Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 205776 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Yazeedrana Pancasakti
"Sesuai dengan Nationally Determined Contribution, pemerintah Indonesia telah berkomitmen untuk mengurangi emisi gas rumah kaca sebanyak 29% pada tahun 2030. Namun, kondisi saat ini menunjukkan bahwa masih ada dilema di sektor energi sebagai salah satu sektor dengan kontribusi emisi GRK tertinggi. Emisi GRK di sektor tersebut pun masih diproyeksi untuk terus meningkat akibat naiknya produksi dan konsumsi batubara. PT X, sebagai salah satu perusahaan tambang terbesar di Indonesia, ikut berkomitmen untuk mengurangi emisi GRKnya dengan cara mengonversi pembangkit listrik yang saat ini menggunakan batubara sebagai bahan bakar dengan pembangkit listrik berbahan bakar gas alam. Studi ini dilakukan untuk mengetahui jumlah emisi GRK yang akan dikurangi apabila PT X melakukan transisi energi ke gas alam untuk keperluan pembangkit listriknya. Penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui risiko apa saja yang perlu diperhatikan saat transisi energi tersebut. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa akan ada pengurangan emisi GRK sebesar 49.5% jika dilakukan transisi energi. Risiko yang terlibat meliputi risiko finansial, kebijakan, bencana alam, lingkungan & sosial, dan operasional.

According to the Nationally Determined Contribution, the Indonesian government vowed to reduce their GHG emissions by 29% by 2030. However, the current situation shows a dilemma where the energy sector, one of the highest contributors of GHG emissions, is facing a rising trend of emissions. The rise is motivated by the increasing production as well as consumption of coal. PT X, as one of the biggest mining companies in the country, is looking to convert their coal plant to a natural gas one as part of their commitment to decrease their GHG emissions by 30% by 2030 to support the same cause. Therefore, this research attempts to find out how much emission reduction would be realized with the plant conversion, along with the risks involved in the process using Life Cycle Assessment. The result shows that 49.5% of the GHG emissions will be reduced. Financial, regulatory, natural disaster, environmental & social, and operational risks have been identified during the energy transition process."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andrea Eugenia Gandasasmita
"Indonesia merupakan negara kedua terburuk dalam hal pengelolaan limbah plastik di dunia. Kebanyakan plastik di Indonesia dibakar secara terbuka dan ditimbun begitu saja. Pemerintah Indonesia sudah memiliki rencana penanganan yakni dengan melipatgandakan laju daur ulang. Oleh karena itu, perlu diketahui seberapa besar dampak lingkungan yang dihasilkan dari proses daur ulang yang dilakukan di Indonesia. Maka, penelitian ini dilakukan untuk menganalisis dampak lingkungan yang dihasilkan dari proses daur ulang plastik polyethylene terephthalate dengan menggunakan metode life cycle assessment. Terdapat dua faktor terbesar yang menyebabkan dampak lingkungan pada proses daur ulang PET yakni, penggunaan maupun pembakaran bahan bakar fosil sebagai sumber energi serta pengelolaan limbah air dan bahan kimia sisa produksi yang kurang baik. Kedua faktor tersebut merupakan masalah utama yang harus diperbaiki untuk dapat menghasilkan potensi dampak lingkungan seminimal mungkin. Sehingga, perbaikan proses daur ulang PET dapat dimulai dengan memitigasi kedua faktor tersebut.

