Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 150846 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Danti Filiadini
"Latar Belakang: Donasi organ merupakan isu etis, moral, dan medis yang kompleks. Donor organ berpotensi mengalami masalah psikososial pascadonasi, seperti depresi, cemas, stres, dan kekhawatiran akan kondisi kesehatannya. Donasi organ juga sering dikaitkan dengan isu perdagangan organ yang masih marak di Indonesia. Hingga saat ini, belum ada kesepakatan resmi mengenai domain konstruk pemeriksaan yang mendasari penulisan laporan kelaikan donor organ dalam bidang psikiatri. Hal ini dapat menyebabkan ketidakseragaman penulisan yang berpotensi mengakibatkan terlewatnya aspek psikososial yang penting untuk diidentifikasi dan meningkatkan risiko terjadinya masalah hukum. Oleh karena itu, identifikasi domain konstruk dari laporan pemeriksaan diperlukan untuk menetapkan panduan yang selanjutnya dapat dijadikan dasar pengembangan instrumen pemeriksaan kelaikan donor organ hidup di Indonesia. 
Metode: Penelitian menggunakan desain mixed method. Pendekatan kualitatif ditujukan untuk mengidentifikasi domain konstruk pemeriksaan menggunakan metode diskusi kelompok terpumpun (DKT) dengan 2 orang pakar. Data kualitatif dianalisis menggunakan conventional content analysis dengan tipologi thematic survey. Pendekatan kuantitatif ditujukan untuk menentukan proporsi kesesuaian penulisan laporan dengan domain konstruk pemeriksaan dan kontribusi tiap domain terhadap simpulan kecakapan yang diambil oleh pakar pada 404 laporan kelaikan donor ginjal dan hati dalam bidang psikiatri di RSCM yang diambil menggunakan metode total sampling. Analisis kuantitatif menggunakan uji Chi-square dan regresi logistik. 
Hasil: Analisis data kualitatif menghasilkan 9 kategori, yaitu sosiodemografi, motivasi, relasi dengan resipien, pemahaman, perasaan terhadap keputusan menjadi donor, resiliensi, isu psikiatri, penggunaan zat psikoaktif, dan isu legal. Didapatkan ketidakseragaman penulisan domain konstruk pada laporan, dengan proporsi penulisan terkecil pada domain penggunaan zat psikoaktif (5,45%) dan motivasi (82,18%). Faktor-faktor yang berperan memprediksi simpulan kecakapan calon donor adalah aspek pendidikan, motivasi, relasi dengan resipien, pemahaman, perasaan terhadap keputusan menjadi donor, resiliensi, isu psikiatri, dan isu legal dengan R2 sebesar 0,649. 
Simpulan: Terdapat 9 domain yang menyusun konstruk pemeriksaan kelaikan donor organ hidup dalam bidang psikiatri di RSCM. Domain yang paling memprediksi simpulan kecakapan adalah pemahaman dan resiliensi.

Background: Organ donation is a complex ethical, moral, and medical issue. Organ donors are at risk for post-donation psychosocial problems, such as depression, anxiety, stress, and worries about their health condition. Organ donation is also associated to illegal organ-trafficking which is still a problem in Indonesia. To date, there has been no official agreement on the domains of psychiatric assessment that underlies the construct of living donor eligibility report. This can lead to the diverseness of reports which can potentially result in undetected important psychosocial aspects and increased legal risks. This research was conducted to identify domains on the psychiatric assessment of living organ donor eligibility report, which can then be used as the basic data for developing psychiatric living donor assessment instrument in Indonesia. 
Methods: This study used a mixed-method approach. A qualitative approach aimed at identifying domains of the psychiatric assessment using focus group discussion (FGD) with 2 experts. The qualitative data were analyzed using conventional content analysis with thematic survey typology. A quantitative approach aimed at determining the conformity of the reports and the contribution of each domains towards donor’s suitability concluded by experts on 404 living donor eligibility reports taken using total sampling method. The quantitative data were analyzed using Chi-square and logistic regression test. 
