Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 150707 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sharon Hanandi
"Di Indonesia, penyakit infeksius, seperti diare memiliki prevalensi yang cukup tinggi, yaitu berada pada rentang 8–12,3% yang jika tidak ditangani dengan benar dapat menyebabkan kematian. Sabun cuci tangan cair antibakteri dapat digunakan untuk mencegah terjadinya penyebaran penyakit infeksius. Bahan aktif yang umum digunakan dalam sabun antibakteri adalah triklosan, tetapi triklosan memiliki kemampuan yang tidak jauh berbeda dari sabun biasa serta dapat menyebabkan resistensi. Nanopartikel perak (AgNP) memiliki kemampuan antibakteri yang lebih baik karena dapat menghancurkan bakteri dengan merusak dinding sel. AgNP mudah beragregasi sehingga dibutuhkan penstabil, yaitu polivinil alkohol (PVA). Penelitian ini bertujuan untuk membuat sabun cuci tangan cair antibakteri dan membandingkan efektivitasnya dengan sabun yang telah beredar. AgNP dibuat dengan menggunakan metode reduksi kimia antara perak nitrat dengan natrium borohidrida. Karakterisasi AgNP dilakukan dengan menggunakan spektrofotometer UV-Vis, PS, TEM, dan AAS. Formulasi sabun dievaluasi, meliputi uji organoleptis, pH, viskositas, kadar Ag, ketinggian busa, dan bobot jenis yang kemudian dilihat stabilitasnya selama 28 hari. Diperoleh nanopartikel perak berukuran 65,4 nm dengan nilai indeks polidispersitas 0,543, serapan UV pada panjang gelombang 404,2 nm, kadar Ag 39,405 mg/Kg, dan zeta potensial sebesar -22,25 mV. Formulasi sabun yang dibuat memenuhi kriteria Standar Nasional Indonesia (SNI) dan stabil selama 28 hari. Nilai koefisien fenol yang baik didapatkan pada F2, yaitu sebesar 0,1 pada S. typhi; 0,4 pada E. coli, dan 0,01 pada S. aureus dimana sabun ini memiliki efektivitas yang lebih tinggi pada E. coli dibandingkan dengan sabun yang telah beredar. Maka itu, F2 dapat dipertimbangkan sebagai alternatif sediaan sabun cuci tangan antibakteri.

In Indonesia, infectious diseases, such as diarrhea have a fairly high prevalence, in the range of 8–12.3% which if not handled properly can cause death. Antibacterial liquid hand soap can be used to prevent the spread of infectious diseases. The active ingredient commonly used in antibacterial soap is triclosan, but triclosan has the same abilities as ordinary soap and can cause resistance. Silver nanoparticles (AgNP) have better antibacterial ability because they can destroy bacteria by damaging its cell walls. AgNP is easy to aggregate, so a stabilizer is needed, namely polyvinyl alcohol (PVA). This study aims to made antibacterial liquid hand wash and compared its effectiveness with other hand wash that can be found in stores. AgNP was prepared using the chemical reduction between silver nitrate and sodium borohydride. AgNP characterization was carried out using UV-Vis spectrophotometer, PSA, TEM, and AAS. The soap formulations were evaluated, including organoleptic, pH, viscosity, Ag content, foam height, and density tests which were then examined for stability for 28 days. Silver nanoparticles size were 65.4 nm with a polydispersity index value of 0.543, UV absorption at a wavelength of 404.2 nm, Ag content 39.405 mg/Kg, and zeta potential of -22.25 mV. The soap formulation met the Standar Nasional Indonesia (SNI) criteria and was stable for 28 days. A good phenol coefficient value was obtained at F2, which was 0.1 on S. typhi; 0.4 on E. coli, and 0.01 on S. aureus. This sample has a higher effectiveness on E. coli compared to hand wash from stores. Therefore, F2 can be considered as an alternative for antibacterial hand wash."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anggi Maulida Dewi
