Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 90012 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Mu’izzah Irsyadi Putri
"Penelitian ini telah dilakukan pembuatan zeolit dari abu terbang (fly ash) limbah hasil pembakaran batubara, dan produk zeolit yang dimodifikasi dengan zirkonium (Zr) untuk penyerapan fosfat pada sistem akuatik. Adsorben zeolit termodifikasi zirkonium (ZrMZ) merupakan adsorben paling efektif untuk adsorpsi fosfat dengan kapasitas adsorpsi mencapai 3.015 mg-P/g pada jumlah adsorben 0.075 gram, pH 7 dan konsentrasi fosfat 10 mg/L. Kinetika adsorpsi untuk adsorben ZrMZ mengikuti kinetika orde semu kedua, dan pola adsorpsi mengikuti isoterm Freundlich. Kajian termodinamika adsorpsi menghasilkan nilai ∆G negatif yang menandakan proses adsorpsi fosfat berlangsung secara spontan. Nilai ∆H sebesar 13.01 kJ mol-1 dan nilai ∆S sebesar 54,8973 J K-1 mol-1 menunjukkan bahwa adsorpsi fosfat bersifat spontan dan endotermik

In this research, the manufacture of zeolite from waste fly ash has been carried out, and zeolite modified with zirconium (Zr) for phosphate absorption in aquatic systems have been carried out. Zirconium-modified zeolite (ZrMZ) adsorbent was the most effective adsorbent for phosphate adsorption with adsorption capacity of 3,015 mg-P/g at 0.075 gram adsorbent dosage, pH 7 and phosphate concentration 10 mg/L. The adsorption kinetics for the ZrMZ adsorbent followed pseudo-second-order kinetics, and the adsorption pattern followed the Freundlich isotherm. The study of adsorption thermodynamics resulted in a negative ∆G which indicated that the phosphate adsorption process took place spontaneously. The ∆H value of 13.01 kJ mol-1 and the ∆S value of 54.8973 J K-1 mol-1 indicated that the phosphate adsorption was spontaneous and endothermic."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Raden Janitra Hendra P.
"Fly ash yang menurut PP No. 18 tahun 1999 tergolong sebagai limbah B3 perlu dimanfaatkan menjadi bentuk lain yang berguna. Fly ash dapat digunakan sebagai bahan konstruksi menggunakan metode stabilisasi/solidifikasi (s/s). Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa kemampuan produk s/s dalam menahan kuat tekan, kuat tarik, ataupun dalam mengikat kandungan unsur-unsur logam berbahaya yang terdapat pada fly ash, serta menganalisa kandungan unsur-unsur berbahaya yang terlepas ke lingkungan. Produk s/s dibuat dalam bentuk Glassfibre Reinforced Concrete (GRC). Pengujian yang dilakukan meliputi uji XRF, uji TCLP, uji kuat tekan, dan uji kuat tarik. Hasil penelitian menunjukan bahwa produk s/s dengan komposisi 1 semen PC : 1 agregat halus : 0,03 glassfibre dan penambahan fly ash sebesar 15%, 30%, dan 40% dari berat semen memiliki nilai kuat tekan yang semakin tinggi pada hari ke-28, yaitu 34,8 MPa sampai 38,2 MPa. Sedangkan pada nilai kuat tarik tidak terlihat adanya pengaruh signifikan akibat penambahan fly ash, yaitu berkisar antara 4,4 MPa hingga 5,2 MPa. Uji XRF dan TCLP menunjukkan produk s/s berupa Glassfibre Reinforced Concrete (GRC) tidak menimbulkan dampak terhadap kesehatan dan lingkungan.

