Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 212585 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Siti Salsabila Kirana
"Tren terbaru estimasi PMI melalui data gigi adalah dengan mengamati perubahan yang terjadi pada material kedokteran gigi. Perubahan material yang ada di dalam rongga mulut dipengaruhi oleh durasi korban terpapar lingkungan tempat tubuh mereka ditinggalkan. Salah satu lingkungan adalah jika korban terkubur di dalam tanah. Analisis perubahan fisik material pasca penguburan yang dapat diamati antara lain perubahan warna dan perubahan mekanis seperti microhardness. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis apakah perubahan material tumpatan resin komposit yang terkubur dapat digunakan untuk mengestimasi PMI pada kasus jasad terkubur. Tiga puluh lima spesimen gigi premolar manusia dipreparasi dan direstorasi dengan material resin komposit nanohibrida (warna A3.5, Filtek Z250 XT, 3M, USA). Spesimen dibagi menjadi 1 kelompok kontrol dan 6 kelompok perlakuan yang akan dikubur selama 3 bulan di Gadog (Jawa Barat, Indonesia). Penggalian spesimen dari dalam tanah dilakukan dalam interval 2 minggu, lalu dilakukan foto klinis, uji stabilitas warna (CIE*Lab) dengan alat colorimeter, dan Knoop microhardness. Data diolah menggunakan software Microsoft Excel dan SPSS dengan uji ANOVA. Hasil penelitian menunjukkan adanya perubahan warna yang tidak signifikan (p>0,05) untul nilai ΔE, ΔL, Δa, dan Δb. Terdapat perubahan microhardness yang signifikan (p<0,05) untuk semua kelompok kecuali minggu ke-12. Namun, pola perubahan yang terjadi seiring waktu masih kurang jelas untuk semua hasil pengujian. Meskipun terlihat adanya perubahan pada material resin komposit pasca penguburan, tampaknya analisis perubahan warna dan microhardness masih belum menjanjikan untuk dijadikan dasar estimasi PMI yang akurat dan spesifik.

A recent trend in PMI estimation through dental data is to observe the changes that occur in dental materials. This is because the changes in the material should be related to the time in which the material inside the victim's oral cavity is exposed to the surrounding environment where the body is left out. One of the scenarios is a buried victim in soil. Some of the ways to analyze the physical changes that occured after burial are changes in color and mechanical properties such as microhardness. The purpose of this research is to analyze the changes that can occur to a buried resin composite filling material, and then determine what changes can be used to estimate PMI. 35 human premolar tooth specimens were prepared and restored with nanohybrid resin composite material (A3.5 color, Filtek Z250 XT, 3M, USA). They are divided into 1 control group and 6 groups that will be buried for 3 months in Gadog (West Java, Indonesia). Specimens are excavated in 2 weeks interval, and then examined for clinical photos, color stability (CIE*Lab) with a colorimeter, and Knoop microhardness. Data is processed using Microsoft Excel and SPSS software with ANOVA test. There were changes, albeit statistically insignificant, in color changes (p>0,05) for values ΔE, ΔL, Δa, and Δb. On the other hand, there was a significant change in microhardness number (p<0,05) for all groups except the 12th week. However, the pattern in relation to change over time is still not clear for all results. Although changes are seen in post-burial composite resin material, it seems that changes in color stability and microhardness is still far from being used as the basis of an accurate and specific PMI estimation"
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maria Natasya Roselind
"Mikrobiologi Forensik merupakan suatu disiplin ilmu yang relatif baru yang didedikasikan untuk menganalisis bukti kejahatan mikrobiologi untuk tujuan atribusi. Mikrobiologi forensik merupakan alat yang ideal untuk investigasi forensik dikarenakan sifat mikrobiologi sendiri tergolong unik dan dapat diisolasi dari lingkungan spesifiknya. Mikrobiologi forensik ditemukan dapat menjadi bukti untuk kasus kriminal, penyebab kematian, identifikasi manusia dan estimasi interval waktu post mortem serta pencemaran produk makanan atau minuman. Pada tubuh manusia sendiri ditemukan mikroba yang sangat banyak dan bervariasi dimana rongga mulut menempati posisi kedua dengan mikroba paling bervariasi. Pergerakan setelah kematian merupakan faktor yang penting untuk dipertimbangkan dalam investigasi kematian yang tidak dapat dijelaskan serta menentukan waktu kematian. Setelah kematian, terjadi proses dekomposisi yang membuat adanya perubahan dimulai secara seluler dan berlanjut secara makroskopis. Perubahan ini dapat menimbulkan perubahan mikrobiota rongga mulut setelah post mortem. Post mortem interval sangat bergantung pada proses dan kondisi post mortemnya. Metode PMI terkadang masih sulit ditentukan karena PMI rentan terhadap faktor eksternal, semakin lama waktu kematian, semakin sulit juga ditentukan post mortem interval. Pada penelitian ini digunakan mikroorganisme sebagai estimasi post mortem interval terkhususnya pada bakteri Proteus mirabilis. Pada penelitian sebelumnya diketahui bahwa bakteri Proteus mirabilis merupakan bakteri yang dominan selama post mortem interval terutama pada PMI akhir. Setelah dilakukannya analisis dengan real time PCR terhadap bakteri sampel, ditemukan bahwa bakteri Proteus mirabilis terdeteksi pada post mortem interval 12 jam, 24 jam, 48 jam serta 72 jam dimana menunjukkan ketahanannya untuk bertahan hidup pada post mortem interval awal hingga akhir. Namun, penelitian ini masih memiliki banyak kekurangan dan keterbatasan, dibutuhkan penelitian lebih lanjut agar dapat digunakan pada kepentingan bidang forensik.  

