Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 159919 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Syifa Fauziah Hidayatul Hawa
"Perubahan metode pembelajaran selama pandemi Covid-19 dapat berdampak pada aktivitas fisik mahasiswa. Penurunan aktivitas fisik mahasiswa terutama mahasiswa non kesehatan selama pandemi dapat beresiko meningkatkan penyakit jantung koroner yang merupakan salah satu komorbid Covid-19. Oleh karena itu, tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi hubungan tingkat pengetahuan pencegahan jantung koroner dan aktivitas fisik pada mahasiswa non kesehatan di masa pandemi Covid-19. Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional dengan teknik convenience sampling. Tingkat pengetahuan pada penelitian ini diukur menggunakan Heart Disease Fact Qustionnaire (HDFQ) dan aktivitas fisik dengan International Physical Acticity Questionnaire-Short Form (IPAQ-SF). Sebanyak 442 mahasiswa non kesehatan terlibat dalam penelitian. Dari hasil penelitian didapatkan mayoritas mahasiswa adalah perempuan (56,3%), memiliki tingkat pengetahuan baik (38,2%) dan tingkat aktivitas fisik ringan (63,5%). Hasil analisis chi-square didapatkan nilai p=0,000 atau p value < α (α = 0,05) bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara variabel tingkat pengetahuan dan aktivitas fisik. Penurunan aktivitas fisik mahasiswa non kesehatan ini perlu menjadi perhatian bersama agar dapat ditingkatkan sebagai upaya pencegahan penyakit jantung koroner.

Changing in learning methods during Covid-19 pandemic may have an impact on students physical activity. Decreasing students physical activity, especially non-health students during pandemic may increase the risk of coronary heart disease, which is one of the co-morbidities of Covid-19. Therefore, the purpose of this study was to identify the relationship between the level of knowledge of coronary heart prevention and physical activity in non-health students during the Covid-19 pandemic. This study used a cross-sectional design with convenience sampling technique. Knowledge level was measured using the Heart Disease Fact Questionnaire (HDFQ) and physical activity using the International Physical Activity Questionnaire-Short Form (IPAQ-SF). A total of 442 non-health students were involved in the study. From the results of the study, it was found that the majority of students were women (56.3%), had a good level of knowledge (38.2%) and light physical activity levels (63.5%). The results of chi-square analysis obtained p value = 0.000 or p value < (α = 0.05) that there is a significant relationship between the variable level of knowledge and physical activity. Decreasing physical activity of non-health students need to be concerned so that it can be increased as an effort to prevent coronary heart disease."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Caleb Leonardo Halim
"Pandemi COVID-19 berdampak buruk terhadap kesehatan fisik dan mental. Hal ini disebabkan karena semakin menurunnya tingkat aktivitas fisik masyarakat selama pandemi berlangsung. Rendahnya tingkat aktivitas fisik juga berpengaruh terhadap kesehatan mental seseorang. Tidak terkecuali pada petugas layanan kesehatan yang memiliki risiko untuk terpapar COVID-19 lebih tinggi. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui gambaran tingkat aktivitas fisik dan kesehatan mental (depresi, ansietas, stres) pada petugas layanan kesehatan di masa pandemi COVID-19. Metode: Penelitian potong lintang dengan menggunakan data primer. Pengambilan data di bulan Mei-Juni 2022 dan melalui metode kuesioner hybrid (daring dan luring). Aktivitas fisik dinilai dengan GPAQ (Global Physical Activity Questionaire) dan kesehatan mental dengan DASS-21 (Depression, Anxiety, Stress Scale-21). Hasil: Terdapat sebanyak 107 subjek yang ikut kedalam penelitian ini. Tingkat aktivitas fisik kurang didapatkan pada 55,1% petugas layanan kesehatan. Gejala kesehatan mental pada petugas layanan kesehatan didapatkan sebesar 23,4% untuk depresi, 31,8% untuk ansietas, dan 22,4% untuk stres. Dilakukan analisis bivariat untuk hubungan tingkat aktivitas fisik dengan depresi (PR = 0,881 (0,444-1,750); p>0,05), ansietas (PR = 0,915 (0,525-1,595); p>0,05), dan stres (PR = 0,961 (0,474-1,949); p>0,05). Kesimpulan: Tidak ditemukan hubungan yang bermakna antara tingkat aktivitas fisik dengan tingkat depresi, ansietas, dan stres. Kata Kunci: aktivitas fisik; ansietas; depresi; kesehatan mental; petugas layanan kesehatan; stres.

