Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 118295 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Annas Azzahra
"Vaksin HPV merupakan pencegahan primer terhadap kanker servik. Biaya vaksinasi HPV yang mahal menjadi tantangan tersendiri untuk perempuan dewasa awal yang belum bekerja. Selain itu, kurangnya kesadaran dapat menjadi faktor penghambat perempuan dalam memutuskan vaksinasi HPV. Penelitian cross sectional ini bertujuan untuk menguji hubungan antara tingkat kesadaran dengan keputusan vaksinasi HPV. Responden berjumlah 126 perempuan pekerja usia 18-25 tahun, belum aktif secara seksual, dan berdomisili di Kota Depok. Intrumen yang digunakan adalah Knowledge and awareness about human papillomavirus vaccination questionnaire dan Willingness to Receive Human Papillomavirus Vaccination Questionnaire yang diterjemahkan, analisis data menggunakan uji Chi square. Hasil temuan analisi ditemukan pvalue 0,001 atau <0,05, OR 2.396, 95%CI 1.26-1.43. Melalui hasil temuan ini dapat disimpulkan semakin tinggi tingkat kesadaran maka semakin tinggi keterlibatan diri dalam pengambilan keputusan vaksinasi HPV pada perempuan pekerja. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat menganalisis faktor-faktor yang dapat mempengaruhi keputusan vaksinasi HPV.

The HPV vaccine is the primary prevention against cervical cancer. The high cost of HPV vaccination is a challenge for young, unemployed women. In addition, lack of awareness can be a limiting factor for women in deciding to vaccinate against HPV. This cross sectional study aims to examine the relationship between level of awareness and the decision to vaccinate HPV. Respondents were 126 female workers aged 18-25 years, not yet sexually active, and domiciled in Depok City. The instruments used were Knowledge and awareness about human papillomavirus vaccination questionnaire and Willingness to Receive Human Papillomavirus Vaccination Questionnaire which were translated, data analysis using Chi square test. The results of the analysis found p-value 0.001 or <0.05, OR 2.396, 95%CI 1.26-1.43. Through these findings, it can be concluded that the higher the level of awareness, the higher the involvement in decision-making for HPV vaccination in female workers. Future research is expected to be able to analyze the factors that can influence the decision of the HPV vaccine."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kania Aisyah Putri
"Latar Belakang Menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Tahun 2018, kanker serviks merupakan kanker kedua yang paling banyak diderita dengan insidensi 9,3% dan penyebab kematian terbanyak ketiga dengan mortalitas 8,8%. Penyebab utama terjadinya kanker serviks adalah infeksi HPV risiko tinggi. Pencegahan infeksi HPV dapat dilakukan melalui vaksinasi HPV. Dengan demikian, vaksinasi HPV berperan penting dalam pencegahan kanker serviks. Akan tetapi, terdapat beberapa hambatan terkait vaksinasi HPV yang menyebabkan tidak seluruh populasi dapat mengaksesnya. Di Indonesia, cakupan vaksinasi HPV untuk wanita berusia lebih dari sama dengan 15 tahun pada tahun 2022 hanya mencapai 6%. Oleh karena itu, penelitian ini akan membahas cakupan vaksinasi HPV pada pasien pasien di poli kebidanan dan kandungan RSCM. Metode Penelitian ini dilakukan menggunakan desain observasional dengan metode crosssectional. Besar sampel minimal yang dibutuhkan adalah 98 sampel. Data diperoleh melalui kuisioner dan rekam medis responden. Data yang diperoleh akan diolah menggunakan aplikasi SPSS 27.0. Hasil Terdapat 8 dari 127 subjek penelitian yang telah mendapatkan vaksinasi HPV (6,3%). Sebanyak 50% dari subjek yang telah mendapatkan vaksinasi baru menerima 1 dosis vaksin. Dari 127 subjek penelitian, terdapat 18 pasien kanker serviks. Cakupan vaksinasi HPV pada pasien kanker serviks adalah 5,6%. Kesimpulan Untuk mencapai kekebalan kelompok, cakupan vaksinasi HPV pada penelitian ini masih sangat rendah. Meski demikian, cakupan vaksinasi HPV pada pasien di Poli Kebidanan dan Kandungan RSCM ini tidak berbeda jauh dengan cakupan vaksinasi Indonesia pada tahun 2022 menurut WHO.

