Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 10950 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Azka Azkia Asy Syaukani
"YouTube merupakah salah satu situs web akses terbuka yang saat ini banyak digunakan oleh masyarakat untuk berbagi informasi. Di antaranya dilakukan oleh Koi melalui kanal YouTube Sepulang Sekolah. Khususnya segmen Learning By Googling. Segmen ini menyajikan informasi mengenai politik, sejarah, kesehatan, budaya, geografi, film, kepercayaan, mitologi, pendidikan, supernatural dan lainnya. Segmen ini banyak diminati oleh masyarakat, ditunjukkan dengan data satu video dapat ditonton sebanyak lebih dari 1 juta kali dan komentar lebih dari 2 ribu komentar. Banyaknya jumlah putar dan komentar yang diberikan dapat diasumsikan bahwa segmen Learning By Googling memuat konten yang menarik minat dan bermanfaat bagi banyak pengguna atau memiliki tampilan audiovisual yang menarik. Hal tersebut menarik untuk diteliti. Penelitian dilakukan dengan pendekatan kualitatif deskriptif dengan mengamati tampilan dan segmen Learning By Googling dengan perspektif elemen multimedia yang meliputi teks, grafis, audio, animasi, dan video. Metode dilakukan dengan pengamatan secara langsung oleh peneliti dan membandingkan dengan pendapat audien. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa dari tinjauan teks segmen Learning By Googling typeface sans serif digunakan di seluruh video termasuk pada thumbnail. Dari sisi grafis bitmap menjadi penggunaan utama di seluruh video sedangkan vektor hanya digunakan di beberapa video. Pada elemen audio menggunakan dua jenis sound effect dan background music pada seluruh video. Audio pada akhir video menggunakan lagu berjudul Lagu Majas oleh Alys. Animasi segmen Learning By Googling banyak terdapat pada latar pergantian sub judul seperti menggunakan kolase grafis dan efek zoom in. Video merupakan elemen utama segmen Learning By Googling. Seluruh video memiliki resolusi mencapai 1080p sehingga video segmen Learning By Googling memiliki ketajaman yang tinggi.

YouTube is an open access website that is currently widely used by the public to share information. Among them is done by Koi through the Sepulang Sekolah YouTube channel. Especially the Learning By Googling segment. This segment provides information on politics, history, health, culture, geography, films, beliefs, mythology, education, and the supernatural. This segment is in great demand by the public, as indicated by data that one video can be watched more than 1 million times and comments of more than 2 thousand comments. The large number of plays and comments given can be assumed that the Learning By Googling segment contains content that is interesting and useful for many users or has an interesting audiovisual appearance. This is interesting to research. The research was conducted with a descriptive qualitative approach by observing the appearance and segments of Learning By Googling with the perspective of multimedia elements which include text, graphics, audio, animation, and video. The method is carried out by direct observation by researchers and comparing with the opinions of the audience. The results of the study reveal that from a review of the text of the Learning By Googling segment, the sans serif typeface is used throughout the video, including the thumbnails. From a graphic standpoint, bitmaps are the main use in all videos while vectors are only used in some videos. The audio element uses two types of sound effects and background music throughout the video. The audio at the end of the video uses a song called Lagu Majas by Alys. There are many animations of the Learning By Googling segment on the background of changing subtitles, such as using graphic collages and zoom in effects. Video is the main element of the Learning By Googling segment. All videos have a resolution of up to 1080p so the Learning By Googling video segment has high sharpness."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Zilqo Ado Julio Habe
"Youtube merupakan salah satu sumber informasi pembelajaran alternatif yang tersedia didalam internet. Terdapat berbagai macam bentuk media penyampaian informasi yang tersedia didalamnya, baik secara audio, visual, maupun audio-visual. Khan Academy adalah salah satu contoh penyedia informasi pembelajaran berbentuk audio-visual yang terdapat dalam website youtube, yang pertama kali dibuat pada tahun 2008. Jurnal ini bertujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan apakah konten pembelajaran yang disediakan oleh Khan Academy bersifat informatif serta dapat dipahami secara jelas oleh mahasiswa sebagai salah satu sumber informasi pembelajaran alternatif yang mereka gunakan. Metode yang digunakan dalam jurnal ini adalah studi literatur dimana penulis mengobservasi konten audio-visual pada kanal pembelajaran Khan Academy sebagai contoh utama terkait keberadaaan sumber informasi pembelajaran tersebut dapat dipahami secara jelas dan informatif untuk mahasiswa, berdasarkan teori media richness dan standar konten informasi pembelajaran audio-visual yang bermanfaat dan informatif untuk mahasiswa. Penulis menemukan bahwa keberadaan konten video dalam kanal pembelajaran pada website youtube merupakan suatu hal yang dapat digunakan oleh mahasiswa sebagai salah satu sumber pembelajaran akademis alternatif oleh mereka, hal ini didasarkan oleh observasi konten audio-visual pada kanal Khan Academy yang telah sesuai dengan empat aspek dalam teori richness serta memenuhi standar konten informasi pembelajaran yang bermanfaat dan informatif untuk mahasiswa.

