Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 155620 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Baiq Drestanta Lintang Medina
"Kota Baru Bandar Kemayoran sebagai lahan bekas Bandara Kemayoran telah berkembang menjadi kawasan dengan pusat-pusat aktivitas khas perkotaan. Apartemen mewah, pusat perniagaan, perkantoran, gedung pemerintahan dan taman konservasi dibangun di daerah ini dengan mengusung konsep kota modern. Di tengah pusat-pusat aktivitas formal tersebut tampak hadir pengusahaan lain yang dilakukan oleh sekolompok golongan masyarakat dari sosial ekonomi tertentu yang turut meramaikan Kawasan Kota Baru Bandar Kemayoran, yakni kaki lima. Kehadiran kaki lima di perkotaan sering dianggap sebagai masalah sebab karena kehadirannya kota terlihat tidak lebih indah, menyebabkan kemacetan, hingga mengganggu ketertiban umum. Namun ada kalanya keberadaan kaki lima disikapi secara permisif dan seolah dibiarkan tumbuh di sudut-sudut ruang publik kota. Beberapa peneliti menyebut bahwa situasi tersebut dapat terjadi sebab adanya jaringan relasi, modal sosial, infrastruktur sosial, topologi ruang yang terlibat dalam sebuah praktik negosiasi. Tata kelola ruang kota yang melibatkan praktik negosiasi sebagai bentuk perubahan, penyesuaian, atau bahkan pelanggaran atas regulasi ini dikenal dengan bahasa konseptual vernacular governance. Penelitian ini disusun sebagai upaya untuk mengembangkan penelitian terdahulu, serta menambah pemahaman terkait vernacular governance. Melalui sebuah metode studi kasus, penelitian ini menjelaskan tentang perkembangan kawasan dan pembangunan kembali lahan bekas bandara, serta tata kelola vernakular yang memengaruhi eksistensi dan operasi tata kelola kaki lima di Kemayoran, tentang kelindan aktor dalam hubungan transaksional tata kelola vernakular yang menciptakan kehidupan kaki lima supaya selaras dalam setting perkotaan, dan menjelaskan pengaruh dari adanya hubungan transaksional tersebut terhadap pola spasial kaki lima di Kemayoran. Sorotan bahasan yang juga muncul dari penelitian ini adalah tata kelola vernakular, meski tampak seperti tata kelola yang melegalkan pelanggaran cukup solutif untuk diterapkan sebagai intrumen perubahan dan menjadikan tata kelola ruang perkotaan lebih inklusif dan partisipatif.

Kota Baru Bandar Kemayoran as the land of the former Kemayoran Airport has developed into an area with typical urban activity centers. Luxury apartments, commercial centers, offices, government buildings and conservation parks built in this area by the concept of modern cities. In the midst of these formal activity centers, it appears that there are other businesses carried out by a group of people from certain socio-economic groups who also enliven the Kota Baru Bandar Kemayoran area, namely street vendors. The presence of street vendors in urban areas is often considered a problem because the presence of the city does not look more beautiful, causes traffic jams, and disrupts public order. However, there are times when the existence of street vendors is treated permissively and seems to be allowed to grow in the corners of the city's public spaces. Some researchers say that this situation can occur because of the network of relations, social capital, social infrastructure, and spatial topology involved in a negotiation practice. Urban spatial governance that involves the practice of negotiation as a form of change, adjustment, or even violation of these regulations is known as the conceptual language of vernacular governance. This research is structured as an effort to develop previous research, as well as increase understanding related to vernacular governance. Through a case study method, this research explains about the development of the area and the redevelopment of the former airport land, as well as vernacular governance that affects the existence and operation of street vendors in Kemayoran, about the intertwined actors in transactional relationships of vernacular governance that create the life of street vendors so that congruent in urban settings, and explain the effects of the existence of these transactional relationships on the spatial adaptation of street vendors in Kemayoran. The discussion highlight that also emerges from this research is vernacular governance, although it looks like governance that legalizes violations is quite a solution to be applied as an instrument of change and makes urban spatial management more inclusive and participatory"
Depok: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Natasya
"Tahap desain adalah tahapan penting untuk proses pembangunan sebuah proyek konstruksi. Salah satu dasar penentuan apakah sebuah rencana pembangunan proyek dapat berjalan atau tidaknya dapat dinilai berdasarkan nilai ekonomis bangunan. Dalam tahap desain, diperlukan sebuah rupa untuk metode atau alternatif agar desain sebuah proyek konstruksi dapat menjadi seefektif mungkin tanpa mengurangi kekuatan sebuah bangunan secara struktur sehingga dapat menghasilkan nilai harga proyek yang paling ekonomis. Pada penelitian ini studi kasus yang digunakan adalah bangunan showroom karena dianggap mampu mewakili bangunan low rise dengan komponen struktur atas tipikal yaitu kolom, balok, dan pelat menggunakan material beton konvensional. Salah satu cara untuk mendapatkan biaya yang ekonomis adalah dengan melakukan efisiensi balok anak dan/atau memodifikasi ketebalan pelat sehingga dapat menurunkan biaya proyek. Penelitian ini dilakukan melalui pemodelan ETABS untuk struktur dan desain bangunan. Kemudian dilanjutkan dengan perhitungan biaya konstruksi struktur bangunan.