"Nanopartikel perak (AgNP) telah banyak dilaporkan memiliki aktivitas terhadap bakteri. Aktivitas antibakteri nanopartikel perak tersebut dipengaruhi oleh ukuran, bentuk, dan muatan permukaan partikel. Penambahan penstabil dapat meningkatkan dan mempertahankan karakteristik tersebut, secara tidak langsung mempengaruhi aktivitas antibakteri dari nanopartikel perak. Dendrimer PAMAM merupakan makromolekul yang dapat digunakan sebagai penstabil dalam pembuatan nanopartikel perak. Disisi lain, PVA menjadi salah satu polimer yang telah banyak dikaji dan terbukti dapat menstabilkan nanopartikel perak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan membandingkan pengaruh penggunaan bahan penstabil yaitu dendrimer PAMAM G4 dengan PVA terhadap karakteristik nanopartikel perak dan aktivitas antibakterinya. AgNP disintesis dengan metode reduksi kimia larutan perak nitrat menggunakan natrium borohidrida sebagai reduktor. AgNP dikarakterisasi menggunakan spektrofotometri UV-Vis, Particle Size Analyzer (PSA), dan Transmission Electron Microscopy (TEM). AgNP terstabilisasi dendrimer PAMAM G4 dan PVA juga dilakukan pengujian terkait kemampuannya sebagai agen antibakteri terhadap bakteri E. coli dan S. aureus menggunakan teknik mikrodilusi. Berdasarkan waktu penyimpanan 0, 14, dan 28 hari, AgNP-PAMAM G4 menunjukkan hasil karakteristik fisikokimia yang paling baik dengan memiliki bentuk morfologi yang sferis, partikelnya berukuran antara 8,78 – 12,25 nm, spektrum serapan UV terjadi pada panjang gelombang 403-403,5 nm, indeks polidispersitas bernilai 0,167 – 0,185, serta zeta potensial berada pada rentang +14,65 - +29,3 mV. Hasil uji aktivitas antibakteri menunjukkan bahwa AgNP-PAMAM G4 memiliki nilai IC50 terendah yaitu berkisar antara 6,989 – 13,28 μg/mL dibandingkan dengan AgNP (49,09 – 79,99 μg/mL) dan AgNP-PVA (12,89 – 28,89 μg/mL). Berdasarkan hasil tersebut, AgNP-PAMAM G4 memiliki aktivitas antibakteri yang lebih kuat dibandingkan AgNP tanpa penstabil dan AgNP-PVA.

Silver nanoparticles (AgNP) have been widely reported to have activity against bacteria. The antibacterial activity of silver nanoparticles is influenced by the size, shape, and surface charge of the particles. The addition of stabilizer can improve and maintain these characteristics, indirectly affect the antibacterial activity of silver nanoparticles. Dendrimer PAMAM is a macromolecule that can be used as a stabilizer in the synthesis of silver nanoparticles. On the other hand, PVA is one of the polymers that has been widely studied and proved to stabilize silver nanoparticles. This study aims to determine and compare the effect of using a stabilizer, dendrimer PAMAM G4 with PVA on the characteristics of silver nanoparticles and their antibacterial activity. AgNP was synthesized by chemical reduction method of silver nitrate solution using sodium borohydride as a reducing agent. AgNPs were characterized using UV-Vis spectrophotometry, Particle Size Analyzer (PSA), and Transmission Electron Microscopy (TEM). AgNP stabilized by dendrimer PAMAM G4 and PVA were also tested for their ability as antibacterial agents against E. coli and S. aureus bacteria using microdilution technique. Based on storage time 0, 14, and 28 days, AgNP-PAMAM G4 showed the best physicochemical characteristics by having a spherical morphology, the particle size was between 8.78 – 12.25 nm, the UV absorption spectrum occurred at a wavelength of 403-403.5 nm, the polydispersity index was 0.167 – 0.185, and the zeta potential was in the range of +14.65 - +29,3 mV. The results of the antibacterial activity test showed that AgNP-PAMAM G4 had the lowest IC50 value, which ranged from 6.989 – 13.28 μg/mL compared to AgNP (49.09 – 79.99 μg/mL) and AgNP-PVA (12.89 – 28,89 μg/mL). Based on these results, AgNP-PAMAM G4 has stronger antibacterial activity than AgNP without stabilizer and AgNP-PVA."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurul Isti Amirtha
"ABSTRAK
