Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 207243 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Prisca Cynthia Limardi
"Kanker payudara (KPD) merupakan kanker dengan jumlah insidensi dan mortalitas tertinggi pada wanita di dunia dan Indonesia pada tahun 2020. Usaha pencarian biomarka tambahan dilakukan untuk membantu deteksi dini dan evaluasi prognosis. Sebelumnya, jumlah salinan DNA Mitokondria (mtDNA-CN) dan panjang relatif telomer (RTL) dari darah perifer ditemukan berasosiasi dengan peningkatan risiko KPD. Keduanya dapat dipengaruhi oleh perubahan sistemik, seperti stres oksidatif. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis asosiasi mtDNA-CN dan RTL dengan KPD di Indonesia. Penelitian kasus-kontrol ini melibatkan 209 subjek kontrol dan 197 subjek kasus yang berasal dari rumah sakit di 5 daerah di Indonesia (Jakarta, Semarang, Pekanbaru, Makassar, Kupang). Teknik qPCR digunakan untuk mengamplifikasi gen referensi (B2M), mtDNA (MT-TL1), dan telomer. Rasio mtDNA-CN dan RTL dihitung berdasarkan hasil perbandingan terhadap B2M. Asosiasi mtDNA-CN dan RTL dengan risiko dan prognosis KPD dianalisis menggunakan uji regresi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mtDNA-CN berasosiasi positif dengan RTL (p<0,025). MtDNA-CN yang lebih banyak dan RTL yang lebih panjang, serta kombinasi ‘tinggi-tinggi’ dari keduanya ditemukan berasosiasi signifikan dengan peningkatan risiko KPD pada kelompok usia <48 tahun (p<0,025). Selain itu, mtDNA-CN dan RTL berasosiasi signifikan dengan beberapa karakteristik klinis patologis KPD. MtDNA-CN dan RTL berpotensi digunakan sebagai biomarka risiko dan prognosis KPD.

In 2020, breast cancer has been the leading cause of cancer incidence and mortality among women globally, including in Indonesia. Additional biomarkers discovery were required for early detection and prognostic evaluation. Previously, the peripheral blood mitochondrial DNA copy number (mtDNA-CN) and relative telomere length (RTL) had been associated with elevated breast cancer risk. Both markers might be influenced by the change in systemic condition, such as oxidative stress. We aimed to investigate the associations between mtDNA-CN and RTL with breast cancer in Indonesia. A total of 209 controls and 197 cases from several hospitals in 5 locations in Indonesia (Jakarta, Semarang, Pekanbaru, Makassar, Kupang) were enrolled. The reference gene (B2M), mtDNA (MT-TL1), and telomeres were amplified using qPCR method. The mtDNA-CN and RTL ratio were calculated by comparing them to B2M and the associations were analyzed using regression test. The results showed a significant positive association between mtDNA-CN and RTL (p<0,025). Higher mtDNA-CN, higher RTL, and a ‘high-high’ combination were significantly associated with elevated breast cancer risk in group with age <48 (p<0,025). Both markers were also associated with several clinicopathological features. Therefore, mtDNA-CN and RTL might potentially be used as biomarkers for breast cancer risk and prognosis."