Forensic Microbiology is a relatively new discipline dedicated to analyzing evidence of microbiological crimes for attribution purposes. Forensic microbiology is an ideal tool for forensic investigations because microbiology itself is unique and can be isolated from its specific environment. Forensic microbiology was found to be evidence for criminal cases, cause of death, human identification and estimation of post mortem time intervals as well as contamination of food or beverage products. In the human body are found very many and various microbes where the oral cavity occupies the second position with the most varied microbes. Movement after death is an important factor to consider in investigating unexplained deaths and determining the time of death. After death, there is a decomposition process that shows changes from cellular to macroscopically. These changes can lead to changes in the oral microbiota after post mortem. The post mortem interval is highly dependent on the post mortem process and conditions. The PMI method is sometimes still difficult to determine because PMI is susceptible to external factors, the longer the time of death, the more difficult to determine the post mortem interval. In this study, microorganisms were used as an estimation of the post mortem interval, especially for the bacterium Proteus mirabilis. In previous studies, it was known that Proteus mirabilis was the dominant bacterium during the post mortem interval, especially at the end of PMI. After analysis with real time PCR on sample bacteria, it was found that Proteus mirabilis bacteria were detected at post mortem intervals of 12 hours, 24 hours, 48 ​​hours and 72 hours which showed its resistance to survive at post mortem intervals from beginning to end. However, this research still has many shortcomings and limitations, further research is needed so that it can be used in the interest of the forensic field."
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bambang Nursasongko
"ABSTRAK
Akhir-akhir ini telah dikembangkan bahan tumpatan
'high-copper" amalgam untuk meningkatkan mutu amalgam
konvensional. High-copper amalgam mempunyai nilai 'creep'
lebih rendah, kekuatan kompresif lebih tinggi, dan lebih
tahan terhadap korosi. Namun pola kebocoran mikro pada tepi
tumpatan 'high-copper' amalgam ini menurut beberapa peneliti
tidak berbeda dengan amalgam konvensional. Kebocoran mikro
pada tepi tumpatan amalgam terjadi akibat adanya perubahan
dimensi bahan tumpatan amalgam didalam kavitas gigi selama
mengeraS. Salah satu usaha untuk mencegah kebocoran mikro
ini adalah dengan pemberian pernis pada dinding kavitas.
Untuk mengetahui peran pernis dalam mencegah kebocoran mikro
pada tepi tumpatan 'high-copper' amalgam, dilakukan
penelitian terhadap 160 gigi tetap manusia yang ditumpat
dengan 'high-copper' amalgam dengan pernis dan tanpa pernis.
Kebocoran dinilai dengan menggunakan zat warna biru metilen
setelah 24 jam dan 7 hari. Dari hasil penelitian terlihat
bahwa kebocoran mikro pada tepi tumpatan 'high-copper'
amalgam tanpa lapisan pernis ternyata lebih besar
dibandingkan dengan tumpatan 'high-copper'. amalgam dengan
pernis, baik pada dinding kavitas maupun pada permukaan
tumpatannya. Karenanya, lapisan pernis pada tumpatan 'high-
copper' amalgam dapat dinilai cukup efektif dalam mencegah
kebocoran mikro pada tepi tumpatan.