Introduction According to the Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) in 2018, cervical cancer is the second most common cancer with an incidence of 9.3% and the third leading cause of death with a mortality rate of 8.8%. The main cause of cervical cancer is high-risk HPV infection. Prevention of HPV infection can be done through HPV vaccination. Therefore, HPV vaccination plays an important role in the prevention of cervical cancer. However, there are several barriers related to HPV vaccination that prevent some populations from accessing it. In Indonesia, the HPV vaccination coverage for women aged 15 and older in 2022 only reached 6%. Therefore, this study will discuss the coverage of HPV vaccination among patients in departments of obstetrics and gynecology RSCM. Method This study was conducted using an observational design with a cross-sectional method. The minimum required sample size is 98 samples. Data will be obtained through questionnaires and respondent’s medical records. The data obtained will be processed using SPSS 27.0. Results There were 8 out of 127 subjects who had received HPV vaccination (6.3%). Half of the subjects who had been vaccinated only received 1 dose of the vaccine. Out of the 127 research subjects, there were 18 cervical cancer patients. The HPV vaccination coverage in cervical cancer patients was 5.6%. Conclusion To achieve herd immunity, the HPV vaccination coverage in this study is still very low. However, the HPV vaccination coverage in patients at the Department of Obstetrics and Gynecology RSCM is similar to Indonesia's vaccination coverage in 2022 according to the WHO."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fina Dwi Putri
"Penelitian ini bertujuan untuk menemukan hubungan antara pengetahuan, sikap, norma subjektif, dan perceived behavioral control dalam mempredikasi intensi memeroleh vaksin HPV dan menggali penjelasan lebih dalam terkait jawaban partisipan terkait intensi memeroleh vaksin HPV dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan cross-sectional, non-experimental dan mixed-methods. Partisipan dalam penelitian yang mengisi kuesioner secara online dan memenuhi kriteria penelitian yaitu sebanyak 173 partisipan dan 6 partisipan diantaranya mengikuti wawancara mendalam untuk data kualitatif. Pengambilan data kuantitatif menggunakan alat ukur yang dikembangkan oleh Chiang dkk. (2016), Marlow dkk. (2013, dan Catalano dkk. (2017), selanjutnya data kualitatif didapatkan melalui wawancara semi-terstruktur. Data kuantitatif diolah dengan analisa statistik multiple regression dan data kualitatif diolah menggunakan pendekatan fenomenologis. Hasil analisis multiple regression menunjukkan bahwa pengetahuan, sikap, norma subjektif dan perceived behavioral control secara signifikan (R2 = 0,221, p<0,05) memprediksi intensi memeroleh vaksin HPV. Perceived behavioral control ditemukan sebagai prediktor yang signifikan (β=0,32, p<0,05). Terdapat faktor lain, seperti kebutuhan untuk melindungi pasangan, riwayat penyakit dalam keluarga, faktor biaya dan urgensi yang dapat mempengaruhi intensi memeroleh vaksin HPV. Dari hasil penelitian diharapkan tenaga kesehatan dan pihak terkait dapat lebih aktif mensosialisasikan informasi terkait HPV dan vaksin HPV terutama menyasar pada aspek personal, serta mempertimbangkan biaya pemerolehan vaksin HPV agar lebih terjangkau.

