Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 154591 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Salsabila Zahrah
"Sesuai tren dan perkembangan teknologi sekarang, penerapan PLTS yang berbasis pada energi surya sebagai Energi Baru Terbarukan (EBT) di Indonesia kian hari kian meningkat. Menurut Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) PT PLN Tahun 2021-2030, potensi energi surya di Indonesia relatif tinggi sebesar 207.898 MW dan potensi ini merupakan potensi terbesar dibandingkan EBT lain. Namun keberadaan energi surya bersifat intermittent karena dipengaruhi oleh banyak faktor misalnya cuaca dan awan, sehingga mempengaruhi energi listrik dan kualitas daya keluaran dari PLTS. Studi ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh radiasi matahari terhadap kualitas daya sistem distribusi listrik dan menganalisis variasi besaran - besaran tegangan fasa, arus fasa, daya aktif, daya reaktif, daya semu, Total Distorsi Harmonik Tegangan (THDV), Total Distorsi Harmonik Arus (THDI), dan Total Distorsi Permintaan (TDD) yang terjadi. Berdasarkan hasil pengukuran secara langsung yang dilaksanakan pada Gedung Energi Puspitek dengan studi objek PLTS Rooftop On Grid 90 kWp, pengaruh radiasi surya terhadap perubahan - perubahan nilai yang relatif tidak signifikan adalah tegangan fasa, THDv dengan nilai rata - rata secara berurutan, yaitu 0,37%; 1,97% saat kenaikan radiasi matahari serta 0,29%; 2,19% saat penurunan radiasi matahari. Dan perubahan - perubahan nilai yang sangat signifikan adalah arus fasa, daya aktif, daya reaktif, daya semu, THDi, TDD dengan nilai rata rata masing - masing 89,13%; 89,98%; 89,91%; 89,97%; 32,10%; 17,08% saat kenaikan radiasi matahari serta 37,61%; 37,79%; 37,79%; 39,59%; 14,33% saat penurunan radiasi matahari.

In accordance with current trends and technological developments, the application of PLTS based on solar energy as New Renewable Energy "EBT" in Indonesia is increasing day by day. According to PT PLN's 2021-2030 Electric Power Supply Business Plan (RUPTL), the potential for solar energy in Indonesia is relatively high at 207,898 MW and this potential is the largest potential compared to other EBT. However, the existence of solar energy is intermittent because it is influenced by many factors such as weather and clouds, thus affecting electrical energy and the quality of the output power of PLTS. This study aims to analyze the effect of solar radiation on the power quality of the electrical distribution system and analyze variations in the magnitudes of phase voltage, phase current, active power, reactive power, apparent power, Total Harmonic Distortion of Voltage (THDV), Total Harmonic Distortion of Current (THDI), and Total Demand Distortion (TDD) that occurred. Based on the results of direct measurements carried out at the Puspitek Energy Building with a 90 kWp Rooftop On Grid PLTS object study, the effect of solar radiation on changes in values that are relatively insignificant is the phase voltage, THDv with an average value sequentially, namely 0,37 %; 1,97% when the increase in solar radiation and 0,29%; 2,19% when the decrease in solar radiation. And very significant changes in values are phase current, active power, reactive power, apparent power, THDi, TDD with an average value of 89,13% each; 89,98%; 89,91%; 89,97%; 32,10%; 17,08% when solar radiation increases and 37,61%; 37,79%; 37,79%; 39,59%; 14,33% when the solar radiation decreases."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Salma Azra Fatimah
"

Energi listrik adalah salah satu energi yang sangat dibutuhkan demi keberlangsungan hidup manusia dengan peningkatan penggunaan setiap tahunnya. Di Indonesia sendiri, sebagian besar sumber energi pembangkitan listrik masih berasal dari batu bara, sehingga pemerintah menargetkan pengembangan PLTS atap hingga 3,6 GW pada tahun 2025. Demi mendukung program tersebut, PLTS eksisting tetap harus dijaga kinerjanya, di mana salah satu cara untuk menguji keandalan sistem tersebut adalah dengan melakukan evaluasi kinerja mengacu pada standar IEC 61724, yaitu standar untuk mengukur kinerja fotovoltaik. Penelitian ini melakukan studi mengenai implementasi PLTS Atap On-Grid 90 kWp di Gedung Energi 625 Pusat Penelitian Ilmu Penerapan dan Teknologi (Puspiptek), Serpong, Tangerang Selatan. Gedung ini merupakan pusat pengembangan dan penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi berbasis penelitian. Sebagai data acuan, akan dilakukan simulasi data seharusnya menggunakan perangkat lunak PVsyst. Berdasarkan simulasi, dihasilkan energi keluaran PLTS tahunan sebesar 130.451 kWh dengan  performance ratio sebesar 81,30% dan capacity factor sebesar 16,21%. Sedangkan, hasil pengukuran menghasilkan energi keluaran tahunan sebesar 102.491 kWh dengan rasio performa sebesar 73,51% dan capacity factor sebesar 13%. Rata-rata penurunan produksi energi tahunan sebesar 6,32% dengan energy performance index yang diperoleh adalah 80,21%.