Designing process is a crucial step in order to plan a construction project. One determining basic to help whether a construction plan is going to work according to plan or not can be judged by it’s economical value of the building project. For designing process, a model is needed to become a method of finding alternative so a project design can be as effective as possible without decreasing the building’s structural strength and so it can offer a cheaper cost or in other word is more economical. In this research, a showroom office is used as it is considered representative of low rise buildings with typical structural components which are columns, beams, and slab using conventional reinforced concrete material. One way to achieve economical project cost is to make secondary beam/joist uses reduced or in other words, more efficiently, and/or with modifying sab thickness so that it woud reduce project cost. This research used ETABS modelling software to observe the building’s structural and design aspects. Subsequently it’s structural components will be calculated in order to obtain project cost

"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rida Sobana
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1995
S48026
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rujito Wahyu Darwono
"ABSTRAK
Desa Sangatta sudah cukup tua usianya, sudah ada sejak pertengahan tahun 1600-an. Sejarah Sangatta diawali sejak Gembara memimpin rakyatnya membuka hutan dan membangun Sangatta. Sangatta semula terletak di muara sungai Sangatta, namun karena sering mendapat serangan bajak laut Bugis, kota Sangatta dipindah ke tempat yang lebih ke arah pedalaman. Akan tetapi di sanapun diserang oleh suku Dayak pemenggal kepala, yang mengakibatkan Sangatta terpaksa berpindah lagi. Demikian berkali-kali Sangatta berpindah lokasi sampai akhirnya berada di lokasi yang sekarang ini, yaitu berjarak sekitar sepuluh kilometer dari pantai.
Berpuluh-puluh tahun kehidupan tradisional Desa Sangatta tidak terusik oleh pengaruh budaya luar sampai kedatangan perusahaan penambangan minyak Belanda, NKPM, yang berusaha mencari minyak di daerah ini pada tahun 1830. Namun operasi pencarian minyak ini tidak berlangsung lama, karena mengalami kegagalan. Kemudian pada tahun 1903 perusahaan minyak Kolonio juga berusaha untuk mencari minyak di daerah ini, namun sebagaimana pendahulunya juga mengalami kegagalan. Pada tahun 1930 perusahaan minyak lain, BPM, datang ke daerah ini dan beroperasi hingga tahun 1955. Pada tahun itu operasi BPM pindah ke lain tempat.
Pada sekitar tahun 1970-an terjadi pengeksploitasian kayu secara besar-besaran di Kalimantan Timur. Beberapa perusahaan kayu sempat beroperasi di sekitar Sangatta, namun sekarang tinggal tersisa satu perusahaan perkayuan saja, yaitu PT Porodisa. Dan pada tahun yang hampir bersamaan Pertamina juga mulai beroperasi di daerah ini. Baru kemudian mulai 1988 PT KALTIM PRIMA COAL, disingkat sebagai PT. KPC, mulai membangun tambang beserta prasarananya di daerah Sangatta dan beroperasi mulai akhir tahun 1991.