Results: The qualitative approach resulted in 9 categories: sociodemography, motivation, relationship with recipient, understanding, feelings toward the decision to become donor, resilience, psychiatric issues, use of psychoactive substances, and legal issues. There was inconsistency on the domains written in the reports, with the least written domains are use of psychoactive substances (5,45%) and motivation (82,18%). Based on the multivariate analysis, the domains that played a role in predicting donor’s suitability were education, motivation, relationship with recipient, understanding, feelings toward the decision to become donor, resilience, psychiatric issues, and legal issues with an R2 of 0,649.
Conslusion: There are 9 domains that make up the construct of psychiatric assessment of living organ donor eligibility in RSCM. Domains that most predict the psychiatric eligibility conclusion are understanding and resilience of the donor candidate.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Diana Fitria
"Pendahuluan: Atresia bilier adalah kelainan pada saluran empedu yang merupakan penyebab kolestasis ekstrahepatik neonatal terbanyak dan menjadi indikasi transplantasi hati tersering (+ 50%) pada bayi dan anak. Keterlambatan diagnosis pada pasien atresia bilier di Indonesia menyebabkan angka THDH (transplantasi hati donor hidup) primer pada atresia bilier lebih tinggi dibandingkan dengan pusat transplantasi lain di dunia. Penelitian ini bertujuan untuk menilai luaran THDH primer pada pasien atresia bilier di RSCMdan faktor-faktor yang memengaruhinya.
Metode: Penelitian ini merupakan penelitian kohort retrospektif dengan menggunakan data pasien anak dengan atresia bilier yang dilakukan THDH primer sejak Desember 2010 hingga Desember 2019. Luaran pasien dalam satu tahun pascaoperasi berupa morbiditas (komplikasi, lama rawat, relaparotomi) dan mortalitas dianalisis terhadap faktor prognostik praoperasi dan intraoperasi.
Hasil: Telah dilakukan 58 operasi transplantasi hati di RSCM dengan 85% (34 subjek) merupakan THDH primer pada anak dengan atresia bilier. Mayoritas adalah laki-laki dengan median usia 14 bulan. Sebagian besar subjek mengalami gizi kurang (64,5%). Rerata skor PELD adalah 17,09, rerata GRWR sebesar 3,11. Rerata perdarahan intraoperasi sebesar 670,4 mL dengan median lama operasi 690 menit, median CIT adalah 57 menit dan rerata WIT adalah 54,9 menit. Komplikasi terjadi pada 96,7% subjek, dengan infeksi (77,4%) sebagai komplikasi tertinggi. Relaparotomi dilakukan pada 54,8% subjek. Median lama rawat 41 hari dengan rentang 18-117 hari. Mortalitas dalam satu tahun pascatransplantasi sebesar 9,3%. Hubungan bermakna didapatkan antara gizi kurang terhadap komplikasi infeksi (p = 0,033), GRWR terhadap lama perawatan pascaprosedur THDH primer (p = 0,00) dan WIT terhadap kejadian relaparotomi (p = 0,007).
Simpulan: Dengan karakteristik pasien atresia bilier yang ada di Indonesia (mayoritas gizi kurang dan rerata skor PELD tinggi) didapatkan angka mortalitas satu tahun cukup kecil dan sebanding dengan pusat transplantasi di dunia. Kejadian relaparotomi dan komplikasi infeksi masih menjadi masalah utama dan perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengevaluasi intervensi baik pembedahan maupun medikamentosa dalam memeperkecil kejadian morbiditas dan mortalitas.
Kata Kunci : Atresia bilier, THDH primer, luaran, morbiditas, mortalitas

Introduction: Biliary atresia is a disorder of the bile duct that the most common cause neonatal extrahepatic cholestasis and the most common indication for liver transplantation (+ 50%) in infants and children. Delayed in diagnosis patients with biliary atresia in Indonesia causes the primary LDLT (living donor liver transplantation) rate to be higher than other transplant centers in the world. This study aimed to assess the primary LDLT outcome patients with biliary atresia in RSCM and influencing factors.