The COVID-19 pandemic has devastating impact both on physical and mental health. This is due to decreasing level of physical activity among people during the pandemic. Low level of physical activity also affect a person's mental health. Healthcare workers are no exception, who might have higher risk of being exposed to COVID-19. The purpose of this study was to describe the level of physical activity and mental health (depression, anxiety, stress) among healthcare workers during the COVID-19 pandemic. Methods: Cross-sectional study using primary data. Data collection was conducted in May-June 2022 and using questionnaire delivered through hybrid method (online and offline). Physical activity was assessed by GPAQ (Global Physical Activity Questionnaire) and mental health by DASS-21 (Depression, Anxiety, Stress Scale-21). Results: There were 107 subjects who participated in this study. Inadequate levels of physical activity were found in 55.1% of health care workers. Mental health symptoms among healthcare workers was 23.4% for depression, 31.8% for anxiety, and 22.4% for stress. Bivariate analysis was conducted for the association between levels of physical activity and depression (PR = 0.881 (0.444-1.750); p>0.05), anxiety (PR = 0.915 (0.525-1.595); p>0.05), and stress (PR = 0.961 (0.474-1.949); p>0.05). Conclusion: There was no significant association between the level of physical activity and the level of depression, anxiety, and stress."
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Citra Intan Widyasari
"Kejadian penyakit jantung koroner mengalami peningkatan tiap tahunnya. Kabupaten Kebumen memiliki persentase penyakit jantung koroner cukup tinggi sehingga penting dilakukannya upaya pencegahan. Pengetahuan dan sikap berhubungan dengan kemampuan seseorang melakukan pencegahan penyakit jantung koroner. Ketidakkonsistenan hasil pada penelitian serupa menjadikan penting dilakukannya penelitian untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan sikap dengan perilaku pencegahan penyakit jantung koroner terutama pada masyarakat di Kabupaten Kebumen. Pengambilan data menggunakan instrumen penelitian secara online dengan Knowledge Questionnaire, Attitude Scale, serta kuesioner Knowledge, Attitude, Practice. Hasil analisis menggunakan desain cross sectional yang dilakukan pada 440 responden dengan teknik pengambilan sampel quota sampling didapatkan hubungan yang signifikan antara pengetahuan mengenai penyakit jantung koroner dengan perilaku pencegahan penyakit jantung koroner (p 0,032; OR 1,549; CI 1,056-2,273). Selain itu, didapatkan pula hubungan yang signifikan antara sikap mengenai penyakit jantung koroner dengan dengan perilaku pencegahan penyakit jantung koroner (p 0,032; OR 0,648; CI 0,443-0,948) pada masyarakat di Kabupaten Kebumen.

The incidence of coronary heart disease has increased every year. Kebumen Regency has a high percentage of coronary heart disease, so it is important to do prevention efforts. Knowledge and attitudes relate to a person's ability to prevent coronary heart disease. The inconsistency of results in similar studies makes it important to conduct research to determine the relationship between knowledge and attitudes with coronary heart disease prevention behaviour, especially in people in Kebumen Regency. Data were collected using online research instruments with Knowledge Questionnaire, Attitude Scale, and Knowledge, Attitude, Practice questionnaires. The results of the analysis using cross-sectional design conducted on 440 respondents with quota sampling technique obtained a significant relationship between knowledge about coronary heart disease and coronary heart disease prevention behaviour (p 0.032; OR 1.549; CI 1.056-2.273). In addition, there was also a significant relationship between attitudes regarding coronary heart disease and coronary heart disease prevention behaviour (p 0.032; OR 0.648; CI 0.443-0.948) in the community of Kebumen Regency"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Novita Lianasari
"Penyakit Jantung Koroner PJK adalah penyakit pada jantung yang terjadi karena otot jantung mengalami penurunan suplai darah. Kurangnya pengetahuan pasien mengenai faktor risiko penyakit jantung koroner berkaitan dengan terjadinya serangan jantung berulang yang akan berdampak pada meningkatnya biaya perawatan dan psikologis pasien yaitu depresi, bahkan dapat menyebabkan komplikasi ataupun kematian. Penelitian ini menggunakan desain deskriptif komparatif dengan pendekatan cross- sectional. Sampel penelitian berjumlah 67 orang dengan diagnosis penyakit jantung koroner. Pengambilan sampel dengan metode non- probability sampling yaitu consecutive sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan faktor risiko penyakit jantung koroner dengan serangan jantung berulang p= 0,43, 0,05. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan faktor risiko penyakit jantung koroner dengan frekuensi serangan jantung berulang p=0,57, 0,05 . Penelitian ini merekomendasikan pemberian edukasi yang disertai dengan motivasi kepada pasien untuk dapat mengubah perilaku sehingga memiliki kesadaran yang tinggi untuk mengontrol faktor risiko dengan mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari agar terhindar dari serangan jantung berulang.