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rizki Sekar Arum
"Kanker payudara menjadi penyebab kematian utama akibat kanker pada wanita. Metastasis dan kekambuhan menjadi faktor penyebab utama kematian akibat kanker. Metastasis menyebabkan sel tumor menginvasi dan menyebar melalui pembuluh darah menuju organ tubuh lain dan resistensi disebabkan karena sel punca yang memiliki kemampuan untuk self-renewal. Gen EpCAM dan CD44 dilaporkan memiliki kaitan dengan kepuncaan sel kanker. Sampai saat ini, pengembangan pengobatan kanker payudara masih terus dilakukan. Penggunaan kultur primer dalam studi in vitro terus dikembangkan karena hasil kultur primer homogen dengan lingkungan kanker primer. Optimasi kultur primer masih perlu dikembangkan. Selain itu, untuk melihat kepuncaan sel kanker diperlukan studi ekspresi gen terkait sel punca, yaitu EpCAM dan CD44. Penelitian ini bertujuan untuk mengoptimasi kultur primer kanker payudara dan mendeteksi sel punca menggunakan gen EpCAM dan CD44. Sampel kanker payudara didapatkan dari 10 pasien RS Cipto Mangunkusumo. Sampel yang digunakan adalah sampel high proliferative dan low proliferative. Metode kultur primer yang digunakan adalah metode enzimatis dan eksplan. Pengamatan kultur sel dilakukan selama 30 hari. Pada pengamatan molekuler, jaringan asal kanker dan sel hasil kultur primer digunakan untuk melihat ekspresi gen menggunakan metode qPCR. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa metode yang berhasil untuk menumbuhkan sel kanker payudara adalah metode eksplan dan karakteristik sampel high proliferative. Sel sferoid (3D) didapatkan pada kultur kanker payudara. Hasil ekspresi gen menunjukkan ekspresi EpCAM dan CD44 tidak berbeda nyata (P>0,05) antara hasil kultur dan jaringan asal. Ekspresi gen yang tinggi diketahui berkorelasi dengan kehadiran sel punca

Breast cancer is the leading cause of death from cancer in women. Metastases and relapses are the main contributing factors to death from cancer. Metastases cause tumor cells to invade and spread through blood vessels to other organs of the body and resistance is caused due to stem cells having the ability to self-renew. The EpCAM and CD44 genes are reported to be associated with cancer cell stemness. To date, the development of breast cancer treatment is still being developed. The use of primary culture in in vitro studies continues to be developed because the results of the primary culture are homogeneous with the primary cancer environment. However, optimization of primary culture is still required to be developed. In addition, to see the cancer stemness, studies of stem cell-related gene expression are needed, namely EpCAM and CD44. This study aims to optimize the primary culture of breast cancer and detect stem cells using the EpCAM and CD44 genes. Breast cancer samples were obtained from 10 patients at Cipto Mangunkusumo Hospital. The samples used were high proliferative and low proliferative samples. The primary culture methods used were enzymatic and explanatory methods. Observation of cell cultures was carried out for 30 days. In molecular observations, cancer origin tissue and primary cultured cells were used to see gene expression using the qPCR method. The results obtained showed that the successful method for growing breast cancer cells is the explant method. Spheroid (3D) cells were obtained in breast cancer cultures. Gene expression results showed that EpCAM and CD44 expression did not differ significantly (P>0.05) between culture results and tissue origin. High gene expression is known to correlate with the presence of stem cells."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Miftahul Husna
"Kanker payudara merupakan salah satu penyebab kematian utama secara global, dengan angka kematian yang terus meningkat, khususnya pada wanita. Kasus kematian kanker payudara pada umumnya terjadi karena metastasis yang dipengaruhi oleh faktor Epithelial-mesenchymal transition (EMT). Zinc finger E-box binding homeobox 1 (ZEB1) diketahui berperan dalam proses deregulasi EMT. Penggunaan jaringan asli dan kultur primer dari pasien kanker payudara memainkan peran penting dalam memeriksa perilaku kanker payudara, khususnya proses migrasi sel dan karakterisasi molekuler. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi kultur eksplan dalam memprediksi kemampuan migrasi sel kanker payudara in vitro, serta analisis ekspresi gen ZEB1 dari penderita kanker payudara. Penelitian ini menggunakan jaringan dari penderita kanker payudara yang dikultur dengan metode eksplan dan diamati dibawah mikroskop, kemudian gen ZEB1 diisolasi dan dianalisis menggunakan qPCR. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sel BC02 yang dikategorikan ganas berdasarkan nilai imunohistokimia dan patologi anatomi, membutuhkan waktu kurang dari tujuh hari untuk bermigrasi dari tumor primer, sedangkan BC01 yang dikategorikan jinak membutuhkan waktu 21 hari. Laju migrasi sel dari jaringan diperkirakan bergantung pada status keganasan jaringan. Ekspresi gen ZEB1 pada jaringan dan hasil kultur primer tidak berbeda nyata (p>0.05). Ekspresi ZEB1 pada S04 dan S09 yang dikategorikan sel ganas berdasarkan nilai imunohistokimia dan patologi anatomi berkorelasi positif dengan kemampuan migrasi berdasarkan tingkat keganasan sel kanker payudara. Penelitian ini menunjukkan bahwa kultur eksplan dapat digunakan untuk mempelajari karakteristik migrasi sel kanker. Selain itu, berdasarkan penelitian ini diketahui adanya hubungan ekspresi ZEB1 dengan tingkat keganasan sel kanker.