Methods: This study was a retrospective cohort study using data on pediatric patients with biliary atresia who were undergoing primary LDLT from December 2010 to December 2019 in RSCM. Patient outcomes within one year postoperatively in the form of morbidity (complications, length of stay, relaparotomy) and mortality were analyzed for preoperative and intraoperative prognostic factors.
Results: There have been 58 liver transplantions in RSCM with 85% (34 subjects) being primary LDLT in children with biliary atresia. The majority were men with median age 14 months. Most of the subjects experienced malnutrition (64.5%). The average PELD score was 17.09, the average GRWR was 3.11. The mean intraoperative bleeding was 670.4 mL with median operating time 690 minutes, median CIT was 57 minutes and the mean WIT was 54.9 minutes. Complications occurred in 96.7% subjects with infection (77.4%) as the highest complication. Relaparotomy was performed in 54.8% subjects. The median length of stay was 41 days with a range of 18-117 days. One year post transplantation mortality was 9.3%. There were statistically significant found between malnutrition and infection complications (p = 0.033), GRWR with length of stay after primary LDLT (p = 0.00) and WIT with incidence of relaparotomy (p = 0.007).
Conclusion: With the characteristics of biliary atresia patients in Indonesia (majority was malnutrition and the average PELD score is high) the one-year mortality rate is quite small and comparable to transplantation centers in the world. The incidence of relaparotomy and infectious complications are still major problems and further research is needed to evaluate both surgical and medical interventions in minimizing the incidence of morbidity and mortality.
Key words: Biliary atresia, primary LDLT, outcome, morbidity, mortality"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zamzania Anggia Shalih
"Latar Belakang: Penolakan cangkok akut pascatransplantasi hati anak dapat berakibat cangkok tidak berfungsi. Angka kejadian yang mencapai 31% di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) membutuhkan evaluasi faktor risiko untuk mengurangi morbiditas dan mortalitas.
Metode: Rekam medis 44 resipien anak pascatransplantasi hati donor hidup dari tahun 2010-Januari 2020 dievaluasi, dan dianalisa menggunakan fisher test.
Hasil: Sebelas subjek (25%) mengalami penolakan cangkok akut pascatransplantasi dengan median waktu 12 hari (jarak waktu 6-70 hari) pascatransplantasi. Total 44 subjek, 29 (65,9%) berusia > 1 tahun dan 30 (68,1%) bergizi kurang. Kejadian penolakan cangkok akut pada kelompok usia ≤1 tahun, adalah 5 (33%) dan pada usia >1 tahun, 6 (20%). Penolakan cangkok akut terjadi pada 6 subjek (20%) dengan gizi kurang, dan 5 subjek (35,7%) dengan gizi baik. Hasil analisa menunjukkan tidak ada hubungan antara usia (p= 0,468; 95% CI 0,47-0,77; OR 1,917) dan status gizi (p=0,287; 95% CI 0,11- 1,85; OR 0,450) terhadap reaksi penolakan cangkok akut pascatransplantasi hati donor hidup anak di RSCM. Hasil observasi tiga bulan pertama memperlihatkan rerata kadar tacrolimus darah 6-8 ng/mL pada hari 12-15, tidak mencapai target untuk mendapatkan efek imunosupresi yang adekuat.
Kesimpulan: Pada penelitian ini status gizi kurang dan usia resipien saat transplantasi hati tidak signifikan sebagai faktor risiko independen reaksi penolakan cangkok akut, tetapi dapat dipikirkan bahwa kedua faktor ini mempengaruhi imunitas resipien, yang selanjutnya berperan dalam reaksi penolakan cangkok akut. Penggunaan imunosupresan yang adekuat juga harus diperhatikan dalam menekan reaksi penolakan cangkok pascatransplantasi hati.

Background: Acute rejection post-liver transplant in children may result in graft failure. The incidence rate of up to 31% at Cipto Mangunkusumo Hospital (RSCM) needs further evaluation of risk factors to lower morbidity and mortality.
Methods: 44 medical records of post living donor liver transplant pediatric recipients between 2010 until January 2020 were evaluated and analyzed using Fisher’s test.