Electrical energy is one of the most important energies for human life and sustainability with a constant increase in usage every year. In Indonesia, most of the electricity generated comes from coal, resulting in the government targeting solar power plant development up to 3,6 GW by 2025. To support the initiative, all the existing solar power plants have to sustain their performance, and one of the methods is to evaluate the system's performance according to the IEC 61724 standard, which is a standard to measure the performance of photovoltaic. This research is studying the implementation of a 90 kWp On-Grid Rooftop Solar Power Plant in the Energy Building of Pusat Penelitian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Puspiptek), Serpong, South Tangerang. This government-owned building is used as a center for the development and application of science and technology based on research. For data reference, a simulation with PVsyst software was conducted. Based on simulation, the yearly output energy yielded 130.451 kWh with a performance ratio of 81,30% and a capacity factor of 16,21%. While the measured data obtained a yearly energy output of 102.491 kWh with a performance ratio of 73,51% and a capacity factor of 13%. The average output energy degradation is 6,32% with an acquired energy performance index of 80,21%.

"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nadya Gistriagung
"Penggunaan sistem hibrid yang terdiri dari PLTS terhubung ke jaringan PLN 20 kV(On-grid), didukung dengan penggunaan dan penambahan sistem BESS, memungkinkan memiliki stabilitas yang terjaga serta dapat menjadi alternatif dalam mempertahankan kehandalan serta efisiensi ekonomi dalam penyaluran energi listrik. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk menganalisa kinerja sistem berdasarkan Analisa aliran daya serta kestabilan tegangan dan respon frekuensi sistem pada sistem kelistrikan Gedung Energi PUSPITEK,Serpong. Pengolahan data tersedia dan analisis dilakukan dengan membuat simulasi menggunakan bantuan perangkat lunak DigSILENT PowerFactory. Hasil secara menyeluruh simulasi dan analisis terhadap analisa aliran daya dan kestabilan sistem kelistrikan akibat variasi sumber daya dan variasi skenario gangguan yang terjadi, dengan rata-rata perubahan tegangan dan frekuensi yang relatif kosntan dalam kondisi yang sesuai dengan standar aturan sistem tenaga listrik.

The use of a hybrid system consisting of PLTS connected to the 20 kV (On-grid) PLN network, supported by the use and addition of the BESS system, allows for maintained stability and can be an alternative in maintaining reliability and economic efficiency in the distribution of electrical energy. Therefore, this study aims to analyze the performance of the system based on the analysis of power flow and the stability of the voltage and frequency response of the system on the electrical system of the Gedung Energi PUSPITEK, Serpong, The available data processing and analysis is carried out by making simulations using the DigSILENT PowerFactory software. The results of the overall simulation and analysis of the analysis of power flow and stability of the electrical system due to variations in power sources and variations in fault scenarios that occur, with an average change in voltage and frequency that are relatively constant in conditions that comply with the standard rules of the electric power system."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Martino Adisuwono
"Daerah tropis seperti misalnya Indonesia, memiliki potensi energi surya yang melimpah. Akan tetapi, energi surya yang tersedia ini sering kali terganggu oleh banyaknya awan. Gangguan awan ini berpotensi menyebabkan adanya pengurangan suplai radiasi matahari dalam waktu yang relatif singkat dan dapat menyebabkan penurunan daya keluaran PLTS dalam waktu yang singkat. Skripsi ini menginvestigasi dan menganalisis batas maksimum penetrasi daya PLTS pada sebuah jaringan terisolasi ketika ada perubahan radiasi dengan menggunakan jaringan listrik Sumba Timur.