Breast cancer is one of the leading causes of death globally, with cases of death increasing, especially in women. Cases of death in breast cancer occur due to metastases mediated by Epithelial-mesenchymal Transition (EMT) factors. Zinc finger E-box binding homeobox 1 (ZEB1) has been reported to play a role in the EMT deregulation process. The use of patient-derived primary cultures from breast cancer patients plays an important role in examining the behavior of breast cancer, in particular the process of cell migration and molecular characterization. This study aims to determine the potential of explant culture in predicting the migration ability of breast cancer cells in vitro, and molecular characterization by studying the expression of the ZEB1 gene in breast cancer patients. The results showed that BC02 cells took less than seven days to migrate from the primary tumor, while BC01 cells took 21 days. The rate of cell migration from the tissue was found to depend on the malignant status of the tissue. ZEB1 gene expression in tissue and primary culture were not significantly different (p>0.05). ZEB1 expression in S04 and S09 which were was positively correlated with migration ability based on the malignancy level of breast cancer cells. Furthemore, ZEB1 expression was found to be correlated with the grade of malignancy of breast cancer cells"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Silviatun Nihayah
"Pendahuluan: Tingkat kematian pasien kanker payudara menempati posisis tertinggi dunia dan umum terjadi pada wanita. TNBC merupakan jenis kanker payudara yang memiliki prognosis buruk. Selain tidak memiliki reseptor hormonal (ER, PR, dan HER2), TNBC memiliki kemampuan yang tinggi dalam mempertahankan hidup dan menolak apoptosis. Hal ini berkaitan dengan tingginya ekspresi gen Survivin, sebagai protein IAP (inhibitor apoptosis protein) yang berperan dalam menghambat apoptosis dan meningkatkan proliferasi. Studi terbaru menunjukkan bahwa CRISPR/Cas9 merupakan pendekatan yang sesuai untuk mengedit gen yang berpeluang besar dalam terapi kanker.
Bahan dan Metode: Sel TNBC BT549 yang telah ditransfeksi dengan Cas9 dan sgRNA. Analisis molekuler dimulai dengan analisis aktifitas pembelahan gen menggunakan (PCR), efisiensi pengeditan genom (Sanger Sequencing), ekspresi mRNA Survivin (qRT-PCR), dan analisis ekspresi protein Survivin (westernblot). Analisis fenotipe dilakukan dengan uji apoptosis (flowcytometry) dan proliferasi (tripan-blue exclusion assay). Analisis bioinformatika dilakukan dengan menganalisis struktur protein (PyMoL) dan analisis interaksi protein (Cytoscape).
Hasil: CRISPR/Cas9 berhasil menghilangkan fungsi gen Survivin pada sel TNBC BT549. Penurunan ekspresi mRNA dan protein Survivin signifikan, peningkatan apoptosis dan penghambatan proliferasi pada sel TNBC BT549.
Kesimpulan: Penelitian ini merupakan riset pertama kali yang berhasil membuktikan efek dari KO Survivin pada apoptosis dan proliferasi sel TNBC BT549.

Introduction: Breast cancer has the highest mortality rate in the world and is most common in women. TNBC is a type of breast cancer with a poor prognosis. TNBC, in addition to lacking hormonal receptors (ER, PR, and HER2), has a high ability to maintain life and resist apoptosis. This is due to the high expression of the Survivin gene, an apoptotic inhibitor protein that plays a role in inhibiting apoptosis and increasing proliferation. Recent research has shown that CRISPR/Cas9 is a suitable approach for gene editing with great potential in cancer therapy.
