunakan institusi-institusi formal dan informal di desa sebagai media komunikasi dan interaksi."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhadjir
Depok: Fakultas Sastra UI, 1994
UI - Publikasi  Universitas Indonesia Library
cover
Dian Fitri
"Setiap laki-laki atau perempuan memiliki peran yang dapat memberi pengaruh. Dalam penelitian ini, penulis melihat pengaruh peran laki-laki yang terdapat dalam Kumpulan Cerpen Jurnal Perempuan Menulis Tubuh. Selain itu, penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh yang ditimbulkan dari tokoh laki-laki yang terdapat dalam delapan cerpen Kumpulan Cerpen Jurnal Perempuan Menulis Tubuh. Penokohan yang terdapat pada cerpen umumnya dengan tokoh utama perempuan yang menjadi korban dari laki-laki. Laki-laki sebagai pelaku dalam cerpen memiliki pengaruh kepada tokoh lain dan lingkungannya. Pengaruh yang ditimbulkan dapat berupa pengaruh baik atau pun buruk. Dalam delapan cerpen yang dianalisis, tokoh laki-laki memiliki peran yang memberikan pengaruh kepada tokoh perempuan, lingkungannya dan terhadap tokoh lainnya.

Every man or woman has a role that can give influence. In this study, the author observed the influence of male's role contained in the Kumpulan Cerpen Jurnal Perempuan Menulis Tubuh. In addition, this study aimed to observe the influence arising from the male figures contained in the eight short stories in Kumpulan Cerpen Jurnal Perempuan Menulis Tubuh. Characterizations contained in generally short stories with women as the main characters who become the victims of men. Men as actors in the stories have influence to other characters and environment. The influence can be either good or bad. In eight short stories that were analyzed, the roles of male figures have give influence to female figures, environment and to other figures.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2015
S61257
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>