Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 196461 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Anisah Trindita Ari
"Ditengah era Globlasisasi yang terjadi saat ini persaingan bisnis menjadi semakin ketat. Perkembangan Produk dan jasa menjadi salah satu ancaman bagi perusahaan untuk bisa berusaha bertahan. Industri kemasan saat ini menjadi industri dengan prospektifitas yang tinggi, hal ini menggambarkan perusahaan harus memiliki strategi untuk mempertahankan perusahaannya baik dari segi inovasi maupun strategi produksi. PT Samudra Montaz merupakan perusahaan manufaktur yang telah berdiri sejak tahun 1974 dan bergerak dibidang produksi kemasan dengan produk yang ditawarkan berputar pada kemasan yang bersifat non rigid atau fleksibel. Dengan perusahaan menjadikan Managemen resiko pada rantai pasok menjadi fokus utama maka pengaplikasian Metode House of Risk (HOR) digunakan dalam penelitian ini. Tahapan pertama HOR adalah mengidentifikasi dan mengevaluasi risiko, sedangkan tahapan kedua adalah penciptaan strategi mitigasi risiko. Dari penelitian yang telah dilakukan, tahap identifikasi diperoleh 32 jenis risk events dan 24 risk agents. Hasil dari HOR fase 1, adalah 14 risk agents yang mencakup 80% dari diagram pareto, kemudian diurutkan berdasarkan peringkat pada Aggregate Risk Potential (ARP). Hasil dari pemrosesan HOR fase 2 adalah 15 aksi mitigasi yang, dengan 8 aksi mitigasi direkomendasikan untuk diimplementasikan terlebih dahulu berdasarkan langkah-langkah mitigasi yang mencakup 80% dari diagram pareto yang diurutkan berdasarkan peringkat pada perhitungan Efektivitas terhadap Kesulitan Rasio (ETDk).

In the midst of the globalization era that occurs, business competition becomes increasingly fierce . The Packaging Industry become one of the industries with the most prospective growth so company must have their own strategy to maintain both innovation and production strategy in order to prevent upcoming risks. PT Samudra Montaz is a manufacturing company that has been established since 1974 that produce packaging product that revolves around non-rigid or flexible packaging. With the company focusing risk management in their supply chain, the application of the House of Risk (HOR) method used in this study. The first stage of HOR is the identification and evaluation of the risk, while the second phase to made a risk mitigation strategies. From the research, the first stage obtain 32 types of risk events and 24 risk agents. The final results of the HOR phase 1 shows that there are 14 risk agents that cover 80% of the Pareto diagram. The result of the HOR 2 show that there are 15 mitigations action that proposed and with that said, there is 8 recommendation for the company to prioritazing these 8 mitigations action to be implemented based on the pareto diagram.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Arsy Hiksas
"Indonesia telah salah urus menangani masalah sampah yang lebih dari setengah dari jumlah sampah plastik yang mereka hasilkan. Untuk mengatasi masalah lingkungan ini, daur ulang sampah plastik adalah salah satu pendekatan terbaik yang bermanfaat bagi lingkungan. PT. Tridi Oasis adalah salah satu sektor informal yang bertujuan untuk memecahkan masalah yang diciptakan oleh pengelolaan limbah Indonesia yang buruk dan meningkatnya tingkat sampah plastik dengan berfokus pada daur ulang plastik PET. Di setiap perusahaan termasuk PT. Tridi Oasis, akan memiliki serangkaian proses rantai pasokan. Dan dalam setiap aktivitas rantai pasokan, perusahaan juga akan memiliki kesempatan untuk menghadapi risiko.Dengan risiko yang muncul karena tren terkini dan fakta PT. Rantai pasokan Tridi Oasis menjadi rantai pasokan daur ulang plastik, manajemen risiko untuk rantai pasokan mereka diperlukan untuk mengendalikan dan meminimalkan dampak buruk dari risiko pada perusahaan. Metode House of Risk (HOR) digunakan dalam penelitian ini. Tahap pertama HOR adalah identifikasi dan evaluasi risiko dan penyebabnya, dan tahap kedua adalah penciptaan strategi mitigasi risiko. Dari penelitian yang telah dilakukan, tahap identifikasi diperoleh 26 jenis risk events dan 31 risk agents. Menurut temuan pemrosesan HOR fase 1, ada 16 risk agents yang mencakup 80% dari diagram pareto, diurutkan berdasarkan peringkat pada Aggregate Risk Potential (ARP). Akhirnya, temuan pemrosesan HOR fase 2 mengungkapkan bahwa 24 langkah mitigasi diusulkan berdasarkan agen risiko dengan ARP tertinggi, dengan 12 direkomendasikan untuk diimplementasikan terlebih dahulu berdasarkan langkah-langkah mitigasi yang mencakup 80% dari diagram pareto yang diurutkan berdasarkan peringkat pada perhitungan Efektivitas terhadap Kesulitan Rasio (ETDk).