Ekstrak kulit batang salam mengandung tanin dan flavonoid yang dapat menghambat pertumbuhan Staphylococcus aureus. Kemampuan senyawa tanin dan flavonoid dapat diformulasikan menjadi gel hand sanitizer. Tujuan penelitian adalah menentukan konsentrasi hambat minimal KHM ekstrak kulit batang salam, memformulasikan dan mengevaluasi gel hand sanitizer, serta mengetahui efektivitas gel terhadap bakteri di telapak tangan. Basis gel dioptimasi dengan membuat tiga perbandingan antara karbomer dan trietanolamin. Kemudian dipilih basis gel terbaik, diformulasikan dengan ekstrak kulit batang salam. Uji stabilitas fisik dilakukan terhadap gel hand sanitizer yang mengandung ekstrak kulit batang salam 4,04 F1 dan 7,77 F2 , disimpan pada suhu 4 2 C, 27 2 C dan 40 2 C selama 12 minggu. Efektivitas gel hand sanitizer F1 dan F2 diujikan pada telapak tangan 30 responden. Dari penelitian diperoleh nilai KHM ekstrak kulit batang salam adalah 3,12 . Berdasarkan optimasi basis gel, basis gel terbaik diperoleh dari perbandingan karbomer dan trietanolamin 1 : 4 dengan pH 5,50. Gel hand sanitizer F1 dan F2 menunjukkan stabilitas yang baik selama 12 minggu. Uji efektivitas gel hand sanitizer menunjukkan F2 cenderung menurunkan jumlah bakteri P= 0,125 lebih banyak dibandingkan F1 P= 1,000 . Berdasarkan uji hedonik, responden lebih menyukai gel hand sanitizer F2 dibandingkan F1. Berdasarkan keseluruhan hasil, gel hand sanitizer F2 lebih baik dibandingkan F2.

ABSTRACT
Salam bark extract contains tannins and flavonoids that can inhibit the growth of Staphylococcus aureus. The ability of two compounds can be formulated into hand sanitizer gel. The objectives of study were determining minimum inhibitory concentration MIC of salam bark extract, formulating and evaluating the hand sanitizer gel, as well as studying the gel effectiveness against bacteria on the palms. Gel base was optimized by preparing three formulas containing carbomer and triethanolamine in different ratio. The best gel formula was mixed with salam bark extract. Physical stability of hand sanitizer gel containing 4.04 F1 and 7.77 F2 salam bark extract was carried out at 4 2 C, 27 2 C, and 40 2 C for 12 weeks. The effectiveness of F1 and F2 hand sanitizer gel were examined on palms of 30 respondents. The results showed that MIC of salam bark extract was 3.12 . Based on the gel base optimization, the best gel base was containing carbomer and triethanolamine in the ratio of 1 to 4 with pH of 5.50. The F1 and F2 hand sanitizer gel gave good stability for 12 weeks. The antibacterial effectiveness study showed that F2 hand sanitizer gel tended to decrease amount of bacteria P 0.125 better than that F1 P 1.000 . Based on the hedonic study, F2 hand sanitizer gel was more preferred than F1. According to all of the results, it could be concluded that the F2 hand sanitizer gel was much better than the F1."
2017
S69785
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Frederick
"Penelitian mengenai koloid nanopartikel perak telah banyak dilakukan karakterisasinya. Koloid nanopartikel perak tersebut diharapkan dapat dijadikan sediaan inhalasi serbuk kering untuk terapi inhalasi. Penelitian ini dilakukan untuk membuat sediaan berupa nanopartikel perak (AgNP), nanopartikel perak dengan PVA (AgNP-PVA), dan. nanopartikel perak dengan PAMAM G4 (AgNP-PAMAM G4). Sediaan – sediaan tersebut dikarakterisasi untuk melihat bahwa sediaan tersebut dapat digunakan untuk terapi inhalasi. Larutan koloid nanopartikel perak dibuat dengan metode reduksi kimia, yaitu dengan mereduksi AgNO3 dengan NaBH4. AgNP memiliki ukuran partikel hidrodinamis, geometris, dan aerodinamis dengan ukuran masing – masing 14 nm, 10,547 nm, dan 485,4 nm. Ukuran partikel hidrodinamis, geometris, dan aerodinamis diperoleh masing - masing dengan pengujian Particle Size Analyzer (PSA), Transmission Electron Microscope (TEM), dan Andersen Cascade Impactor (ACI). Konsentrasi AgNP, AgNP-PVA, dan AgNP-PAMAM G4 diuji dengan Atomic Absorption Spectrophotometry (AAS) sebesar 42,36 ppm, 23,29 ppm, dan 13,80 ppm. Elemen perak (Ag) terkandung dalam seluruh jenis sampel AgNP dan pengujian dilakukan dengan alat Energy Dispersive X-Ray (EDX). Berdasarkan karakterisasi keseluruhan, dapat dikatakan bahwa AgNP-PAMAM G4 menunjukkan hasil yang baik dibandingkan hasil sampel lainnya.