Fly ash that categorized as hazardous waste in PP No. 18 tahun 1999 need to be utilized as another useful form. Fly ash could be used as additional contruction material by using stabilization/solidifcation (s/s) method. This study aimed to analyze s/s ability in holding compression strength, tensile strength, also in binding hazardous chemical elements in fly ash, and to analyze the hazardous chemical elements that release from the s/s product. The s/s product was made as Glassfibre Reinforced Concrete (GRC). Several test were carried out, covers XRF test, TCLP test, compression strength test, and tensile strength test. The experiment result shows that composition s/s product of 1 PC cement : 1 fine aggregate : 0,03 glassfibre with the fly ash additional 15%, 30%, and 40 % fly ash additional by the weight of cement tend to increase compressive strength in the age of 28 days, range from 34,8 MPa to 38,2 MPa. While the tensile strength test didn’t show any significant effect in the range of 4,4 MPa to 5,21 MPa. The XRF and TCLP test shows s/s product as GRC didn’t affect any negative impact to health and environment."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S53089
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lea Harumi Kusumawati
"ABSTRAK
Abu terbang merupakan limbah yang dihasilkan dari proses pembakaran batubara di PLTU. Abu terbang biasanya digunakan sebagai campuran semen ataupun bahan dasar pembuatan beton. Kandungan oksida Si02 sebesar 57,44 % dan Al203 sebesar 28,28 % dalam abu terbang menyebabkan material tersebut memiliki potensi mirip zeolit. Zeolit dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kualitas tanah. Abu terbang memiliki potensi mirip zeolit, diharapkan dapat meningkatkan kualitas tanah. Dalam penelitian yang dilakukan, diuji daya adsorpsi dan desorpsi abu terbang saja, abu terbang yang sudah mendapat perlakuan zeolitisasi, tanah saja dan campuran abu terbang hasil perlakuan zeolitisasi dengan tanah terhadap ion K, NH, dan PO43 dengan metode kolom.
Sebelum dilakukan uji adsorpsi, aba terbang dizeolitisasi dengan dua cara, yaitu cara pertama mereaksikan abu terbang dengan larutan NaOH 3 N yang diharapkan dapat mengadsorpsi kation. Kedua dengan mereaksikan abu terbang dengan amonium dihidrogen fosfat pada suhu 230'C yang diharapkan dapat mengadsorpsi anion.
Dalam uji adsorpsi masing-masing material abu terbang hasil zeolitisasi, digunakan metode kolom, dengan berat material 5 gram untuk masing-masing kolom. Hasil yang diperoleh adalah adsorpsi maksimum untuk material hasil zeolitisasi refluks (ZSR) untuk ion IC sebesar 20,92 mek / 100 grain, dan untuk ion N}i sebesar 17,48 mek / 100 gram. Uji adsorpsi juga dilakukan terhadap tanah, yang menghasilkan adsorpsi maksimum sebesar 0,64 mek / 100 gram untuk ion IC dan 0 mek / 100 gram untuk ion NTTLIt Sedangkan campuran tanah dan ZSR (1 1) menghasilkan daya adsorpsi sebesar 19,90 mek / 100 gram untuk IC dan 16,34 mek /100 gram untuk NH, sehinga dapat dikatakan efisiensi tanah meningkat dengan penambahan ZSR.