"
1988
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Preiskel, H. W.
Jakarta: Erlangga, 1981
617.6 PRE k
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Dofka, Charline M.
Singapore: Delmar Cengage Learning, 2013
617.6 DOF d
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
"Dental record is one of the ways to identify human identity. Identification requires a system, which is able to recognize each human tooth automatically. Teeth and gums becomes an important issue be-cause they have a high similarity in a dental radiograph image. This similarity tends to influence the segmentation error. This paper proposes a new contrast enhancement by using parameter sigmoid transform to improve the segmentation accuracy. The five main steps are: 1) preprocessing to improve the image contrast using our proposed method, 2) teeth segmentation using horizontal and vertical in-tegral projection, 3) feature extraction, 4) teeth classification using Support Vector Machine (SVM) and 5) teeth numbering. Experimental results using our proposed method have an accuracy rate of 88% for classification and 73% for teeth numbering.

Data rekaman gigi adalah salah satu cara untuk mengidentifikasi manusia. Pengidentifikasian membutuhkan sebuah sistem yang mampu mengenali tiap gigi secara otomatis. Intensitas gigi dan gusi yang hampir sama menjadi masalah utama pada citra dental radiographs karena dapat menga-kibatkan kesalahan dalam proses segmentasi. Pada paper ini diusulkan sebuah metode perbaikan kontras yang baru dengan menggunakan parameter sigmoid transform untuk meningkatkan keaku-ratan hasil segmentasi. Lima tahapan utama yaitu: 1) praproses untuk memperbaiki kontras gambar menggunakan metode yang diusulkan, 2) segmentasi gigi menggunakan horizontal dan vertical inte-gral projection, 3) ekstraksi fitur, 4) klasifikasi meggunakan Support Vector Machine (SVM) dan 5) penomoran gigi. Hasil eksperimen menggunakan metode yang diusulkan menunjukkan tingkat keaku-ratan hasil klasifikasi sebesar 88% dan penomoran gigi sebesar 73%."
Surabaya: Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Faculty of Information Technology, Department of Informatics Engineering, 2015
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Suzan Elias
"Salah satu terapi yang umum untuk kehilangan gigi 076I678 yang kita kenal sebagai kasus K1 I Kennedy,adalah gigi tiruan sebagian lepas ekstensi distal.Pada pem-
buatan gigi tiruan tersebut umumnya gigi penjangkaran yang digunakan adalah gigi gigi 54I45 yang merupakan gigi penjangkaran yang lemah.
Jaringan pendukung gigi tiruan tersebut terdiri atas jaringan keras yaitu gigi penjangkaran beserta periodonsiumnya dan jaringan lunak yaitu mukosa yang berada dibawah basis gigi tiruan tersebut.Kedua jaringan pendukung mempunyai kekenyalan yang berbeda.Pada pemakaian gigi tiruan sebagian lepas ekstensi distal perbedaan kekenyalan itu sering mengakibatkan goyangnya gigi penjangkaran.Salah
satu penyebab goyangnya gigi penjangkaran tersebut adalah gerak distal gigi penjangkaran tiap kali gigi tiruan mandapat beban kunyah.
Yang menjadi masalah adalah bagaimana menentukan disain cengkeram serta upaya,memperoleh gigi penjangkaran yang kuat agar kesehatan jaringan pendukung gigi tiruan tersebut dapat dipertahankan sebaik-baiknya dan untuk wak-
tu yang lama.
Sehubungan dengan itu telah diteliti adanya perbedaan gerak distal yang bermakna dari gigi penjangkaran yang displint dan yang tidak displint dengan disain cengkeram 3 jari (sirkumferensial) dan disain cengkeram 3 jari panjang (continous). Penelitian ini dilakukan secara laboratorik dan beban kunyah yang digunakan adalah komponen beban kunyah yang jatuh tegak lurus pada bidang kunyah.
Secara statistik dari penelitian ini dibuktikan bahwa pada gigi tiruan sebagian lepas ekstensi distal, gerak distal yang diterima gigi penjangkaran dengan splint lebih kecil bila dibandingkan dengan gerak distal gigi penjangkaran tanpa splint.Selain itu gigi tiruan dengan disain cengkeram 3 jari panjang,gigi penjangkarannya juga menerima gerak distal lebih kecil dibandingkan dengan yang diterima oleh gigi tiruan dengan di-
sain cengkeram 3 jari.Sedangkan gerak distal yang terkecil diterima oleh gigi penjangkaran dengan splint dan disain cengkeram 3 jari panjang."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 1987
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Combe, E.C.