Gangguan awan yang disimulasikan adalah penurunan radiasi matahari dari 1000W/m2 menjadi 250 W/m2. Masa transisinya kemudian divariasikan mulai dari 1 detik hingga 5 detik, sementara besar penetrasinya divariasikan mulai dari 0% hingga 100%. Ada 2 skenario letak penetrasi pembangkit listrik tenaga surya yang digunakan, yang pertama adalah dekat dengan pusat pembangkit listrik tenaga diesel (Kambajawa), dan yang kedua adalah jauh dari pusat pembangkit listrik tenaga diesel (Nggongi). Simulasi dilakukan menggunakan DIgSILENT Powerfactory 14.1.
Hasil penelitian menunjukan bahwa gangguan awan dapat mempengaruhi batas maksimum penetrasi daya PLTS. Berdasarkan hasil simulasi dan aturan jaringan yang berlaku, batas maksimum PLTS pada Kabupaten Sumba Timur ketika terjadi gangguan awan adalah 30% untuk kedua lokasi penetrasi. Sementara tanpa gangguan awan, batas maksimum penetrasi daya PLTS pada bus Kambajawa adalah 100% dan pada bus Nggongi adalah 50%. Dalam menentukan batas penetrasi daya PLTS, studi aliran daya pada saat radiasi matahari maksimum saja tidak cukup. Skenario gangguan awan perlu diperhatikan khususnya pada daerah tropis untuk dapat menjaga kestabilan dan kehandalan sistem.

Tropical areas such as Indonesia have abundant solar energy source. However, it is often experienced that disturbances are due to a large number of fast moving clouds. These cloud disturbances can potentially cause the solar radiation to decrease in a short time, and leads to a rapid photovoltaic power output loss. This thesis investigates maximum photovoltaic penetration limit in an isolated grid under such disturbance using East Sumba grid.
The cloud disturbance that was used for this simulation was a decrease of solar radiation from 1000 W/m2 to 250 W/m2. The transition time was varied from 1s to 5s and the photovoltaic penetration was varied from 0% to 100%. There were two photovoltaic location scenarios: next to and far from the central diesel bus. This simulation was done by using DIgSILENT Powerfactory 14.1. It is shown that the cloud disturbance have effect on the photovoltaic penetration limit.
Based on the simulation and grid code, the penetration limit for both locations with such cloud disturbance is 30%. Whilst without cloud disturbance scenarios, the penetration limit for photovoltaic at Kambajawa is 100% and 50% for photovoltaic at Nggongi. In conclusion, to determine photovoltaic penetration limit, load flow study during peak hour alone is not sufficient. A cloud disturbance is an important aspect to be taken of, especially in tropical areas to ensure system stability and reliability after the penetration of the photovoltaic.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
S63476
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shafa Tasya Aulia Putri
"Perkembangan teknologi yang terus-menerus membuat penggunaan energi listrik menjadi hal krusial dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Penggunaan energi listrik yang tiada hentinya membuat sumber energi fosil yang terbatas semakin sedikit. Oleh sebab itu, transisi energi berkelanjutan menjadi isu penting untuk menjaga ketersediaan energi di masa mendatang. Pemerintah Indonesia telah menetapkan taget pencapaian bauran energi nasional sebesar 23% pada tahun 2025 dengan tujuan dapat mempercepat transisi energi berkelanjutan. Bentuk upaya untuk mencapai target bauran nasional adalah dengan membangun Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS). Penelitian ini membahas mengenai penerapan sistem PLTS atap on-grid tanpa baterai pada gedung pabrik PT. CT untuk mengetahui sistem PLTS atap yang optimal dan potensi penggunaan listrik PLN yang lebih efisien. Sistem PLTS atap dengan sudut kemiringan 11°mampu memproduksi energi sebesar 1969890 kWh/tahun, sedangkan sudut kemiringan 15°hanya dapat memproduksi sebesar 1949709 kWh/tahun. Dalam 25 tahun, sistem PLTS atap dengan sudut kemiringan 11° memiliki potensi penghematan sebesar 34,29%, sedangkan sistem PLTS atap dengan sudut kemiringan 15° memiliki potensi penghematan sebesar 33,94%. Dengan perbedaan modal awal sebesar Rp436.792.000,00 diperoleh payback period dari kedua sistem PLTS atap selama 9 tahun. Berdasarkan beberapa faktor tersebut, sistem PLTS atap on-grid tanpa baterai pada PT.CT yang lebih optimal untuk digunakan adalah sistem PLTS atap dengan sudut kemiringan 11°.