Materials and Methods: Cas9 and sgRNA were transfected into BT549 TNBC cells. Molecular analysis with PCR, genome editing efficiency (Sanger Sequencing), Survivin mRNA expression (qRT-PCR), and protein expression analysis (westernblot). Phenotypic analysis were carried out by apoptosis (flowcytometry) and proliferation (trypan-blue exclusion assay). Protein structure were studied using (PyMoL) and protein interaction (Cytoscape).
Results: CRISPR/Cas9 successfully eliminated the function of the Survivin gene in BT549 TNBC cells. Significant reduction in Survivin mRNA and protein expression, increased apoptosis, and inhibition of proliferation in BT549 TNBC cells.
Conclusion: This study is the first to demonstrate the effect of Survivin knockout on apoptosis and proliferation of TNBC BT549 cells.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Badru Kamal
"Telah dilakukan penelitian dengan tujuan melihat perbedaan jumlah salinan mtDNA pada ibu hamil malnutrisi sebelum dilakukan suplementasi dalam penelitian SUMMIT (Supplementation of multiple micronutrient intervention trial). Sampel yang digunakan berupa sampel darah kering dari penelitian SUMMIT yang berjumlah 72. Jumlah salinan mtDNA diestimasi dengan metode qPCR. Analisis statistik menunjukkan tidak ada perbedaan jumlah salinan mtDNA yang signifikan pada kelompok IFA dan MMN (p > 0,05), subkelompok BBLR dan BBLN kelompok IFA (p > 0,05), subkelompok BBLR dan BBLN kelompok MMN (p > 0,05), dan antar subkelompok (p > 0,05). Namun, hasil analisis rerata jumlah salinan mtDNA menunjukkan adanya indikasi awal perbedaan jumlah salinan mtDNA, dengan rerata jumlah salinan mtDNA kelompok MMN (28,57) > kelompok IFA (22,89) dan rerata jumlah salinan mtDNA subkelompok BBLR kelompok MMN (38,01) > subkelompok BBLR kelompok IFA (26,81). Walaupun demikian, hasil tersebut tidak konklusif karena secara statistik tidak menunjukkan signifikansi. Diperlukan jumlah sampel yang lebih banyak dan homogenisasi variabel lain yang dapat memengaruhi jumlah salinan mtDNA untuk penelitian selanjutnya.

This research aims to determine the variation of mtDNA copy number in undernourished pregnant mothers before supplementation in SUMMIT (Supplementation of multiple micronutrient intervention trial) study. Seventy-two of dried blood samples from SUMMIT study were used in this study and mtDNA copy number was estimated with qPCR method. Statistical analysis (U-Mann Whitney and Kruskal-Wallis) test showed no significant difference of mtDNA copy number between IFA and MMN group (p > 0,05), subgroup LBW and NBW in IFA group (p > 0,05), subgroup LBW and NBW in MMN group (p > 0,05), and among all subgroup (p > 0,05). However, the result of mean analysis indicated that mtDNA copy number had different means: mtDNA copy number in MMN group (28,57) > IFA group (22,89), meanwhile subgroup LBW in MMN group (38,01) > subgroup NBW in IFA group (26,81). These finding was still not conclusive due to the absent of statistical significant. More samples and consideration of other variables were needed for further study.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2014
S58419
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pitra Ariesta
"Penilaian morfokinetik embrio dipakai untuk seleksi embrio. Penelitian cohort ini bertujuan untuk evaluasi hubungan antara jumlah salinan mtDNA di cumulus granulosa cells (CGCs) dengan parameter morfokinetik embrio dan status kromosom. Perhitungan jumlah salinan mtDNA menggunakan real-time PCR pada 129 sample CGCs dari 30 pasien yang mengikuti program IVF-IMSI di Morula IVF Jakarta antara Juli-Oktober 2020. Hubungan antara jumlah salinan mtDNA di CGCs dengan semua parameter menggunakan analisa bivariate dan multiple. Terdapat hubungan signifikan antara jumlah salinan mtDNA di CGCs dengan pencapaian blastokista setelah dikontrol variabel usia maternal dan morfologi sperma (coefficient 0.832, p-value = 0.032, RR value 2.299). Hubungan signifikan pada jumlah salinan mtDNA di CGCs dengan fase awal perkembangan embrio M1 (t2-t8), dengan persamaan M1 adalah 5.702-0.271 jumlah salinan mtDNA di CGCs + 0.017 usia maternal + 0.013 motilitas sperma – 0.115 morfologi sperma (p-value = 0.032). Ditemukan hubungan tidak signifikan antara jumlah salinan mtDNA di CGCs dengan parameter morfokinetik lainnya (M2: tC-tEB, M3: t2-tEB, DC, RC, MN dengan P> 0.05), serta dengan status kromosom embrio (euploid: 139.44 ± 133.12, aneuploid: 142.40 ± 111.30, p= 0.806). Penelitian ini menunjukkan bahwa jumlah salinan mtDNA di CGCs merupakan biomarker untuk memprediksi pencapaian blastokista dan fase awal perkembangan embrio, tetapi tidak status kromosom.