Results: Eleven subjects (25%) were found to experience acute rejection post-transplant with a median time of 12 days (range 6-70 days) after surgery. Of the 44 recipients, 29 subjects (65,9%) were >1 year old and 30 subjects (68,1%) were undernourished. Acute rejection occurred in 5 subjects (33%) ≤1 year-old and in 6 subjects (20%) that were >1 year old. Acute rejection of the transplant occurred in 6 subjects (20%) that were undernourished and in 5 subjects (35,7%) with good nutritional status. Analysis of the data found no relationship between age (p= 0,468; 95% CI 0,47-0,77; OR 1,917) and nutritional status (p=0,287; 95% CI 0,11-1,85; OR 0,450 to acute rejection in pediatric living donor liver transplant at RSCM. Observation in the first three months post-transplant reveal that mean levels of tacrolimus in the blood were 6-8 ng/mL on days 12-15, insufficient of reaching the target of obtaining an adequate immunosuppressive effect.
Conclusion: In this study, age and nutritional status of recipients during the time of transplant were found to be insignificant independent risk factors of liver transplant acute rejection. However, these two factors can be thought to effect recipients’ immune status, which plays a role in acute rejection post-transplant. The use of adequate immunosuppressant needs to be carefully monitored in suppressing rejection reactions post-liver transplant.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
SP-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cicilia Marina
"Praktik Kerja Profesi Apoteker di Rumah Sakit Umum Pusat Nasional (RSUPN) Dr. Cipto Mangunkusumo bertujuan untuk memahami peran, fungsi, serta tanggung jawab apoteker dalam kegatan manajerial dan pelayanan farmasi di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Pusat Nasional (RSUPN) Dr. Cipto Mangunkusumo. Tugas khusus yang diberikan adalah pembuatan leaflet cara menggunakan heparin dan cara menggunakan dan membersihkan rotahaler di Rumah Sakit Umum Pendidikan Nasional (Rsupn) Dr. Cipto Mangunkusumo.

The aim of Pharmacist Internship Program at Rumah Sakit Umum Pusat Nasional (RSUPN) Dr. Cipto Mangunkusumo is to understand the role, functions, and reponsibilites of pharmacist in pharmaceutical management and pharmaceutical care practice. Spesific task that given in pharmacist internship program is making flyer about the way of using heparin and the way of using and cleaning rotahaler in Rumah Sakit Umum Pendidikan Nasional (Rsupn) Dr. Cipto Mangunkusumo.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2014
PR-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Endar Kusuma Yudiati
"ABSTRAK
Tesis ini membahas Rencana Strategis Unit Pelayanan Terpadu RSCM Kencana RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Tahun 2013 – 2017. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan operation research. Tehnik yang digunakan adalah wawancara mendalam dan Consensus Decision Making Group (CDMG). Hasil Penelitian ini adalah terbentuknya visi dan misi serta diketahuinya aspek internal dan eksternal yang mempengaruhi RSCM Kencana. Aspek internal (kekuatan dan kelemahan) dan aspek eksternal (peluang dan ancaman) yang mempengaruhi RSCM Kencana. Hasil penelitian menghasilkan analisa SWOT RSCM Kencana ada di kuadran tiga dengan strategi Turn Around, Matriks TOWS ada di internal fix it dan analisa dengan matriks IE RSCM Kencana ada di kuadran III, V dan VII yaitu Hold and Maintenance. Dimana alternatif strategi dianalisa adalah pengembangan produk. Pengembangan produk yang dipilih sebagai prioritas dari matriks QSPM adalah pembuatan paket layanan.

ABSTRACT
This thesis discussed Strategic Plan of Integrated Services Unit RSCM Kencana at RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo for 2013-2017. This study used qualitative with the operation research approach. The techniques used were in-depth interviews and Consensus Decision Making Group (CDMG). This study result is the new vision and mission. The result of the research discussed internal aspects (strengths and weaknesses) and external aspects (opportunities and threats) influencing the RSCM Kencana. The results of SWOT analysis in third quadrant with Turn Around strategy, TOWS matrix in internal fix it and IE matrix analysis is at quadrant III, V and VII which strategy used are Hold and Maintenance. Where the alternative strategy is product development. The choice of the priority development products from the QSPM matrix is making the service packet. Keywords: vision, mission and strategic planning."