Abu terbang (tanpa perlakuan zeolitisasi) memiliki daya adsorpsi terhadap PO43 sebesar 0,94 mek / 100 gram, sedangkan abu terbang yang dizeolitisasi dengan cara fosfatasi (ZSF) tidak dapat mengadsorpsi anion fosfat. Uji adsorpsi PO43 yang dilakukan terhadap tanah menghasilkan daya adsorpsi sebesar 2,60 mek / 100 gram."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1999
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurina Zahrah
"Fly ash merupakan limbah padat hasil pembakaran batubara yang dapat digunakan sebagai adsorben untuk penyerapan senyawa fosfat dalam sistem perairan. Jumlah senyawa fosfat yang berlebihan dalam sistem perairan dapat menyebabkan eutrofikasi, sehingga diperlukan penanganan untuk menguranginya. Pada penelitian ini, debu lalat dimodifikasi dengan metode hidrotermal menjadi zeolit, kemudian zeolit ​​debu lalat tersebut dicampur dengan partikel magnetit (Fe3O4) untuk membentuk adsorben magnetik. Adsorben yang disintesis dari debu lalat digunakan untuk mengadsorbsi senyawa fosfat dari sistem perairan. Adsorpsi fosfat oleh adsorben debu lalat diamati dalam beberapa variasi, antara lain jumlah adsorben, pH, waktu kontak, dan konsentrasi analit. Hasil yang diperoleh pada penelitian ini menunjukkan bahwa adsorben debu lalat modifikasi magnetit memiliki kapasitas dan efisiensi adsorpsi yang paling baik dibandingkan dengan adsorben lainnya. Kapasitas adsorpsi maksimum fosfat yang diserap oleh adsorben debu lalat modifikasi mencapai 2,24 mg P-PO4/g dengan efisiensi adsorpsi 90,42%. Sedangkan debu terbang yang tidak dimodifikasi memiliki kapasitas adsorpsi tertinggi pada 2.0107 mg P-PO4/g dengan % efisiensi adsorpsi 80,51% dan kapasitas adsorpsi tertinggi debu terbang zeolit ​​adalah 2,1851 mg P-PO4/g dengan % efisiensi adsorpsi. 88,28%. Kondisi optimum penyerapan fosfat diperoleh pada pH asam yaitu pH 3 untuk adsorben setelah modifikasi, sedangkan pH basa yaitu pH 11 untuk adsorben debu lalat tanpa modifikasi. Penambahan partikel magnetit memudahkan pemisahan adsorben dari supernatan dengan bantuan medan magnet.
Fly ash is a solid waste from coal combustion that can be used as an adsorbent for the absorption of phosphate compounds in aquatic systems. Excessive amounts of phosphate compounds in aquatic systems can cause eutrophication, so treatment is needed to reduce it. In this study, fly dust was modified by hydrothermal method into zeolite, then the fly dust zeolite was mixed with magnetite (Fe3O4) particles to form a magnetic adsorbent. The adsorbent synthesized from fly dust is used to adsorb phosphate compounds from the aquatic system. Phosphate adsorption by fly dust adsorbent was observed in several variations, including the amount of adsorbent, pH, contact time, and analyte concentration. The results obtained in this study indicate that the magnetite modified fly dust adsorbent has the best adsorption capacity and efficiency compared to other adsorbents. The maximum adsorption capacity of phosphate absorbed by the modified fly dust adsorbent was 2.24 mg P-PO4/g with an adsorption efficiency of 90.42%. Meanwhile, the unmodified fly dust had the highest adsorption capacity at 2.0107 mg P-PO4/g with % adsorption efficiency of 80.51% and the highest adsorption capacity of zeolite fly dust was 2.1851 mg P-PO4/g with % adsorption efficiency. 88.28%. The optimum condition for phosphate absorption was obtained at an acidic pH, namely pH 3 for the adsorbent after modification, while the alkaline pH was pH 11 for the fly dust adsorbent without modification. The addition of magnetite particles facilitates the separation of the adsorbent from the supernatant with the help of a magnetic field."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurina Zahrah
"Debu terbang (fly ash) merupakan limbah padat sisa pembakaran batu bara yang dapat digunakan untuk adsorben dalam penyerapan senyawa fosfat dalam sistem akuatik. Jumlah senyawa fosfat yang berlebih dalam sistem akuatik dapat menyebabkan eutrofikasi, sehingga diperlukan penanganan untuk menguranginya. Dalam penelitian ini, debu terbang dimodifikasi dengan metode hidrotermal membentuk zeolite, selanjutnya zeolite debu terbang tersebut dicampurkan dengan partikel magnetite (Fe3O4) membentuk sebuah adsorben magnetik. Adsorben yang disintesis dari debu terbang dimanfaatkan untuk mengadsorpsi senyawa fosfat dari sistem akuatik. Adsorpsi fosfat oleh adsorben debu terbang diamati dalam beberapa variasi, meliputi jumlah adsorben, pH, waktu kontak, dan konsentrasi analit. Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini menunjukkan bahwa adsorben debu terbang termodifikasi magnetite memiliki kapasitas dan efisiensi adsorpsi terbaik dibanding adsorben lainnya. Kapasitas adsorpsi maksimum fosfat yang diserap oleh adsorben debu terbang termodifikasimencapai 2,24 mg P-PO4/g dengan % efisiensi adsorpsi sebesar 90,42%. Sedangkan, debu terbang tanpa modifikasi memiliki kapasitas adsorpsi tertinggi pada 2,0107 mg P-PO4/g dengan % efisiensi adsorpsi sebesar 80,51% dan kapasitas adsorpsi tertinggi zeolite debu terbang adalah 2,1851 mg -PO4/g dengan % efisiensi adsorpsi 88,28%. Kondisi optimum penyerapan fosfat diperoleh pada pH asam, yaitu pH 3 untuk adsorben setelah modifikasi sedangkan pH basa, yaitu pH 11 untuk adsorben debu terbang tanpa modifikasi. Penambahan partikel magnetite memudahkan pemisahan adsorben dengan supernatan dengan bantuan medan magnet.