Indonesia is the second worst country in the world in terms of plastic waste management. Most plastic waste in Indonesia ended up being openly burned and in landfill. Indonesian government already made a strategic plan in handling this problem by doubling the recycling rate. Therefore, it is important to know how big does recycling process in Indonesia will impact the environment. Thus, this study is conducted to analyse the environmental impact of recycling polyethylene terephthalate plastic using the life cycle assessment method. It has been found that there are two main factors causing mostly of the environmental impact from PET recycling. Those factors are due to the combustion of fossil fuel as an energy source and the poorly managed waste water and chemical residues treatment. These two factors indicate that a corrective action must be made in order to produce minimum amount of environmental impact. Hence, improvement of the recycling process can start with mitigating these two factors."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mohammad Dandy Widiantara
"Kegiatan produksi timah memberikan dampak negatif tidak hanya terhadap lingkungan dan tapi juga sumber daya alam. Hal ini terutama terjadi karena kebutuhan energi yang besar dalam kegiatan penambangan dan pengolahan timah. Salah satu kegiatan yang membutuhkan banyak energi adalah penggunaan energi. PT XYZ merupakan salah satu produsen timah di Bangka Belitung yang melakukan upaya efisiensi energi pada proses produksi nya. Untuk mengetahui dampak lingkungan dan efisiensi energi pada PT XYZ dilakukan penilaian daur hidup pada keselurah aktifitas produksi, yaitu menggunakan metode Life Cycle Assessment (LCA). Tujuan penelitian ini adalah Mengevaluasi dampak lingkungan yang dihasilkan dari proses produksi timah PT XYZ menggunakan metode LCA serta menganalisis penurunan dampak lingkungan dan biaya yang dihasilkan setelah adanya program-program efisiensi energi. Pada penelitian ini dilakukan evaluasi daur hidup menggunakan metode LCA dengan software SIMAPRO dan metode CML IA Baseline, analisis pengelolaan energi menggunakan standar Sistem Manajemen Energi ISO 50001, serta perhitungan analisis biaya menggunakan metode Benefit Cost Ratio (BCR). Program 1 yang diterapkan adalah modifikasi pengeringan debu tanur dengan menghilangkan unit rotary kiln. Program 2 yang diterapkan adalah peralihan teknologi tanur pantul menjadi tanur listrik. Pemilihan program didapatkan dari hasil penentuan Significant Energy Used (SEU), dan evaluasi eksisting menggunakan LCA. Hasil penilaian daur hidup setelah program didapatkan bahwa persentase dampak yang dihasilkan dari program 1 dan 2 jauh lebih rendah dibandingkan skenario 1, seperti terlihat pada dampak abiotic depletion, setelah adanya program 1 menjadi hanya 87,17% dan setelah program 2 sebesar 12,92% dibandingkan dengan eksisting (100%). Hal itu juga terjadi dengan ke empat dampak yang lain dari mulai global warming potential, ozone layer depletion, acidification, dan euthropication. Hasil analisis biaya program ke-1 adalah program yang akan memberikan benefit secara lebih cepat, karena perbandingan efisiensi energi dengan biaya investasi lebih baik. Tapi tidak signifikan memberikan impact pada penurunan dampak lingkungan. Namun, program ke-2 memberikan benefit lebih lambat, namun memberikan impact pada penurunan dampak lingkungan dengan lebih signifikan.

Tin production activities have a negative impact not only on the environment but also on natural resources. This mainly occurs because of the large energy requirements in tin mining and processing activities. One activity that requires a lot of energy is energy use. PT XYZ is one of the tin producers in Bangka Belitung which makes energy efficiency efforts in its production process. To determine the environmental impact and energy efficiency at PT XYZ, a life cycle assessment was carried out on all production activities, namely using the Life Cycle Assessment (LCA) method. The aim of this research is to evaluate the environmental impacts resulting from PT XYZ's tin production process using the LCA method and to analyze the reduction in environmental impacts and costs resulting from energy efficiency programs. In this research, a life cycle evaluation was carried out using the LCA method with SIMAPRO software and the CML IA Baseline method, energy management analysis using the ISO 50001 Energy Management System standard, and cost analysis calculations using the Benefit Cost Ratio (BCR) method. Program-1 implemented was a modification of kiln dust drying by eliminating the rotary kiln unit. Program-2 implemented is the transition from reflective furnace technology to electric furnace. Program selection is obtained from the results of determining Significant Energy Used (SEU), and existing evaluation using LCA. The results of the