Indonesia has mismanaged handled waste problem which more than half of the amount of plastic waste they produce. To combat this environmental problem, Recycling plastic waste is one of the best approaches that benefit the environment. PT. Tridi Oasis is one of the informal sectors aims to solve problems created by Indonesia's poor waste management and rising rate of plastic waste by focusing on recycling PET plastic. In every company including PT. Tridi Oasis, will have a series of supply chain processes. And in every supply chain activity, a company will also have the opportunity to encounter a risk. With risks that appeared due to recent trend and the fact of PT. Tridi Oasis supply chain being a plastic recycling supply chain, a risk management for their supply chain is needed to control and minimize the adverse impact of the risks on the company. The House of Risk (HOR) method was utilized in this research. The first phase of HOR is the identification and evaluation of risk with its cause, and the second phase is the creation of risk mitigation strategies. From the research that has been done, the identification stage obtained 26 types of risk events and 31 risk agents. According to the findings of HOR phase 1 processing, there were 16 risk agents encompassing 80% of the pareto diagram, sorted by rank on Aggregate Risk Potential (ARP). Finally, the findings of HOR phase 2 processing revealed that 24 mitigation measures were proposed based on risk agents with the highest ARP, with 12 being recommended to be implemented first based on mitigation measures that cover 80% of the pareto diagram sorted by rank on Effectiveness to Difficulty Ratio (ETDk) calculations."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Geunta Geumasih Sifa
"PT. A adalah sebuah perusahaan yang bergerak dalam industri telekomunikasi di Indonesia. PT. A memiliki produk fisik berupa sim card yang digunakan oleh seluruh masyarakat Indonesia. Dalam produksinya PT. A mengandalkan seluruhnya kepada pihak ketiga atau vendor. Hal tersebut membuat penting bagi PT. A untuk melakukan manajemen risiko. Pada penelitian ini PT. A memiliki enam permasalahan utama yang berdampak pada 10 akibat. Berdasarkan hal tersebut, penelitian ini bertujuan untuk mencegah permasalahan tersebut terjadi dengan melakukan analisis pada ke seluruhan aliran rantai pasok PT. A. Identifikasi menunjukan bahwa terdapat 20 tahapan pada proses bisnis PT. A yang memiliki 53 risk event dan 80 risk agent. Hasil pengolahan dari HOR fase 1 didapatkan 16 risk agent prioritas yang akan ditanggulangi oleh PT. A dengan melakukan identifikasi terhadap preventive action. Identifikasi menunjukan terdapat 17 preventive action yang dapat mitigasi risk agent prioritas. Hasil pengolahan HOR fase 2 didapatkan empat preventive action prioritas dan akan dilakukan pembobotan dengan menggunakan AHP dengan kriteria yang telah ditentukan. Hasil pembobotan AHP adalah preventive action prioritas yang memenuhi ketiga kriteria.

PT. A is a company engaged in the telecommunications industry in Indonesia. PT. A has a physical product in the form of a sim card that is used by all Indonesian people. In the production of PT. A rely entirely on third parties or vendors. This makes it important for PT. A to do risk management. In this study PT. A has six main problems that have 10 effects. Based on this, this study aims to prevent these problems from occurring by analyzing the entire supply chain fl ow of PT. A. Identification shows that there are 20 stages in the business process of PT. A which has 53 risk events and 80 risk agents. The results of the processing of HOR phase 1 obtained 16 priority risk agents which will be handled by PT. A by identifying the preventive action. Identification shows that there are 17 preventive actions that can mitigate priority risk agents. The results of HOR phase 2 processing obtained four priority preventive actions and will be weighted using AHP with predetermined criteria. The results of the AHP weighting are priority preventive actions that meet the three criteria.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Radinta Safa Maharani
"Autoclaved Aerated Concrete (AAC) merupakan bahan bangunan ramah lingkungan yang berfungsi sebagai alternatif bahan baku bangunan. AAC dibuat dengan memanfaatkan kembali limbah konstruksi untuk meminimalkan jumlah puing yang dihasilkan oleh industri konstruksi. Manufaktur AAC adalah salah satu perusahaan terkemuka dalam produksi produk baru ini. Untuk memastikan produksi yang stabil dan efisien dengan kegagalan minimal, diperlukan manajemen risiko yang efektif. House of Risk (HOR), metode yang diadaptasi dari Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) dan House of Quality (HOQ), adalah metode manajemen risiko yang berfokus pada identifikasi tindakan pencegahan. Penilaian risiko dilakukan dengan mengidentifikasi risiko yang terjadi dalam proses bisnis melalui pendekatan eksternal menggunakan analisis PESTLE dan pendekatan internal menggunakan Supply Chain Operational Reference (SCOR). Selanjutnya, dilakukan penilaian terhadap nilai keparahan dan tingkat kejadian. Hasil dari House of Risk 1 menunjukkan 28 kejadian risiko dengan 27 agen risiko. Dengan mengikuti aturan Pareto, diperoleh 10 agen risiko yang diprioritaskan. House of Risk 2 mengidentifikasi 14 strategi mitigasi risiko yang diusulkan untuk mengurangi agen risiko tersebut. Melalui perhitungan, ditemukan bahwa 3 tindakan mitigasi memiliki nilai efektivitas tertinggi. Ketiga strategi mitigasi risiko ini disarankan untuk memastikan efektivitas proses bisnis yang dicapai.