Fly ash is residue from coal combustion that can be used as adsorbent for phosphate compound from aquatic system. The abundance of phosphate compounds in aquatic system can lead into eutrophication, so the handling of this problem is needed. In this study, fly ash is modified with hydrothermal method to form a fly ash zeolite. The zeolite is mixed with magnetite (Fe3O4) to form a magnetic adsorbent. The adsorbent from fly ash will be used to adsorp phosphate from aquatic system. Phosphate adsorption from fly ash adsorbents observed in various parameters, such as adsorbent amount, pH, contact time, and initial phosphate concentration. The result from this study showed that fly ash modified with magnetite has the highest adsorption capacity and efficiency. The maximum phosphate adsorption capacity for the adsorbent reach 2.24 mg P-PO4/gand 90,42% for the % adsorption efficiency. Meanwhile, the adsorption capacity of unmodified fly ash is 2,0107 mg P-PO4/g with 80,51 for the %adsorption efficiency and the maximum adsorption capacity of fly ash zeolite is 2,1851 mg P-PO4/g with 88,28% for its % adsorption efficiency. The optimum pH condition for fly ash adsorbent after modifications are on pH 3 (acid) and the unmodified fly ash adsorbent is on pH 11 (alkaline). Magnetite particle addition eased the separation of adsorbent and supernatant using magnetic field. "
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ratih Permatasari
"Kebutuhan energi listrik dan ketergantungan sumber energi batubara, sedangkan proses pembakaran batubara tidak terbakar habis sehingga menghasilkan limbah berupa fly ash. Kegiatan pemanfaatan limbah fly ash di industri semen dapat berpotensi menimbulkan dampak lingkungan berupa pencemaran udara. Oleh sebab itu, diperlukan konsep keberlanjutan pemanfaatan limbah fly ash sebagai alternatif bahan baku di industri semen. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis potensi dampak lingkungan pada pemanfaatan limbah fly ash menjadi semen, menganalisis manfaat finansial bagi industri semen, dan menentukan alternatif keberlanjutan pemanfaatan limbah fly ash berdasarkan konsep produksi bersih. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kuantitatif dengan metode AHP. Hasil penelitian menunjukkan konsentrasi partikulat pada kegiatan pemanfaatan limbah fly ash di tidak melebihi baku mutu namun berpotensi menimbulkan dampak lingkungan dengan sebaran periode 24 jam sebesar 219 µg/m3, sedangkan periode tahunan tertinggi sebesar 67,2 µg/m3. Pemanfaatan limbah fly ash dapat mengurangi penggunaan bahan baku gypsum dan trass hingga 3,2 %. Manfaat finansial yang diterima industri semen adalah efisiensi biaya material sebesar Rp6.052.872.369,02 pada tahun 2018 dan Rp32.730.142.087,09 pada tahun 2022. Konsep produksi bersih sebagai alternatif keberlanjutan pemanfaatan limbah fly ash di industri semen PT ABC adalah dengan menerapkan recycle partikulat yang ditangkap oleh DC dan EP.