Universitas Indonesia, 2013
T38429
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Feyona Heliani Subrata
"Latar belakang: Kanker kolorektal merupakan kanker ketiga tersering di seluruh dunia dan menyebabkan hingga 700.000 kematian setiap tahunnya. Angka kematian akibat kanker kolorektal paling tinggi di negara berkembang yaitu sebesar 52%. Pasien kanker kolorektal memiliki tingkat kesakitan yang tinggi akibat rekurensi maupun metastasis kanker.Faktor-faktor tersebut kemudian memengaruhi luaran akhir pasien-pasien dengan kanker kolorektal yaitu kesintasan hidup. Studi ini menilai kesintasan pasien kanker kolorektal di RSCM.
Metode Penelitian ini merupakan suatu penelitian kohort retrospektif dengan analisis survival. Data pasien kanker kolorektal diperoleh dari rekam medis Departemen Medik Ilmu Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia RSCM selama periode Januari 2014 – Desember 2016. Seleksi data dilakukan sesuai kriteria inklusi dan eksklusi hingga jumlah minimal subyek penelitian terpenuhi.
Hasil Sebanyak 142 subyek diikutsertakan pada penelitian ini. Kelompok usia terbanyak kanker kolorektal adalah usia ≥45 tahun (73,2%) dan didominasi oleh jenis kelamin laki-laki (55,6%). Komorbiditas pasien pada penelitian ini antara lain diabetes melitus (85,2%), hipertensi (66,9%), dan obesitas (53,5%). Tingkat keparahan penyakit terbanyak pada penelitian ini adalah kanker kolorektal dengan derajat stadium IV (52,1%). Kesintasan lima tahun pasien kanker kolorektal adalah sebesar 43%. Stadium II (HR 5,19; p=0,008; 95%CI 1,524-17,692) dan III (HR 3,72; p=0,006; 95%CI 1,446-9,574) menentukan kesintasan lima tahun dan terapi definitif merupakan faktor protektif terhadap kematian dalam kurun waktu lima tahun (HR 0,117; p=0,000; 95%CI 0,096-0,519).
Kesimpulan Angka kesintasan keseluruhan KKR dalam kurun waktu 5 tahun di RSCM adalah sebesar 43%. Faktor-faktor yang memengaruhi kesintasan pasien adalah stadium klinis dan operasi definitif berupa reseksi massa tumor primer.

Background Colorectal cancer is the third most common cancer all over the world and cause more than 700.000 death anually. Mortality rate of colorectal cancer is higher in developing country compared to developed country. Patients with colorectal cancer have high morbidity due to recurrence or metastatis. Those factors determine the survival rate of patients with colorectal cancer. This study assess survival of patients with colorectal cancer in RSCM.
Method This study was a retrospective cohort with survival analysis. The patients data were from medical record from Surgery Departement in RSCM from January 2014-December 2016. Data selection was done based on inclusion and exclusion criterias.
Result There were 142 patients included in this study. Most of the patients were men (55,6%) with aged ≥45 tahun (73,2%). The most common comorbid found in this study were diabetes melitus (85,2%), hypertension (66,9%), and obesity (53,5%). There were 52,1% patients with high grade cancer/stadium IV. Five years survival of patients with colorectal cancer in this study was 43%. Stadium II (HR 5,19; p=0,008; 95%CI 1,524-17,692) and III (HR 3,72; p=0,006; 95%CI 1,446-9,574) determined five years survival and surgery is the protective factor to death for patients with colorectal cancer in five years (HR 0,117; p=0,000; 95%CI 0,096-0,519).