Youtube is one of alternative learning information that is available on the internet. There are many forms of media that is used to deliver information that is available inside, be it by audio form, visual form, or audio-visual form. Khan Academy is one of the example of audio-visual learning information provider on youtube, which was first created back in 2008. This journal aims to observe and describe whether the learning content provided by Khan Academy is informative enough and can be clearly understood by students as one of alternative sources for learning information the student use. The method used in this journal is a literature study in which which the author observes audio-visual content on the Khan Academy learning channel as the main example regarding the existence of learning information sources that can be understood clearly and informatively for students, based on richness media theory and standard audio-learning information content. useful and informative visuals for students. The author found that the existence of video content in the learning channel on the YouTube website is something that can be effectively used by students as their alternative source of academic learning information. This is based on the result of the observation of the audio-visual content that Khan Academy delivers is in accordance with the four main aspects of media richness theory and fulfill the standards for clear and informative audio-visual learning information content for students."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2020
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Fabian Raffa Reyhan
"Recaps film adalah salah satu jenis konten yang dapat dibuat oleh para creator YouTube untuk mendapatkan uang atau keuntungan dari sistem monetisasi yang disediakan oleh YouTube. Saqahayang adalah salah satu creator yang membuat jenis konten ini pada kanal YouTube-nya. Recaps film sendiri dapat di definisikan sebagai suatu konten penceritaan kembali suatu film/serial yang sedang atau sudah tayang di publik, dengan menggunakan narasi pembuat konten sendiri serta menggunakan unsur audio dan visual dari film atau serial yang dijadikan subjek yang memiliki sifat ‘pengganti’, dimana penonton atau calon penonton suatu film dapat menonton dan mengerti isi dari suatu film dalam waktu 15 sampai 30 menit tanpa harus menonton film yang dijadikan subjek secara keseluruhan di bioskop atau layanan streaming. Walaupun YouTube sebagai penyedia platform sudah memiliki aturan tentang larangan penggunaan karya orang lain tanpa ijin pengguna, pelanggaran mengenai hal tersebut masih kerap terjadi. Mengacu pada Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta, pembuatan konten berjenis recaps film yang dibuat oleh Saqahayang memiliki potensi pelanggaran Hak Cipta. Tindakan yang dilakukan Saqahayang juga tidak dapat dikategorikan sebagai ‘penggunaan yang wajar’ karena terdapat kepentingan ekonomi pencipta cuplikan film atau serial yang dirugikan. Sebagai bentuk tanggung jawab dan cara untuk menanggulangi permasalahan tersebut, YouTube memiliki Formulir Web DMCA Publik, Copyright Match Tool, dan Content ID yang dapat membantu dan melindungi pencipta dan para pemilik hak cipta. Dengan menggunakan metode penelitian yuridis normative, tulisan ini akan menganalisis mengenai bentuk pelanggaran hak cipta yang dilakukan oleh Saqahayang dan bagaimana bentuk tanggung jawab hukum YouTube sebagai penyedia platform.

