Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 161517 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Endang Widuri Wulandari
"Pendahuluan: Komorbid Diabetes Melitus (DM) merupakan salah satu faktor risiko kematian pada kasus konfirmasi Coronavirus Diseases (COVID-19). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan komorbid DM dengan kematian pada kasus konfirmasi COVID-19 di DKI Jakarta, periode Maret-Agustus 2020 setelah dikontrol dengan variabel perancu.
Metode: Desain penelitian ini adalah kohort retrospektif. Kriteria inklusi adalah kasus yang terkonfirmasi COVID-19 dengan pemeriksaan Polymerase Chain Reaction (PCR) yang dilaporkan kepada Dinas Kesehatan (Dinkes) provinsi DKI Jakarta, dengan variabel yang lengkap. Kriteria eksklusi adalah wanita hamil. Dari total 41.008 kasus dalam laporan COVID-19 dinkes provinsi DKI Jakarta, terdapat 30.641 kasus yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. 1.480 sampel dalam penelitian ini diambil dari semua (740) kasus COVID-19 dengan komorbid DM dan 740 kasus COVID-19 tanpa komorbid DM yang diambil melalui simple random sampling dari 29.901 kasus COVID-19 tanpa komorbid DM. Data analisis menggunakan regresi cox proporsional hazard.
Hasil penelitian menunjukkan besar hubungan kasar komorbid DM dengan kejadian kematian pada kasus COVID-19 Crude Hazard Ratio (CHR) 7,4 (95% CI 4,5-12,3, nilai p < 0,001). Besar hubungan komorbid DM dengan kejadian kematian pada kasus COVID-19 setelah dikontrol oleh kovariat (komorbid hipertensi dan kelompok usia (> 50 tahun dan < 50 tahun) adalah Adjusted Hazard Rasio 3,9 (95% CI 2,2-6,8 nilai p <0,001), yang berarti kasus COVID-19 dengan komorbid DM berisiko 3,9 kali untuk mengalami kejadian kematian.
Diskusi: Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian lainnya yang menunjukkan komorbid DM meningkatkan risiko kematian COVID-19. Untuk menurunkan kejadian kematian pada kasus COVID-19 dengan komorbid DM, diperlukan strategi pencegahan dan tatalaksana COVID-19 dengan triase dan perhatian khusus untuk tatalaksana cepat dan tepat serta monitoring untuk kasus COVID-19 dengan komorbid DM.

Introduction: Comorbid Diabetes Mellitus (DM) is one of the risk factors for Coronavirus Diseases (COVID-19) mortality. Aim of this study is to determine the association of comorbid diabetes mellitus and COVID-19 mortality among COVID-19 confirmed cases in DKI Jakarta for period March-August 2020, after being controlled with confounding variables.
Methode: The study design is a retrospective cohort. The inclusion criteria are confirmed cases of COVID-19 with Polymerase Chain Reaction (PCR) reported to the DKI Jakarta provincial health office, with complete variables. Exclusion criteria is pregnant women. Of the total 41,008 cases in the Jakarta provincial health office's COVID-19 report, there are 30,641 cases that met the inclusion and exclusion criteria. 1,480 samples in this study are taken from all (740) COVID-19 cases with comorbid DM and 740 COVID-19 cases without comorbid DM which are taken through simple random sampling of 29,901 COVID-19 cases without comorbid DM. The data were analyzed using cox proportional hazard regression.
The study result indicates that the crude association between DM and mortality among COVID-19 confirmed cases is Crude Hazard Ratio (CHR) 7,4 (95% CI 4,5-12,3, pValue < 0,001). While association between DM and mortality among COVID-19 confirmed cases after being controlled by covariates (hypertensive comorbidities and age groups (> 50 years and < 50 years) is 3.9 (95% CI 2.2- 6.8, p Value <0.001), which means that COVID-19 cases with comorbid DM have a 3.9 times risk of death.
