Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 113532 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Susanti
"Keberlanjutan saat ini telah menjadi prasyarat untuk berbisnis dan integrasi keberlanjutan ke dalam strategi perusahaan menjadi faktor penunjang terciptanya nilai dan keunggulan kompetitif. Dalam memainkan peran penting untuk menunjang tujuan pembangunan keberlanjutan, pembangkit listrik energi baru dan terbarukan juga menghadapi tantangan keberlanjutan yang dapat mengurangi kontribusi mereka. Penelitian ini ditujukan untuk mendapatkan bukti empiris mengenai integrasi keberlanjutan ke dalam strategi perusahaan, khususnya faktor pendorong integrasi keberlanjutan, faktor kunci keberhasilan yang menunjang integrasi dan nilai bersama yang diciptakan dari integrasi tersebut untuk menciptakan keunggulan kompetitif yang bertahan lama dan nilai bersama bagi pemangku kepentingan. Studi kasus dengan metode analisis kualitatif atas data hasil wawancara dengan eksekutif perusahaan dan data laporan keberlanjutan serta dokumen pendukung lainnya, digunakan untuk menelusuri sepuluh tahun perjalanan integrasi keberlanjutan dari sebuah perusahaan pembangkit listrik panas bumi di Indonesia. Hasil analisis menunjukkan bahwa faktor pendorong sangat dipengaruhi oleh tipe industri dan kepatuhan pada hukum menjadi landasan melekatnya budaya dan kesadaran akan keberlanjutan pada personil perusahaan dan pemangku kepentingan. Lebih lanjut, faktor pendorong saling terkait untuk menunjang faktor pendorong utama yaitu keunggulan kompetitif dan reputasi. Keberhasilan integrasi ditunjang keberadaan sistem pengendalian manajemen yang baik dan kemampuan perusahaan dalam menyeimbangkan kepentingan pemangku kepentingan dalam menciptakan nilai bersama yang memberikan manfaat baik bagi perusahaan maupun bagi komunitas. Penelitian ini mendukung penelitian terdahulu bahwa perusahaan yang berorientasi pada kemampuan dengan fokus pada inovasi mencapai kinerja keberlanjutan yang lebih baik dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang. Penelitian ini menyimpulkan bahwa integrasi keberlanjutan ke dalam strategi perusahaan sangat penting untuk menciptakan keunggulan kompetitif yang bertahan lama yang dapat mendukung pertumbuhan sektor energi terbarukan terutama panas bumi. Walaupun studi kasus atas perusahaan tunggal memiliki keterbatasan, diharapkan hasil studi ini dapat memberikan wawasan praktis perjalanan integrasi keberlanjutan.

Sustainability becomes a pre-condition for doing business and its integration to corporate strategy levers value creation and creates sustainable competitive advantage. While playing important role in supporting sustainable development goals, renewable energy power producer also faced sustainability challenges that may impair their contribution. The paper is aimed to obtain empirical evidence on integration of sustainability into corporate strategies, in particular on the drivers of the integration, key success factor supporting the integration, and shared value created from such integration to create sustainable competitive advantage and shared value to its stakeholders. A qualitative case study, analyzing data obtained from interview and sustainability report and other documents, was used to explore ten years journey of sustainability integration of Indonesian geothermal power producer. The analysis reveals that drivers are highly influenced by industry type and legal compliance laid foundation for embedding sustainability awareness and culture to the company’s personnel and its stakeholders. Further, drivers are interrelated to support the main drivers, competitive advantage and reputation. The success of integration is supported with management control system and the company’s ability in balancing the interest of the stakeholders to create shared value that benefits both the company and society. The study supports that capability oriented company achieve a better sustainability performance both in short-term and long term. In conclusion, the study shows that integrating sustainability to strategy is crucial to create sustainable competitive advantage that would support growing the industry. Although case study results have limitation for generalization, it is hoped to provide insight for practitioners in its journey to sustainability integration.