life cycle assessment after the program showed that the percentage of impacts resulting from programs 1 and 2 was much lower than scenario 1, as seen in the impact of abiotic depletion, after program 1 it was only 87.17% and after program 2 it was 12.92% compared to existing (100%). This also occurs with the four other impacts starting from global warming potential, ozone layer depletion, acidification, and eutrophication. The results of the 1st program cost analysis are programs that will provide benefits more quickly because the ratio of energy efficiency to investment costs is better. However, it does not have a significant impact on reducing environmental impacts. However, the second program provides benefits more slowly but has a more significant impact on reducing environmental impacts."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Mirza Arsyad
"Batubara mempunyai peran utama sebagai sumber energi dalam upaya menyediakan pasokan listrik global, terhitung hampir 40% dari konsumsi global. Indonesia masih bergantung kepada batubara sebagai bahan bakar PLTU karena ketersediaannya yang melimpah, harga batubara yang murah dan biaya produksi yang lebih murah dibandingkan dengan biaya produksi menggunakan bahan bakar lain. Namun, kelemahan pemanfaatan batubara adalah memberikan dampak yang signifikan terhadap peningkatan polusi udara. Salah satu emisi terbesar yang dihasilkan PLTU batubara adalah emisi CO2 yang dapat mengakibatkan Global Warming Potential (GWP) atau pemanasan global dan emisi SO2 yang dapat mengakibatkan Acidification Potential (AP) atau pengasaman kondisi udara. Total emisi GWP di Indonesia pada tahun 2019 adalah sebesar 889 MT CO2 eq, Indonesia perlu mengurangi tingkat emisi hingga dibawah 662 MTCO2 eq pada tahun 2030 dan dibawah 51 MTCO2 eq pada tahun 2050, agar berada dalam kisaran 'fair-share' yang kompatibel dengan skenario Paris Agreeement. Salah satu upaya yang dilakukan oleh pemerintah untuk mengurangi emisi GWP dan AP dari sektor kelistrikan adalah dengan meningkatkan peran energi baru dan terbarukan dalam bauran energi Indonesia dari 11.4% pada tahun 2019 menjadi 23% pada tahun 2028. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh nilai emisi CO2 dan SO2 serta dampak lingkungannya, yaitu GWP dengan parameter ton CO2-eq / GWh dan AP dengan parameter ton-SO2 eq / GWh. Metode LCA terdiri dari tujuan dan definisi ruang lingkup, Life Cycle Inventory (LCI), Life Cycle Impact Assessment (LCIA) dan interpretasi. Batasan sistem LCA pada penelitian ini adalah gate to gate LCA. Objek penelitian ini adalah salah satu PLTU batubara terbesar di Indonesia yang menggunakan batubara kalori sedang. Simulasi LCA dengan menggunakan SimaPro 9.0 mendapatkan nilai Global Warming Potential sebesar 783-ton CO2e/GWh dan Acidification Potential sebesar 0.599-ton SO2e/GWh. Berdasarkan nilai GWP hasil perhitungan LCA, didapat total emisi GWP dari PLTU batubara tahun 2019 sebesar 138,6 MT CO2 eq. Jika Indonesia tidak melakukan upaya yang optimal (business as usual), maka pada tahun 2030 emisi GWP Indonesia akan mencapai 1.817 MT CO2e. Oleh karena itu, perlu dilakukan upaya-upaya agar kenaikan emisi GWP, khususnya dari PLTU batubara yang memberikan kontribusi yang cukup besar agar sejalan dengan komitmen Indonesia dalam Paris Agreeement.

Coal has a major role as an energy source in an effort to provide global electricity supply, accounting for nearly 40% of global consumption. Indonesia still depends on coal as the fuel for PLTU because of its abundant availability and the price of production which is cheaper than other fuels. However, the disadvantage of using coal is that it has a significant impact on increasing air pollution. One of the biggest emissions produced by coal-fired power plants is CO2 which can cause Global Warming Potential (GWP) and SO2 which can lead to Acidification Potential (AP) which results in acidification of air conditions. Total GWP emissions in Indonesia in 2019 amounted to 889 MT CO2eq, Indonesia needs to reduce its emissions to below 662 MT CO2eq in 2030 and 51 MT CO2eq in 2050 to be within the 'fair-share' range compatible with the Paris Agreement scenario global 1.5 ° C. One of the efforts made by the government to reduce GWP emissions from the electricity sector is by increasing the share of new and renewable energy in Indonesia's energy mix from 11.4% in 2019 to 23% in 2030. This study aims to obtain the amount of emissions (CO2, CO2) and the environmental impact of GWP and AP with the parameters tones CO2eq / GWh and ton-SO2 eq / GWh from electrical energy generated from the electricity production process at coal-fired power plants based on LCA study with SimaPro 9.0 software. The LCA method consists of the objectives and scope definition, Life Cycle Inventory (LCI), Life Cycle Impact Assessment (LCIA) and interpretation. The