The demand for electrical energy and dependence on coal energy sources, while the coal combustion process does not burn out, resulting in waste in the form of fly ash. The utilization of fly ash waste in the cement industry can potentially cause environmental impacts in the form of air pollution. Therefore, the concept of sustainability of fly ash waste utilization as an alternative raw material in the cement industry is needed. The objectives of this study are to analyze the potential environmental impacts on the utilization of fly ash waste into cement, analyze the financial benefits for the cement industry, and determine alternative sustainability of fly ash waste utilization based on the concept of clean production. The research method used is quantitative method with AHP method. The results showed that particulate concentrations in fly ash waste utilization activities did not exceed quality standards but had the potential to cause environmental impacts with a 24-hour period distribution of 219 µg/m3, while the highest annual period was 67.2 µg/m3. Utilization of fly ash waste can reduce the use of gypsum and trass raw materials by up to 3.2%. The financial benefits received by the cement industry are material cost efficiency of Rp6,052,872,369.02 in 2018 and Rp32,730,142,087.09 in 2022. The concept of clean production as an alternative to the sustainability of fly ash waste utilization in the cement industry of PT ABC is to implement the recycle of particulates captured by DC and EP."
Jakarta: Sekolah Ilmu Lingkungan Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Winni Rezki Wulandari
"Salah satu nutrien utama yang mengakibatkan terjadinya eutrofikasi pada sistem akuatik adalah senyawa fosfat. Jumlah fosfat yang tinggi di sistem akuatik mengakibatkan kualitas air menjadi menurun dan keseimbangan ekosistem menjadi terganggu. Fenomena eutrofikasi ini dapat diatasi dengan suatu metode, yaitu adsorpsi yang dipengaruhi oleh suatu adsorben. Abu terbang batubara telah menjadi perhatian oleh para peneliti untuk dijadikan sebagai adsorben dalam adsorpsi fosfat. Dalam penelitian ini, dilakukan modifikasi abu terbang dengan asam, yang terdiri dari H2SO4, HCl dan campuran kedua asam tersebut serta dilakukan modifikasi abu terbang menggunakan basa, yaitu NaOH secara hidrotermal. Hasil modifikasi abu terbang dikarakterisasi dengan menggunakan XRF, XRD, SEM, FTIR dan SSA lalu dijadikan sebagai adsorben untuk adsorpsi fosfat dan dibandingkan dengan abu terbang tanpa modifikasi. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa kapasitas adsorpsi fosfat dari abu terbang termodifikasi asam dan abu terbang modifikasi basa secara hidrotermal memiliki nilai yang lebih besar dibandingkan dengan abu terbang tanpa modifikasi. Abu terbang termodifikasi asam, yaitu HCl, H2SO4 dan campuran kedua asam tersebut memiliki kapasitas adsorpsi masing-masing mencapai 0,606 mg P-PO4/g, 0,655 mg P-PO4/g, dan 0,705 mg P-PO4/g
dengan %efisiensi adsorpsi sebesar 73,58%, 79,60% dan 85,62%. Abu terbang modifikasi basa secara hidrotermal memiliki kapasitas adsorpsi mencapai 0,677 mg P-PO4/g dengan %efisiensi sebesar 82,27%. Sementara, abu terbang tanpa modifikasi memiliki kapasitas adsorpsi mencapai 0,485 mg P-PO4/g dengan %efisiensi sebesar 60,07%. Kondisi pH optimum adsorpsi fosfat diperoleh pada pH 7 untuk adsorben abu terbang yang telah
dimodifikasi dan pH 5 untuk abu terbang tanpa modifkasi. Model isoterm yang sesuai pada kelima adsorben ini adalah isoterm Freundlich.