This cohort study evaluates the association between the mtDNA copy number in cumulus granulosa cells (CGCs) with embryo morphokinetic parameters and chromosomal status. mtDNA copy number of 129 CGCs from 30 patients undergoing the IVF-IMSI program at Morula IVF Jakarta between July-October 2020 were analyzed using real-time PCR. Bivariate and multiple analyses were conducted to see its relationship with all parameters. There was a significant correlation between the mtDNA copy number and the blastocyst after adjusting the maternal age and sperm morphology (coefficient 0.832, p-value = 0.032, RR value 2.299). A significant link was observed between mtDNA copy number in CGCs and early embryo developmental phase M1 (t2-t8), with the equation of M1 is 5.702 - 0.271 mtDNA copy number of CGCs + 0.017 maternal age + 0.013 sperm motility -0.115 sperm morphology (p-value = 0.032). No correlation was found between the mtDNA copy number in CGCs with the other morphokinetic parameters (M2: tC-tEB, M3: t2-tEB, DC, RC, MN with p> 0.05), and the chromosomal status (euploid: 139.44 ± 133.12, aneuploid: 142.40 ± 111.30, p= 0.806). mtDNA copy number in CGCs can serve as a useful biomarker for blastocyst status and early embryo developmental phase but not for chromosomal status."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Thressia Hendrawan
"Latar belakang: Banyak studi menunjukkan latihan fisik memberikan efek positif pada metabolisme tubuh dan panjang telomer. Selain itu, diet juga memengaruhi dinamika panjang telomer sel darah putih. Tujuan penelitian ini adalah meneliti efek latihan fisik aerobik terhadap panjang telomer, kadar glukosa, trigliserida dan malondialdehida MDA pada subjek dengan diet tinggi lemak. Metode: Studi eksperimental menggunakan 12 tikus jantan 12 bulan yang dibagi dalam kelompok: 1 kontrol diet tinggi lemak 2 perlakuan diet tinggi lemak kaya minyak kedelai dan latihan aerobik . Latihan aerobik menggunakan treadmill 20 m/menit, 20 menit 5x/minggu . Pada minggu 0, 4 dan 8 dilakukan pengukuran ekspresi panjang telomer relatif sel darah putih dengan qRT-PCR, dan glukosa, trigliserida, dan MDA plasma dengan spektrofotometer. Hasil: Tidak ada perbedaan bermakna antara kadar glukosa, trigliserida dan MDA pada kedua kelompok. Terjadi penurunan kadar MDA pada kedua kelompok di minggu 8. Terdapat pemanjangan telomer relatif pada minggu 4 dan 8 di kedua kelompok jika dibandingkan dengan kelompok kontrol minggu 0, dengan laju pemanjangan yang tinggi pada kelompok kontrol di minggu 8. Kesimpulan : Delapan minggu latihan aerobik tidak mengubah glukosa dan trigliserida pada kondisi diet tinggi lemak kaya minyak kedelai. Diet tinggi lemak kedelai diduga menurunkan MDA pada kedua kelompok. Latihan aerobik selama 8 minggu menekan laju peningkatan panjang telomer relatif sel darah putih pada kondisi diet tinggi lemak kaya minyak kedelai.