The continuous development of technology makes the use of electricity a crucial part of our daily life. The endless consumption of electricity leads to a decrease in limited fossil energy sources. Therefore, sustainable energy transition becomes an important issue to ensure energy availability in the future. The Indonesian government has set a national energy mix target of 23% by 2025 to accelerate the transition to sustainable energy. One effort to achieve this target is by building a Solar Power Plant. This research discusses the implementation of an on-grid rooftop solar power plant system without batteries in the factory building of PT. CT to determine the optimal rooftop solar power plant system and potential for more efficient use of PLN electricity. The rooftop rooftop solar power plant system with an 11° tilt angle can produce energy of 1969890 kWh per year, while the 15° tilt angle can only produce 1949709 kWh per year. In 25 years, the rooftop solar power plant system with an 11° tilt angle has a potential cost savings of 34.29%, while the system with a 15° tilt angle has a potential cost savings of 33.94%. With a difference in initial capital of IDR436,792,000.00, the payback period for both rooftop solar power plant systems is 9 years. Based on these factors, the more optimal on-grid rooftop solar power plant system without batteries to be used in PT.CT is the system with an 11° tilt angle."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zahwan Arfellino Lutnan Azis
"Berkembangnya teknologi di era digitalisasi membuat permintaan atas penggunaan energi listrik semakin meningkat setiap tahunnya. Berdasarkan data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) permintaan energi listrik pada tahun 2023 mencapai 1.285 kWh/kapita. Hal tersebut dapat memungkinkan permintaan energi listrik yang semakin meningkat setiap tahunnya yang dibarengi dengan penggunaan energi fosil yang semakin meningkat. Maka dari itu, dalam upaya mengurangi penggunaan energi fosil dengan mengganti menjadi penggunaan energi terbarukan seperti pemanfaatan penggunaan Pembangkit Tenaga Surya (PLTS) Atap pada lingkungan kampus diharapkan dapat menjadi contoh untuk masyarakat dalam penggunaan energi terbarukan seiring berjalannya target pencapaian pemerintah akan bauran energi nasional sebesar 23% pada tahun 2025. Dalam penelitian ini membahas terkait perancangan sistem PLTS Atap On-Grid pada Gedung Departemen Teknik Elektro FTUI dengan membandingkan dua sudut kemiringan atap untuk mengetahui sistem PLTS yang optimal dan potensi penggunaan listrik yang lebih efisien dengan ditinjau dari aspek teknis dan ekonomi melalui simulasi pada perangkat lunak PVsyst. Perancangan sistem PLTS pada penelitian ini berkapasitas 22.1 kWp dengan luas atap optimal sebesar 108 m2 . Dari hasil simulasi diperoleh sistem PLTS dengan sudut kemiringan 10° dapat memproduksi energi sebesar 31.4 mWh/tahun dan sistem PLTS dengan sudut kemiringan 45° dapat memproduksi energi sebesar 27.4 mWh/tahun. Proyek ditargetkan dengan jangka waktu investasi selama 25 tahun, dilihat dari sisi ekonomi modal awal biaya investasi memiliki selisih sebesar Rp16.200.000,00 karena sudut kemiringan 10° membutuhkan biaya kerangka tambahan, dengan jangka waktu pengembalian modal (payback period) orientasi 1 pada tahun ke-15 dan orientasi 2 pada tahun ke-16. Selain itu, perancangan kedua orientasi sistem tersebut mampu mengurangi penghematan biaya tagihan energi listrik sebesar 24.91% pada sudut kemiringan 10° dan 22.02% pada sudut kemiringan 45° selama 25 tahun.