Conclusion Survival rate of patients with colorectal cancer in five years was 43%. Factors that influence survival rate were clinical stadium and surgery of primary tumor mass.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Hertyn Frianka
"Kerja Profesi Apoteker dilaksanakan di Rumah Sakit Umum Pusat Nasional (RSUPN) Dr. Cipto Mangunkusumo. Kegiatan PKPA ini bertujuan untuk memberikan pemahaman serta pengalaman kepada mahasiswa apoteker tentang tugas pokok seorang apoteker di rumah sakit dalam peran manajemen perbekalan farmasi dan pelayanan farmasi klinik di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo. Adapun tugas khusus di RSUPN dr. Ciptomangunkusumo yaitu formulasi sediaanpeel neutralizerdi subs instalasi produksi rumah sakit umum pusat nasional (rsupn) dr. cipto mangunkusumo . Tujuannya adalah Untuk memenuhi permintaan dari departemen kulit, mendapatkan sediaan peel neutralizer yang lebih murah sehingga dapat menghemat biaya pengeluaran belanja di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo.

he Apothecary Profession Internship has been held at RSUPN Dr. CiptoMangunkusumo. The aims of this internship is to provide students understanding and experience about the roles of pharmacist in drug management and clinica pharmacy services in Hospital. The particular assignment is make a peel neutralizer formulation for subs-instalation for skin department in RSUPN Dr.Cipto mangunkusumo so the budget for RSCM can be lower."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas ndonesia;, 2015
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Hildebrand Hanoch Victor
"Latar Belakang. Pneumonia nosokomial adalah infeksi paru yang terjadi setelah pasien dirawat di rumah sakit setelah lebih dari 48 jam, tanpa adanya tanda dari infeksi paru pada saat perawatan. Jika dibandingkan dengan individu usia muda, pada individu usia lanjut lebih sering didapatkan adanya penyakit infeksi yang bersumber dari komunitas dan nosokomial dengan hasil akhir yang lebih buruk. Penilaian domain Pengkajian Paripurna Pasien Geriatri (P3G) diharapkan dapat menjelaskan faktor yang berperan terhadap pneumonia nosokomial pada pasien usia lanjut.
Tujuan. Mengetahui proporsi pasien usia lanjut yang dirawat di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo dan mengalami pneumonia nosokomial dan apakah domain P3G merupakan faktor yang berpengaruh terhadap kejadian pneumonia nosokomial.
Metode. Kohort retrospektif dengan melihat rekam medis pasien usia ≥ 60 tahun yang menjalani rawat inap dalam rentang waktu Januari-September 2019 di ruang rawat medis Ilmu Penyakit Dalam Geriatri RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo dan mengambil data sekunder dari penelitian divisi geriatri. Sampel yang diambil adalah pasien yang dirawat inap dengan usia ≥ 60 tahun yang mengalami pneumonia nosokomial. Pengolahan data menggunakan aplikasi Statistical Product and Service Solutions (SPSS) 16.0. 
Hasil. Dari 228 subjek, proporsi pneumonia nosokomial pada pasien usia lanjut yang menjalani rawat inap adalah 31,14%. Rerata usia adalah 69 tahun dengan rentang usia subjek antara 60-89 tahun. Status nutrisi (RO 2,226, IK95% 1,027-4,827) dan status fungsional (RO 3,578, IK95% 1,398-9,161) merupakan faktor yang berpengaruh terhadap kejadian pneumonia nosokomial pada pasien usia lanjut yang menjalani rawat inap di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo.
Simpulan. Proporsi pasien usia lanjut yang mengalami pneumonia nosokomial adalah 31,14%. Status nutrisi dan status fungsional merupakan faktor yang berpengaruh terhadap kejadian pneumonia nosokomial pada pasien usia lanjut yang dirawat di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo.

Background. Nosocomial pneumonia is a lung infection that occurs after the patient is hospitalized for more than 48 hours, without any signs of pulmonary infection at the time of treatment. When compared with young individuals, elderly individuals are more likely to have community-sourced and nosocomial infections with worse outcomes. Comprehensive Geriatric Assessment (CGA) domains are expected to explain the factors that contribute to nosocomial pneumonia in elderly patients.