limitation of the LCA system in this study is the gate to gate LCA. The object of this research is one of the largest coal power plants in Indonesia which uses medium calorie coal as its fuel. The LCA simulation with SimaPro 9.0 obtained a Global Warming Potential value of 783-ton CO2eq / GWh and an Acidification Potential of 0.599-ton SO2eq / GWh. Total GWP emissions from coal-fired power plants in 2019 amounted to 138.6 MT CO2 eq or 15.5% of Indonesia's total GWP emissions of 889 MT CO2eq. If the government does not make optimal efforts (business as usual), then in 2030 Indonesia's GWP emissions will reach 1,817 MT CO2e. Therefore, it is necessary to make efforts to increase GWP emissions, especially from coal-fired power plants, which make a large enough contribution in line with Indonesia's commitment in the Paris Agreement."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Laili
"Isu sekuritas energi nasional mengemuka akibat kebutuhan energi yang terus meningkat dari tahun ke tahun dengan pasokan utama energi berbahan bakar fosil. Pemanfaatan energi berbahan bakar fosil menimbulkan dampak lingkungan berupa emisi karbon yang tinggi. Pengembangan energi baru terbarukan yang ramah lingkungan menjadi alternatif solusi untuk permasalahan energi nasional, salah satunya energi panas bumi.
Penelitian ini mengkaji dampak lingkungan pada daur hidup pembangkit listrik tenaga panas bumi yang menggunakan teknologi flash steam system. Analisis dampak lingkungan dilakukan dengan menggunakan metode Life Cycle Assessment (LCA).
Hasil penelitian menunjukkan ada empat dampak potensial utama yaitu perubahan iklim, penipisan sumber daya abiotik, acidification dan eutrophication, serta dampak tambahan berupa kebisingan. Fase yang menimbulkan dampak terbesar pada daur hidup PLTP adalah fase kondensasi dan pendinginan.
Hasil analisis juga menunjukkan bahwa keempat dampak yang ditimbulkan tidak melebihi standar baku mutu menurut peraturan pemerintah yang berlaku. Hasil analisis lebih lanjut menunjukkan bahwa PLTP dengan teknologi yang berbeda akan menimbulkan jenis dampak yang berbeda pula.

National energy security issues arise due to the increasing energy needs from year to year with the main supply of fossil fuel energy. Utilization of fossil fuel energy have environmental impacts such as carbon emissions. Development of new renewable energy to be environmentally friendly alternative energy solutions to national problems, one of which geothermal energy.
This study examines the impact of the environment on the life cycle geothermal power plant that uses the technology of flash steam system. Environmental impact assessment carried out by using Life Cycle Assessment (LCA).
The results showed there are four main potential impacts of climate change, depletion of abiotic resources, acidification and eutrophication, as well as additional impacts such as noise. Phases that have the greatest impact on the life cycle geothermal power plant is condensing and cooling phases.
The analysis also showed that the four impacts do not exceed the quality standard by the applicable government regulations. Further analysis of the results shows that geothermal power plants with different technologies will give rise to different types of impacts.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
T38718
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Paramita
"Indonesia merupakan negara penghasil kelapa sawit terbesar di dunia dengan produksi minyak kelapa sawit sebesar 60% dari produksi minyak kelapa sawit dunia. Salah satu produk industri kelapa sawit yang paling banyak digunakan oleh masyarakat adalah minyak goreng. Tingginya produksi dan konsumsi minyak goreng menjadikan produk ini sebagai salah satu komoditi yang esensial untuk menunjang kehidupan masyarakat. produksi minyak kelapa sawit menjadi kontroversi karena prosesnya yang menimbulkan kerusakan lingkungan seperti deforestasi, pelepasan gas rumah kaca, dan pencemaran ekosistem perairan. Selain itu, kemasan plastik minyak goreng yang terbuat dari bahan baku tak terbarukan juga menambah dampak terhadap kerusakan lingkungan. Untuk dapat mengatasi masalah ini dan menuju produksi minyak goreng yang berkelanjutan, penelitian ini menganalisis dampak lingkungan yang dihasilkan oleh produksi satu liter minyak goreng dengan menggunakan metode Life Cycle Assessment (LCA). Penelitian ini menganalisis dampak produksi minyak goreng dalam tiga jenis kemasan terhadap sepuluh kategori dampak lingkungan. Secara keseluruhan, dampak lingkungan terbesar dihasilkan oleh proses produksi minyak goreng. Proses yang paling banyak menjadi hotspot dalam kesepuluh kategori dampak adalah proses transportasi, penggunaan listrik, dan penggunaan pupuk. Jenis kemasan botol merupakan jenis kemasan yang paling banyak memiliki nilai dampak tertinggi dari sepuluh kategori yang dinilai.