Film recaps are one type of content that can be created by YouTube creators to earn money or profit from the monetization system provided by YouTube. Saqahayang is one of the creators who produces this type of content on their YouTube channel. Film recaps can be defined as a retelling of a movie/TV series that is currently airing or has already been released to the public, using the creator's own narration and incorporating audio and visual elements from the film or series being discussed. It serves as a 'substitute' that allows viewers or potential viewers to understand the content of a film within 15 to 30 minutes, without having to watch the entire film in theaters or on streaming services. Although YouTube, as a platform provider, has rules against the unauthorized use of others' work, violations still occur frequently. Referring to Law Number 28 of 2014 concerning Copyright, the production of film recap content by Saqahayang has the potential to infringe on Copyright. Saqahayang's actions cannot be categorized as 'fair use' because they economically affect the creators of the film or series excerpts. As a form of responsibility and a way to address this issue, YouTube provides the Public DMCA Web Form, Copyright Match Tool, and Content ID to assist and protect creators and copyright owners. Using a normative juridical research method, this paper will analyze the forms of copyright infringement committed by Saqahayang and the legal responsibilities of YouTube as a platform provider."
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hutagalung, Brigitta Naomi
"Penelitian ini menjawab pertanyaan bagaimana konstruksi hukum konten YouTube sebagai jaminan fidusia serta permasalahan dan keterbatasan apa saja dalam peraturan perundang-undangan yang ada saat ini dalam menerima konten YouTube sebagai jaminan fidusia. Pertanyaan ini dilatarbelakangi perkembangan bahwa aset tidak berwujud yang ditransaksikan dalam ruang siber memiliki nilai ekonomi. Nilai ekonomi ini membuka peluang dibebankannya aset tidak berwujud sebagai objek jaminan. Konten Youtube sebagai suatu objek jaminan merupakan topik yang menarik perhatian di Indonesia, khususnya sejak tahun 2022. Penelitian ini menggunakan metode penelitian doktrinal dengan didukung wawancara dari beberapa narasumber yang bergerak dibidang perbankan, industri kreatif, dan data. Berdasarkan hasil penelitian, konten YouTube merupakan dokumen elektronik yang memiliki nilai ekonomi. Konten YouTube dapat dikategorikan sebagai aset digital. Konten YouTube juga merupakan karya cipta berupa video yang dilindungi oleh hak cipta. Berdasarkan kedua karakteristik tersebut, jaminan fidusia dengan skema pembebanan kekayaan intelektual lebih tepat dan praktis untuk diterapkan. Konstruksi hukum dalam pembebanan konten YouTube sudah cukup memadai didukung dengan disahkannya Peraturan Pemerintah Nomor 24 tahun 2022 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2019 tentang Ekonomi Kreatif. Namun, lembaga keuangan belum cukup percaya diri dalam menerima konten YouTube sebagai objek jaminan. Salah satu alasannya ialah lembaga keuangan merupakan pihak yang menanggung resiko dari skema pembiayaan. Beberapa permasalahan hukum dalam menerima konten YouTube sebagai jaminan fidusia antara lain, nilai dan valuasi konten YouTube, eksekusi konten YouTube belum didukung dengan pasar sekunder kekayaan intelektual, serta keberadaan konten Youtube dalam sistem elektronik dan ruang siber yang membuka kemungkinan terhapusnya konten yotube serta kejahatan siber berupa peretasan.

This study answered the legal concept regarding YouTube content as a fiduciary guarantee and the legal problems and limitations that the existing laws and regulations encounter in accepting YouTube content as a fiduciary guarantee. These questions are raised to respond to the development that intangible assets transacted in cyberspace have significant economic value. Such a value could open up opportunities for imposing intangible assets as collateral objects. YouTube content is an electronic document stored in YouTube’s server. YouTube content as an object of collateral has been an emerging topic since 2022. This research attempted to explore the opportunities of YouTube as a fiduciary guarantee. In this study, the author uses a doctrinal research method supported by interviews from several sources engaged in banking, creative industries, and data. The study concluded that Youtube content as an electronic document with economic value can be categorized as digital goods. YouTube content also contains copyrighted works in the form of videos protected by the copyright regime. Based on these two characteristics, the legal construction of fiduciary guarantees is more accurate and practical. The legal construction in imposing YouTube content is sufficiently supported by the promulgation of Government Regulation Number 24 of 2022 concerning Regulations for Implementing Law Number 24 of 2019 concerning the Creative Economy. However, financial institutions are not confident enough to accept YouTube content as collateral. One reason is that financial institutions are the party that bears the risk of this financing scheme. Some of the risks in imposing YouTube content as fiduciary guarantees include the diversity of types of copyrighted works, the diversity of monetization values, the secondary market for intellectual property is not yet supported, the valuation of YouTube content, and the existence of YouTube content in electronic systems and cyberspace which opens up the possibility of YouTube content being deleted and cybercrime in the form of hacking."