The research about silver nanoparticles colloids has been carried out and has been charazterized. Silver nanoparticles colloids are expected to be used as dry powder inhaler for inhalation therapy. This research is carried out to make silver nanoparticles (AgNP), silver nanoparticles with PVA (AgNP-PVA), and silver nanoparticles with PAMAM G4 (AgNP-PAMAM G4). Samples will be characterized to see whether sample can be used for inhalation therapy. Silver nanoparticles colloids are made by chemical reduction method. That method is carried out by reducing AgNO3 with NaBH4. AgNP has hydrodynamic, geometric, and aerodynamic particle size in the amount of 14 nm, 10,547 nm, and 485,4 nm each. Hydrodynamic, geometric, aerodynamic particle size are obtained by particle size analyzer (PSA), Transmission Electron Microscope (TEM), and Andersen Cascade Impactor (ACI) each. AgNP, AgNP-PVA, AgNP-PAMAM G4 concentration are obtained by Atomic Absorption Spectrophotometry (AAS) in the amount of 42,36 ppm, 23,29 ppm, and 13,80 ppm each. Silver (Ag) element is contained in all types of silver nanoparticles sample and Energy Dispersive X-ray (EDX) is used it. Based on overall characteristics, AgNP-PAMAM G4 has shown better results than other samples."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pradita Ajeng Wiguna
"Radiokromik merupakan salah satu sistem pengukuran dosis serap dari radiasi pengionyang banyak dimanfaatkan dalam bidang industri sterilisasi bahan pangan dan alat kesehatan. Pembuatan radiokromik dilakukan dengan memanfaatkan material yang sensitif terhadap paparan radiasi pengion yang akan mengalami perubahan warna pada dosis iradiasi tertentu. Pada penelitian ini, ion perak diiradisi dengan iradiator Gamma Cell 220 Cobalt-60. Perubahan warna pada larutan dapat dimanfaatkan untuk mengukur dosis iradisi gama. Dosis iradiasi gama dan derajat keasaman larutan (pH) dioptimasi untuk memeperoleh perubahan warna dan karakteristik fisikokimia khas dari nanopartikel perak. Larutan perak nitrat 10 mM dicampurkan dengan larutan polivinil alkohol (PVA) MW 60000 atau 11000-31000. Proses iradiasi dilakukan di ruang dengan sumber gamma Cobalt-60 pada dosis 0 sampai 20 kGy dengan laju dosis 4,6 kGy/jam. Proses ini menghasilkan nanopartikel koloid nanopartikel Ag/PVA berwarna kuning tua. Sifat optis dari nanopartikel Ag/PVA dikarakterisasi menggunakan spektrofotometer UV-Vis. Spektrum UV-Vis menunjukkan resonansi plasmon permukaan terlokalisasi pada panjang gelombang 420-407 untuk sampel dengan PVA MW 60000 dan 410 nm untuk sampel dengan PVA MW 11000-31000. Intensitas puncak absorpsi meningkat dengan meningkatnya dosis gamma. Hal tersebut menjadikan larutan AgNO3-PVA yang diiradisi dapat menghasilkan nanopatikel perak yang memliki sifat radiokromik dan mengalami perubahan warna sebagai indikasi paparan dosis iradiasi gama diatas 0.5 kGy untuk sampel dengan PVA MW 60000 dan 4 kGy untuk sampel dengan PVA MW 11000-31000. Selanjutnya, berdasarkan citra TEM, morfologi koloid nanopartikel Ag/PVA menunjukkan bentuk yang bulat.