The development of technology in the digitalization era has made the demand for electrical energy use increase every year. Based on data from the Ministry of Energy and Mineral Resources (ESDM), the demand for electrical energy in 2023 reached 1,285 kWh/capita. This can allow the demand for electrical energy to increase every year coupled with the increasing use of fossil energy. Therefore, to reduce the use of fossil energy by replacing it with the use of renewable energy such as the use of rooftop solar power plants (PLTS) in the campus environment is expected to be an example for the community in the use of renewable energy along with the government's target of achieving a national energy mix of 23% by 2025. This study discusses the design of an On-Grid rooftop PLTS system in the FTUI Electrical Engineering Department Building by comparing two roof tilt angles to determine the optimal PLTS system and the potential for more efficient electricity use in terms of technical and economic aspects through simulations on PVsyst software. The design of the PLTS system in this study has a capacity of 22.1 kWp with an optimal roof area of 108 m2 . From the simulation results, the PLTS system with a tilt angle of 10° can produce energy of 31.4 mWh/year and the PLTS system with a tilt angle of 45° can produce energy of 27.4 mWh/year. The project is targeted with an investment period of 25 years, seen from the economic side of the initial capital investment cost has a difference of Rp16,200,000.00 because the tilt angle of 10° requires additional frame costs, with a payback period orientation 1 in year 15 and orientation 2 in year 16. In addition, the design of the two system orientations was able to reduce the cost savings of electric energy bills by 24.91% at a tilt angle of 10° and 22.02% at a tilt angle of 45° for 25 years."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gusdhi Rhazhya Ramadhan
"Penelitian mengenai disturbansi 9-150 kHz semakin meningkat di beberapa tahun terakhir, ada beberapa alasan mengapa ini terjadi; diantaranya adalah adanya peningkatan penggunaan alat listrik yang bisa menghasilkan disturbansi frekuensi tinggi seperti lampu fluorescent dan solar inverter, selain itu adalah penggunaan PLC yang dipakai untuk komunikasi pada frekuensi 9-150 kHz dan alasan terakhir adalah dampak gangguan di peralatan mulai dilaporkan. Karena adanya peningkatan penggunaan solar inverter dalam beberapa tahun terakhir penulis memfokuskan penelitian mengenai pengaruh jenis beban, besaran beban terpasang, dan besaran daya yang disuplai inverter terhadap disturbansi di frekuensi 9-150 kHz. Pengukuran dilakukan pada solar inverter sunny boy yang terletak di EPES UI.Sistem terhubung dengan PLN, sehingga dikategorikan sebagai PLTS On-Grid. Untuk pengukuran daya menggunakan power quality analyzer, dan untuk pengukuran disturbansi menggunakan picoscope, yang hasilnya diubah menjadi domain frekuensi untuk mempermudah analisis. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa pada beban linier lampu pijar dan nonlinear lampu CFL memiliki tren yang serupa. Saat besaran beban dinaikkan maka disturbansi yang dihasilkan juga meningkat secara linear, hal yang serupa juga terjadi terhadap peningkatan daya yang disuplai dari inverter. Semakin tinggi daya yang disuplai dari inverter, semakin besar disturbansi yang dihasilkan di sistem.Kedua tren ini terjadi pada beban lampu pijar dan beban lampu fluorescent.

Research regarding 9-150 kHz disturbance keeps increasing in the last few years, there are numerous reasons for this occurrence, including: the rise of the usage of electronic device that can generate high frequent disturbance such as fluorescent lights and solar inverters, PLC utilization used for communication on 9-150 kHz frequencies, and lastly the emergence of reports on disturbance impacts. In consideration of the rise of solar inverter usage in the last few years, the writer focuses research accounting impacts of load type, capacity, and power supplied by the inverter to disturbance in the 9-150 kHz frequencies. The system is connected with PLN, hence its categorization as ON-Grid. For power mensuration facilitated with the PQA, and disturbance with the picoscope, which results are turned to frequency domain to ease the analysis. The results of the research show that the linear load of incandescent light bulb and nonlinear CFL bulb have similar trends. When the load capacity is increased, generated disturbance also increases linearly, a corresponding thing happening to power increase supplied from the inverter. The higher the power supplied from the inverter, the bigger the disturbance generated in the system. Both trends ensue on incandescent light bulb loads and fluorescent bulbs."