"
Jakarta: Fakultas Ekonomi dan Bisinis Universitas Indonesia, 2022
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arief Surachman
"Dalam rangka upaya memenuhi target pemerintah yaitu pengembangan pembangkit listrik tenaga panas bumi PLTP pada tahun 2025 ditargetkan sebesar 7.242 MW, maka tentu saja akan diperlukan data tentang desain PLTP yang paling optimal yang dapat diterapkan pada seluruh kondisi sumber panas bumi. Dengan demikian, diperlukan panduan desain yang dibuktikan secara ilmiah untuk pembangunan PLTP. Dalam dekade terakhir ini, banyak peneliti yang menganalis atau merancang sistem energi dengan menggabungkan antara analisis energi, exergy dan thermoekonomik. Hal ini dimaksudkan dalam upaya peningkatan efisiensi serta mengurangi kerugian-kerugian yang ditimbulkan oleh ketidakefisienan sistem.
Melalui analisa yang komprehensif dengan menggabungkan analisa energi, exergy, exergoeconomics serta exergoenvironment, maka diharapkan dapat menjadi panduan desain yang paling optimum dengan mempertimbangkan segala aspek, baik aspek teknologi, ekonomi dan lingkungan yang dapat diaplikasikan untuk berbagai kondisi sumber panas bumi di Indonesia. Untuk itulah pada disertasi ini dilakukan analisa dan optimasi 3E exergy,economic,environment. Pemodelan dan optimasi sistem PLTP dilakukan menggunakan software EES dan diintegrasikan dengan MATLAB.
Dari hasil analisis 3E, dapat diketahui bahwa komponen seperti turbin dan cooling tower merupakan komponen yang menyumbang nilai exergy destruction, total cost dan exergoenvironment yang paling besar dibandingkan komponen lainnya.

In order to reach the government 39;s target of building geothermal power plant PLTP in 2025 of 7,242 MW, then it will need data about the most optimal PLTP design that can be applied to all geothermal conditions. Thus, the design required for the construction of PLTP. In the last decade, many researchers have analyzed and discussed energy systems with energy, exergy and thermoeconomic analyzes. This is necessary in an effort to increase and reduce the losses caused by system inefficiencies.
Through a comprehensive analysis with energy analysis, exergy, exergoeconomics and exergoenvironment, it is expected to be the most optimal design with good aspects, economics and environment that can be used for various geothermal conditions in Indonesia. For analysis, it was conducted 3E exergy, economy, environment analysis on this dissertation. By using EES software and integrated with MATLAB, the PLTP system can be modeled and optimized.
From the results of 3E analysis, it can be seen that components such as turbines and cooling towers are the components that contribute the largest value of total exergy destruction, total cost and exergoenvironment compared to other components.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
D2483
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bregas Pambudy Siswantra
"Akibat adanya pandemi Covid-19, permintaan energi mengalami penurunan, hal ini berlaku kepada permintaan minyak, batu bara, dan gas, tetapi tidak untuk energi baru terbarukan. Geothermal merupakan salah satu energi terbarukan yang memiliki potensi besar di Indonesia, yaitu sebesar 29.000 MW. Namun, pemanfaatannya di Indonesia masih kurang, yaitu hanya sekitar 7% dari total potensi yang dimiliki. Hal tersebut disebabkan oleh beberapa hal, yaitu biaya investasi yang tinggi disertai risiko yang tinggi juga. Oleh karena itu, dibutuhkan analisis risiko investasi untuk mengetahui kelayakan investasi Pembangkit Listrik Tenaga panas Bumi (PLTP) di Indonesia. Pada penelitian ini terdapat empat skema model bisnis yang penggunaanya terbagi menjadi Wilayah Indonesia satu dan Wilayah Indonesia dua. Berdasarkan perhitungan keekonomian yang melihat nilai NPV, IRR, PI, dan PBP terlihat bahwa hanya skema 2, skema 3, dan skema 4 yang layak digunakan dalam pengembangan listrik geothermal di Indonesia. Hasil perhitungan keekonomian didukung oleh hasil analisis risiko yang menggunakan metode Monte Carlo, terlihat bahwa penggunaan skema 2, skema 3, dan skema 4 memiliki nilai derajat keyakinan terhadap nilai NPV, IRR, PI, dan waktu PBP >50% sehingga skema-skema tersebut layak untuk dilakukan. Berdasarkan analisis sensitivitas terlihat bahwa harga jual listrik dan kapasitas pembangkit merupakan faktor yang paling berpengaruh dalam penelitian ini.