The purpose of this study was aimed to find the correlation between knowledge, attitude, subjective norm, and perceived behavioural control in predicting intention to receive HPV vaccine and explore the evidences concerning intention to receive HPV vaccine and the factors influencing them. The methods that were used in this study consist of cross-sectional, non-experimental, and mixed-methods approaches. A total of 173 qualified participants took part in this study by answering online questionnaire and six participants were selected for an interview to obtain qualitative data. The technique of collecting quantitative data were using the measuring instrument developed by Chiang et al. (2016), Marlow et al. (2013), and Catalano et al. (2017), then the qualitative data were obtained through semi-structured interview. Quantitative data processed by using multiple regression analysis and qualitative data were prepared using phenomenologist approach. The result of multiple regression analysis showed that knowledge, attitude, subjective norm, and perceived behavioural control significantly able to predict people’s intention to receive HPV vaccine (R2 = 0.221, p < 0.05). Perceived behavioural control was found as a significant predictor (β = 0.32, p < 0,05). There were also other factors, for instance, the need to protect the spouse, family health record, expenditure factor, and urgency, which able to affect the intention to receive HPV vaccine. From the result of this study, the health personnel and those who related were expected to be more active in socialising the information related to the HPV and the HPV vaccine especially to personal aspect, and also to consider the cost to receive the vaccine to be more affordable for the unfortunates."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amelia Citra Kirana
"Infeksi human papillomavirus (HPV) merupakan salah satu penyakit menular seksual yang paling umum terjadi dan dapat menimbulkan berbagai beban kepada individu yang telah aktif secara seksual. Vaksin HPV yang sudah terbukti efektif dalam mencegah infeksi HPV masih memiliki tingkat penggunaan yang rendah di Indonesia. Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat pengaruh pengetahuan, sikap, dan norma subyektif terhadap intensi memeroleh vaksin HPV. Intensi seringkali diteliti sebagai salah satu hal yang dapat mewakili tingkah laku di masa mendatang. Partisipan dalam penelitian ini adalah perempuan dan laki-laki Indonesia berusia 18 hingga 26 tahun (N=380, M=21,34, SD=1,99). Partisipan menyelesaikan survei daring yang disusun menggunakan alat ukur yang sebelumnya digunakan oleh Catalano dkk. (2017), Chiang dkk. (2016), dan Marlow dkk. (2013). Hasil analisis multiple regression menemukan bahwa pengetahuan, sikap, dan norma subyektif dapat memengaruhi intensi secara signifikan (R2= 0,53, p>0,01). Norma subyektif ditemukan menjadi variabel prediktor yang paling kuat memengaruhi intensi β=0,54, p<0,01), yang kemudian diikuti oleh sikap β=0,32, p<0,01) dan pengetahuan (β=0,10, p<0,05). Partisipan ditemukan rata-rata memiliki pengetahuan yang rendah, sikap yang positif, norma subyektif yang positif, dan intensi yang sedang untuk memeroleh vaksin HPV dalam 12 bulan mendatang. Kesimpulan dari penelitian ini adalah intervensi dan promosi kesehatan seksual terkait vaksinasi HPV sebaiknya dilakukan dengan mempertimbangkan target populasi nasional yang tidak hanya berdasarkan usia, namun juga menyasar orang tua, tokoh agama, dan orang-orang berpengaruh lainnya.

As one of the most common sexually transmitted disease, human papillomavirus (HPV) infection can cause various burdens to many sexually active individuals. Despite the effectiveness of HPV vaccine in mitigating the risk of HPV infection, its uptake rate in Indonesia is low. The objective of this study was to examine the effects of knowledge, attitude, and subjective norm on intention to obtain the HPV vaccine. Intention has been studied as a proxy of future behavior. Indonesian male and female aged 18 to 26 years old (N=380, M=21.34, SD=1.99) completed an online survey adapted from Catalano et al. (2017), Chiang et al. (2016), and Marlow et al. (2013). Using multiple regression analysis, knowledge, attitude, and subjective norm were found to be significant predictors of intention (R2= 0.53, p<0.01). Subjective norm was found to be the strongest predictor of intention (β=0.54, p<0.01), followed by attitudeβ=0.32, p<0.01) and knowledge (β=0.10, p<0.05). On average, the participants were found to have a low knowledge, positive attitude, positive subjective norm, and moderate intention to obtain HPV vaccine in the next 12 months. It was concluded that future intervention and promotion programs to increase HPV vaccination rate in Indonesia should consider targeting national population that not only based on age, but also include parents, religious leaders, and other influential people."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dhiya Athaullah Nurfateen Ashadi
"Latar belakang: Kanker Serviks merupakan Kanker kedua paling sering yang terjadi pada Perempuan. Kanker ini kebanyakan disebabkan oleh Virus HPV 16 dan 18. Beberapa tata laksana diberikan kepada pasien seperti kemoterapi dan radioterapi. Namun terdapat efek samping yang sangat besar terhadap pasien. Salah satu terapi yang menjanjikan adalah menggunakan vaksin kuratif yang menggunakan sebagian dari epitop E267 HPV dengan protein sPD-1.