Autoclaved Aerated Concrete, an environmentally friendly brick that act as an alternative raw material for buildings. It is built by reusing construction waste to minimize the increasing number of debris generated by the construction industry. AAC Manufacturer is one of the leading enterprise in the production of the emerging product. To ensure the stable and efficient production with minimum failures, a risk management is needed. House of Risk (HOR), a method adopted from the Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) and House of Quality (HOQ) is a method of risk management focusing on identifying preventive actions. The risk assessment is conducted by identifying the risks occurring in the business process through external approach using PESTLE analysis and internal approach using Supply Chain Operational Reference (SCOR) approach. Then, an assessment of assessing the severity value and occurrences rate is carried out. The results of House of Risk 1 shows 28 risk events with 27 risk agents. By following the Pareto rule, 10 prioritized risk agents are obtained. The House of Risk 2 identified 14 proposed risk mitigation strategies to mitigate the risk agents. Through the calculation, it was found that 3 mitigation actions holds the highest value of effectiveness. These 3 risk mitigation strategies is suggested to ensure the achieved business process effectiveness."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Bachrizal Muqorobin
"Metode House of Risk (HOR) adalah integrasi antara dua metode yaitu metode Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) dan House of Quality (HOQ) yang berfokus pada penentuan sumber risiko serta strategi aksi mitigasi terhadap sumber risiko yang telah ditetapkan melalui proses eliminasi. Metode House of Risk (HOR) banyak digunakan untuk melakukan penanganan terhadap permasalahan yang terjadi di berbagai industri tak terkecuali industri sektor peternakan. Berbeda dengan industri manufaktur, Hasil dari industri peternakan memiliki sifat-sifat mutu yang heterogen, mudah rusak, jumlah dan volume yang tidak dapat dipastikan hasilnya. Domba merupakan salah satu komoditas ternak yang ada di Indonesia. Pemerintah terus mendukung pengembangan peternakan domba karena siklus domba yang lebih cepat, sehingga dapat memutar perekonomian rakyat lebih cepat. Pertumbuhan industri peternakan domba tentunya berbanding lurus dengan munculnya risiko pada proses rantai pasoknya. Setelah melakukan pengolahan data dengan House of Risk (HOR) fase 1 maka diperoleh 23 kejadian risiko dan 23 penyebab risiko. Berdasarkan perhitungan Pareto, terdapat 9 agen risiko yang mencakup 80% dari total Aggregate Risk Potential (ARP) dan dipilih sebagai prioritas mitigasi. Pada pengolahan data House of Risk fase 2 didapatkan 6 strategi aksi mitigasi risiko yang diperingkatkan berdasarkan nilai Effectiveness to Difficulty Ratio of Action (ETDk).