Background Many study results show that physical activity and exercise has a positive effect to glucose, triglyseride, stress oxidative status, and telomere length. Several studies have also shown that leucocyte telomere length dynamics were influenced by various environmental factors such as lifestyle and diet. The aim of this study is to investigate the effect of aerobic exercise on telomere length in high fat diet rich in soybean oil condition. Methods This was an in vivo experimental study, using twelve 12 male rats 12 months old . They were divided into two groups n 6 1 control group high fat rich in soybean oil diet 2 treatment group high fat rich in soybean oil and aerobic exercise . The aerobic exercise was conducted using rat treadmill, 5x week, 20 m min for 20 minutes. After 4 and 8 weeks we compared the relative telomere length between control group and treatment group using qRT PCR and also measured glucose, triglyseride, and malondialdehyde MDA level with spectrophotometer. Results There was no significant difference between glucose, triglyceride and MDA levels in both groups. There was a significant decrease in MDA levels between weeks 0 and week 8 in both groups. There was a telomere lengthening in both groups at week 4 and even more significant telomere lengthening at week 8 in control group. Conclusions Aerobic exercise for 8 weeks does not change plasma glucose levels and triglycerides in high fat rich in soybean oil diet conditions. A decrease MDA in both groups probably caused by high fat diet rich in soybean oil. Aerobic exercise for 8 weeks can suppress the lengthening of telomere in high fat rich in soybean oil diet conditions. "
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Swandito Wicaksono
"Pendahuluan: Berdasarkan intensitas, durasi, dan bagaimana energi untuk kerja otot dihasilkan, latihan fisik dibagi menjadi latihan fisik aerobik dan anaerobik. Beberapa penelitian menunjukkan adanya hubungan antara latihan fisik dengan perubahan panjang telomer sel darah putih SDP , dan sel otot jantung. Pemendekan telomer SDP sering dihubungkan dengan penyakit kronik tidak menular, salah satunya penyakit kardiovaskular. Di Indonesia belum ada penelitian yang membandingkan pengaruh latihan fisik aerobik dan anaerobik terhadap perubahan panjang telomer SDP dan sel otot jantungTujuan: Membandingkan efek latihan fisik aerobik dan anaerobik terhadap perubahan panjang telomer SDP dan sel otot jantungMetode: Penelitian ini menggunakan 24 tikus putih jantan berusia 11-13 bulan, berat rata-rata 300 gram. Dibagi secara acak dalam 3 kelompok: 1 kontrol; 2 latihan fisik aerobik; 3 latihan fisik anaerobik. Latihan fisik dilakukan 5 kali/minggu selama 4 dan 12 minggu. Perhitungan panjang telomer relatif menggunakan Real-Time PCR.Hasil: Secara signifikan terdapat perbedaan panjang telomer relatif SDP kelompok aerobik 4 minggu dan 12 minggu dibanding kontrol 4 minggu p=0,012 dan p=0,009 . Tidak terdapat perbedaan bermakna kelompok anaerobik 4 dan 12 minggu dibanding kontrol 4 minggu p=0,208 dan p=0,141 . Tidak terdapat perbedaan bermakna panjang telomer relatif sel otot jantung kelompok aerobik maupun anaerobik dibanding kontrol.Kesimpulan: Latihan fisik aerobik memberikan efek lebih baik dibanding anaerobik dalam perubahan panjang telomer SDP. Sedangkan latihan fisik aerobik maupun anaerobik tidak mempengaruhi perubahan panjang telomer sel otot jantung.Kata Kunci: Latihan fisik aerobik, latihan fisik anaerobik, telomer, sel darah putih, sel otot jantung