Coronary Artery Disease (CAD) is a disease caused by an imbalance between blood supply and heart muscle oxygen demand. Insufficient knowledge about risk factors contributing to CAD is associated with higher recurrence of heart attack, causing the rise of the hospitalitation cost, depression, others complications even death. This study employed comparative descriptive design with cross sectional method, involving a consecutive sample of 67 patients with CAD as their primary diagnosis. Our study showed that there was no relationship between knowledge of CAD risk factors with the recurrence of heart attacks p 0,43, 0,05. Similarly, the study revealed that there was no relationship between risk factors for coronary heart disease and the frequency of heart attack's recurrence p 0,57 0,05 . This study suggested nurses to provide health education along with continuous and effective motivation in order to help patients controlling their risk factors in order to avoid the recurrence of heart attack."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2017
S68824
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anisa Farah Tresnaherdiarti
"Latar Belakang: Aktivitas fisik memiliki banyak manfaat untuk tubuh manusia. Aktivitas fisik merupakan gerakan pada tubuh manusia yang melibatkan kerja rangka dan otot sehingga terjadi pengeluaran energi. Aktivitas fisik dikatakan memiliki efek dalam penurunan stress yang sering terjadi pada mahasiswa kedokteran sehingga aktivitas fisik dapat berpengaruh terhadap kualitas hidup seseorang. Aktivitas fisik dikatakan juga mempengaruhi performa akademis seseorang karena dapat meningkatkan faktor neurotropik pada otak, meningkatkan aliran darah kortikal otak, serta meningkatkan pertumbuhan saraf pada hippocampus yang berhubungan dengan memori dan pembelajaran.
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan aktivitas fisik dengan Quality of Life dan performa akademis Mahasiswa Kedokteran Tingkat 3 FKUI Tahun Akademik 2019/2020.
Metode: Penelitian ini merupakan penelitian cross-sectional dengan pendekatan total sampling dari mahasiswa kedokteran tingkat 3 FKUI Tahun Akademik 2019/2020. Responden mengisi kuesioner GPAQ dan WHOQOL-BREF secara sukarela.
Hasil: Jumlah responden yang mengisi kuesioner 126 responden (response rate= 98%). Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara aktivitas fisik dengan quality of life (P>0,05). Untuk aktivitas fisik dengan performa akademis tidak ditemukan juga hubungan yang bermakna (P=0,688).
Kesimpulan: Penelitian ini menunjukkan bahwa aktivitas fisik tidak memiliki hubungan yang bermakna dengan quality of life dan performa akademis.

Background: Physical activity has many benefits for human body. Physical activity is any bodily movement produced by skeletal muscles resulted in energy expenditure. Physical activity known to play role in reducing stress levels that are generally developed among medical students which could affect their quality of life. In addition to that, it is also known to affect their academic performance due to the increase of neurotrophic factors in the brain, cerebral cortical blood flow, nerve growth in the hippocampus which is associated with memory and learning.
Aims: To identify the relationship between physical activity with quality of life and academic performance among the 3rd-grade Medical Students of FKUI during the Academic Year 2019/2020.
Methods: Cross-sectional study was conducted with a total sample taken from 3rd-grade Medical Students of FKUI during the Academic Year 2019/2020. GPAQ and WHOQOL-BREF questionnaire was filled voluntarily.