Jakarta: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
James Mikhail Emmanuel Haning
"Penggunaan Energi Baru dan Terbarukan merupakan salah satu solusi yang ditawarkan dalam upaya mitigasi dampak perubahan iklim. Letak geografis Indonesia yang berada di garis khatulistiwa memiliki kesempatan besar dalam pemanfaatan energi matahari. Sistem PLTS atap merupakan sebuah sistem pembangkit yang memanfaatkan teknologi fotovoltaik untuk mengubah energi matahari menjadi energi listrik, yang ditempatkan pada atap sebuah bangunan. Penelitian ini akan membahas perencanaan sistem PLTS atap on-grid tanpa baterai pada gedung kantor PLN area Ciputat. Modal awal yang dibutuhkan untuk melakukan investasi pada sistem PLTS yang dirancang bernilai Rp752.470.500,00. Rata – rata energi yang dapat dihasilkan oleh sistem yang dirancang adalah sebesar 171,6 kWh/hari dengan nilai LCOE Rp633,66/kWh dengan potensi penghematan tagihan sebesar Rp8.015.381,00 setiap bulannya.

The use of renewable energy is one of the solutions offered in efforts to mitigate the impacts of climate change. The geographical location of Indonesia, which is on the equator, has a great opportunity in utilizing solar energy. Rooftop Solar System is an electric generating system that utilizes photovoltaic technology to convert solar energy into electrical energy, which is placed on the roof of a building. This study will discuss the planning of an on-grid rooftop solar system without using batteries in the PLN Ciputat office building. The initial capital required to invest in the designed solar system is Rp752,470,500,00. The average energy that can be produced by the designed system is 171,60 kWh/day with an LCOE value of Rp633,66/kWh with a potential bill saving of Rp8.015.381,00 per month."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lentera
"Saat ini bahan bakar fosil masih mendominasi sumber bahan bakar pembangkit listrik di Indonesia. Adanya dominasi bahan bakar fosil ini membuat emisi Gas Rumah Kaca (GRK) meningkat pesat. Sementara itu, kebutuhan masyarakat akan energi listrik terus meningkat, terlebih lagi masi terdapat beberapa daerah di wilayah Indonesia bagian timur yang belum memiliki aliran listrik. Oleh karena itu, energi alternatif saat ini sangat dibutuhkan untuk memberikan energi listrik ke daerah yang belum teraliri listrik tanpa meningkatkan emisi gas rumah kaca. Energi alternatif ini dapat diperoleh dari potensi local yang ada di wilayag Indonesia timur dimana wilayah ini memiliki potensi penyinaran matahari yang tergolong tinggi sehingga daerah ini sangat cocok untuk diimplementasikan sistem PLTS karena dapat memanfaatkan energi matahari. Sistem PLTS diharapkan bisa memproduksi energi listrik secara maksimal, namun ada beberapa aspek utama yang mempengaruhi produksi listrik oleh PLTS salah satunya adalah aspek sudut kemiringan atau Tilt yang menentukan kinerja sistem PLTS. Oleh karena itu, studi ini meninjau pengaruh sudut kemiringan modul PV terhadap energi yang dihasilkan oleh PLTS. Perancangan serta evaluasi dilakukan melalui simulasi dengan perangkat lunak PVSyst. Dari hasil simulasi PVSyst menunjukkan bahwa potensi pengimplementasian sistem PLTS berkapasitas 50 kWp di wilayah Indonesia timur menghasilkan energi sampai 85.6 MWh per tahun, dengan kinerja pembangkitan sebesar 81,73% per tahun.