Tujuan: Mendapatkan plasmid mengandung potongan DNA penyandi sPD1 dan E267 HPV yang digunakan dalam konstruksi plasmid pengekspresi Antigen Fusi PD1-E267
Metode: Sekuens asam amino sPD-1 diperoleh dari situs Uniprot ® dan bagian yang akan digunakan untuk membentuk gen sPD1 dipilih berdasarkan bagian yang akan berinteraksi dengan PDL1. Gen sPD1 kemudian dibentuk menggunakan perangkat lunak bioinformatika. Gen sPD1 yang sudah dibentuk kemudian disintesis dengan penyedia jasa sintesis nukleotida dan didapat dalam bentuk Klona Plasmid. Gen E267 sudah tersedia dalam plasmid di Laboratorium PRVKP FKUI-RSCM. Kedua plasmid kemudian diamplifikasi menggunakan metode lisis bakteri dan adsorbsi pada silika (miniprep, Qiaprep). Hasil amplifikasi dianalisis dengan menggunakan Elektroforesis Agarosa
Hasil: Didapatkan Susunan asam amino sPD1 untuk perancangan protein fusi sPD1-E267, nukleotida yang optimum diekspresikan di E.Coli, dan DNA Plasmid yang mengandung DNA sPD1 dan E267
Simpulan: Plasmid pengekspresi antigen sPD1 dan E267 sudah didapatkan

Background:.Cervical cancer is the second most common cancer found in women. This cancer is caused mostly by infection of HPV strain 16 and 18. Treatment for this cancer is available like radiotherapy and chemotherapy. But unfortunately, these treatments have a lot of adverse effect for the patient. One of the more promising treatments for the cervical cancer e.c. HPV is the Currative Vaccine. Combining between the epitope of HPV 16 E267 and sPD1 Protein
Outcome: Obtaining plasmids containing DNA inserts of sPD1 and E267 that will be used in construction of plasmid DNA for expression of sPD1-E267 fusion protein.
Methodology: The sPD1 gene was obtained from Uniprot ® Website and the region to be used for construction of the fusion protein was chosen based on its interaction with the PDL1. The sPD1 gene was designed using bioinformatics software and The Finished sPD1 gene was synthesized by a service provider of nucleic acid synthesis and obtained as a plasmid clone. The E267 gene was available as a plasmid clone at the PRVKP FKUI-RSCM laboratory. Both plasmids were amplified in bacteria using the method of genetic isolation using bacterial lysis and adsorption onto silica (miniprep, Qiaprep). The results were analyzed using Agarose Electrophoresis
Results: The amino acid sequence of sPD1 which will be used as the constructive block for fusion protein sPD1-E267, The nucleotide sequence of sPD1 which is optimized for E.Coli, and the plasmid which contain sPD1 and E267 is obtained
Conclusion : Plasmid which contains sPD1 and E267 gene is already obtained"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rosita Wati
"Salah satu jenis kanker yang paling umum diderita perempuan di Indonesia adalah kanker serviks dan dapat dicegah melalui vaksin HPV.  Pengetahuan tentang vaksin HPV yang rendah dan keyakinan yang keliru tentang kanker serviks dapat menurunkan tingkat vaksinasi HPV. Penelitian kuantitatif deskriptif ini bertujuan untuk mengidentifkasi gambaran pengetahuan dan keyakinan kesehatan terkait kanker serviks, HPV, dan vaksin HPV pada mahasiswa dengan melibatkan 210 responden yang dipilih dengan teknik quota sampling. Instrumen penelitian ini termasuk kuesioner data demografi, dan terjemahan dari Health Belief Model Scale for Human Papilloma Virus and Its Vaccination. Hasil penelitian ini menunjukkan 91,4% responden belum divaksin HPV, 74,8% mempunyai pengetahuan yang baik terhadap kanker serviks, HPV, dan vaksin HPV. Mayoritas responden mempunyai pemahaman yang baik terhadap kanker serviks, HPV, dan vaksin HPV, tetapi masih banyak responden yang meragukan kemanan dan efektivitas dari vaksin HPV. Promosi dan sosialisasi terkait fakta-fakta dan ketersediaan vaksin HPV diperlukan untuk meningkatkan kesadaran dan vaksinasi HPV guna mencegah terjadinya kanker serviks.