Objective. To determine the proportion of elderly treated at Dr. Cipto Mangunkusumo National Central General Hospital and experienced nosocomial pneumonia and whether the CGA domains influence nosocomial pneumonia.
Methods. A retrospective cohort by looking at the medical records of patients aged 60 years or older who were hospitalized in the medical ward of Geriatric Internal Medicine at Dr. Cipto Mangunkusomo National Central General Hospital in January-September 2019 and taking secondary data from the geriatric division research. The samples were taken from hospitalized patients aged 60 years or older who had nosocomial pneumonia. Data processing using the application of Statistical Product and Service Solutions (SPSS) 16.
Result. From 228 subjects, the proportion of nosocomial pneumonia in elderly patients who were hospitalized was 31,14%. The mean age was 69 years with the subject's age range between 60-89 years. Nutritional status (OR 2.226, CI 95% 1.027-4.827) and functional status (OR 3.578, 95% CI 1.398-9.161) are factors that influence the incidence of nosocomial pneumonia in elderly patients who are hospitalized at Dr. Cipto Mangunkusumo National Central General Hospital.
Conclusion. The proportion of elderly patients with nosocomial pneumonia was 31.14%. Nutritional status and functional status are factors that influence the incidence of nosocomial pneumonia in elderly patients who are hospitalized at Dr. Cipto Mangunkusumo National Central General Hospital.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Maritza Andreanne Rafa Ayusha
"Latar Belakang Diabetes mellitus telah menjadi permasalahan kesehatan serius, baik secara global maupun di Indonesia. Salah satu komplikasi serius dari diabetes mellitus adalah ulkus kaki diabetes, yang dapat menyebabkan mortalitas dan morbiditas. Identifikasi faktor risiko ulkus kaki diabetes sangat penting dilakukan, sehingga dapat meningkatkan upaya pencegahan secara tepat dan efisien. Data epidemiologi mengenai hal ini di Indonesia masih terbatas, terkhusus di RSCM dengan studi terakhirnya menggunakan data tahun 2012. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor risiko ulkus kaki diabetes di Rumah Sakit Umum Pusat Nasional dr. Cipto Mangunkusumo (RSCM). Metode Penelitian ini merupakan studi observasional potong lintang. Sampel penelitian adalah pasien diabetes mellitus di RSCM pada Januari—Juni 2022, dengan metode total sampling. Data yang dianalisis berupa data demografis (usia, jenis kelamin) dan faktor risiko (status hipertensi, obesitas, kontrol gula darah, kadar HbA1c, durasi mengidap diabetes), yang diperoleh dari rekam medis pasien. Data kemudian dianalisis menggunakan Microsoft Excel untuk mengetahui persentase masing-masing faktor risiko. Hasil Hasil penelitian menunjukkan distribusi demografi sebagai berikut: 90,38% pasien berusia lebih dari 45 tahun dengan 55,77% pasien berusia lebih dari 60 tahun, serta 55,77% berjenis kelamin laki-laki dan 44,23% berjenis kelamin perempuan. Hasil penelitian juga menunjukkan distribusi faktor risiko sebagai berikut: 36,54% pasien mengalami obesitas, 78,85% pasien mengalami hipertensi, 86,54% pasien memiliki kadar HbA1c ≥ 6,4%, 82,69% pasien memiliki riwayat kadar gula darah yang tidak terkontrol, serta 84,62% pasien mengidap DM lebih dari 5 tahun dengan di antaranya, 53,85% mengidap DM lebih dari 10 tahun. Kesimpulan Melalui penelitian ini, dapat diketahui persentase masing-masing faktor risiko pada sampel. Hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan bagi penelitian berikutnya, ataupun sebagai untuk mengembangkan strategi pencegahan ulkus kaki diabetes.