Introduction Aerobic and anaerobic physical exercise are two types of physical exercise that differ based on the intensity, interval, and type of muscle fibers incorporated. Telomere length TL of leukocyte, a measure of replicative senescence, decreases with aging. Recent evidence supports that telomere length of leukocytes may be inversely correlated with the risk of several age related diseases. In Indonesia, there has been no specific research to find out the effect of aerobic and anaerobic physical exercise on changes in telomere length of leukocyte and cardiomyocyte.Methods This study was conducted on 24 male white rats Rattus norvegicus 250 300 grams age 11 13 months, randomly allocated into 3 groups 1 control 2 aerobic physical exercise APE and 3 anaerobic physical exercise AnPE . Physical exercise was performed 5 times a week, for 4 and 12 weeks. Measurement of relative telomere length using Real Time PCR.Result Relative leukocyte TL was found significantly longer in 4 and 12 weeks APE group compared to 4 week control p 0,012 and p 0,009 . Relative leukocyte TL was found not significantly different between 4 and 12 weeks AnPE group compared 4 weeks control group p 0,208 and p 0,141 . Cardiomyocyte relative telomere length APE and AnPE are no significantly better compare to control group.Conclusion Leukocyte TL is preserved in group of APE.Keywords Aerobic physical exercise, anaerobic physical exercise, telomere length, leukocyte, cardiomyocyte."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mona Dwi Hardika
"Latar Belakang/Tujuan: Premature cellular senescence yang sering dikaitkan pada kondisi Diabetes Mellitus tipe 2 (DMT2) dapat meningkatkan berbagai risiko penyakit terkait usia. Time restricted feeding sebagai contoh puasa Ramadhan ditengarai dapat menghambat proses penuaan. Sejauh ini, telah banyak studi yang menilai efek puasa
Ramadhan terhadap berbagai parameter metabolik dan antropometrik, namun belum ada studi yang mengevaluasi efek puasa Ramadhan terhadap biomarker aging yang dinilai melalui panjang telomer leukosit relatif (TLR).
Metode: Studi dengan desain potong lintang dan kohort retrospektif pada subjek DMT2
dan subjek non-DM berusia 40 – 60 tahun yang menjalani ibadah puasa Ramadhan setidaknya selama minimal 14 hari pada bulan Mei – Juli 2018 dan bulan Mei – Juli 2019. Perbedaan rerata panjang TLR antar subjek DMT2 dan non-DM dianalisis dengan
uji Mann Whitney sedangkan perbedaan rerata TLR pada subjek DMT2 yang berpuasa dianalisis dengan uji Wilcoxon.
Hasil: Pada 39 subjek DMT2 dan 36 subjek non-DM subjek DMT2 yang ikut dalam penelitian ini didapatkan pemendekan panjang TLR yang bermakna pada subjek DMT2
dibandingkan dengan subjek non-DM (0,436 (0,034 –1,472) vs 1,905 (0,615 –12,380), p =0,000) dan didapatkan pemanjangan panjang TLR yang tidak bermakna pada 48 subjek DMT2 yang menjalani puasa minimal 14 hari (0,391 (0,021 – 1,515) vs 1,117
(0,528 –1,741), p=0,112), namun bermakna secara klinis.
Kesimpulan: Pada subjek DMT2 terjadi pemendekan panjang TLR yang secara statistik bermakna dibandingkan subjek non-DM sedangkan pada subjek DMT2 yang menjalani puasa Ramadan didapatkan pemanjangan panjang TLR yang tidak bermakna
secara statistik namun bermakna secara klinis.

Background/Aim: Premature cellular senescence which is often associated with type 2
diabetes mellitus (T2DM) can increase the risk of various age-related diseases. Time
restricted feeding such as Ramadhan fasting hypotesized could delay the aging process.
So far, there have been many studies assessing the effects of Ramadan fasting on various metabolic and anthropometric parameters, but no studies have evaluated the effect of Ramadhan fasting on aging biomarkers assessed by the relative telomere leucocyte length.
Method: An observational comparative dan cohort retrospective study was conducted from May to July 2018 and May to July 2019 on 40 – 60 years old T2DM and non-DM subjects. The mean difference between TD2M and control was analysed using Mann Whitney test and the mean difference relative telomere length in subjects with T2DM who underwent at least 14 days of Ramadan fasting was analyzed using Wilcoxon test.