Discussion: The results of this study are in line with other studies that indicate DM co- morbidities increase the risk of death from COVID-19. To reduce the incidence of death in COVID-19 cases with comorbid DM, a strategy for preventing and treating COVID- 19 with triage and special attention is needed for rapid and prompt management and monitoring for COVID-19 cases with comorbid DM.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adistikah Aqmarina
"Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) merupakan penyakit infeksi baru yang selama hampir tiga tahun terakhir (2020-2023) ditetapkan sebagai pandemi oleh World Health Organization (WHO). Meskipun saat ini status tersebut telah dicabut, berbagai negara masih melaporkan kasus konfirmasi dan kematian setiap harinya. Salah satu faktor yang memperparah kondisi seseorang yang terinfeksi COVID-19 adalah riwayat komorbid. Hipertensi merupakan salah salah satu jenis komorbid paling banyak pada kasus konfirmasi COVID-19 (prevalensi sekitar 9,2%). Berbagai penelitian untuk melihat pengaruh komorbid hipertensi terhadap kematian COVID-19 pernah dilakukan. Namun, mayoritas penelitian dilakukan di Provinsi DKI Jakarta dengan sampel dan informasi variabel confounder sangat terbatas. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan komorbid hipertensi dengan kematian kasus konfirmasi COVID-19 di Indonesia periode Januari-Juni 2022 dengan mengontrol variabel potensial confounder secara komprehensif, menggunakan sumber data lebih lengkap dan jumlah sampel lebih besar. Penelitian ini menggunakan desain studi kasus kontrol dengan data bersumber dari laporan Sistem Informasi Rumah Sakit Online (SIRS Online) Kementerian Kesehatan periode Januari-Juni 2022. Kasus konfirmasi COVID-19 dengan komorbid hipertensi memiliki risiko kematian sebesar 1,57 kali lebih tinggi dibandingkan dengan kasus konfirmasi COVID-19 yang tidak memiliki komorbid hipertensi setelah dikontrol oleh variabel usia, status vaksinasi, varian virus, dan diabetes melitus (OR=1,57; 95%CI:1,20-2,05; p=0,001). Ada perbedaan hubungan antara komorbid hipertensi dengan kematian kasus konfirmasi COVID-19 pada kelompok infeksi bukan Omicron (OR=7,68; 95%CI:1,15-51,38; p=0,036) dan Omicron (OR=1,52; 95%CI:1,16-1,99; p=0,002) setelah dikontrol variabel usia, status vaksinasi, dan diabetes melitus. Ada perbedaan hubungan komorbid hipertensi dengan kematian kasus konfirmasi COVID-19 pada kelompok belum vaksin (OR=1,52; 95%CI:1,02-2,26; p=0,037), vaksin 1-dosis (OR=1,85; 95%CI:0,84-4,08; p=0,125), vaksin 2-dosis (OR=1,66; 95%CI:1,08-2,54; p=0,020) dan vaksin booster (OR=0,21; 95%CI:0,03-1,48; p=0,118) setelah dikontrol variabel usia, varian virus, dan diabetes melitus. Perlu upaya bersama dari pemerintah maupun masyarakat dalam pencegahan dan pengendalian komorbid hipertensi untuk mencegah kematian akibat infeksi COVID-19.

Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) is a new infectious disease which for the last three years (2020-2023) has been declared a pandemic by the World Health Organization (WHO). Even though the pandemic status has been lifted, various countries are still reporting confirmed cases and deaths every day. One of the factors that worsens the condition of a person infected with COVID-19 is a history of comorbidities. Hypertension is one of the most common types of comorbidities in COVID-19 confirmed cases (prevalence of around 9.2%). Various studies have been conducted to see the effect of comorbid hypertension on COVID-19 mortality. However, majority of the research was conducted in DKI Jakarta Province with very limited samples and information on confounder variables. This study aims to determine the relationship between comorbid hypertension and mortality among COVID-19 confirmed cases in Indonesia for the period January-June 2022 by comprehensively controlling potential confounder variables, using more complete data sources and larger sample size. This study used a case-control study design with data sourced from Sistem Informasi Rumah Sakit Online (SIRS Online) Ministry of Health for the period January-June 2022. COVID-19 confirmed cases with comorbid hypertension have a 1,57 times higher risk of mortality compared to confirmed cases COVID-19 without comorbid hypertension after controlling for age, vaccination status, viral variants, and diabetes mellitus (OR=1,57; 95%CI:1,20-2,05; p=0,001). There was a difference relationship between comorbid hypertension and mortality among COVID-19 confirmed cases in non Omicron group (OR=7,68; 95%CI:1,15-51,38; p=0,036) and Omicron group (OR=1,52; 95%CI:1,16-1,99; p=0,002) after controlling for age, vaccination status, and diabetes mellitus. There was a difference relationship between comorbid hypertension and mortality among COVID-19 confirmed cases in unvaccinated group (OR=1,52; 95%CI:1,02-2,26; p=0,037), 1-dose vaccine (OR=1,85; 95%CI:0,84-4,08; p=0,125), 2-dose vaccine (OR=1,66; 95%CI:1,08-2,54; p=0,020) and booster vaccine (OR=0,21; 95%CI:0,03-1,48; p=0,118) after controlling for age, viral variants, and diabetes mellitus. There needs joint effort from government and community in preventing and controlling comorbid hypertension to prevent mortality from COVID-19 infection."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Asri Mutiara Putri