One of the main nutrients that causes eutrophication in aquatic systems is phosphate compounds. The high amount of phosphate in the aquatic system results in decreased water quality and the balance of the ecosystem is disturbed. This eutrophication phenomenon can be overcome by a method, namely adsorption which is influenced by an adsorbent. Coal fly ash has been of interest by researchers to be used as an adsorbent in phosphate adsorption. In this study, fly ash was modified with acid, consisting of H2SO4, HCl and a mixture of the two acids and modified fly ash using a base, namely NaOH hydrothermally. The modified fly ash was characterized using XRF, XRD, SEM, FTIR and AAS and then used as an adsorbent for phosphate adsorption and compared with fly ash without modification. The results showed that the phosphate adsorption capacity of acid modified fly ash and base modified fly ash hydrothermally had a higher value than unmodified fly ash. Acid-modified fly ash, namely HCl, H2SO4 and a mixture of the two acids had adsorption capacities of 0.606 mg P-PO4/g, 0.655 mg P-PO4/g, and 0.705 mg P-PO4/g respectively.
with % adsorption efficiency of 73.58%, 79.60% and 85.62%. Hydrothermal base modified fly ash has an adsorption capacity of 0.677 mg P-PO4/g with an efficiency of 82.27%. Meanwhile, unmodified fly ash has an adsorption capacity of 0.485 mg P-PO4/g with an efficiency of 60.07%. The optimum pH conditions for phosphate adsorption were obtained at pH 7 for fly ash adsorbents that had been modified and pH 5 for fly ash without modification. The suitable isotherm model for these five adsorbents is the Freundlich isotherm."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aini Nadhokhotani Herpi
"Fosfat merupakan nutrien pembatas dalam peristiwa eutrofikasi sehingga dibutuhkan sebuah metode untuk menangani kandungan fosfat berlebih dalam sistem akuatik. Penelitian ini menyajikan optimasi penggunaan debu terbang sebagai adsorben. Debu terbang diberikan pra-perlakuan asam, disintesis dengan menggunakan metode hidrothermal untuk menghasilkan zeolit NaP1 kemudian dimodifikasi dengan menggunakan metode ion exchange menghasilkan zeolit LaP1. Pengaruh ketiga material hasil sintesis terhadap kapasitas adsorpsi diuji pada 5 parameter meliputi variasi konsentrasi adsorben, variasi pH, variasi waktu kontak, variasi konsentrasi fosfat dan variasi suhu. Isoterm adsorpsi Langmuir dan Freundlich dievaluasi untuk mengetahui mekanisme adorpsi pada ketiga material. Zeolit LaP1 merupakan adsorben paling efektif untuk adsorpsi fosfat dengan kapasitas adsorpsi mencapai 46.582 mg g-1 pada jumlah adsorben 0.025 gram, pH 7 dan konsentrasi fosfat 10 mg L-1. Pola kinetika adsorpsi adsorben LaP1 mengikuti kinetika orde semu kedua, sementara pola adsorpsi mengikuti isoterm adsorpsi Langmuir. Kajian termodinamika adsorpsi menghasilkan nilai ΔG yang meningkat, sementara nilai ΔH dan ΔS berturut-turut sebesar 19.62 kJ mol-1 dan 98.33 J K-1 mol-1 menunjukkan bahwa adsorpsi fosfat bersifat spontan dan endotermik.