Due to Covid-19, energy demand has decreased, this applies to oil, coal and gas, but not for renewable energy. Geothermal is renewable energy that has potential in Indonesia, around 29,000 MW. However, the utilization still lacking, only about 7% of total potential. This is caused by several things, high investment costs accompanied by high risks. Therefore, investment risk analysis is needed to determine the feasibility of investing in Geothermal Power Plants in Indonesia. In this study, there are four business model schemes whose divided into Indonesian Region one and Indonesian Region two. Based on economic calculations that calculate NPV, IRR, PI, and PBP, it can be seen that only scheme 2, scheme 3, and scheme 4 are suitable for development of geothermal electricity in Indonesia. The results of the economic calculation are supported by risk analysis using the Monte Carlo method, it appears that scheme 2, scheme 3, and scheme 4 has a degree of certainty of the NPV, IRR, PI, and PBP greater than 50%. Based on the sensitivity analysis, it can be seen that the selling price of electricity and generating capacity are the most influential factors in this study."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Susanti
"Keberlanjutan saat ini telah menjadi prasyarat untuk berbisnis dan integrasi keberlanjutan ke dalam strategi perusahaan menjadi faktor penunjang terciptanya nilai dan keunggulan kompetitif. Dalam memainkan peran penting untuk menunjang tujuan pembangunan keberlanjutan, pembangkit listrik energi baru dan terbarukan juga menghadapi tantangan keberlanjutan yang dapat mengurangi kontribusi mereka. Penelitian ini ditujukan untuk mendapatkan bukti empiris mengenai integrasi keberlanjutan ke dalam strategi perusahaan, khususnya faktor pendorong integrasi keberlanjutan, faktor kunci keberhasilan yang menunjang integrasi dan nilai bersama yang diciptakan dari integrasi tersebut untuk menciptakan keunggulan kompetitif yang bertahan lama dan nilai bersama bagi pemangku kepentingan. Studi kasus dengan metode analisis kualitatif atas data hasil wawancara dengan eksekutif perusahaan dan data laporan keberlanjutan serta dokumen pendukung lainnya, digunakan untuk menelusuri sepuluh tahun perjalanan integrasi keberlanjutan dari sebuah perusahaan pembangkit listrik panas bumi di Indonesia. Hasil analisis menunjukkan bahwa faktor pendorong sangat dipengaruhi oleh tipe industri dan kepatuhan pada hukum menjadi landasan melekatnya budaya dan kesadaran akan keberlanjutan pada personil perusahaan dan pemangku kepentingan. Lebih lanjut, faktor pendorong saling terkait untuk menunjang faktor pendorong utama yaitu keunggulan kompetitif dan reputasi. Keberhasilan integrasi ditunjang keberadaan sistem pengendalian manajemen yang baik dan kemampuan perusahaan dalam menyeimbangkan kepentingan pemangku kepentingan dalam menciptakan nilai bersama yang memberikan manfaat baik bagi perusahaan maupun bagi komunitas. Penelitian ini mendukung penelitian terdahulu bahwa perusahaan yang berorientasi pada kemampuan dengan fokus pada inovasi mencapai kinerja keberlanjutan yang lebih baik dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang. Penelitian ini menyimpulkan bahwa integrasi keberlanjutan ke dalam strategi perusahaan sangat penting untuk menciptakan keunggulan kompetitif yang bertahan lama yang dapat mendukung pertumbuhan sektor energi terbarukan terutama panas bumi. Walaupun studi kasus atas perusahaan tunggal memiliki keterbatasan, diharapkan hasil studi ini dapat memberikan wawasan praktis perjalanan integrasi keberlanjutan.