"Hipertensi merupakan penyakit penyerta dengan presentase tertinggi pada kasus terkonformasi COVID-19 yaitu sebesar 50,1% dan merupakan penyakit penyerta kedua tertinggi, setelah diabetes melitus, pada kematian COVID-19 yaitu sebesar 9,5%. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara variabel hipertensi dengan kematian pada kasus konfirmasi COVID-19 usia ≥ 55 tahun di Depok periode Agustus 2020 – Juni 2021, berdasarkan data Dinas Kesehatan Depok. Desain pada penelitian adalah kasus kontrol, dengan menggunakan data sekunder dari Dinas Kesehatan Kota
Depok. Sampel pada penelitian ini adalah sampel yang memenuhi kriteria inklusi penelitian, yaitu kasus konfirmasi COVID-19 dari hasil pemeriksaan PCR yang
dilaporkan menggunakan laporan khusus COVID-19 kepada Dinas Kesehatan Kota Depok dengan data variabel yang lengkap pada pasien usia ≥ 55 tahun. Sedangkan kriteria
eksklusi adalah wanita hamil. Didapatkan 425 sampel yang memenuhi kriteria inklusi pada kelompok kasus dan dilakukan simple random sampling pada kelompok kontrol
untuk mendapatkan 425 sampel. Data dianalisis menggunakan uji chi-square dan regresi logistik. Dari hasil analisis ditemukan hubungan antara hipertensi dengan kematian kasus konfirmasi COVID-19 memiliki nilai asosiasi OR crude yaitu 2,43 (95% CI = 1,67-3,54,
P value = <0,0001) dan OR adjusted yaitu 2,08 (95% CI = 1,44-3,02, P value = <0,0001) setelah dikontrol variabel penyakit jantung. Hasil penelitian ini tidak terlepas dari keterbatasan penelitian dan bias. Penggunaan data pada penelitian ini terbatas pada data
yang tersedia dalam laporan COVID-19 Dinas Kesehatan Kota Depok. Data pada penelitian ini bersumber dari hasil penyelidikan epidemiologi (PE) Dinas Kesehatan Kota Depok yang mana pengisian formulir PE berdasarkan hasil wawancara petugas kesehatan dengan pasien.

Hypertension is the most prevalent comorbidity in confirmed cases of COVID-19 which is 50.1% and is the second highest comorbidity, after diabetes mellitus, in COVID-19 deaths which is 9.5%. This study aims to determine the association between hypertension
and mortality among confirmed cases of COVID-19 aged ≥ 55 years in Depok for the period of August 2020 – June 2021, based on data from the Depok Health Office. This is a case control study, using secondary data from the Depok Health Office. The samples in this study were samples that met the research inclusion criteria, which is confirmed cases of COVID-19 with the PCR test, that were reported using a special COVID-19 report to
Depok Health Office with complete data of the variables, among patients aged ≥ 55 years. While the exclusion criteria were pregnant women. There were 425 samples that met the inclusion criteria in the case group and simple random sampling was performed in the
control group to obtain 425 samples. Data were analyzed using chi-square and logistic regression test. From the results of the analysis, it was found that the crude association between hypertension and mortality in confirmed COVID-19 cases is OR 2.43 (95% CI
= 1.67-3.54, P value = <0.0001) and adjusted OR 2,08 (95% CI = 1.44-3.02, P value = <0.0001) after being controlled by heart disease comorbid. The results of this study might be influenced by research limitations and bias. The use of data in this study is limited to
the data available in the COVID-19 report from Depok Health Office. The data used in this study were obtain from an epidemiological investigation (PE) of the Depok Health Office, which the questionnaires were filled based on interviews conducted by health workers and patients.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Verry Adrian
"Infeksi SARS CoV-2 sebagai penyebab terjadinya pandemi Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) kini menjadi perhatian kesehatan masyarakat. Pada kasus COVID-19 yang berat dapat menyebabkan pneumonia, sindrom pernapasan akut, gagal ginjal, dan bahkan kematian, sehingga tidak jarang membutuhkan perawatan intensif. Diduga komorbiditas akan memperberat kondisi tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dampak komorbiditas yakni hipertensi, diabetes melitus, dan penyakit paru obstrktif kronis terhadap kejadian perawatan intensif pada pasien COVID-19 di DKI Jakarta. Penelitian ini menggunakan desain potong lintang dengan menggunakan data registri pasien COVID-19 milik Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta pada Maret-Juni 2020 yand diperoleh dari formulir pencatatan dan pelaporan COVID-19. Kriteria inklusi adalah usia lebih dari 18 tahun, terdiagnosis COVID-19 dari hasil pemeriksaan swab PCR positif, dan pasien dirawat di Rumah Sakit di DKI Jakarta. Kriteria eksklusi adalah memiliki kondisi imunodefisiensi (HIV, keganasan, sedang menjalani kemoterapi atau radiasi). Data dianalisis secara bivariat dan multivariat menggunakan regresi logistik multipel dengan mempertimbangkan kovariat berupa usia, jenis kelamin, jenis pekerjaan, jumlah gejala dan durasi gejala yang dialami. Berdasarkan 12 699 pasien terkonfirmasi COVID-19 pada periode penelitian, terdapat 6 359 pasien yang memenuhi kriteria penelitian ini. Diketahui 623 (9,8%) mengalami hipertensi, 421 (6,62%) mengalami diabetes melitus, dan 133 (2,09%) mengalami PPOK. Sebanyak 166 (2,61%) diantaranya mendapat perawatan di ICU. Setelah dikontrol kovariat, ketiga komorbiditas tersebut secara independen meningkatkan risiko kebutuhan perawatan di ICU, tertinggi pada penderita hipertensi tanpa diabetes yang memiliki lebih dari 2 gejala OR 23,98 (IK95% 12,83-44,83) diikuti penderita hipertensi yang disertai diabetes dan lebih dari 2 gejala OR 16,53 (IK95% 8,76-31,17). Penderita PPOK memiliki risiko OR 1,80 (IK95% 0,95-3,40) untuk dirawat di ICU. Disimpulkan bahwa hipertensi, diabetes melitus, dan PPOK meningkatkan risiko perawatan di ICU pada pasien COVID-19 di DKI Jakarta.