One of the most common cancers among women in Indonesia is cervical cancer, which can be prevented through the HPV vaccine.  Low knowledge about the HPV vaccine and false beliefs about cervical cancer can reduce HPV vaccination rates. This descriptive quantitative study aimed to identify the picture of knowledge and health beliefs related to cervical cancer, HPV, and HPV vaccine in university students by involving 210 respondents selected by quota sampling technique. The research instruments included a demographic data questionnaire, and a translation of the Health Belief Model Scale for Human Papilloma Virus and Its Vaccination. The results showed 91.4% of respondents had not been vaccinated against HPV, and 74.8% had good knowledge of cervical cancer, HPV, and the HPV vaccine. The majority of respondents have a good understanding of cervical cancer, HPV, and the HPV vaccine, but there are still many respondents who doubt the safety and effectiveness of the HPV vaccine. Promotion and socialization of the facts and availability of the HPV vaccine are needed to increase awareness and HPV vaccination to prevent cervical cancer."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lela Larasati
"Infeksi Human Papillomavirus (HPV) adalah infeksi menular seksual yang sering terjadi pada perempuan yang aktif secara seksual yang dapat menyebabkan kanker serviks. Tujuan penelitian ini untuk mengidentifikasi hubungan antara pengetahuan, keyakinan, dan perilaku seksual perempuan dengan pencegahan penularan HPV. Penelitian cross-sectional ini menggunakan teknik convenience sampling dengan 649 responden perempuan usia reproduktif yang menikah atau pernah menikah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hubungan antara pengetahuan, keyakinan, dan perilaku seksual dengan pencegahan penularan HPV mempunyai hubungan yang signifikan secara statistik. Pengetahuan merupakan variabel paling dominan mempengaruhi pencegahan penularan HPV (r = 0,174) dengan nilai p value < 0,001, semakin tinggi pengetahuan maka semakin tinggi pula melakukan pencegahan. Keyakinan terhadap penularan HPV, perilaku seksual yang sehat, dan pengetahuan tentang pencegahannya dapat mengurangi prevalensi penularan HPV sehingga meningkatkan kesehatan perempuan secara umum, selain itu dengan memberikan pendidikan/edukasi serta menghindari faktor resiko, deteksi dini, dan melakukan pemeriksaan organ reproduksi secara berkala merupakan faktor kunci untuk mencegah penularan HPV

Infection of Human Papillomavirus (HPV) is a sexually transmitted disease that often occurs in sexually active women that can cause cervical cancer. The objective of this research was to identify the relationships of knowledge, belief, and sexual behavior of women with HPV infection prevention.This cross-sectional study used convenience sampling to recruit 649 women in reproductive age who are married or have ever been married. The results showed statistically significant relationship between knowledge, belief, and sexual behavior and HPV infection prevention. Knowledge was found to be the most dominant variable affecting the prevention of transmission of HPV (r = 0.174) with p value < 0,001. The higher the level of knowledge, the higher the prevention effort. The belief of HPV, healthy sexual behavior, and knowledge about its prevention are likely to reduce the prevalence of HPV infection and thus improving women's health in general. In addition, improving health education as well as avoiding the risk factors, early detection, and routine examination of the reproductive organs are the key factors to prevent the transmission of HPV."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2016
T45980
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Latumahina, Anugrah Sitta
"[ABSTRAK
Human Papilloma Virus (HPV) merupakan penyebab infeksi menular seksual yang paling sering di dunia. HPV genital berdasarkan potensi onkogeniknya terdiri dari low risk HPV (lr-HPV) dan high risk HPV (hr-HPV). Kondiloma akuminata merupakan penyakit menular seksual yang disebabkan oleh HPV dan memiliki angka morbiditas paling tinggi di seluruh dunia termasuk di RS Cipto Mangunkusumo. Sebagian besar kondiloma akuminata disebabkan oleh lr- HPV, tetapi dewasa ini diketahui terdapat proporsi infeksi hr-HPV yang cukup besar pada kondiloma akuminata. Infeksi hr-HPV pada kondiloma akuminata merupakan salah satu faktor risiko terjadinya keganasan anogenital. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan proporsi hr- HPV serta HPV 16 dan 18 pada lesi kondiloma akuminata atipikal regio anogenital di RS dr. Cipto Mangunkusumo dengan metoda Real Time Polymerase Chain Reaction (PCR). Dilakukan pemeriksaan PCR terhadap 21 lesi kondiloma akuminata atipikal dari 20 subyek penelitian. Hasil pemeriksaan mendapatkan proporsi hr-HPV sebesar 42,9% (9 dari 21 lesi) serta proporsi HPV 16 dan 18 sebesar 23,8% (5 dari 21 lesi).