Radiochromic is a system for measuring the absorption dose of ionizing radiation usedin the industrial sterilization of foodstuffs and medical devices. Fabrication of radiochromics is carried out by utilizing materials that are sensitive to ionizing radiation exposure which will undergo a color change at a certain irradiation dose. In this study,silver ions were irradiated with a Gamma Cell 220 Cobalt-60 irradiator. The color change in the solution can be used to measure the dose of gamma irradiation. The gamma irradiation dose and the degree of solution acidity (pH) were optimized to obtain the color change and the characteristic physicochemical characteristics of silver nanoparticles. Silver nitrate solution with a molarity 10 mM was mixed with a polyvinyl alcohol (PVA) solution with a molecular weight 60000 or 11000-31000. The irradiation process was carried out in a room with a Cobalt-60 gamma source at a dose of 0 to 20 kGy with a dose rate of 4.6 kGy/h. This process produces colloidal Ag/PVA nanoparticles with dark yellow color. The optical properties of the Ag/PVA nanoparticles were characterized using a UV-Vis spectrophotometer. The UV-Vis spectrum shows localized surface plasmon resonance at wavelengths 420-407 for samples with PVA MW 60000 and 410 nm for samples with PVA MW 11000-31000.The intensity of the absorption peak increases with increasing dose of gamma. This means that the AgNO3-PVA solution which is irradiated can produce silver nanopaticles which have radiochromic properties and change color as an indication of gamma doses exposure above 0.5 kGy for samples with PVA MW 60000 and 4 kGy for samples with PVA MW 11000-31000. Furthermore, based on TEM images, the morphology of colloid of the Ag/PVA nanoparticles shows a spherical shape."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agnes Margareta Farah Varian Tesalonika
"Penggunaan hidrogel berbasis biopolimer sebagai pembalut luka menjadi salah satu solusi masalah karena bersifat biodegadable, non-toksisitas, dan sebagai antibakteri. Pada penelitian ini, telah berhasil sintesis hidrogel nanokomposit menggunakan biopolimer kitosan (CS) diperkuat dengan biopolimer sintesis polivinil alkohol (PVA) yang dimodifikasi dengan nanopartikel perak (AgNP) sebagai agent antibakteri dan didukung dengan karakterisasi FTIR, UV-Vis, XRD, SEM, AAS, TGA dan uji sifat mekanik. Kapasitas swelling maksimum hidrogel nanokomposit CS–PVA/AgNP dalam medium aquadest didapatkan perbandingan rasio massa terbaik (1:1) dengan konsentrasi AgNP 0,04% yakni sebesar 2522,22 (%) selama 1500 menit, dan diperoleh kapasitas release maksimum ion Ag+ sebesar 99,05%. Hidrogel nanokomposit CS–PVA/AgNP memiliki aktivitas antibakteri terhadap bakteri gam positif Staphylococcus aureus dan bakteri gam negatif Escherichia coli diperoleh zona hambat untuk hidrogel nanokomposit yang terbaik adalah CS–PVA/AgNP (1:1), AgNP 0,24% sebesar 7,33 mm (S.aureus) dan 8,33 mm (E.coli). Kinetika laju swelling air mengikuti pseudo orde pertama dengan nilai konstanta laju untuk hidrogel CS–PVA (0,1293/menit) lebih besar dibandingkan hidrogel nanokomposit CS–PVA/AgNP (0,1219/menit), hal ini menunjukkan bahwa CS–PVA/AgNP memiliki slow-release yang baik. Pengembangan hidrogel nanokomposit berbasis biopolimer CS–PVA modifikasi dengan AgNP menjanjikan untuk material baru untuk pembalut luka karena ramah lingkungan dan mudah diperoleh.