Sustainability becomes a pre-condition for doing business and its integration to corporate strategy levers value creation and creates sustainable competitive advantage. While playing important role in supporting sustainable development goals, renewable energy power producer also faced sustainability challenges that may impair their contribution. The paper is aimed to obtain empirical evidence on integration of sustainability into corporate strategies, in particular on the drivers of the integration, key success factor supporting the integration, and shared value created from such integration to create sustainable competitive advantage and shared value to its stakeholders. A qualitative case study, analyzing data obtained from interview and sustainability report and other documents, was used to explore ten years journey of sustainability integration of Indonesian geothermal power producer. The analysis reveals that drivers are highly influenced by industry type and legal compliance laid foundation for embedding sustainability awareness and culture to the company’s personnel and its stakeholders. Further, drivers are interrelated to support the main drivers, competitive advantage and reputation. The success of integration is supported with management control system and the company’s ability in balancing the interest of the stakeholders to create shared value that benefits both the company and society. The study supports that capability oriented company achieve a better sustainability performance both in short-term and long term. In conclusion, the study shows that integrating sustainability to strategy is crucial to create sustainable competitive advantage that would support growing the industry. Although case study results have limitation for generalization, it is hoped to provide insight for practitioners in its journey to sustainability integration."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agung Satrio Wibowo
"Penelitian berfokus pada analisis penerapan double stage absorption system untuk meningkatkan kinerja Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi Kamojang Unit V. Panas yang diambil berasal dari abandoned well sekitar Kamojang yang masih memiliki tekanan 400 kPa. Terdapat beberapa analisis yang dilakukan yaitu analisis exergy pada kondisi operasi, optimasi efisiensi exergy, optimasi biaya dan optimasi multi objektif. Perhitungan dilakukan dengan program Matlab, dan optimasi optimtool. Tekanan operasi saat ini menghasilkan efisiensi exergy 44.93. Optimasi single objektif sistem gabungan menghasilkan efisiensi exergy sebesar 52.66 , biaya 3558400. Optimasi single objektif biaya menghasilkan exergy 51.55 dengan biaya 2514000 dan Optimasi objektif menghasilkan efisiensi 48.64 dengan biaya 2913700 dengan parameter optimum tekanan scrubber 782.64 kPa, beda temperatur air pendingin 3.12°C, temperatur evaporator 7.6°C, temperatur desorber 120.08°C, temperatur condenser 44.9°C, temperatur absorber 43.79°C.

This study focusses on implementation of double stage absorption to improve performance of Kamojang 5 GPP rsquo s. Heat recovery used for optimization, utilized from abandoned well that still have 400 kPa saturation pressure. There are several optimization conducted in this study, there are exergetic efficiency, annual cost, and multi objective optimization. Calculations are conducted by using MATLAB, and optimtool function. The wellhead pressure operational condition has exergetic efficiency 42.4. Exergetic optimization of integrated system has 54.7 exergetic efficiency and system cost 3558400. Economic optimization has exergetic efficiency 44.3 and system cost 2598100. While, multiobjective optimization has exergetic efficiency 51.9 and system cost 2861900 with optimum parameters scrubber pressure 782.64 kPa, temperatur delta of cooling water 3.12°C, evaporator temperature 7.6°C, desorber temperature 120.08°C, condenser temperature 44.9°C, and absorber temperature 43.79°C."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
S68287
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jonathan Kurnianto
"Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) merupakan salah satu jenis pembangkit listrik yang umum di Indonesia, terutama di daerah-daerah terpencil.  Namun PLTD memiliki potensi emisi karbon yang berbahaya. Oleh sebab itu Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) merencanakan program de-dieselisasi. Salah satu Langkahnya berupa mengkonversi PLTD menjadi pembangkit listrik berbasis gas, dimana salah satu distribusi yang memadai melalui jalur small scale liquefied natural gas (LNG). Hal ini juga menjadikan daerah Nusa Tenggara Barat dan Musa Tenggara Timur sebagai salah satu target dedieselisasi dikarenakan jumlah daya PLTD mencapai 661,61 MegaWatt (MW). Namun, perealisasian dari  gerakan dedieselisasi melalui distribusi small scale LNG memiliki tantangan dari segi ekonomi dan risiko investasi. Oleh karena itu, penelitian ini melakukan analisis risiko tekno-ekonomi akan sistem distribusi small scale LNG. Model evaluasi kelayakan ekonomi menggunakan metode real option yang dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak Microsoft Office Excel. Penelitian ini menunjukan kebutuhan gas dari delapan pembangkit listrik berkapasitas 347 MW sebesar 9.050.400 MMBTUD. Analisis profitabilitas menghasilkan nilai Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Payback Period (PBP), dan Profitability Index (PI) berturut-turut sebesar 56.876.674 USD, 15,3%, 7,25 tahun, dan 1,48. Analisis risiko dengan metode real option dengan nilai volatility (σ) sebesar 21.6% menghasilkan keputusan yang dapat diambil yaitu: (1) Proyek berjalan pada awal tahun; (2) Proyek berhenti beroperasi pada tahun ke-20 dengan memperoleh salvage value sebesar 11.375.335 USD.