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dimas Indiarto Sumiko
"Penggunaan Youtube sebagai sumber informasi meningkat khususnya dalam konteks ketika konsumen ingin membeli sesuatu. Penelitian ini bertujuan untuk memahami pengaruh konten rekomendasi produk di Youtube untuk meningkatkan niat membeli secara impulsif produk yang direkomendasikan. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Kuesioner digunakan sebagai instrumen untuk pengumpulan data. Responden yang dilibatkan dalam penelitian ini adalah 338 pengguna Youtube di Indonesia yang menonton saluran Youtube GadgetIn setidaknya di tahun lalu. Data diproses menggunakan metode Structural Equation Modeling (SEM) dan menggunakan perangkat lunak Lisrel 8.0. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa karakteristik sinyal tertentu memiliki efek pada kepercayaan pada merekomendasikan dan kasih sayang produk untuk menciptakan perilaku pembelian impulsif pelanggan.

The use of Youtube as source of information is increasing specially in a context when consumers want to buy something. This study aims to understand the effect of product recommendation content on Youtube to increase the intention to buy impulsively the products recommended. This study uses a quantitative approach. The questionnaire is used as an instrument for data collection. Respondent who were included in this study are 338 Youtube users in Indonesia who watched GadgetIn Youtube channel at least in last year. Data is processed using the Structural Equation Modeling SEM method and using Lisrel 8.0 software. The result of the study concluded that certain signals characteristics have an effect on trust in recommender and product affection in order to create an impulsive buying behaviour of customers."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Luthfia Amaris Zahra
"At the beginning of the Covid-19 pandemic, an Australian YouTuber specialising in women's fitness, Chloe Ting, gained a significant audience because of her workout routines on her website and YouTube account. The workout program she created promises her audiences to lose fat in specific areas of the body parts—also known as spot training—in a short period. Some of Ting's video titles are "Get Abs in Two Weeks | Abs Workout Challenge," "Tiny Waist & Round Butt Workout | At Home Hourglass Challenge," and "Hips Dips Workout | 10 Min Side Booty Exercises At Home Hourglass Challenge", these videos could play a role in promoting a negative body image for women. Owing to the misrepresentation of body image in the media industry, women of all ages are often exposed to quite a number of body standards or body images, stating that they have to look in a particular shape to be considered "beautiful" by society. To test the hypothesis that Chloe Ting's videos have a role in promoting negative body image, qualitative research, content analysis, and sentiment analysis will be conducted on three of the selected videos on Chloe Ting's YouTube channel. The gathered data will be analysed by relating it to the first three stages of sociocultural models. Based on the selected comments, there are no indications that Chloe Ting is disseminating unfavourable ideas that women should have a particular body type. Additionally, Chloe Ting's audience does not appear to have any negative emotions regarding the content.