Introduction Diabetes mellitus has become a serious health issue both globally and in Indonesia. One of the serious complications of diabetes mellitus is diabetic foot ulcers, which can lead to mortality and morbidity. The identification of risk factors for diabetic foot ulcers is crucial to improve prevention efforts accurately and efficiently. Epidemiological study on this topic in Indonesia are still limited, especially at the National Central General Hospital dr. Cipto Mangunkusumo (RSCM), with its last study using data from 2012. Therefore, this study aims to identify risk factors for diabetic foot ulcers in patients at Dr. Cipto Mangunkusumo National General Hospital (RSCM). Method This study is an observational cross-sectional study. The sample consists of diabetes mellitus patients at RSCM from January to June 2022, utilizing a total sampling method. The data include demographic characteristics (age, gender) and risk factors (hypertension status, obesity, blood sugar control, HbA1c levels, diabetic duration) extracted from patient medical records. Microsoft Excel was employed for data analysis to determine the percentage of each risk factor. Results The research findings revealed the following demographic distribution: 90.38% of the patients were over 45 years old, with 55.77% of them being over 60 years old. Additionally, 55.77% of the participants were male, while 44.23% were female. The study also demonstrated the distribution of risk factors as follows: 36.54% of the patients were obese, 78.85% had hypertension, 86.54% had HbA1c levels ≥ 6.4%, 82.69% had a history of uncontrolled blood sugar levels, and 84.62% had been diagnosed with diabetes mellitus for over 5 years, among which 53.85% had been living with diabetes for more than 10 years. Conclusion This research provides insights into the percentage distribution of each risk factor within the sample population. The findings can serve as a reference for future research or as a basis for developing preventive strategies for diabetic foot ulcers."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tanty Harjati
"Pelayanan kesehatan mengalami pergeseran fokus pelayanan dari pengobatan penyakit dan trauma kulit ke arah pencegahan melalui penilaian rutin. Peralatan perawatan dan kondisi neonatus, termasuk berat dan usia bayi, status klinis, dan penyakit yang mendasari memiliki hubungan yang kuat pada risiko terjadinya trauma kulit. Instrumen penilaian trauma kulit yang digunakan dalam penelitian ini adalah instrumen SRAMT dan NSRAS plus. Penelitian ini menggunakan studi kohort prospektif, total responden 66 neonatus yang terdiri dari kelompok terpapar dan historical control. Hasil penelitian ini menunjukkan terdapat perbedaan tingkat risiko trauma kulit pada penilaian awal dan penilaian akhir pada kelompok terpapar (p value 0.001), terdapat perbedaan tingkat risiko trauma kulit antara kelompok terpapar dan kelompok tidak terpapar (X2 29.505 > 5.991) dan terdapat hubungan yang sangat lemah antara usia gestasi dan berat badan lahir terhadap tingkat risiko trauma kulit pada neonatus (rs 0.077 dan 0.004). Peneliti menyarankan agar peneliti selanjutnya melakukan penelitian yang mengintegrasikan pengetahuan perawat terhadap faktor penyebab trauma kulit dan pemantauan ulang sebagai upaya menurunkan tingkat risiko trauma kulit menggunakan instrumen SRAMT, memodifikasi instrumen sesuai dengan kondisi pelayanan yang ada di Indonesia sehingga instrumen ini dapat digunakan untuk menurunkan risiko trauma kulit pada neonatus khususnya bayi prematur.

Health services have shifted the focus of services from treating skin diseases and skin injury to prevention through routine assessments. Treatment equipment and neonatal conditions, including the weight and age of the baby, clinical status, and underlying disease have a strong association with the risk of skin injury. The skin injury assessment instruments used in this study were the SRAMT and NSRAS plus instruments. This study used a short cohort study, totaling 66 neonates consisting of the exposed group and unexposed group (historical control). The results showed that there were differences in the risk level of skin injury first assessment and last assessment in the exposed group with a value (p value 0.001), there were differences in the risk level of skin injury between the exposed group and unexposed group (p value 0.001) and there was no correlation between gestational age and birth weight on the level of skin injury risk (p value 0.446 and 0.821). The researchers suggest that researchers should integrates nurses' knowledge of the factors that cause skin injury and re-monitoring as an effort to reduce the risk level of skin injury using SRAMT instrument, modify the instrument according to the existing service conditions in Indonesia so that the instrument can be use to reduce skin injury in neonates especially preterm."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>