A diesel power plant is one of the most common types of power plants in Indonesia, especially in remote areas. However, diesel power plant has the potential for dangerous carbon emissions. Therefore, the Ministry of Energy and Mineral Resources plans a de-dieselization program. One of the steps is to convert a diesel power plant into a gas-based power plant, where one of the adequate distributions is through the small-scale Liquefied Natural Gas (LNG) route. This also makes the areas of West Nusa Tenggara and East Nusa Tenggara one of the targets for de-dieselisation because the total power of the diesel power plant reaches 661.61 Mega Watt (MW). However, the realization of the de-dieselization movement through the distribution of small-scale LNG has challenges in terms of economics and investment risks. Therefore, this study analyzes the techno-economic risks of the small-scale LNG distribution system. The economic feasibility evaluation model uses the real options method which is carried out using Microsoft Office Excel software. The data to determine the LNG distribution scheme were obtained from previous studies. This research shows that the gas demand from eight power plants with a capacity of 347 MW is 9,050,400 MMBTUD. Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Payback Period (PBP), and Profitability Index (PI) values from the profitability analysis were 56,876,674 USD, 15.3%, 7.25 years, and 1.48 respectively. The following decisions can be made as a result of risk analysis using the real option method with a volatility value of 21.6 percent: (1) The project starts at the beginning of the year; (2) The project stops operating in the 20th year with a salvage value of 11,375,335 USD.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhamad Hakim Maulana
"Studi ini menganalisis penerapan kebijakan harga dasar air permukaan terhadap pembangkit listrik minihidro (PLTM) Dimana pembangkit listrik minihidro juga merupakan alternatif untuk meningkatkan rasio elektrifikasi di daerah terpencil sehingga dapat membantu PLN sebagai Perusahaan listrik milik negara yang memiliki tanggung jawab meningkatkan rasio elektrifikasi kedaerah-daerah terpencil yang masih memiliki keterbatasan dalam penggunaan energi. Pembangkit listrik minihidro memanfaatkan debit air sebagai bahan baku untuk dialiri menuju penstock lalu mengarah ke turbin dan turbin tersebut memutar generator untuk membangkitkan energi listrik dan air yang telah melewati proses tersebut di aliri kembali menuju sungai sehingga air tidak habis di pakai pada saat produksi listrik PLTM. Namun pemerintah memberikan aturan terhadap para investor swasta maupun dalam negeri untuk membayar harga dasar air permukaan. Kebijakan tersebut menjadikan para investor pembangkit listrik tenaga minihidro mulai berkurang. Studi ini diharapkan dapat memberikan solusi terhadap para investor maupun pengusaha dalam negeri yang ingin berinvestasi pada pembangkit listrik tenaga minihidro.

Studies this analyze application Policy price base water surface to generator electricity minihydro (PLTM) Where the mini-hydro power plant is also alternative for Upgrade ratio electrification in area remote areas so that they can help PLN as a company electricity owned by country which have not quite enough answer Upgrade ratio electrification areas isolated which still have limitations in use energy. The mini-hydro power plant utilizes water discharge as a raw materials to flow to the penstock and then to turbine and turbine the rotate generator for awaken energy electricity and water which has pass process flowed back to the river so that the water does not run out in use at the time of PLTM electricity production. But the government give rule to para investors private nor in country for pay price base water surface. This policy makes investors power generators mini-hydro power began to decrease. This study is expected to provide solutions for investors and entrepreneurs domestic companies wishing to invest in power plants power minihydro."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Ilham Amba