Di awal pandemi Covid-19, YouTuber Australia berfokuskan kebugaran wanita, Chloe Ting, mendapatkan banyak penonton karena video olahraga di situs dan akun YouTube-nya. Program olahraga yang dia buat menjanjikan penonton untuk menghilangkan lemak di area tertentu di bagian tubuh—juga dikenal sebagai spot training—dalam waktu singkat. Beberapa judul video Ting adalah “Get Abs in Two Weeks | Abs Workout Challenge”, “Tiny Waist & Round Butt Workout | At Home Hourglass Challenge” dan “Hips Dips Workout | 10 Min Side Booty Exercises At Home Hourglass Challenge”, video-video ini dapat berperan dalam mempromosikan citra tubuh yang negatif bagi wanita. Akibat misrepresentasi wanita dalam industri media, perempuan segala usia seringkali dihadapkan pada sejumlah standar atau citra tubuh yang menyatakan bahwa mereka harus berpenampilan tertentu agar dianggap “cantik” oleh masyarakat. Untuk menguji hipotesis bahwa video Chloe Ting memiliki peran dalam mempromosikan citra tubuh yang negatif, penelitian kualitatif serta analisis konten akan dilakukan pada tiga video YouTube milik Chloe Ting yang memenuhi kriteria penelitian. Data yang terkumpul akan dianalisa juga dengan mengaitkan tiga tahapan pertama model sosiokultural. Berdasarkan komentar yang dipilih, tidak ada indikasi bahwa Chloe Ting menganjurkan wanita harus memiliki tipe tubuh tertentu. Selain itu, penonton Chloe Ting tampaknya tidak memiliki emosi negatif terkait konten tersebut.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2022
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Alyssa Melita Rahmat
"Boneka Barbie selalu dikaitkan dengan hal-hal yang negatif dikarenakan standar kecantikan dan penampilannya yang tidak realistis. Oleh karena itu, Mattel membentuk sebuah kampanye baru, “You Can Be Anything”, dengan tujuan memotivasi para perempuan untuk bermimpi besar dan menjadi apapun yang mereka impikan. Salah satu cara untuk menyebarluaskan kampanye ini adalah dengan mengunggah beberapa video ke dalam channel YouTube Barbie. Artikel ini mendiskusikan bagaimana warna merah muda tidak hanya digunakan sebagai penanda feminitas tetapi juga sebagai pesan pemberdayaan. Akan tetapi, pesan ini justru menjadi ambigu terhadap tujuan dari kampanye ini. Maka, dengan menggabungkan analisis bagaimana pemberdayaan tersalur melalui program pembinaan perempuan dan konsep konotasi dan denotasi oleh Roland Barthes, artikel ini menunjukan bahwa kampanye YCBA menggambarkan keambiguitasan pada pemberdayaan perempuan, yang merupakan target utama pemasaran Barbie, dan kampanye ini juga menekankan bahwa perempuan masih membutuhkan kesetaraan di tempat kerja mereka maupun karir lainnya. Selain itu, artikel ini juga menemukan beberapa hal dalam kampanye Barbie yang menunjukan bahwa terkadang para perempuan tetap dipandang rendah dan masih didominasi oleh nilai-nilai patriakal.

The famous Barbie doll stereotypically being seen with negativity due to its unrealistic beauty standard and appearance. Therefore, Mattel created a new campaign, “You Can Be Anything”, to encourage young girls to have big dream and be whatever they want to be. One of the ways in which this campaign is being disseminated is by uploading the videos on the company’s YouTube channel. This article explores how the color pink is not only utilized as a signifier of femininity but also carries a message of empowerment. This eventually leads to an ambiguous interpretation of the campaign’s mission. Combining an analysis on how female empowerment works in this campaign through the depiction of female mentorship program and the concept offered by Roland Barthes on the level of connotation and denotation, the findings show that this YCBA campaign ambiguously portrays empowerment for young girls, which are the target markets of Barbie, and emphasizes on how girls are still in need of equality in the work place or any careers in general. However, there are still moments of disempowerment in which the campaign affirms to the dominant patriarchal values."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2019
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Zenobia Zettira
"Latar belakang: Bau mulut merupakan kondisi yang umum terjadi dan dapat berdampak negatif pada kualitas hidup seseorang. Melalui YouTube, banyak orang dapat mengakses informasi kesehatan gigi dan mulut.
Tujuan: Untuk menganalisis kualitas informasi, kelengkapan konten, dan reliabilitas video YouTube mengenai bau mulut berbahasa Indonesia.
Metode: Studi cross-sectional yang mengikuti petunjuk PRISMA flow diagram. Total terdapat 300 video dengan 3 kata kunci pencarian, yaitu “Bau mulut”, “Bau napas tidak sedap”, dan “Bau mulut busuk”. Semua video dicatat jumlah likes, dislikes, views, hari sejak upload, durasi, interaction index, viewing rate, dan kategori sumber (healthcare professional, pribadi, edukasi, profit companies). Video score digunakan untuk menilaii kualitas informasi, kelengkapan konten dan untuk mengkategorikan video menjadi "poor", “good", dan "excellent". DISCERN digunakan untuk menilai reliabilitas video.