COVID-19 cases can lead to pneumonia, acute respiratory distress syndrome, acute kidney failure, and death. The presence of comorbidities are tought to worsen that condition. This study aimed to investigate impact of hypertension, diabetes mellitus, and chronic obstructive pulmonary disease to admission to intensive care unit (ICU) among COVID-19 patients in DKI Jakarta. This cross sectional study utilize COVID-19 patients registry data owned by DKI Jakarta Provincial Health Office from March to June 2020. Inclusion criteria are aged 18 years old or older, confirmed by positive PCR swab test result, and hospitalized in DKI Jakarta. Exclusion criteria are patients with immunodeficiency condition (HIV, malignancy, in chemotherapy or radiation therapy). Data were analyzed in bivariate and multivariate analysis using multiple logistic regression by considering covariates (age, sex, working status, number of symptoms, and duration of symptoms). Among 12 699 patients, 6 359 were included. Approximately 623 (9,8%) had hypetension, 421 (6,62%) had diabetes mellitus, and 133 (2,09%) had COPD. Among them, 166 (2,61%) were admitted to ICU. After controlling for covariates, those comorbidities are independently increase risk of ICU admission. The highest risk are found among hypertension patients without diabetes melitus and had more than two symptoms OR 23,98 (95%CI 12,83-44,83) followed by hypertension patients with diabetes melitus and had more than two symptoms OR 16,53 (95%CI 8,76-31,17). COPD patients had risk OR 1,80 (95%CI 0,95-3,40) for ICU admission. In conclusion, hypertension, diabetes mellitus, and COPD increase risk of ICU admission among COVID-19 patients in DKI Jakarta."
Depok: Fakultas Kesehatan masyarakat Universitas Indonesia, 2021
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rajesh Kumar Das
"COVID-19 yang dimulai dari kota Wuhan China pada Desember 2019 telah menyebabkan jutaan infeksi di seluruh dunia. Di Indonesia, dua kasus pertama dilaporkan pada 2 Maret 2020 dan respons utama untuk mengendalikan penularan virus adalah deklarasi pembatasan sosial berskala besar atau disingkat dengan PSBB. Tujuan utama penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi tren epidemiologi, peran PSBB dalam penurunan kasus serta sebaran spasial kasus terkonfirmasi COVID-19 di Provinsi DKI Jakarta. Desain penelitian terdiri dari studi ekologi dan studi kasus-seri yang mengeksplorasi tren epidemiologi dan distribusi COVID-19 di DKI Jakarta berdasarkan data surveilans sekunder. Hasil penelitian menunjukkan tren epidemiologis COVID-19 meningkat. Berdasarkan data yang dianalisis antara Maret hingga Desember 2020, Jakarta Pusat adalah kotamadya yang paling terkena dampak di antara semua kotamadya lain di provinsi ini. Angka kejadian dan angka kematian kasus adalah yang tertinggi dan berbeda secara signifikan dengan kota lainnya. Pemberlakuan PSBB berperan positif dalam menurunkan rata-rata kasus harian COVID-19 meskipun asosiasinya tidak signifikan. Terdapat autokorelasi spasial positif COVID-19 dengan kelurahan tetangga di kota tersebut. Ada lima belas hotspots COVID-19 di berbagai wilayah Jakarta, tetapi sebagian besar berada di Jakarta Barat.

COVID-19 that started from Wuhan city of China in December 2019 has caused millions of worldwide infections. In Indonesia, the first two cases were reported on 2 March 2020 and the major response to control the virus transmission was the declaration of large-scale social restrictions, or PSBB. The main objective of this study was to identify the epidemiological trends, role of PSBB in reducing the cases as well as the spatial distribution of the confirmed cases of COVID-19 in DKI Jakarta province. The study design comprised an ecological and case-series study exploring the epidemiological trends and distribution of COVID-19 in DKI Jakarta based on secondary surveillance data. The results showed an increasing epidemiological trend of  COVID-19. Based on the data analysed between March and December 2020, Central Jakarta was the municipality most affected among all other municipalities in the province. The incidence rate as well as case fatality rate was the highest and differed significantly with other municipalities. The implementation of PSBB played a positive role in reducing the average daily COVID-19 cases despite the fact that the association was not significant. There was a positive spatial autocorrelation of COVID-19 with the neighboring kelurahan in the city. There were fifteen COVID-19 hotspots in different parts of Jakarta but majority of them were based in West Jakarta.