Results: A total of 36 subjects with type 2 diabetes dan 39 subjects non-DM who enrolled in this study, there were a significant decrease relative leucocyte telomere in
subjects with type 2, compared with controls (0,436 (0,034 – 1,472) vs 1,905 (0,615 – 12,380), p =0,000) but there were statitically insignificant but clinically significant increase relative leucocyte telomere in subject with type 2 diabetes who underwent Ramadhan fasting at least 14 days (0,391 (0,021–1,515) vs 1,117 (0,528–1,741), p=0,112.
Conclusions: In T2DM subjects, there were a statistically significant decrease relative
leucocyte telomere compared with controls while there were statitically insignificant but
clinically significant increase relative leucocyte telomere in subject with type 2 diabetes who underwent Ramadhan fasting.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Fauzi
"P. falciparum, salah satu parasit penyebab malaria, melekat pada plasenta dan menyebabkan kehamilan malnutrisi. Dampak buruknya ialah BBLR dan pemrograman janin yang meningkatkan risiko penyakit degeneratif di kemudian hari. Plasenta diduga akan beradaptasi terhadap kondisi malnutrisi dengan meningkatkan jumlah salinan mtDNA. Polimorfisme T16189C dilaporkan berasosiasi dengan jumlah salinan mtDNA, BBLR, dan penyakit degeneratif. Tujuan dari penelitian ini ialah untuk mengetahui asosiasi antara jumlah salinan mtDNA, berat lahir, dan polimorfisme T16189C di Timika, Papua, yang merupakan daerah endemik malaria. Jumlah salinan mtDNA diestimasi dengan metode qRT-PCR, sedangkan polimorfisme T16189C dideteksi dengan metode PCR-RFLP. Hasil analisis pada 52 sampel plasenta terinfeksi P. falciparum menunjukkan indikasi awal peningkatan rasio mtDNA terhadap berat lahir (r = 0,09, p = 0,521). Korelasi mtDNA dengan berat lahir ditemukan lebih kuat pada multigravida (r = 0,235) dibandingkan primigravida (r < 0,001). Diduga adaptasi berupa peningkatan rasio mtDNA dipengaruhi secara antagonis oleh komplikasi infeksi malaria. Frekuensi T16189C ditemukan pada 15 dari 126 sampel (12%). Tidak ditemukan asosiasi antara T16189C dengan berat lahir (p =0,57). Hal tersebut karena pengaruh T16189C tertutupi oleh infeksi malaria dan asupan nutrisi. T16189C ditemukan tidak berasosiasi dengan jumlah salinan mtDNA, namun wild-type T (r = 0,08) terindikasi berkorelasi lebih kuat dengan peningkatan mtDNA dibandingkan varian C (r = 0,01). Diperlukan jumlah sampel yang lebih banyak dan kontrol bebas infeksi malaria untuk studi selanjutnya.

Malaria parasite, P. falciparum, has the properties to sequester in the placenta, consequently cause malnutrition in pregnancy. It is suggested that the adverse effects are LBW and fetal programming leading to degenerative diseases in later life. It is hypothesized that placenta will adapt with malnutrition by increasing mtDNA copy number. T16189C is associated with mtDNA copy number, LBW, and degenerative diseases. The aim of this study was to elucidate the association between mtDNA copy number, birth weight, and T16189C in Timika, Papua, which enlisted as malaria endemic region. MtDNA copy number was determined using qRT-PCR, while T16189C polymorphism is detected using PCR-RFLP. Analysis of 52 falciparum-infected placenta samples indicated that mtDNA ratio increased proportionally with birth weight (r = 0,09, p = 0,521). Stronger correlation was found in multigravidae as compared to primigravidae, suggesting placental adaptation by increasing mtDNA copy number was influenced antagonistically by malaria infections. T16189C was detected in 15 of 126 samples (12%) but no association was found between T16189C and birth weight (p = 0,57). The presence of confounding factors, such as malaria infection and nutrition supply, might masked the effect of T16189C. The result showed no association between T16189C and mtDNA copy number, even though wild-type T (r = 0,08) showed stronger correlation with mtDNA copy number than variant C (r = 0,01). More samples and uninfected control are needed in futher study."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2013
S52841
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>