The use of biopolymer-based hydrogel as a wound dressing is one of the solutions to the problem because it is biodegadable, non-toxic, and acts as an antibacterial. In this study, the synthesis of a nanocomposite hydrogel using a wound chitosan (CS) biopolymer with a synthetic polyvinyl alcohol (PVA) biopolymer controlled with silver nanoparticles (AgNP) as an antibacterial agent for dressing applications has been supported, and supported by the characterization of FTIR, UV-Vis, XRD, SEM, AAS, TGA and mechanical properties test. The maximum swelling capacity of the CS–PVA/AgNP nanocomposite hydrogel in aquadest medium obtained the best mass ratio (1:1) with a concentration of 0,04% AgNP which was 2522,22 (%) for 1500 minutes. The maximum Ag+ ion release capacity showed the large increase in AgNP concentration in the CS–PVA/AgNP nanocomposite hydrogel, and the maximum Ag + ion release capacity was 99,05%. The CS–PVA/AgNP nanocomposite hydrogel had antibacterial activity against gam-positive Staphylococcus aureus and gam-negative bacteria Escherichia coli. The best zone of inhibition for the nanocomposite hydrogel was CS–PVA/AgNP (1:1), AgNP 0,24% of 7, 33 mm (S. aureus) and 8,33 mm (E. coli). Air swelling rate kinetics followed pseudo first order with a constant rate for CS–PVA hydrogel (0,1293/min) which was geater than that for CS–PVA/AgNP nanocomposite hydrogel (0,1219/min), this indicates that CS–PVA/AgNP has a good slow release. The development of nanocomposite hydrogel based on modified CS–PVA biopolymer with AgNP promises to be a new material for wound dressings because it is environmentally friendly and easy to obtain."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Marina Dwi Hafshari
"Nanopartikel emas AuNP dikembangkan sebagai penghantaran obat tertarget yang efektif karena mudah disintesis, tidak toksik, dan memiliki sifat permukaan yang mudah dimodifikasi. Namun, nanopartikel emas bersifat tidak stabil karena mudah beragregasi. Oleh karena itu, perlu adanya penambahan agen penstabil dalam sintesis nanopartikel emas.Tujuan penelitian ini adalah melakukan pembuatan AuNP menggunakan polivinil alkohol PVA untuk mendapatkan nanopartikel emas yang stabil. Nanopartikel emas disintesis menggunakan metode Turkevich, yaitu mereaksikan HAuCl4 dengan natrium sitrat sebagai reduktor dan menambahkan polivinil alkohol PVA sebagai stabilisator. AuNP-PVA yang terbentuk dikonjugasikan dengan resveratrol RSV, sebagai model obat dalam sistem pembawa. Kemudian, dilakukan karakterisasi menggunakan Spektrofotometer UV-Vis, FTIR, PSA dan juga dilakukan uji stabilitas di berbagai medium BSA 2, Sistein 1, PBS pH 4, PBS pH 7,4 dan NaCl 0,9 selama 28 hari.
Hasil penelitian menunjukkan ukuran partikel dari RSV-AuNP-PVA sebesar 78,75 nm dengan indeks polidispersitas 0,356 dan nilai zeta potensial -36,1 mV. Hasil efisiensi penjerapan resveratrol yaitu 78,15 0,75. Sementara RSV-AuNP menghasilkan ukuran partikel sebesar 51,97 nm, indeks polidispersitas 0,694 dan nilai zeta potensial -24,6 mV. Hasil uji stabilitas di berbagai medium menunjukkan bahwa RSV-AuNP-PVA stabil dalam medium BSA 2 ,PBS pH 7.4,PBS pH 4, NaCl 0,9, namun tidak stabil dalam medium sistein 1. Sementara RSV-AuNP lebih stabil dalam BSA 2, PBS pH 7,4 dan tidak stabil dalam sistein 1, PBS pH 4 dan NaCl 0,9. Stabilisasi konjugatRSV-AuNPdengan menggunakan PVA dapat meningkatkan stabilitas fisiknya.

Gold nanoparticles AuNP were developed as effective targeted drug delivery because theyare easily synthesized, non toxic, and had easily modified surface properties. However, gold nanoparticles are unstable because they are easy to aggregate. Therefore, it is necessary toadd stabilizing agent in the synthesis of gold nanoparticles to prevent aggregation. The purpose of this research was to make AuNP using polyvinyl alcohol PVA to obtain stable gold nanoparticles. The gold nanoparticles were synthesized using the Turkevich method, which reacted HAuCl4 with sodium citrate as reductor, then modified by the addition of polyvinyl alcohol PVA as stabilizing agent. Furthermore, it was conjugated with resveratrol RSV as a drug model in the carrier system. The forming conjugates were characterized by UV Vis Spectrophotometer, FTIR, PSA, and HPLC. Stability test was also performed in various medium BSA 2, cysteine 1, PBS pH 4, PBS pH 7.4 and NaCl 0.9 for 28 days.