Indonesia is the largest palm oil producing country in the world with palm oil production of 60% of the world's palm oil production. One of the products of the palm oil industry that is most widely used by the community is cooking oil. The high production and consumption of cooking oil makes this product one of the essential commodities to support people's lives. The production of palm oil is controversial because the process causes environmental damage such as deforestation, the release of greenhouse gases, and pollution of aquatic ecosystems. Alongside the problem mentioned, the plastic packaging that are made of unrenewable resources will also add some environmental problems. To be able to overcome this problem and lead to sustainable cooking oil production, this study analyzes the environmental impact produced by the production of one liter of cooking oil using the Life Cycle Assessment (LCA) method. This study will analyze the environmental impacts of cooking oil production in three types of packaging on ten environmental impact categories. The cooking oil production gives the most environmental impact. The process that have the most hotspots of all categories are transportation, electricity, and fertilizer usage. The bottle type of packaging has the highest rank of all impact categories."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ramadian Nadif Haikal
"Indonesia merupakan negara yang termasuk ke dalam salah satu penyumbang karbon dioksida terbesar di dunia. Industri semen merupakan industri yang masuk ke dalam sector IPPU (industrial process and product used) yang mana menyumbang emisi gas rumah kaca pada sector tersebut dibandingkan industri lainnya. Semen yang menjadi salah satu bahan baku yang dibutuhkan untuk sebuah infrastruktur bangunan. Indonesia yang sedang menggalangkan pembangunan infrastruktur nasional harus memerhatikan dampak lingkungan proses produksi semen terhadap lingkungan. Maka, penelitian ini dilakukan untuk menganalisis dampak lingkungan yang dihasilkan dari proses produksi semen dengan menggunakan metode life cycle assessment. Terdapat dua tahapan produksi yang memberikan dampak terbesar yaitu klin process dan finish mill & pack yang disebabkan akibat pembakaran batu bara. Penelitian ini membuat analisis perbandingan antara kondisi sekarang dengan target perusahaan dalam meningkatkan penggunaan bahan bakar alternatif sebesar 15% dengan mengidentifikasi risiko yang berpotensi muncul dan membuat mitigasi pencegahan resiko
Indonesia is a country that is included in one of the largest carbon dioxide emitters in the world. The cement industry is an industry that is included in the IPPU (industrial process and product used) sector which contributes to greenhouse gas emissions in that sector compared to other industries. Cement is one of the raw materials needed for a building infrastructure. Indonesia, which is promoting the development of national infrastructure, must pay attention to the environmental impact of the cement production process on the environment. Thus, this study was conducted to analyze the environmental impact resulting from the cement production process using the life cycle assessment method. There are two stages of production that have the biggest impact, namely the klin process and the finish mill & pack caused by burning coal. This study makes a comparative analysis between the current condition and the company's target in increasing the use of alternative fuels by 15% by identifying risks that have the potential to arise and making risk prevention mitigations."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rania Shidqy Alia Putri Wardhani
"Daging sapi merupakan sumber makanan yang kaya akan kandungan penting bagi tubuh dan populer di berbagai negara, tak terkecuali Indonesia. Konsumsi daging sapi di Indonesia diproyeksi akan terus mengalami peningkatan setiap tahun. Tren peningkatan permintaan daging nasional tersebut menjadi salah satu pendorong utama pengintensifan produksi daging sapi dalam negeri. Namun, produksi daging sapi menjadi salah satu kontributor dampak lingkungan, terutama peternakan. Oleh karena itu, diperlukan evaluasi di area peternakan untuk mengetahui seberapa besar dampak lingkungan yang diakibatkan oleh peternakan sapi potong dengan menggunakan pendekatan life cycle assessment. Dari hasil penelitian ini, pengelolaan limbah peternakan berupa kolam penampungan kotoran berbentuk slurry menjadi penyebab dampak lingkungan terbesar di area peternakan. Perbaikan sistem pengelolaan kotoran perlu dilakukan untuk dapat menurunkan potensi dampak lingkungan. Beberapa alternatif rekomendasi perbaikan diberikan beserta risiko dan potensi biaya yang dihadapi dalam pengimplementasiannya. Pengelolaan kotoran solid storage, daily spread, dry lot, dan pengolahan biogas disimulasikan kembali dan hasilnya dibandingkan dengan kondisi saat ini. Di antara seluruh opsi perbaikan, pengelolaan kotoran dengan cara penumpukan kotoran padat atau solid storage menjadi rekomendasi perbaikan terpilih karena memiliki rasio biaya termurah dan potensi penurunan dampak lingkungan sebesar 33 persen