Results: Total of 126 respondents has filled out the questionnaire (response rate = 98%). Statistical analysis shows that there is no significant relationship between physical activity with quality of life (P>0,05) as well as academic performance (P=0,688).
Conclusions: This study shows that physical activity has no significant relationship with quality of life and academic performance.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Leni Indrawati
"Latar belakang. Gagal jantung akut telah menjadi masalah kesehatan diseluruh dunia dengan penyakit jantung koroner sebagai penyebab terbanyak.
Tujuan. Mengetahui hubungan antara penyakit jantung koroner dengan mortalitas pasien gagal jantung akut selama perawatan.
Metode. Penelitian dilakukan dengan desain potong lintang serta menggunakan 685 data sekunder dari studi Acute Decompensated Heart Failure Registry (ADHERE) di lima rumah sakit di Indonesia pada bulan Desember 2005 ? 2006.
Hasil. Penelitian ini melibatkan 957 pasien gagal jantung akut. Proporsi pasien gagal jantung akut yang mengalami penyakit jantung koroner di lima rumah sakit di Indonesia pada bulan Desember 2005 ? 2006 mencapai 74,8 %. Angka mortalitas pasien gagal jantung akut selama perawatan secara umum adalah 4,1 %. Angka mortalitas pasien yang mengalami PJK lebih tinggi dibandingkan pasien tanpa PJK (P = 0,493, OR = 1,3, CI 95% 0,59 ? 2,90). Angka mortalitas pasien gagal jantung akut yang disertai penyakit jantung koroner selama perawatan adalah 4,3 %, Sedangkan pada pasien tanpa penyakit jantung koroner adalah 3,3 %.
Kesimpulan. Tidak terdapat hubungan bermakna antara riwayat penyakit jantung koroner dengan angka mortalitas gagal jantung akut selama perawatan di lima rumah sakit di Indonesia pada bulan Desember 2005 - 2006.

Background. Acute heart failure has become health problem on the world and coronary heart disease is known as common etiology.
Objective. To determine relationship between history of coronary heart disease and mortality of acute heart failure
Method. This study was conducted by using cross sectional method. Using 685 secondary data from study Acute Decompensated Heart Failure Registry (ADHERE) in five hospital in Indonesia on December 2005 -2006.
Result. From 957 patient acute heart failure, about 76,2 % patient have coronary heart disease. Overall in-hospital mortality among patient with acute heart failure is 4,1 %. In-hospital mortality in patient with coronary heart disease is 4,3 % and 3,3 % in patient without coronary heart disease (P = 0,493, OR = 1,3, CI 95% 0,59 - 2,90).
Conclusion. There is no significant relationship between coronary heart disease and mortality of acute heart Failure in five hospitals in Indonesia on December 2005-2006.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2009
S09043fk
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Maulidya Sari
"Penyakit Jantung Koroner merupakan prevalensi yang cukup tinggi di masyarakat umum maupun pekerja, serta menyebabkan kematian sebesar 36,5 kesakitan dan tidak mampu kerja. Prevalensi PJK tahun 2013 sebesar 1,5.Salah satu faktor risiko PJK adalah hiperglikemia yang berperan penting dalam proses aterosklerosis. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui hubungan hiperglikemia dengan risiko PJK pada pekerja sektor formal dengan menggunakan pendekatan Framingham Risk Score untuk menentukan risiko PJK pada pekerja. Desain penelitian ini adalah studi cross sectional dengan menggunakan data sekunder dari hasil pemeriksaan berkala Pekerja Sektor Formal di Indonesia tahun 2015-2016. Analisis data yang digunakan adalah Cox Regressi. Hasil analisis menemukan bahwa pekerja yang hiperglikemia berisiko 3,818 kali 95 CI 2,451-5,950) berisiko PJK dibandingkan dengan yang tidak hiperglikemia setelah dikontrol dengan kadar trigliserida. Pekerja dapat menerapkan pola makan sehat dan rutin melakukan pemeriksaan kadar gula darah serta pemeriksaan kesehatan lain untuk mencegah hiperglikemia dan mengetahui risiko PJK"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Miracle Banda
"Ibu yang dalam masa kehamilan mengalami kualitas tidur yang tidak normal, sulit untuk tidur dan sering terbangun dimalam hari membuat ibu hamil merasa tidak nyaman. Salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas tidur adalah aktivitas fisik. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan dari aktivitas fisik dengan kualitas tidur ibu selama masa kehamilan, menggunakan kuesioner Pregnancy Physical Activity Questionnaire (PPAQ) dan Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI) dengan desain penelitian cross-sectional, populasi penelitian sebanyak 107 ibu hamil. Berdasarkan analisis data didapati aktivitas fisik paling tinggi dilakukan ibu yaitu intensitas sedang 330 MET-jam/minggu, dan kualitas tidur ibu secara umum yaitu kualitas tidur buruk sebanyak 80 ibu dengan frekuensi 74,8 %. Dari penelitian ini disimpulakan terdapat hubungan antara aktivitas fisik intensitas sedang dengan kualitas tidur ibu selama masa kehamilan dengan p value 0,047 (p < 0,05). Strategi diperlukan untuk meningkatkan kesadaran ibu mengenai pentingnya aktivitas fisik setiap hari serta meningkatkan kesadaran pentingnya kualitas tidur untuk kesehatan ibu dan janin selama masa kehamilan.