ABSTRACT
Human papillomavirus (HPV) is the most common cause of sexually transmitted disease in the world. In accordance to its oncogenic property, genital HPV is known to be low risk HPV (lr-HPV) and high risk HPV (hr-HPV). Condyloma acuminata is a sexually transmitted disease caused by HPV and has a high morbidity worldwide including in Cipto Mangunkusumo National Hospital. Most of condyloma acuminata caused by lr-HPV, although recently findings revealed a high proportion of hr-HPV in condyloma acuminata. Infection of hr-HPV in condyloma acuminata is one of risk factor for anogenital malignancy. This study aimed to obtain the proportion of hr-HPV in atypical lesion of condyloma acuminata in anogenital region at Cipto Mangunkusumo National Hospital with Real Time Polymerase Chain Reaction (PCR). Real Time PCR was conducted on 21 atypical lesion from 20 subject. The proportion of hr-HPV from those lesions was 42,9% and HPV 16/18 was 23,8%. ;Human papillomavirus (HPV) is the most common cause of sexually transmitted disease in the world. In accordance to its oncogenic property, genital HPV is known to be low risk HPV (lr-HPV) and high risk HPV (hr-HPV). Condyloma acuminata is a sexually transmitted disease caused by HPV and has a high morbidity worldwide including in Cipto Mangunkusumo National Hospital. Most of condyloma acuminata caused by lr-HPV, although recently findings revealed a high proportion of hr-HPV in condyloma acuminata. Infection of hr-HPV in condyloma acuminata is one of risk factor for anogenital malignancy. This study aimed to obtain the proportion of hr-HPV in atypical lesion of condyloma acuminata in anogenital region at Cipto Mangunkusumo National Hospital with Real Time Polymerase Chain Reaction (PCR). Real Time PCR was conducted on 21 atypical lesion from 20 subject. The proportion of hr-HPV from those lesions was 42,9% and HPV 16/18 was 23,8%. , Human papillomavirus (HPV) is the most common cause of sexually transmitted disease in the world. In accordance to its oncogenic property, genital HPV is known to be low risk HPV (lr-HPV) and high risk HPV (hr-HPV). Condyloma acuminata is a sexually transmitted disease caused by HPV and has a high morbidity worldwide including in Cipto Mangunkusumo National Hospital. Most of condyloma acuminata caused by lr-HPV, although recently findings revealed a high proportion of hr-HPV in condyloma acuminata. Infection of hr-HPV in condyloma acuminata is one of risk factor for anogenital malignancy. This study aimed to obtain the proportion of hr-HPV in atypical lesion of condyloma acuminata in anogenital region at Cipto Mangunkusumo National Hospital with Real Time Polymerase Chain Reaction (PCR). Real Time PCR was conducted on 21 atypical lesion from 20 subject. The proportion of hr-HPV from those lesions was 42,9% and HPV 16/18 was 23,8%. ]"
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
SP-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Ghozi Ryandika
"Kanker serviks adalah salah satu jenis kanker pada wanita yang paling umum di seluruh dunia. Human papillomavirus (HPV) merupakan salah satu jenis virus yang menjadi penyebab utama kanker serviks dengan jumlah setidaknya 70% dari seluruh kasus yang ada dan didominasi oleh serotipe 16 dan 18. Protein E6 adalah sebuah protein pada HPV yang dapat menyebabkan degradasi p53 akibat proses ubiquitinisasi yang diaktifkan dari pembentukkan sebuah trimetrik kompleks protein E6, p53 dan E6AP sehingga menghasilkan sebuah sel kanker. Inhibisi protein E6 dapat dilakukan untuk pencegahan kanker serviks. Dalam penelitian ini, senyawa SSYA10- 001 yang telah terbukti secara in vitro dapat menginhibisi protein E6 dilakukan modifikasi menggunakan organoboron dengan menggunakan metode in silico. Pada tahapan molecular docking, digunakan aplikasi MOE 2014.09 untuk mendapatkan informasi mengenai interaksi antara protein-ligan. Setelah dilakukan analisis energi pengikatan dan uji farmakologi serta dibandingkan dengan sebelum modifikasi, diperoleh 4 ligan modifikasi terbaik untuk masing-masing serotipe. Untuk serotipe 16, diperoleh mseq 82, 68, 76, dan 49 dengan energi ikatan masing-masing -7,3892 kkal/mol, -7,3456 kkal/mol, -7,3122 kkal/mol, dan -7,2373 kkal/mol. Sedangkan untuk serotipe 18, diperoleh mseq 95, 69, 76, dan 68 dengan energi ikatan masing-masing - 6,2324 kkal/mol, -6,1602 kkal/mol, -6,0606 kkal/mol, dan -6,0266 kkal/mol. Hal ini menunjukkan peningkatan yang signifikan dalam energi ikatan dan jumlah interaksi yang lebih tinggi dibandingkan sebelum modifikasi, dengan nilai energi ikatan sebelumnya -5,6250 kkal/mol untuk serotipe 16 dan -4,6169 kkal/mol untuk serotipe 18.