Beef cattle is a food source that is rich in important substances for the body and is popular in many countries, including Indonesia. It is projected that beef consumption in Indonesia will continue to increase every year. The trend of increasing national demand for beef is one of the main drivers for the intensification of national beef production. However, beef production is one of the contributors of environmental impact, especially livestock. Therefore, it is necessary to evaluate and find out how much environmental impact is caused by beef cattle livestock using life cycle assessment approach. The result of this study shows that manure management in the form of a slurry-shaped manure collection pond is causing the biggest environmental impact in the livestock. Improvements to the manure management system need to be carried out to reduce the potential for environmental impacts. Several recommendation options for improvement are given along with the risks and potential costs encountered in the implementation. Manure management of solid storage, daily spread, dry lot, and biogas are simulated again and then the results are compared with current situation. Among all recommendation options, manure management by accumulating solid waste or solid storage is chosen as the recommendation because it has the lowest cost ratio with the potential for reducing environmental impact by 33 percent."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andre Susilo
"Teknologi pengolahan sampah di lokasi penelitian masih konvensional dengan menggunakan controlled landfill yang memberikan dampak lingkungan yang besar dan lahan yang luas. Life Cycle Assessment (LCA) adalah pendekatan yang berguna untuk menilai dampak lingkungan dari pengolahan limbah padat kota. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis potensi limbah padat kota menjadi Refused Derived Fuels (RDF) dan menganalisis dampak lingkungan dari proses produksi RDF melalui dua skenario yaitu : mechanical biological treatment (MBT) dengan produksi RDF melalui Low Temperature Belt Dryer (LTBD) dengan menggunakan software OpenLCA. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa limbah padat kota di ketiga lokasi memiliki potensi untuk menjadi RDF dengan melakukan pre-treatment karena memiliki kadar air yang tinggi dan Analisis menunjukkan bahwa konversi limbah padat kota yang mudah terbakar menjadi RDF dengan cara MBT lebih ramah lingkungan daripada LTBD dengan dampak lingkungan sebagai berikut: GWP 11,032 kg CO2 eq., Pengasaman 0,034 kg SO2 eq., Eutrofikasi 0,0084 kg PO4 eq, ODP 6,67 x 10-7 kg CFC-11 eq., dan Toksisitas manusia 4.78 kg 1,4 diklorobenzena eq

Waste processing technology at the research site is still conventional by using controlled landfills that provide a large environmental impact and a large area of land. Life Cycle Assessment (LCA) is a useful approach for assessing the environmental impact of municipal solid waste (MSW) treatment. The purpose of this study is to analyze the potential of municipal solid waste into RDF and analyze the environmental impact of the RDF production process through two scenarios, namely: mechanical biological treatment (MBT) with RDF production through a Low Temperature Belt Dryer (LTBD) using OpenLCA software. The results of the study showed that MSW in all three locations has the potential to become RDF by conducting pre-treatment because it has a high water content and analysis shows that the conversion of combustible municipal solid waste into RDF by means of MBT is more environmentally friendly than LTBD with the following environmental impacts: GWP 11.032 kg CO2 eq., Acidification 0.0344 kg SO2 eq., Eutrophication 0.0084 kg PO4 eq, ODP 6,67 x 10-7 kg CFC-11 eq., and Human toxicity 4,78 kg 1.4 dichlorobenzene eq."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>