The results showed that RSV AuNP PVA had particle size 78.75 nm with polydispersity index 0.356, zeta potential at 36.1 mV, and highest entrapment efficiency of78,15 0,75. As a comparison, RSV AuNP without PVA stabilization had particle size 51.97nm with polydispersity index 0.694 and zeta potential at 24.6 mV. The results of the stability test on various medium showed that RSV AuNP PVA were more stable in BSA 2, PBS pH7.4, PBS pH 4 and NaCl 0.9 and unstable in cysteine 1. On the other hand, RSV AuNP were more stable in BSA 2, PBS pH 7.4 and unstable in cysteine 1, PBS pH 4 and NaCl 0.9. The results suggest that the stabilization RSV AuNP by using PVA can improve the physical stability.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Holilah
"Film sensitif kelembaban bahan polyvinyl Alcohol (PVA) yang dimodifikasi dengan Polyethylene Oxide (PEO) telah berhasil dipreparasi. Preparasi bahan dilakukan dengan mendeposisikannya di atas substrat PCB berelektroda interdigital dari material tembaga yang dilapis dengan perak melalui metode pencelupan (dip-coating). Karakterisasi film meliputi sifat mekanik, struktur dan sifat listrik. Sifat mekanik film dipelajari melalui pengukuran uji tarik, fraksi gel dan swelling. Struktur film dikarakterisasi dengan Infra Red (IR), sedangkan sifat listrik dikarakterisasi dengan RCL meter dari mode dc dan ac dengan frekuensi dari 1kHz ? 1MHz. Hasil uji sifat mekanik film menunjukkan bahwa penambahan PEO dapat meningkatkan fraksi gel dan menurunkan swelling yang dapat diterangkan karena telah terjadi jaringan interpenetrating antara PVA dan PEO. Penambahan PEO ini mempunyai efek samping berupa penurunan kekuatan tarik film.
Hasil karakterisasi struktur menunjukkan film sangat mudah menyerap uap air sehingga yang terlihat sebagian besar adalah absorpsi dari gugus OH. Penambahan PEO tidak berpengaruh pada nilai impedansi film. Studi efek frekuensi pada impedansi film menunjukkan bahwa film hanya sensitif terhadap perubahan frekuensi pada RH rendah. Sifat terbaik sebagai film sensitif kelembaban ditunjukkan oleh frekuensi 1 kHz. Hasil ukur menunjukkan bahwa penambahan PEO dapat memperbaiki reprodusibilitas fabrikasi dan stabilitas impedansi film PVA. Film PVA-PEO yang difabrikasi dengan dua kali celup (dua lapis) dengan PEO 40,0 mg memberikan reprodusibilitas dan stabilitas impedansi terhadap kelembaban terbaik."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2007
T21305
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Afdhal Muttaqin H.S.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2005
T39774
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ismadi
"Pada penelitian ini telah dilakukan sintesis dan karakterisasi material komposit berbasis polyvinyl alcohol (PVA). Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh konsentrasi cross linker glutaral dehyde (GA) dan penambahan serat karbon terhadap sifat mekanik dan konduktivitas listrik komposit berbasis PVA dan potensinya untuk digunakan sebagai material shape memory polymer (SMPs). Konsentrasi GA yang digunakan adalah 0 dan 3% fraksi berat, sedangkan variasi konsentrasi serat karbon adalah 0, 2, 4, dan 6% fraksi berat. Sintesis film PVA dilakukan dengan cara melarutkan padatan PVA di dalam air pada suhu 80°C selama 6 jam dengan konsentrasi 8% dari berat air, dilanjutkan dengan pendinginan selama 12 jam. Selanjutnya ditambahkan GA dan serat karbon. Komposit diuji tarik dengan universal testing machine untuk mengetahui sifat mekaniknya, dilanjutkan dengan karakterisasi spektrum inframerah (FTIR), difraksi sinar X (XRD), analisis morfologi dengan SEM, karakterisasi termal (TGA), konduktivitas listrik dan uji shape recovery material. Dari hasil pengujian mekanik diketahui bahwa nilai kekuatan tarik menunjukkan peningkatan sebesar 16.9% dari 