Mothers who are in pregnancy experience abnormal sleep quality, difficulty falling asleep and often wake up at night making pregnant women feel uncomfortable. One of the factors that affect sleep quality is physical activity. This study aims to see the relationship of physical activity with the quality of maternal sleep during pregnancy, using the Pregnancy Physical Activity Questionnaire (PPAQ) and the Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI) with a cross-sectional research design, the study population was 107 pregnant women. Based on data analysis, it was found that the highest physical activity performed by mothers was moderate intensity 330 MET-hours / week, and the general quality of maternal sleep was poor sleep quality as many as 80 mothers with a frequency of 74.8%. From this study it is concluded that there is a relationship between moderate intensity physical activity and the quality of maternal sleep during pregnancy with a p value of 0.047 (p < 0.05). Strategies are needed to increase maternal awareness about the importance of physical activity every day and increase awareness of the importance of sleep quality for maternal and fetal health during pregnancy."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Samuel Wibowo
"Salah satu di antara penyakit tidak menular yang memiliki prevalensi terbanyak dan tingkat mortalitas serta morbiditas yang tinggi adalah penyakit jantung koroner. Penyakit ini memiliki faktor risiko yang tidak dapat diubah. Hal ini membuat pencegahan akan penyakit tersebut menjadi lini pertama dan terutama dalam menanggulanginya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan, sikap, dan perilaku masyarakat di Jakarta Barat pada sekelompok usia remaja dan dewasa serta menilai hubungan antara ketiganya. Adapun studi yang digunakan adalah berupa studi analitik cross sectional observasional lewat pembagian kuesioner tervalidasi. Total sampel yang digunakan adalah sebanyak 108 sampel berupa data primer yang terbagi atas 54 kategori remaja dan 54 kategori dewasa yang tinggal di suatu wilayah di Jakarta Barat. Dari hasil penelitian, diperoleh 33 remaja (61,11%) dan 34 dewasa (63 %) yang berpengetahuan "kurang". Tingkat sikap yang diperoleh adalah terdapat 11 remaja (20,3 %) dan 39 dewasa (72,2 %) yang bersikap "kurang". Tingkat perilaku yang didapat adalah 25 remaja (46,3 %) dan 15 dewasa (27,78 %) yang berperilaku kurang. Studi analitik kemudian menunjukkan tidak adanya hubungan antara tingkat pengetahuan dan tingkat sikap yang dimiliki dengan tingkat perilaku yang didapat baik pada remaja maupun dewasa (nilai p > 0.05). Kesimpulan dari peneliti adalah masih banyaknya tingkat pengetahuan, sikap, dan perilaku dengan kategori "kurang" pada kelompok remaja dan dewasa namun tidak memiliki hubungan bermakna sehingga perlu adanya intervensi khusus di luar ketiga hal tersebut untuk perubahan perilaku masyarakat di Jakarta Barat.