Key words: COVID-19; DKI Jakarta; Epidemiological trend; spatial analysis; PSBB"

Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nidia Ayu
"Coronavirus Disease (COVID-19) adalah penyakit baru yang melanda dunia tahun 2020.
Penyakit ini diperkirakan berasal dari Wuhan, China (Rothan HA, 2020). WHO
menetapkan COVID-19 sebagai pandemi karena penyakit ini telah berhasil menginfeksi
lebih dari 190 negara di dunia. DKI Jakarta adalah Ibu Kota di Indonesia yang turut
menjadi salah satu Provinsi dengan kasus konfirmasi positif COVID-19 tertinggi sampai
akhir Juli 2020. Penelitian ini bertujuan untuk memodelkan rate kasus COVID-19 pada
15 kecamatan Jakarta dengan intensitas tertinggi. Alasan dipilihnya 15 kecamatan dengan
intensitas tertinggi untuk menjadi area penelitian karena lebih dari 63,43% kasus
konfirmasi COVID-19 dilaporkan dari 15 kecamatan, yakni Kecamatan Gambir,
Menteng, Sawah Besar, Kemayoran, Taman Sari, Senen, Tanah Abang, Johar Baru,
Tambora, Grogol Petamburan, Cempaka Putih, Pademangan, Setia Budi, Matraman, dan
Palmerah. Rate kasus COVID-19 pada area ini kemudian dibuat model GSTAR, model
ini merupakan salah satu pemodelan dalam time seriesstokastik yang mempertimbangkan
indeks spasial atau lokasi dan waktu (Budi, 2019). Matriks bobot biner, matriks bobot
seragam, dan matriks bobot jarak pada penelitian ini dibentuk sebagai matriks dependensi
spasial antar lokasi atau disebut matriks bobot W. Hasil identifikasi STACF dan STPACF
untuk semua matriks pembobot spasial didapatkan model yang sama, yaitu GSTAR(3,1).
Pendugaan parameter model GSTAR(3,1) dilakukan untuk setiap matriks pembobot
tersebut. Model GSTAR(3,1) yang terbaik diperoleh berdasarkan matriks pembobot
jarak, dengan RMSE terkecil yaitu 0.1271.

Coronavirus Disease (COVID-19) is a new disease that hit the world in 2020. This disease
is thought to have originated in Wuhan, China (Rothan HA, 2020). WHO has designated
COVID-19 as a pandemic because this disease has successfully infected more than 190
countries in world. DKI Jakarta is the capital city in Indonesia which is also one of the
provinces with the highest positive confirmed cases of COVID-19 until the end of July
2020. This study aims to model the level of COVID-19 cases in 15 sub-districts of DKI
Jakarta with the highest intensity. The reason for choosing 15 sub-districts with the
highest intensity to be the research area was because more than 63.43% of confirmed
COVID-19 cases were reported from 15 sub-districts, that is Gambir, Menteng, Sawah
Besar, Kemayoran, Taman Sari, Senen, Tanah Abang, Johar Baru Districts , Tambora,
Grogol Petamburan, Cempaka Putih, Pademangan, Setia Budi, Matraman, and Palmerah.
Rate of COVID-19 cases in this area is then made a GSTAR model, this model is one of
the models in a stochastic time series that considers spatial index or location and time
(Budi, 2019). The binary weight matrix, uniform weight matrix, and distance weight
matrix in this study were formed as a spatial dependency matrix between locations or
called the W weight matrix. The results of STACF and STPACF services for all spatial
weighting matrices obtained the same model, that is GSTAR (3,1). Estimation of
parameters of the GSTAR model (3,1) is carried out for each weighting matrix. The best
GSTAR (3,1) model is based on a distance weighted matrix, with an RMSE of 0.1271
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Choirunnisa
"Covid-19 (Coronavirus Disease-2019) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus SARS-CoV-2 (Severe Acute Respiratory Syndrome-Coronavirus-2). Usia tua (≥65 tahun), jenis kelamin laki-laki, hipertensi, penyakit kardiovaskular, diabetes, PPOK dan kanker dapat meningkatkan risiko kematian akibat Covid-19. Desain penelitian ini adalah studi analitik kasus kontrol dari data penelusuran epidemiologi (PE) Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan sejak bulan Maret 2020-Juli 2021. Jumlah sampel kelompok kasus dan kontrol masing-masing sebanyak 344 sehingga total sampel adalah 688 sampel. Proporsi pasien Covid-19 yang memiliki diabetes mellitus (DM) pada kelompok kasus adalah 35% dan pada kelompok kontrol sebanyak 4%. Analisis bivariat hubungan diabetes mellitus dengan mortalitas pasien Covid-19 di Tangerang Selatan menunjukkan OR=12.47 (p-value=0.0000; 95% CI 6.9-24). Analisis multivariat dengan regresi logistik dihasilkan OR=15.87 (p-value=0.000; 95% CI 7.09-35.5) setelah dikontrol dengan usia, hipertensi, interaksi DM dengan hipertensi, dan interaksi DM dengan gangguan imunologi.