Hasil: Dari 105 video yang dianalisis, sebanyak 68 video (64,8%) diunggah oleh pengguna pribadi. Secara umum, video dikategorikan “buruk” dan realibilitasnya rendah. Video yang bersumber dari healthcare professional menunjukkan kualitas, kelengkapan konten, dan reliabilitas informasi yang paling tinggi. (p<0,05, uji Kruskal Wallis). Tidak ada perbedaan signifikan dalam jumlah views pada video berdurasi kurang dari dan lebih dari 4 menit. Terdapat perbedaan yang signifikan pada jumlah views video kurang dari dan lebih dari 6 menit. (p<0,05, uji Mann Whitney). Semakin lama durasi maka semakin tinggi kualitas dan reliabilitas video, tetapi semakin sedikit ditonton.
Kesimpulan: Dalam penelitian ini, video mengenai bau mulut yang baik adalah yang diunggah oleh healthcare professional. Secara umum, video YouTube mengenai bau mulut dikategorikan “poor” menurut kualitas dan kelengkapan kontennya. Pengguna YouTube cenderung menyukai video berkualitas rendah dibandingkan berkualitas tinggi yang menggambarkan bahwa penonton tidak dapat membedakan antara konten yang reliabel dan berpotensi bias.

Background: Bad breath is a common condition and can harm the quality of life. Through YouTube, many people can access oral health information.
Objective: To analyze the quality of information, comprehensiveness of the content, and YouTube video’s reliability regarding bad breath in Indonesian.
Methods: A cross-sectional study that following PRISMA flow diagrams. Total of 300 videos were collected based on three search keywords, "Bad breath", "Unpleasant breath", and "Oral malodor". All videos are recorded the number of likes, dislikes, views, duration, interaction index, viewing rate, and source category (healthcare professional, personal, education, and profit companies). Video scores represent the value of information quality, comprehensiveness of content, and to categorize videos as "poor”, “good," and "excellent". DISCERN was used to assess video reliability.
Results: From the 105 videos analyzed, 68 (64.8%) were uploaded by personal users. In general, videos are categorized as "poor" and have low reliability. Videos sourced from healthcare professionals show the highest quality, comprehensiveness of the content, and reliability (p <0.05, Kruskal Wallis test). There’s no significant difference in the number of viewers for video’s duration less than and more than 4 minutes. But, there’s a considerable difference in the number of viewers for video’s duration less than and more than 6 minutes (p <0.05, Mann Whitney test). The longer the duration, the higher the video's quality and reliability, but the less watched.
Conclusion: In this study, videos were categorized as “good” uploaded most by healthcare professionals. In general, YouTube videos about bad breath were categorized as “poor” according to the quality and comprehensiveness of the content. YouTube users tend to like lower quality videos over high quality which illustrates that viewers cannot differentiate between reliable and potentially biased content.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Parningotan, Arthur Holong
"Sebagai salah satu sumber video online yang paling besar, YouTube menjadi sangat populer dan banyak orang mulai membuat video yang menghibur dan menarik banyak penonton. Fenomena ini juga didukung oleh YouTube dengan cara memberi dukungan terhadap pengguna untuk membuat video di sosial media YouTube. YouTube memberikan banyak fasilitas seperti video editor, musik gratis dan bahkan studio di beberapa kota, selain itu penghargaan juga diberikan kepada pengguna yang sudah mendapatkan pelanggan dalam jumlah tertentu. Dengan jumlah pembuat video di YouTube yang terus bertambah, perusahaan mulai melakukan promosi melalui video YouTube yang dibuat oleh penggguna.
Penelitian ini mempelajari tentang dampak dari pemasaran melalui YouTube yang berasal dari pengguna terhadap perilaku konsumen. Identifikasi faktor-faktor dilakukan dengan mempelajari beberapa penilitian yang terkait. Faktor-faktor tersebut dikelompokkan menjadi dua faktor, faktor konten yang berasal dari pengguna dan faktor perilaku konsumen. Faktor konten yang berasal dari pengguna yang terdiri dari keahlian, kepercayaan, kekayaan informasi dan valensi konten telah dihitung untuk menemukan relasi dengan perilaku intensi consumer yang terdiri dari intensi membeli dan kesediaan untuk berbagi.