Kedatangan berbagai perusahaan perminyakan, perkayuan, dan kemudian batubara, telah menjadikan Sangatta berkembang dari desa tradisional kecil menjadi suatu desa yang bersentuhan dengan budaya modern dan berpenduduk jauh lebih besar. Kegiatan industri modern tersebut memerlukan tenaga kerja, yang tidak dapat sepenuhnya dipenuhi oleh tenaga kerja setempat, sehingga mendatangkan tenaga kerja dari daerah lain. Di samping itu kegiatan industri tersebut juga memerlukan pasokan logistik dari luar. Pertambahan penduduk dan pasokan kebutuhan industri menumbuhkan kegiatan ekonomi, yang semakin lama semakin besar.
Sejak kedatangan KPC di awal tahun 1980-an, jumlah penduduk bertambah secara mencolok dari 5.532 jiwa di tahun 1980 menjadi 19.947 jiwa di tahun 1991, dan sekitar 27.015 jiwa pada tahun 1994. Angka-angka ini belum terhitung penduduk pendatang baru yang tidak tercatat di kantor Kepala Desa. Mata pencaharian penduduk yang semula hanya sebagai nelayan dan peladang, sekarang mereka sudah mengembangkan diri dalam berbagai jenis mata pencaharian, yang antara lain usaha: restoran, warung-warung, toko-toko kebutuhan pokok sehari-hari, penjahit, bengkel, bar-bar, salon-salon kecantikan, tempat bilyar, dan berbagai kegiatan kewiraswastaan lain di samping sebagai karyawan KPC atau kontraktornya."
1995
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
M. Nur Abdul Gafur
"Jalan dan Sistem transportasi merupakan bagian penting dari satu komunitas, Hal ini adalah sesuatu yang dapaf dilihat dengan jelas di perkotaan, karena kebutuhan akan status sosial dan tempat tinggal tidak terlepas dari aspek transportasi terulama jaIan. Baik menggunakan kendaraan ataupun berjalan kaki. setiap individu memerlukan pergerakan ini untuk beraktivitas sebagai sebuah pemenuhan kebutuhan aspek kehidupan dalam bentuk arus manusia ataupun barang. Oleh karena ilu pertambahan penduduk dan jumlah kendaraan yang tidak di imbangi dengan pembangunan / pengembangan kawasan yang memadai akan menciptakan banyak masalah.
Jalan (dalam pengertian ini termasuk pedestrian) adalah suatu bagian utama dari keberadaan sebuah kota. Dilihat dari segi elemen pembentuk kota mereka menyediakan struktur yang menjadi wadah untuk interaksi yang kompleks secara arsitektur dan kelompdk manusia. Jalan juga secara sosial menciptakan apa yang disebut dengan kualitas vitalitas dari sebuah kota. Street life, secara tidak Iangsung dapat meningkatkan faktor land-value dari sebuah tempat. Tidak sama dengan bangunan bahkan sebuah public art, jalan merupakan elemen yang dapat berubah dengan sendirinya dan tunduk kepada perubahan yang dilakukan oleh lingkungan alaupun sebaIiknya.
Jalan juga sebagai sebuah elemen tumbuhnya sebuah kota merupakan bukti yang baik mengenai hubungan antara jalan dan lingkungan, tanpa lerlepas dari faktor manusia yang mengangkat aspek street Iife dari jalan tersebut. Kalau dilihat dari ramainya pergerakan pedestrian di suatu jalan, tersirat kebutuhan yang beragam akan hadirnya mereka. Lalu apakah kebutuhan yang beragam ini menjadi faktor penting dalam pedestrian dan apakah masing-masing kebutuhan menimbulkan efek tertentu lerhadap street life?"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2005
S48583
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nathaya Athira Putri Wibowo
"Laporan magang ini membahas mengenai evaluasi prosedur uji tuntas tata kelola dan investasi yang dilakukan oleh KAP DLM terhadap Dana Pensiun HJG. Dana Pensiun HJG merupakan Dana Pensiun Pemberi Kerja yang dibentuk oleh PT. HJG. KAP DLM menggunakan dokumen yang dikeluarkan oleh Kementerian BUMN berjudul “Tujuan, Usulan Tim, dan Lingkup Uji Tuntas Penyehatan Dana Pensiun” sebagai landasan uji tuntas. Prosedur yang dilakukan dalam uji tuntas yaitu melakukan evaluasi atas kepatuhan DP HJG terhadap regulasi. Hasil dari laporan magang ini adalah bahwa prosedur uji tuntas tata kelola dan investasi yang dilakukan oleh KAP DLM telah sesuai dengan kerangka yang ditentukan oleh Kementerian BUMN.