Covid-19 (Coronavirus Disease-2019) is a new disease caused by SARS-CoV-2 (Severe Acute Respiratory Syndrome-Coronavirus-2). Old age (≥65 years old), male, hypertension, cardiovascular disease, diabetes, COPD, and cancer are associated with higher mortality risk. The design of this study is case control using secondary data penelusuran epidemiologi (PE) of Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan since March 2020-July 2021. The sample size from each case and control was 344 so the total sample was 688 sample. Proportion of Covid-19 patients with diabetes mellitus (DM) is 44.77% in case group and 8.14% in control group. Bivariate analysis of the association of diabetes mellitus with mortality among Covid-19 patients in South Tangerang showed OR=12.47 (p-value=0.0000; 95% CI 6.9-24). Multivariate analysis using logistic regression showed OR=15.87 (p-value=0.000; 95% CI 7.09-35.5) after age, hypertension, interaction between DM and hypertension, and interaction between DM and autoimmune disease were controlled."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aljira Fitya Hapsari
"COVID-19 merupakan infeksi virus yang menjadi pandemi dunia dengan dampak kesehatan masyarakat yang terjadi secara global. Sepanjang tahun 2020, Indonesia tercatat sebanyak 743.198 kasus konfirmasi pada tingkat nasional dengan 22.138 kematian akibat COVID-19. Upaya pengendalian COVID-19 dilakukan dari tingkat regional sampai nasional dan puskesmas memiliki peran untuk melakukan deteksi, pencegahan dan respon pengendalian COVID-19 di masyarakat. Tujuan penelitian adalah mengetahui gambaran epidemiologi, morbiditas dan mortalitas kasus konfirmasi COVID-19 di Puskesmas Kecamatan Pulogadung tahun 2020 dengan metode cross-sectional deskriptif. Hasil analisis univariat menunjukkan 2915 kasus konfirmasi COVID-19 dengan kasus bulanan terbanyak pada bulan Desember (34,3%), lebih banyak terjadi pada perempuan (53,7%), paling banyak terjadi pada kelompok usia 20-29 tahun (21,9%), paling banyak terjadi pada kelurahan Cipinang (21,2%), memiliki riwayat kontak erat (98,5%). Distribusi kasus konfirmasi COVID-19 berdasarkan klasifikasi gejala menunjukkan bahwa terdapat 13,9% kasus konfirmasi tanpa gejala (asimtomatik), 71,6% dengan gejala ringan dan 14,5% dengan gejala sedang. Gejala yang paling banyak adalah batuk (28,3%) pada seluruh kelompok usia dengan perbedaan distribusi gejala lain berdasarkan kelompok usia dan jenis kelamin. CFR sebesar 2,4% dengan perbedaan CFR berdasarkan kelompok usia dan jenis kelamin.Tempat perawatan paling banyak adalah fasilitas dan rumah sakit COVID-19 (52,2%). Analisis bivariat menunjukkan hubungan signifikan antara kelompok usia kasus konfirmasi COVID-19 ≥60 tahun (p=0,000) dengan kejadian gejala sedang, hubungan yang signifikan pada usia ≥60 (p=0,000) dan kelompok usia 50-59 tahun (p=0,002) dengan kejadian kematian, hubungan yang signifikan antara gejala sedang dengan kejadian kematian (p=0,000).

COVID-19 is a viral infection that has become a global pandemic resulting in global public health impacts. Throughout 2020, Indonesia recorded 743,198 confirmed cases at the national level with 22,138 deaths due to COVID-19. Efforts to control COVID-19 are carried out from the regional to the national level. Primary healthcare facilities have a role to detect, prevent and respond to COVID-19 control in the community. The purpose of this study is to describe the epidemiology, morbidity and mortality of COVID-19 confirmed cases at the Pulogadung Subistrict Health Center in 2020 with a descriptive cross-sectional method. The results of the univariate analysis showed 2915 \ COVID-19 confirmed cases with the most monthly cases in December (34.3%), more in women (53.7%), most occurring in the 20-29 year age group (21.9 %), mostly occurred in Cipinang (21.2%), had a history of close contact (98.5%). The distribution of confirmed cases of COVID-19 based on symptom classification showed that there were 13.9% confirmed cases without symptoms (asymptomatic), 71.6% with mild symptoms and 14.5 percent with moderate symptoms. The most common symptom was cough (28.3%) in all age groups with differences in the distribution of other symptoms by age group and gender. CFR is 2.4% with differences in CFR by age group and gender. The most common places for treatment are COVID-19 facilities and hospitals (52.2%). Bivariate analysis showed a significant relationship between the age group of confirmed cases of COVID-19 ≥60 years (p=0.000) with incidence moderate symptoms, a significant relationship between age ≥60 (p=0.000) and the age group 50-59 years (p=0.002) with the incidence of death and a significant relationship between moderate symptoms and the incidence of death (p = 0.000)."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zhara Juliane
"Terhitung sejak 30 Januari 2020, World Health Organization (WHO) telah resmi menetapkan Covid-19 sebagai Kedaruratan Kesehatan Masyarakat yang Meresahkan Dunia (KKMMD)/ Public Health Emergency of International Concern (PHEIC) karena adanya peningkatan kasus yang signifikan dan kasus konfirmasi di beberapa negara lain (World Health Organization, 2020a). Pada April 2021, angka kematian Covid-19 di Indonesia telah menyentuh 4,68% dimana angka tersebut lebih tinggi dari angka kematian rata-rata global yaitu 3,79%.