"Pulau Kawaluso merupakan salah satu pulau terluar di Indonesia dengan jarak dari kota tahuna sejauh 68 KM atau 5 jam menggunakan kapal dari Ibukota Kabupaten Kepulauan Sangihe, Tahuna. Saat ini kelistrikan di Pulau Kawaluso dipasok oleh pembangkit listrik tenaga diesel (PLTD) dengan kapasitas 200 kW. Kondisi ini menyebabkan Pulau Kawaluso teraliri listrik 11 hingga 12 jam perharinya. Sehingga di perlukan tambahan pembangkit agar listrik di Pulau kawaluso menyala 24 jam penuh. Oleh karena itu dibutuhkannya pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) sebagai tambahan daya untuk pulau kawaluso dan mengurangi biaya pokok produksi Pembangkit listrik tenaga diesel. Metode yang digunakan pada penelitian ini menggunakan metode Levelized Cost of Energy (LcoE). Hasil analisis menunjukkan bahwa hibrida antara PLTD dengan PLTS 63 dan 66 kWp memiliki nilai Life Cycle Cost (LCC) dan Cost of Energy (COE) sebesar Rp . 18.784.540.550 dan Rp. 17.405.519.355 serta COE sebesar Rp. 6.870 / kWh. dan Rp. 6.366 / kWh maka nilai Net Present Value (NPV) yang didapatkan bernilai positif dan investasi layak untuk dijalankan. Internal rate of return yang didapatkan sebesar 24% untuk 63 kWp dan 14% untuk 66 kWp serta Payback period membutuhkan waktu 4 tahun dan investasi layak untuk dijalankan

Kawaluso Island is one of the outermost islands in Indonesia with a distance of 68 KM from the city of Tahuna or 5-10 hours by boat from the capital of the Sangihe Islands Regency, Tahuna. Currently, electricity on Kawaluso Island is supplied by a diesel power plant (PLTD) with a capacity of 200 kW. This condition causes Kawaluso Island to be electrified 12 hours per day. So that additional sources of power plant are needed so that the electricity on Kawaluso Island is on 24 hours a day. Therefore, a solar power plant (PLTS) is one of alternative as additional power for Kawaluso Island and reduces the cost of production. The method used in this study uses the Levelized Cost of Energy (LcoE) method. The results of the analysis show that the HYBRID between PLTD and PLTS 63 kWp and 66 kWp has a Life Cycle Cost (LCC) value of IDR 18.784.540.550 and IDR 17.405.519.355 with Cost of Energy (COE) of IDR 6.870 and IDR 6.366/kWh. Net Present Value (NPV) obtained is positive. Interest of Rate for 63 kWp Solar power plant is 23% and for the 66 kWp Solar Power Plant is 19%. And the payback period is 4 years of investment and is categorized as feasible to continue."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Brendy Chandra Supian Atmodjo
"Pada Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi Darajat terdapat pemakaian listrik sendiri pembangkit untuk peralatan seperti pompa, compressor, purifier, heater dan fan. Biaya listrik pemakaian sendiri yang digunakan oleh peralatan itu berdasarkan harga tarif listrik khusus PLN dengan faktor pengali adalah 2,466.78 Rp/kWh. Dengan potensi radiasi matahari sebesar 4.89 kWh/m2/day, akan dilakukan studi pemakaian listrik sendiri menggunakan Sel Surya dan baterai. Harga Sel Surya diasumsikan Rp. 2,674,474.00, inverter sebesar Rp. 2,860,400.00 dan baterai Rp. 5,720,800.00. Umur dari peralatan adalah 15 tahun. Dalam paper ini akan disimulasikan dengan 3 case dan hasilnya adalah harga listrik berdasarkan nilai modal dibagi total listrik yang dihasilkan Sel Surya dan baterai selama 15 tahun. Case 1 menggunakan Sel Surya dan baterai yang energinya diisi oleh Sel Surya, hasil harga listrik case 1 adalah 2,355.58 Rp/kWh. Case 2 menggunakan Sel Surya dan listrik PLN, hasil harga listrik case 2 adalah 1,262.52 Rp/kWh. Case 3 menggunakan Sel Surya, baterai, dan menggunakan listrik sendiri dari PLN, hasil harga listrik case 3 adalah 1,393.21 Rp/kWh. Berdasarkan simulasi 3 case tersebut harga listrik akan lebih murah jika menggunakan Sel Surya dan listrik PLN seperti pada case 2 dengan harga listrik pemakaian sendiri adalah 1,262.52 Rp/kWh

At the Darajat Geothermal Power Plant, there is the generator's own electricity usage for equipment such as pumps, compressors, purifiers, heaters and fans. The cost of self-use electricity used by the equipment is based on the special PLN electricity tariff price with a multiplier factor of 2,466.78 IDR / kWh. With the solar radiation potential of 4.89 kWh / m2 / day, a study of its own electricity consumption using solar cells and batteries will be carried out. The price of solar cells is assumed to be Rp. 2,674,474.00, the inverter is Rp. 2,860,400.00 and battery Rp. 5,720,800.00. The lifespan of the equipment is 15 years. In this paper, 3 cases will be simulated and the result is the price of electricity based on the capital value divided by the total electricity generated by solar cells and batteries for 15 years. Case 1 uses solar cells and batteries whose energy is charged by solar cells, the result of the electricity price of Case 1 is 2,355.58 Rp / kWh. Case 2 uses solar cells and PLN electricity, the result of the electricity price for Case 2 is 1,262.52 Rp / kWh. Case 3 uses solar cells, batteries, and uses its own electricity from PLN, the result of the electricity price for Case 3 is 1,393.21 Rp / kWh. Based on the 3 case simulation, the price of electricity will be cheaper if you use solar cells and PLN electricity as in case 2 with the price of electricity for your own use of 1,262.52 Rp / kWh."