This internship report aims to discuss the evaluation of due diligence procedures on investment and corporate governance of HJG Pension Fund carried out by KAP DLM. HJG Pension Fund is an Employer Pension Fund created by PT HJG. KAP DLM based the due diligence process on a document released by the Ministry of State-Owned Enterprises titled “Purpose, Team Proposal, and Scope of Pension Fund Restructuring Due Diligence”. Procedures carried out consist of evaluating DP HJG’s compliance to certain regulations. The result of this internship report shows that the due diligence procedures on investment and corporate governance of HJG Pension Fund carried out by KAP DLM are in accordance with the framework determined by the Ministry of State-Owned Enterprises."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Angela Puji Sulystio Handayani
"Fenomena perubahan fungsi jalan di kawasan shopping street merupakan suatu fenomena baru yang diterapkan dalam penataan kawasan perbelanjaan. Perubahan fungsi jalan dari jalan yang dapat dilalui kendaraan bermotor menjadi jalur khusus pedestrian ini lahir dari tuntutan kebutuhan manusia terhadap kawasan perbelanjaan yang aman, nyaman dan menyenangkan. Faktor-faktor lain yang menjadi penyebabnya adalah karena menurunannya kualitas lingkungan di kawasan perbelanjaan, dan karena area parkir yang tidak memenuhi persyaratan baik secara kualitas maupun kuantitas dalam menampung pengunjung yang datang ke kawasan tersebut.
Fenomena pembahan fungsi jalan di lcawasan perbelanjaan ini membawa keuntungan bagi berbagai pihak, baik pengunjung, penjual, masyarakat sekitar maupun pemerintah sendiri terutarna karna menciptakan pengaturan sirkulasi yang lebih baik, menghidupkan perekonomian kawasan setempat, serta meningkatkan kualitas kondisi lingkungan fisik dan sosial. Hanya saja untuk menawarkan suatu ide baru yang membawa konsekuensi perubahan kultur dan kebiasaan dalam masyarakat tidaklah mudah. Maka sebelumnya diperlukan sosialisasi kepada masyarakat, agar mereka dapat memahami dan mendukung salah satu program pemerintah ini, dan juga kesiapan serta kesatuan antara pemerintah dan masyarakat."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2000
S48225
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Atikah Rahmadina
"Desain rumah modern pada dasarnya mengubah dan mempertahankan beberapa fungsi dan pola dari rumah tradisional ruang dari periode ke periode. Kemajuan teknologi serta gaya hidup yang berubah mempengaruhi penggunaan elemen-elemen dalam rumah-rumah tradisional. Rumah tradisional Betawi memiliki beranda di sisi depan. Sebagai komponen depan, beranda adalah salah satu bagian terkaya dari rumah yang menciptakan representasi pemilik dan koneksi ke bagian dalam rumah. Beranda ditutupi oleh atap dan memberikan perlindungan terhadap matahari dan hujan serta memainkan peran penting untuk estetika rumah. Beranda di rumah tradisional Betawi menunjukkan dasar untuk jenis rumah tradisional yang sangat terkait dengan cara hidup orang Betawi.
Salah satu karakter rumah Betawi adalah adanya perhatian pada hubungan masyarakat melalui gagasan beranda yang menyambut setiap pengunjung/tamu hampir kapan saja. Keterbukaan masih bisa digunakan dalam desain rumah modern dengan menggunakan beranda sebagai pengganti ruang tamu. Meskipun rumah-rumah modern dirancang menggunakan bahan-bahan modern, keterbukaan beranda menambah karakter unik rumah Betawi untuk rumah-rumah modern.