27.63 menjadi 32.3 N/mm2 dengan penambahan GA dari 0 ke 3%. Nilai kekuatan tarik optimal didapatkan pada penambahan serat karbon sebesar 2% yaitu 34.08 N/mm2 pada konsentrasi GA 0% dan 36.74 N/mm2 pada konsentrasi GA 3%. Dari spektrum inframerah terlihat adanya jembatan asetil sebagai akibat penambahan GA 3% yang menyebabkan peningkatan kekuatan ikatan kimia. Ukuran kristalit mengalami kenaikan dengan adanya penambahan GA 3% dan cenderung mengalami penurunan dengan adanya penambahan serat karbon yang terlihat pada hasil difraksi XRD. Analisis SEM menunjukkan tipe patahan getas pada penampang PVA dengan GA 3% dan fenomena fiber pull out pada penambahan serat karbon. Penambahan GA sebesar 3% menaikkan nilai konduktivitas listrik hingga 13.91%, dari 2.3 x 10-8 menjadi 2.62 x 10-8 S/cm, sementara penambahan serat karbon sebesar 2% menaikkan nilai konduktivitas listrik hingga 14000 dan 15900 kali pada kadar GA 0 dan 3%, yaitu sebesar 3.39 x 10-4 dan 4.18 x 10-4 S/cm. Secara umum, penambahan cross linker dan serat karbon mampu menaikkan nilai kekuatan tarik dan konduktivitas listrik secara signifikan pada material komposit berbasis PVA. Dari hasil uji shape recovery material terlihat bahwa nilai shape recovery komposit PVA dengan GA 3% bernilai di atas 80% menjadikannya berpotensi digunakan untuk aplikasi material SMPs.

Fabrication and characterization of polyvinyl alcohol (PVA) based composite has been done in this research to investigate the influence of concentration of cross linker glutaral dehyde (GA) and the addition of carbon fiber toward mechanical properties and electrical conductivity of PVA based composite, and also its potential as shape memory polymer (SMPs) material. The concentration of GA used was 0 and 3% of weight fraction, while variation of carbon fiber concentration was 0, 2, 4, and 6% of weight fraction. Fabrication of PVA film was done by dissolving PVA bulk into 80oC water for 6 hours with 8% concentration of w/w, continued with chilling for 12 hours and addition of GA and carbon fiber. Tensile test for the composite was done with universal testing machine to investigate the mechanical properties, continued with infrared spectrum (FTIR) characterization, X-ray diffraction (XRD), morphology analysis with SEM, thermal characterization (TGA), electrical conductivity and shape recovery measurement. From the mechanical testing, the tensile strength showed an increase of 16.9% from 27.63 to 32.3 N/mm2 with addition of GA from 0 to 3%. The optimal value of tensile strength was obtained with addition of carbon fiber of 2%, from 34.08 N/mm2 in GA concentration of 0% to 36.74 N/mm2 in GA concentration of 3%. The infrared spectrum showed an acetyl bridge as the result of addition of 3% GA which caused increasing in the strength of chemical bond. Crystallite size increased with addition of 3% GA and tended to decrease with the addition of carbon fiber which was showed in the XRD. SEM analysis showed brittle failure in the PVA morphology with 3% GA and a phenomenon of fiber pull out in the addition of carbon fiber. Addition of 3% GA increased the electrical conductivity of 13.91% from 2.3 x 10-8 to 2.62 x 10-8 S/cm, while addition of 2% carbon fiber increased electrical conductivity of 14000 and 15900 times at GA concentration of 0 and 3%, which were 3.39x10-4 and 4.18x10-4 S/cm. Generally, the addition of cross linker glutaral dehyde and carbon fiber reinforcement can enhance significantly the tensile strength and electrical conductivity of the PVA based composite. From shape recovery measurement, the shape recovery value of PVA composite with 3% GA is over 80%, thus it has the potential in application of SMPs material.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
T35088
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>