Studi-studi yang telah dilakukan sebelumnya menunjukan adanya hubungan hipertensi dan diabetes melitus terhadap kesintasan pasien Covid-19. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan hipertensi dan diabetes melitus terhadap kesintasan pasien Covid- 19 di RSJPD Harapan Kita Jakarta Maret 2020 - April 2021.
Penelitian kohort retrospektif ini menggunakan analisis survival cox regression untuk mengetahui kesintasan. Penelitian ini menggunakan sumber data sekunder dari Divisi PPI dan penelusuran rekam medik. Penelitian ini melibatkan jumlah sampel sebesar 433 pasien konfirmasi Covid-19 yang diambil menggunakan teknik random sampling.
Hasil analisis menunjukan hipertensi dan diabetes melitus berhubungan bermakna dengan kejadian kematian pada pasien Covid-19 di RSJPD Harapan Kita Maret 2020 - April 2021 setelah dikontrol oleh faktor perancu usia, penyakit ginjal kronik, perawata intensif, dan penyakit paru kronik. dengan adjusted hazard ratio sebesar 1,518 (95% CI: 1,101 – 2,985) p-value 0,025. Perlu adanya triase pasien yang tepat dan pemantauan khusus serta penanganan yang adekuat untuk pasien Covid-19 yang memiliki faktor risiko hipertensi dan diabetes melitus untuk mencegah terjadinya kematian.

As of January 30 2020, the World Health Organization (WHO) deemed Covid-19 as a Public Health Emergency of International Concern (PHEIC) due to a significant increase of cases and confirmed cases in several countries (World Health Organization, 2020a). In April 2021, the mortality rate of COVID-19 in Indonesia reached 4.68%, which is higher than the global average mortality rate of 3.79%. Previous studies have shown that there is a relationship between hypertension and diabetes mellitus on the survival of Covid-19 patients. This study aims to determine the relationship between hypertension and diabetes mellitus on the survival of Covid- 19 patients at RSJPD Harapan Kita Jakarta March 2020 - April 2021.
This retrospective cohort study was conducted using cox regression analysis to determine survival. This study uses secondary data provided by the infection prevention and control division of Harapan Kita and medical record tracing. The study involved a total of 433 confirmed Covid-19 patients who were selected using random sampling technique.
The results of the analysis show that hypertension and diabetes mellitus were significantly related to the incidence of death in Covid-19 patients at RSJPD Harapan Kita March 2020 - April 2021 after being controlled for confounding factor namely chronic lung disease with an adjusted hazard ratio of 1.518 (95% CI: 1,101 – 2,985), p-value 0.025. Proper triage of patients is needed, as well as rigorous monitoring and adequate treatment for Covid-19 patients who suffer from hypertension and diabetes mellitus to prevent further mortality and morbidity.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Clement Drew
"Penyakit COVID-19, yang etiologinya adalah virus korona SARS-CoV2, telah menjadi pandemi dan masuk ke Indonesia sejak Maret 2020. Virus ini menyerang sistem pernapasan tubuh dan menyebabkan kematian melalui mekanisme gagal napas. Indonesia memasuki tahun 2021 di peringkat ke-20 sedunia dalam jumlah kasus konfirmasi positif terbanyak, yakni dengan jumlah sebesar 751,270 kasus dan 22,329 kematian. Pemerintah Indonesia merespon dengan mengeluarkan berbagai kebijakan upaya preventif seperti pembatasan sosial berskala besar (PSBB), 3M dan 3T. Namun angka kejadian dan kematian akibat COVID-19 masih terus meningkat. Penting untuk dapat ditelusuri faktor resiko yang dapat meningkatkan resiko kematian pasien positif COVID-19 dan bagaimanakah respon kepatuhan masyarakat akan implementasi upaya preventif yang dilakukan oleh pemerintah. Penelitian ini menelusuri efek dari usia lanjut (>=60 tahun), jenis kelamin, adanya gejala saluran pernapasan, gejala luar saluran pernapasan, riwayat komorbid seperti diabetes mellitus, hipertensi, gagal ginjal kronik, gangguan hati kronik, penyakit paru obstruktif kronik dan obesitas dengan analisis kohort retrospektif. Data analisis diperoleh dari penelusuran epidemiologis (PE) oleh Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi DKI Jakarta di lima wilayah DKI Jakarta sejak bulan Maret - September 2020. Sedangkan untuk respon kepatuhan masyarakat akan dinilai dari sudut pandang petugas kesehatan, yakni dengan diskusi kelompok bersama petugas