Cervical cancer is one of the most common types of cancer in women worldwide. Human papillomavirus (HPV) is a virus that primarily responsible for at least 70% of all cases, with serotypes 16 and 18 being the dominant ones. The E6 protein, found in HPV, can induce the degradation of p53 protein through the ubiquitination process, which is activated by forming a trimetric complex involving E6 protein, p53, and E6AP, resulting in the formation of cancer cells. Inhibiting the E6 protein can be done for cervical cancer prevention. In this study, the compound SSYA10-001, which has been proven to inhibit the E6 protein in vitro was modified using boron compound through in silico methods. The molecular docking stage utilized the MOE 2014.09 application to obtain information regarding the interaction between the protein and ligands. After analyzing the binding energy and conducting pharmacological tests, the top four modified ligands were obtained for each serotype. For serotype 16, the mseq 82, 68, 76, and 49 were obtained with energy binding values of -7.3892 kcal/mol, -7.3456 kcal/mol, -7.3122 kcal/mol, and -7.2373 kcal/mol, respectively. Meanwhile, for serotype 18, the mseq 95, 69, 76, and 68 were obtained with energy binding values of -6.2324 kcal/mol, -6.1602 kcal/mol, -6.0606 kcal/mol, and -6.0266 kcal/mol, respectively. This indicates a significant improvement in energy binding and a higher number of interactions compared to before modification, where the energy binding values were -5.6250 kcal/mol for serotype 16 and -4.6169 kcal/mol for serotype 18."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Berbagai jenis vaksin telah banyak dikembangkan untuk mengatasi dan mencegah penularan penyakit infeksi. Beberapa pendekatan teknologi perancangan vaksin telah telah mengalami perkembangan yang cukup pesat untuk mengatasi masalah-masalah yang berhubungan dengan kerumitan penanggulangan penyakit infeksi. Vaksin generasi pertama yang menggunakan mikroba patogen yang dilemahkan telah banyak
digunakan, namun karena pertimbangan keamanan dari vaksin generasi pertama ini maka vaksin generasi kedua yang menggunakan mikroba patogen yang dimatikan, telah dikembangkan. Demikian pula dengan vaksin generasi ketiga yaitu vaksin rekombinan yang terdiri dari protein yang dimurnikan telah dikembangkan dan digunakan. Kemajuan dalam bidang biologi molekuler dan rekayasa genetika telah memungkinkan untuk mengembangkan vaksin generasi keempat yaitu vaksin DNA. Dalam review ini akan dibahas tentang konstruksi dan elemen genetik vaksin DNA, keuntungan dan berbagai kemajuan yang telah dicapai dalam penelitian tentang vaksin DNA.

Abstract
Vaccines have been developed for a range of different infectious diseases. The complexity of microbial infections requires novel approaches to vaccine design. The first-generation of vaccines were live attenuated pathogens. Because of safety concerns, the second-generation of vaccines, chemically or physically inactivated pathogens were later developed. Purified or synthetic proteins represent a third generation, and recent advances in molecular biology and genetic engineering have led to the development of
the fourth vaccine generation, which includes DNA and virus vector-based vaccines. This review discusses on the genetic elements and construction of DNA vaccines, comparison of DNA vaccines and conventional vaccines, the benefits and limitations of DNA vaccines, and the advances of genetic vaccine development over the last
decade."
[Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, Universitas Indonesia], 2009
pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>