Bagian pertama dari makalah ini membahas konsep dan karakteristik intrinsik untuk rumah tradisional Betawi dan memperkenalkan berbagai contoh beranda mulai dari era kolonial Belanda. Setelah itu, pada makalah ini akan dipilih beberapa contoh tempat tinggal tradisional dan modern dan membandingkannya dari sudut pandang bentuk dan pengguna, terutama dalam kaitannya dengan penggunaan beranda.
Hasil investigasi menemukan bahwa gagasan pada beranda masih relevan dengan tempat tinggal modern di Jakarta. Berubah atau dipelihara, gagasan beranda masih menyediakan salah satu prototipe hunian modern. Kesimpulannya, pengembangan beranda telah berfungsi untuk mempromosikan kesinambungan dan adaptasi arsitektur tradisional Betawi, meskipun ada penurunan dalam fungsi dan makna beranda untuk rumah modern.

The design of modern houses basically transforms and maintained some functions and pattern from traditional houses of space from period to period. The advancement of technology as well as the changing lifestyles influence the use of elements in traditional houses. Betawi traditional house features a veranda at the front side. As a front component, veranda is one of the richest part of the house that creates a representation of the owner and a connection to the inner part of the house. The veranda is covered by roof and provides protection against sun and rain as well as plays an important role for the aesthetic of the house. The veranda in Betawi traditional house shows the basis for a traditional house type that is deeply associated with Betawi people way of life.
One character of Betawi house is the attention to relationship of society through the idea of verandah that welcomes every visitor almost anytime. The openness can still be used in modern house design by using verandah as a replacement of living room. Even though modern houses are designed using modern materials, the openness of veranda add a unique character of a Betawi house for modern houses.
The first part of this paper discusses concepts and characteristics intrinsic to traditional Betawi houses and introduces various examples of veranda starting from the Dutch colonial era. Thereafter, it selects several examples of both traditional and modern dwellings and compares them from the point of view of form and user, especially in relation to the use of veranda. The investigation discovers that the idea of the veranda is still relevant to modern dwellings in Jakarta. Transformed or maintained, the veranda idea still provides one of the prototypes of the modern dwelling.
In conclusion, the development of veranda has served to promote the continuity and adaptation of traditional Betawi architecture, even though there is a a degradation in the function and meaning of veranda for modern house.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurhayati Atik
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1999
S47950
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shofiyah Fawziyah
"Skripsi ini membahas mengenai penelusuran tentang bagaimana polaritas spasial sebagai dua kondisi yang bertolak belakang terjadi pada domestic threshold space. Ruang balkon, sebagai salah satu domestic threshold space, kembali menjadi perhatian atas kualitas ambigu dan in-between yang dimilikinya, yang menjadi solusi atas rasa terperangkap yang dirasakan masyarakat saat lockdown. Melalui studi literatur, ditemukan bahwa polaritas spasial seperti luar-dalam, public-private, dan juga buka-tutup selalu dibutuhkan dalam konteks domestik, terutama saat pandemi COVID-19. Sehingga, skripsi ini menggunakan balkon sebagai studi kasus untuk mengkaji polaritas spasial pada domestic threshold space sebagai sesuatu yang inhabitable serta mampu mempertemukan polaritas spasial tersebut. Tiga balkon domestik ditelusuri melalui kunjungan lapangan dan wawancara. Data yang dianalisis sesuai enam paramater analisis polaritas yang diajukan Boettger menunjukkan pengaturan pada balkon membuatnya mampu memberikan pengalaman transisional, ruang transaksi antara luar-dalam, serta menjembatani polaritas spasial pada konteks domestik sebagai domestic threshold space.

This study aims to explore how spatial polarities as pairs of opposites exist in domestic threshold space. Balconies as domestic threshold space have become noticed again for their ambiguity and in-betweenness as solution for the feelings of entrapment during lockdown. Studies on literature shows that spatial polarities such as inside-outside, public-private, and open-closed are required in domestic settings, especially during the COVID-19 pandemic. Hence, this study employs the balcony as a case study to investigate spatial polarities in domestic threshold space as something that is inhabitable and able to reconcile the polarities. Three domestical balconies are analysed by site visits and interviews. The data analysed by Boettger’s six parameters on polarities shows that arrangements and regulations in balconies make them able to offer transitional experience, transactions between inside-outside, and reconcile spatial polarities in domestic setting as domestic threshold space.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>