Hasil dari penelitan ini menunjukkan bahwa keahlian, kepercayaan dan kekayaan informasi mempengaruhi intensi membeli, tetapi, valensi konten tidak mempengaruhi intensi membeli. Sementara itu, kesediaan untuk berbagi dipengaruhi oleh keahlian, kepercayaan, kekayaan informasi dan konten valensi. Tetapi, hanya keahlian dan kekayaan informasi yang mempengaruhi intensi membeli dan kesediaan untuk berbagi secara signifikan.

As the most online video source, YouTube is very popular and a lot of people trying to create entertain video on it. This phenomenon happened because YouTube try to encourage the user to create video on it. YouTube company gives facilities like video editor, free music, even studio in certain cities, and also, the reward given for user that get certain subscriber. With a lot of video creator on YouTube, brands start promoting through YouTube user videos.
This research studied about the impact of marketing from YouTube that generated by users or user generated content on consumer behavior. Moreover, after reviewed some previous research, factors were identified. Factors were divided into two, first, the user generated content and the next one is consumer behavior. For user generated content, expertise, trustworthiness, information richness and content valence was measured to find the relation with consumer intended behavior factors which are purchase intention and willingness to share.
The result shows that expertise, trustworthiness and information richness affect purchase intention, but content valence does not affect purchase intention. Meanwhile, willingness to share is affected by expertise, trustworthiness, information richness and content valence. However, only expertise and information richness affect either purchase intention or willingness to share significantly.
"
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2017
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Josua Steven Mangara
"ABSTRAK
Bagian1 :Analisis SituasiEksistensi lagu daerah di Indonesia di masyarakat Indonesia tidak sebaik lagu populer. Hal ini dapat dilihat dari banyak media yang menyajikan lagu populer dibandingkan lagu daerah. Untuk mengatasi hal tersebut, perlu adanya sebuah media yang dapat mempromosikan lagu daerah kepada masyarakat Indonesia bahkan sampai masyarakat global. Hasil riset membuktikan bahwa hal ini dapat terwujud menggunakan media YouTube dengan konten berbasis video klip musik lagu daerah.Bagian 2 :Tujuan dan ManfaatTujuan utama dari pembuatan prototipe ini adalah menumbuhkan rasa nasionalisme dengan mengingatkan kembali kebudayaan Indonesia serta bermanfaat sebagai jembatan kebudayaan antara Indonesia dengan masyarakat global.Bagian 3 :Prototipe yang DikembangkanVideo klip musik lagu daerah ini akan dibuat sebanyak 12 episode yang dikemas dalam sebuah kanal YouTube yang bernama Nusantara. Setiap episodenya akan mengangkat satu lagu daerah yang dikemas dalam bentuk sebuah video klip konseptual yang diangkat dari daerah yang berbeda-beda di Indonesia.Bagian 4 :Rencana EvaluasiEvaluasi dilakukan melalui observasi secara online dengan melihat index key performance yang dicapai serta survei online.Bagian 5 :AnggaranAnggaran yang diperlukan untuk memproduksi satu episodenya adalah Rp1.000.000,00 sehingga biaya untuk memproduksi 12 episode adalah Rp12.000.000,00. Perkiraan pendapatan minimal yang diperoleh dari tiap episode adalah Rp520.000,00.

ABSTRACT
Part 1 Situation AnalyzeThe existence of Indonesia rsquo s folk songs among Indonesian people is not as good as popular song. This can be seen from many media which presented popular songs rather than folk songs. To overcome, it is necessary to provide the media which can promote folk songs to Indonesian even to the global community. The research proves that it can be achieved by using YouTube as media which based on folk songs music clips.Part 2 Purposes and BenefitsThe main purposes of making this prototype are to grow a sense of nationalism by recalling the culture of Indonesia and can be the benefit as cultural bridge between Indonesia and the global community.Part 3 Prototype That DevelopedThe music clips of folk songs will be made up of 12 episodes which packed in a YouTube channel called Nusantara. Each episode will bring a folk song that brought in conceptual video from different places in Indonesia.Part 4 Evaluation PlanningEvaluation will be done through online observation by looking at the index key performance achieved and online survey.Part 5 BudgetThe budget needed to produce each episode is Rp1.000.000,00 so the production cost of 12 episode is Rp12.000.000,00. Estimated minimum income earned from each episode is Rp520.000,00. "
2017
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>