Jakarta: Balai Pustaka, 1992
617.6 COM s
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Roseita Dewi
"Salah satu cara pencegahan karies adalah menyikat gigi. Streptococcus mutans dan Streptococcus sobrinus memiliki peranan pada terjadinya karies. Daun sirih dalam pasta gigi perlu diuji sebagai pencegah terjadinya karies.
Tujuan: Menganalisis pengaruh pasta gigi daun sirih terhadap jumlah Streptococcus mutans dan Streptococcus sobrinus.
Metode: Jumlah Streptococcus mutans dan Streptococcus sobrinus dari sampel plak dan saliva dikuantifikasi dengan menggunakan real-time PCR.
Hasil: Terdapat perbedaan bermakna antara 3 jam setelah menyikat gigi dengan sebelum menyikat gigi pada Streptococcus mutans di plak.
Kesimpulan: Terjadi penurunan jumlah Streptococcus mutans dan Streptococcus sobrinus setelah menyikat gigi menggunakan pasta gigi mengandung daun sirih.

Brushing tooth is one of technique to prevent caries. Streptococcus mutans and Streptococcus sobrinus have role in development of caries. Betel leaf ingredient in toothpaste needs to be studied as caries prevention.
Aim: To analyze the effect of betel leaf toothpaste against levels of Streptococcus mutans and Streptococcus sobrinus.
Methods: Streptococcus mutans and Streptococcus sobrinus from plaque and saliva samples were quantified by real-time PCR.
Result: There was significant difference between before brushing and three hours
after brushing on amount of Streptococcus mutans in dental plaque.
Conclusion:
The levels of Streptococcus mutans and Streptococcus sobrinus showed reduction
after brushing tooth."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ayudewi Komala Indriastuti
"ABSTRACT
Latar belakang: Terbatasnya jumlah dokter gigi di Kabupaten Hulu Sungai Selatan diduga berdampak terhadap bertambahnya peran perawat gigi dalam menanggulangi permasalahan kesehatan gigi mulut masyarakat, namun belum teridentifikasi tingkat kesesuaian pelayanan tersebut terhadap Standar Pelayanan Asuhan.Tujuan: Mengidentifikasi jenis serta distribusi pelayanan oleh perawat gigi dan mengetahui tingkat kesesuaian pelayanan tersebut terhadap standar pelayanan asuhan. Metode: Penelitian analisis deskriptif dilakukan melalui kuesioner kepada masyarakat dan perawat gigi Hasil: Dari jawaban 102 masyarakat, terlihat jenis pelayanan yang terbanyak diterima yang sesuai dengan standar adalah Penyuluhan kesehatan gigi mulut, khususnya penjelasan cara menyikat gigi yang benar 83,33 ; sedangkan yang tidak sesuai standar yaitu penggunaan antibiotik dan antinyeri sebanyak 79,41 . Dari jawaban 17 perawat gigi, pelayanan yang tidak sesuai standar yang diberikan yaitu pemberian obat antibiotik dan antinyeri 94,12 dan pencabutan gigi tetap belakang 35,29 . Kesimpulan: Pemenuhan kebutuhan masyarakat setempat untuk pengobatan gigi sebagian besar dipenuhi oleh perawat gigi yang beberapa dari pelayanannya tidak sesuai dengan standar.

ABSTRACT
Background The limited number of dentists in Hulu Sungai Selatan is thought to have an impact in the increase of dental nurses role in and type of services in solving oral health problems of the community, but the suitability of the services to the standard has not been identified yet. Aim To identify types and distribution of services by dental nurses and investigate the level of its suitability to the oral health care service standard. Methods This study uses descriptive analysis. Results From the total of 102 answers of community, 83.33 stated that dental health education is the most suitable to the service standard. On the other hand, 79.41 stated that the use of antibiotics and painkillers is not suitable to the service standard. Furthermore, from a total of 17 answers from dental nurses, 94.12 stated that the prescription of antibiotics and painkillers and 35.29 stated that extraction of posterior permanent teeth are not suitable to the service standard. Conclusion The fulfilment of needs of the community for oral treatment are mostly catered by dental nurses which several of their services are not suitable to the standard. "
2016
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>