Currently, fossil fuels still dominate the source of fuel for power generation in Indonesia. The dominance of fossil fuels makes Greenhouse Gas (GHG) emissions increase rapidly. Meanwhile, the community's need for electrical energy continues to increase, moreover, there are still several areas in eastern Indonesia that do not yet have electricity. Therefore, alternative energy is currently needed to provide electrical energy to areas that do not have electricity without increasing greenhouse gas emissions. This alternative energy can be obtained from local potential in eastern Indonesia where this area has a relatively high potential for solar radiation so that this area is very suitable for implementing a PLTS system because it can utilize solar energy. The PLTS system is expected to produce maximum electrical energy, but there are several main aspects that affect the production of electricity by PLTS, one of which is the aspect of the tilt angle or Tilt which determines the performance of the PLTS system. Therefore, this study examines the effect of the tilt angle of the PV module on the energy produced by PV mini-grid. The design and evaluation is done through simulation with PVSyst software. The PVSyst simulation results show that the potential for implementing a PV mini-grid system with a capacity of 50 kWp in eastern Indonesia can produce up to 85.6 MWh of energy per year, with a generation performance of 81.73% per year."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Daffa Aryo Utomo Sudranto
"Secara letak geografis, Indonesia terletak tepat pada garis ekuatorial sehingga paparan sinar mataharinya memiliki intensitas yang optimal selama 12 jam sepanjang tahunnya. Dengan memiliki letak geografis yang cukup strategis untuk menangkap paparan sinar matahari, Indonesia memiliki potensi energi surya sebesar 207.898 MW. Besarnya potensi tersebut, energi surya dapat dimanfaatkan dalam pemasangan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) untuk menghasilkan energi listrik Pada skripsi ini akan dibahas perancangan PLTS atap on-grid pada bangunan apartemen Ariama Service Residence yang memiliki kapasitas listrik sebesar 81,6 kVA. Salah satu metode untuk mengurangi biaya energi listrik pada apartemen tersebut adalah dengan melakukan pemasangan PLTS atap yang dapat berkontribusi untuk menyuplai energi listrik sehingga biaya listrik apartemen dapat berkurang. Perancangan PLTS atap dilakukan dengan dua perancangan, yaitu perancangan PLTS atap on-grid tanpa baterai dan PLTS atap on-grid dengan battery back-up. Hasil dari kedua rancangan tersebut akan dianalisis secara teknis dan ekonomi untuk dilihat kelayakan dari perancangan yang telah dilakukan. Dari hasil perancangan yang dilakukan, PLTS atap on-grid tanpa baterai dikatakan layak untuk dilakukan pemasangan. PLTS atap on-grid tanpa baterai dapat melakukan pembangkitan energi sebesar 54 kWh per hari dan berkontribusi sebesar 27,8% dari total rata-rata kebutuhan energi apartemen 81,6 kVA sebesar 194,16 kWh. Dari aspek ekonomi, PLTS atap on-grid tanpa baterai memiliki nilai LCOE sebesar Rp.880,266/ kWh di mana nilai tersebut di bawah nilai LCOE dari PT. PLN (Persero) sebesar Rp.1.119/kWh dan modal investasi yang diperlukan adalah sebesar Rp.309.099.000 yang dapat dikembalikan dalam waktu 11 tahun. Penghematan biaya energi listrik dari hasil pembangkitan dalam jangka waktu 20 tahun adalah sebesar Rp.926.119.656 dengan rata-rata penghematan biaya energi listrik per tahun sebesar Rp.46.309.982,8.

Geographically, Indonesia is located right on the equatorial line so that the sun's exposure has an optimal intensity for 12 hours throughout the year. By having a strategic geographical location to capture sun exposure, Indonesia has a solar energy potential of 207,898 MW. Given the large potential, solar energy can be utilized in the installation of Solar Power Plants to generate electrical energy. This study will discuss on the design of on-grid rooftop solar power plants in the Ariama Service Residence apartment building which has an electrical capacity of 81.6 kVA. One method to reduce the cost of electrical energy in the apartment is to install rooftop solar power plants that can contribute to supplying electrical energy so that the apartment's electricity costs can be reduced. The design of the rooftop solar power is carried out with two designs, the on-grid rooftop solar power plants without a battery and the on-grid rooftop solar power plants with a battery back-up. The results of the two designs will be analyzed technically and economically to see the feasibility of the designs that have been carried out. From the results of the design, the on-grid rooftop solar power plants without batteries are said to be feasible for installation. The on-grid rooftop solar power plants without batteries can generate energy of 54 kWh per day and contribute 27.8% of the total average energy requirement of an 81.6 kVA apartment of 194.16 kWh. From the economic aspect, the on-grid rooftop solar power plants without batteries have a LCOE value of Rp.880,266/ kWh where the value is below the LCOE value from PT. PLN (Persero) of Rp.1,119/kWh and the required investment capital is Rp.309.099.000 which can be returned within 11 years. The savings in electrical energy costs from the generation of a 20-year period is Rp.926,119,656 with an average electricity cost savings of Rp.46,309,982.8 per year."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>