Sudinkes dan puskesmas lima wilayah DKI Jakarta. Dari 35,463 sampel data PE Dinkes, diketahui ada 1017 kematian (2.87%). Analisis multivariat regresi logistik menunjukan bila usia lanjut (>=60 tahun) meningkatkan RR kematian sebesar 6.736 (95% IK 5.538 - 8.193), jenis kelamin laki-laki sebesar 1.305 (95% IK 1.113 - 1.529), adanya gejala saluran pernapasan sebesar 2.563 (95% IK 2.034 - 3.229), adanya gejala luar saluran pernapasan sebesar 2.485 (95% IK 1.965 - 3.142), riwayat gagal ginjal kronik sebesar 3.227 (95% IK 2.154 - 4.834), adanya riwayat hipertensi sebesar 4.396 (95% IK 3.196 - 6.047) dan riwayat diabetes mellitus sebesar 4.415 (95% IK 2.846 - 6.849). Persepsi petugas kesehatan akan kepatuhan masyarakat adalah seragam di lima wilayah, yakni kepatuhan dinilai baik pada masa awal pandemi dan semakin melonggar seiring berjalannya waktu. Hambatan yang ditemui pada umumnya berakar dari kurangnya pengetahuan masyarakat akan penyakit COVID-19 dan bagaimana untuk mencegahnya. Berdasarkan hasil penelitian ini, didapatkan bila usia lanjut, jenis kelamin, gejala saluran pernapasan, gejala luar saluran pernapasan, riwayat hipertensi, diabetes mellitus dan gagal ginjal kronik meningkatkan resiko mortalitas pasien positif COVID-19 di DKI Jakarta. Selain itu kepatuhan masyarakat dinilai petugas kesehatan semakin melonggar, sehingga upaya preventif primer yang dilakukan pemerintah perlu diperdalam dengan menjangkau dengan dialog kelompok-kelompok yang masih tidak patuh.

COVID-19, which is caused by SARS-CoV2 coronavirus, have spread into a pandemic and entered Indonesia in March 2020. COVID-19 attacks human respiratory system and causes death by means of respiratory failure. Indonesia started 2021 in the 20th position worldwide for the country with most confirmed COVID-19 cases, with 751,270 cases and 22,329 deaths. The government have responded by issuing various preventive policy, such as Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), 3M and 3T. However, the cases and deaths per day continues to rise. It is imperative that factors increasing COVID-19 mortality can be identified and how its citizen responded to government’s efforts to implement its preventive policies. The study will explore the effect of elderly age (>=60 years old), gender, presence of respiratory symtoms, presence of extra-pulmonary symptoms, comorbids such as diabetes mellitus, hypertension, chronic renal failure, chronic liver disease, chronic obstructive pulmonary disease and obesity by using retrospective cohort analysis. Analysis data were obtained from Jakarta Provincial Department of Health’s (Dinkes) epidemiological investigation (PE) in DKI Jakarta’s five region from March-September 2020. To determine how obedient the citizen was, group discussions were held with health officials from the Department of Health and officials from Puskesmas in DKI Jakarta’s five region. From 35,463 data samples from Dinkes’ PE, there were 1017 deaths (2.87%). Multivariate logistic regression revealed that elderly age (>=60 years old) increases mortality risk by 6.736 (95% CI 5.538 - 8.193), male gender by 1.305 (95% CI 1.113 - 1.529), presence of respiratory symptoms by 2.563 (95% CI 2.034 - 3.229), presence of extra-pulmonary symptoms by 2.485 (95% CI 1.965 - 3.142), history of chronic renal failure by 3.227 (95% CI 2.154 - 4.834), hypertension comorbid by 4.396 (95% CI 3.196 - 6.047) and diabetes mellitus comorbid by 4.415 (95% CI 2.846 - 6.849). Health officials’ perception of citizen’s obedience were uniform in all five regions, in which they were obedient in the early period of pandemic, and it grew worse the longer the pandemic goes on. Most of the obstacles health officials met on the field originated from the citizen’s lack of knowledge about COVID-19 and how to prevent it from spreading. From this study, we acquired the knowledge that elderly age, male gendered, having respiratory symptoms, having extra-pulmonary symptoms, having comorbids such as hypertension, diabetes mellitus and chronic renal failure increases DKI Jakarta COVID-19 patients’ mortality risk. We also found that citizen’s obedience in health officials’ perspective have worsened, which warrants more effort from the government to implement primary prevention measures by method of dialogues with certain disobedient group in society."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>