According to World Health Organization, there has been a shift of change in course of disease where non infectious diseases have primarily become the main problem. Coronary heart disease is an example of non infectious disease which has many risk factors contributing the disease itself. The objective of this study is to obtain the level of health knowledge, attitude, and practice on coronary heart disease and its risk factors among community in West Jakarta and furthermore investigate whether there is a relation between those factors among teenagers and adults. Cross sectional study was carried out on 108 volunteers, which consist of 54 teenagers and 54 adults, at a community in West Jakarta using multistage random sampling. Standard questionnaire at a total of 20 questions was used to interview those volunteers. Level of knowledge, attitude, and behavior first was computed based on total correct answers and then categorized according to total score of each respondents. There are 33 teenagers (61,11 %) and 34 adults (63 %) in level of knowledge, 11 teenagers (20,3 %) and 39 adults (72,2 %) in level of attitude, and 25 teenagers (46,3 %) with 15 adults (27,8 %) in level of practice that belong to category "poor". Analitic study shows that there are no relation between level of knowledge and attitude in accordance to the level of attitude neither in teenagers nor in adults (p > 0.05. This is the first study of surveillance of health knowledge, attitude, and behaviour in West Jakarta about coronary heart disease.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dawima Nuri Afiati Chrismin
"Aktivitas fisik yang tergolong kurang dapat meningkatkan risiko terjadinya penyakit tidak menular. Penelitian yang ada menunjukkan bahwa terjadi peningkatan proporsi remaja yang kurang aktif saat pandemi Covid-19. Adapaun faktor-faktor yang dapat berhubungan dengan perilaku aktivitas fisik remaja yaitu jenis kelamin, efikasi diri, tingkat stres, kebiasaan aktivitas fisik sebelum pandemi, recreational screen time, dukungan keluarga, dukungan teman, dan ketersediaan fasilitas olahraga di rumah. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan proporsi aktivitas fisik saat pandemi Covid-19 pada 200 remaja di Kota Depok berdasarkan faktor-faktor tersebut dengan menggunakan desain studi cross-sectional. Penelitian dilakukan pada bulan Maret 2022 hingga Mei 2022. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 65% remaja di Kota Depok mengalami penurunan aktivitas fisik saat pandemi Covid-19. Berdasarkan analisis uji chi-square, ditemukan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara aktivitas fisik saat pandemi Covid-19 pada remaja di Kota Depok berdasarkan jenis kelamin (nilai-p = 0,005; OR = 2,415), efikasi diri (nilai-p < 0,001; OR = 3,598), tingkat stres (nilai-p = 0,035; OR = 5,625), kebiasaan aktivitas fisik sebelum pandemi (nilai-p < 0,001; OR = 5,486), dukungan keluarga (nilai-p = 0,022; OR = 2,018), dan dukungan teman (nilai-p < 0,001; OR = 2,995). Tidak ditemukan perbedaan yang signifikan antara aktivitas fisik saat pandemi Covid-19 pada remaja di Kota Depok berdasarkan recreational screen time (nilai-p = 1,000) dan ketersediaan fasilitas olahraga di rumah (nilai-p = 0,929).

Physical inactivity can increase the risk of non-communicable diseases. Existing research shows that there is an increase in the proportion of adolescents who are less active during the Covid-19 pandemic. The factors that can relate to physical activity behavior in adolescents consist of gender, self-efficacy, stress levels, physical activity habits before the pandemic, recreational screen time, family support, friend support, and the availability of sports facilities at home. The purpose of this study is to determine the difference in physical activity during the Covid-19 pandemic in 200 adolescents in Depok City based on these factors using a cross-sectional study design. The study was conducted from March 2022 to May 2022. The results showed that 65% of adolescents in Depok City experienced a decrease in physical activity during the Covid-19 pandemic. Based on the chi-square test, the analysis showed a significant difference between physical activity during the Covid-19 pandemic in adolescents in Depok City based on gender (p-value = 0,005; OR = 2,415), self-efficacy (p-value < 0,001; OR = 3,598), stress level (p-value = 0,035; OR = 5,625), physical activity habits before the pandemic (p-value < 0,001; OR = 5,486), family support (p-value = 0,022; OR = 2,018), and peer support (p-value < 0,001; OR = 2,995). There was no significant difference between physical activity during the Covid-19 pandemic among adolescents in Depok City based on recreational screen time (p-value = 1,000) and the availability of sports facilities at home (p-value = 0,929)."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>