Phosphate is a limiting nutrient in the eutrophication process, so a method is needed to reduce phosphate excess in the aquatic system. This study presents an optimization of the use of fly ash as an adsorbent. Fly ash was treated by acid then synthesized using the hydrothermal method to produce NaP1 zeolite and then using the ion exchange method produce LaP1 zeolite. The effect of the three synthesized materials on the adsorption capacity was tested on 5 parameters including variations in the concentration of adsorbent, variations in pH, variations in contact time, variations in phosphate concentration, and variations in temperature. Langmuir and Freundlich adsorption isotherms were evaluated to determine the mechanism of adsorption in the three materials. Zeolite LaP1 is the most effective adsorbent for phosphate adsorption with an adsorption capacity of 46.582 mg g-1 at 0.025 gram of adsorbent, pH 7, and 10 mg L-1 concentration of phosphate. The adsorption kinetics of LaP1 followed the pseudo-second-order kinetics, while the adsorption pattern followed the Langmuir adsorption isotherm. Thermodynamic studies of adsorption resulted in an increased ΔG value, while the ΔH and ΔS values were 19.62 kJ mol-1 and 98.33 J K-1 mol-1, respectively, indicating that phosphate adsorption was spontaneous and endothermic.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ananda Aikaal Aulia Putra
"Penelitian ini fokus pada potensi penggunaan limbah fly ash dan bottom ash (FABA) dari pembangkit listrik tenaga batubara di Indonesia. Meski FABA tidak dianggap sebagai limbah berbahaya, pemanfaatannya masih rendah. Tujuan penelitian adalah mengidentifikasi karakteristik fly ash serta meningkatkan pemanfaatannya dalam industri guna mengurangi dampak lingkungan dan kesehatan. Penelitian mencakup analisis komposisi kimia fly ash dari PLTU XYZ, eksperimen ekstraksi aluminium dengan berbagai metode, dan karakteristik aluminium hasil ekstraksi. Hasil awal penelitian menunjukkan bahwa partikel fly ash dengan ukuran 63 μm memiliki kandungan aluminium terbesar sebesar 20,10%. Proses awal sintering membentuk fasa seperti quartz, mullite, gypsum, dan goethite dengan hasil ekstraksi aluminium tertinggi pada 4M sebesar 14,40%. Proses sintering pada suhu 1150°C selama 180 menit mengubah fasa mullite menjadi gehlenite, sedangkan proses post-sinter menghasilkan fasa quartz, aluminium oxide, anhydrite, dan magnetite dengan hasil ekstraksi aluminium mencapai 88,15%. Kombinasi kedua proses tersebut meningkatkan ekstraksi hingga 89,56%. Dari hasil penelitian, terungkap bahwa fly ash dari PLTU XYZ mengandung mineral seperti quartz, mullite, dan calcite. Proses pelindian dengan H2SO4 (4M) menunjukkan ekstraksi aluminium yang optimal. Sintering juga berpotensi meningkatkan ekstraksi aluminium, terutama dalam mengubah fase mullite menjadi gehlenite dan plagioklas. Saran penelitian termasuk penggunaan peralatan canggih untuk pelindian yang merata serta penelitian lebih lanjut tentang interaksi kimia dalam ekstraksi aluminium.

This research focuses on the potential use of fly ash and bottom ash (FABA) waste from coal-fired power plants in Indonesia. Although FABA is not considered a hazardous waste, its utilization is still low. The objective of the study was to identify the characteristics of fly ash and improve its utilization in industry to reduce environmental and health impacts. The research includes analysis of the chemical composition of fly ash from PLTU XYZ, experiments on aluminum extraction by various methods, and characteristics of extracted aluminum. Preliminary results showed that fly ash particles with a size of 63 μm had the largest aluminum content of 20,10%. The initial sintering process forms phases such as quartz, mullite, gypsum, and goethite with the highest aluminum extraction yield at 4M of 14,40%. The sintering process at 1150°C for 180 minutes changed the mullite phase to gehlenite, while the post-sinter process produced quartz, aluminum oxide, anhydrite, and magnetite phases with an aluminum extraction yield of 88,15%. The combination of the two processes increased the extraction to 89,56%. The research revealed that fly ash from PLTU XYZ contains minerals such as quartz, mullite, and calcite. The leaching process with H2SO4 (4M) showed optimal aluminum extraction. Sintering also has the potential to improve aluminum extraction, especially in changing the mullite phase to gehlenite and plagioclase. Research suggestions include the use of advanced equipment for even leaching as well as further research on chemical interactions in aluminum extraction."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>