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yoga Adi Nugroho
"Indonesia masih sangat bergantung pada energi fosil yang berkontribusi pada peningkatan emisi karbon dan dampak lingkungan yang serius. Meskipun pemerintah telah berkomitmen untuk mencapai target nol emisi pada tahun 2060, namun pendanaan untuk mendukung transisi energi tetap menjadi tantangan besar. Sektor swasta, terutama lembaga keuangan, memainkan peran penting dalam mendukung proyek-proyek transisi energi melalui mekanisme inovatif seperti. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi dampak penggunaan green bonds, dalam mendanai proyek pembangunan PLT EBT. Metodologi penelitian ini bersifat deskriptif kuantitatif dengan menggunakan data sekunder dari berbagai sumber. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tanpa adanya transisi energi, emisi CO2 dalam sektor pembangkit listrik akan terus meningkat hingga tahun 2060 dengan dampak negatif pada lingkungan dan kesehatan. Biaya sosial dari emisi karbon (SCC) pada tahun 2060 mencapai triliunan rupiah. Berdasarkan analisis kelayakan investasi, pendanaan proyek energi terbarukan melalui green bonds memiliki tingkat pengembalian Ekonomi (EIRR) lebih tinggi dari biaya modal untuk jenis pembangkit PLTA dan PLTM. Sedangkan PLTS dan PLTB masih kurang layak karena faktor kurang optimal nya jenis pembangkit tersebut dalam menhasilkan laba pasca pembangunan. Selama fase konstruksi proyek energi terbarukan, peningkatan produksi berkontribusi pada pertumbuhan sektor produksi, peningkatan nilai tambah bruto (NTB), dan pendapatan masyarakat. Selama fase operasional dan komersial, penjualan listrik dan peningkatan permintaan berkontribusi secara signifikan pada NTB dan pendapatan rumah tangga. Penelitian ini menekankan pentingnya green bonds dalam mendukung pemerintah dalam mencapai target Nol Emisi tahun 2060 di Indonesia.
Indonesia still relies heavily on fossil energy which contributes to increased carbon emissions and serious environmental impacts. Although the government has committed to achieving a zero emissions target by 2060, funding to support the energy transition remains a major challenge. The private sector, especially financial institutions, plays an important role in supporting energy transition projects through innovative mechanisms such as green bonds. This research aims to evaluate the impact of using green bonds in funding environmentally friendly power source development projects. This research methodology is descriptive quantitative using secondary data from various sources. The research results show that without an energy transition, CO2 emissions in the power generation sector will continue to increase until 2060 with negative impacts on the environment and health. The social costs of carbon emissions (SCC) in 2060 will reach trillions of rupiah. Based on the investment feasibility analysis, renewable energy project funding through green bonds has a higher economic rate of return (EIRR) than the capital costs for hydroelectric and micro-hydroelectric power plants. Meanwhile, solar and wind powered are still not feasible due to the fact that these types of generators are less than optimal in generating post-development profits. During the construction phase of renewable energy projects, increased production contributes to the growth of the production sector, increased gross value added (NTB), and community income. During the operational and commercial phases, electricity sales and increased demand contribute significantly to NTB and household income. This research emphasizes the importance of green bonds in supporting the government in achieving the Zero Emissions target by 2060 in Indonesia."
Jakarta: Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>