aThe House of Risk (HOR) method is an integration between two methods, namely the Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) and House of Quality (HOQ) methods which focus on determining risk sources and mitigation action strategies for risk sources that have been determined through an elimination process. The House of Risk (HOR) method is widely used to handle problems that occur in various industries, including the livestock sector industry. In contrast to the manufacturing industry, products from the livestock industry have heterogeneous quality characteristics, are perishable, the amount and volume of which cannot be ascertained. Sheep is one of the livestock commodities in Indonesia. The government continues to support the development of sheep farming because the sheep cycle is faster, so that it can rotate the people's economy more quickly. The growth of the sheep farming industry is of course directly proportional to the emergence of risks in the supply chain process. After processing the data with the House of Risk (HOR) phase 1, 23 risk events and 23 risk causes were obtained. Based on Pareto calculations, there are 9 risk agents that cover 80% of the total Aggregate Risk Potential (ARP) and are selected as mitigation priorities. In the House of Risk phase 2 data processing, 6 risk mitigation action strategies were obtained which were ranked based on the Effectiveness to Difficulty Ratio of Action (ETDk). there are 9 risk agents that cover 80% of the total Aggregate Risk Potential (ARP) and are selected as mitigation priorities. In the House of Risk phase 2 data processing, 6 risk mitigation action strategies were obtained which were ranked based on the Effectiveness to Difficulty Ratio of Action (ETDk). there are 9 risk agents that cover 80% of the total Aggregate Risk Potential (ARP) and are selected as mitigation priorities. In the House of Risk phase 2 data processing, 6 risk mitigation action strategies were obtained which were ranked based on the Effectiveness to Difficulty Ratio of Action (ETDk).
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Auni Saidah Khairani
"Indonesia telah menjadi salah satu produsen alas kaki terbesar di dunia. PT. X merupakan salah satu perusahaan manufaktur sepatu olahraga khususnya Adidas di Indonesia. Saat ini, sedang terjadi penurunan permintaan yang menyebabkan persaingan antara produsen meningkat. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk merancang strategi mitigasi risiko yang tepat untuk mengatasi agen risiko yang termasuk dalam prioritas. Hal ini dilakukan agar perusahaan dapat mengurangi keterlambatan pengiriman sepatu sehingga penilaian performa perusahaan meningkat. Penelitian ini menggunakan metode House of Risk (HOR). Metode HOR memiliki 2 tahapan. HOR tahap 1 bertujuan untuk mencari agen risiko yang akan diprioritaskan dan HOR tahap 2 bertujuan untuk memilih strategi aksi mitigasi. Hasil penelitian pada HOR tahap 1 menunjukkan bahwa agen risiko dengan nilai aggegate risk potential (ARP) tertinggi adalah pihak produksi telat melaporkan kekurangan material (A7) dan agen risiko dengan nilai ARP terendah adalah tidak ada pengecekan rutin dari sisi leader/technical expert (A12). Berdasarkan prinsip Pareto,11 agen risiko akan diprioritaskan untuk ditangani sesuai dengan nilai ARP tertinggi. Selanjutnya, 14 aksi mitigasi diusulkan. Delapan aksi mitigasi direkomendasikan untuk mencegah agen risiko berdasarkan nilai effectiveness to difficulty ratio (ETD) dari HOR tahap 2.

Indonesia has become one of the largest footwear producers in the world. PT. X is a sports shoe manufacturing company, especially Adidas in Indonesia. Currently, there is a decline in demand which causes competition between producers increase. The purpose of this study is to design appropriate risk mitigation strategies to address the risk agents included in the priority. This is done so that the company can reduce delays in shoe delivery so that the company's performance rating increases. This study uses the House of Risk (HOR) method. The HOR method has 2 stages. HOR stage 1 aims to find risk agents to be prioritized and HOR stage 2 aims to select a mitigation action strategy. The results of the research on HOR stage 1 show that the risk agent with the highest aggregate risk potential (ARP) value is the production party who is late in reporting material deficiencies (A7) and the risk agent with the lowest ARP value is that there is no routine checking from the leader/technical expert's side (A12). Based on the Pareto principle, 11 risk agents will be prioritized to be handled according to the highest ARP value. Furthermore, 14 mitigation actions are proposed. Eight mitigation actions are recommended to prevent risk agents based on the effectiveness to difficulty ratio (ETD) value of HOR stage 2."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fairuz Qalbi Andara
"Rantai pasok industri peternakan memiliki risiko yang lebih besar dibandingkan industri manufaktur karena produknya yang bersifat bulky dan perishable. Hal tersebut membuat pentingnya manajemen risiko dalam rantai pasok di industri peternakan. Pada penelitian ini, studi kasus dilakukan di PT Widodo Makmur Perkasa WMP yang merupakan peternakan sapi besar di Jawa Barat.
Penelitian ini bertujuan untuk melakukan studi tentang risiko dalam rantai pasok sapi dengan mengidentifikasi dan mengevaluasi risiko serta merancang tindakan-tindakan untuk mitigasi risiko yang mungkin timbul pada rantai pasok sapi PT WMP.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah House of Risk HOR. HOR terbagi atas dua fase, fase pertama adalah identifikasi dan evaluasi risiko dan fase kedua adalah perancangan mitigasi risiko. Dari penelitian yang sudah dilakukan, tahap identifikasi didapatkan 28 jenis kejadian risiko dan 22 agen risiko.
Hasil pengolahan HOR fase 1 ditemukan terdapat 11 agen risiko yang mencakup 80 dari total Aggregate Risk Potential ARP. Terakhir, hasil pengolahan HOR fase 2 ditemukan terdapat 6 tindakan mitigasi yang direkomendasikan berdasarkan agen-agen risiko yang memiliki ARP terbesar.Kata Kunci: Industri Peternakan, House of Risk HOR, Manajemen Risiko Rantai Pasok.

The supply chain of livestock industry has more risk than manufacturing industry because of its bulky and perishable products. This makes the importance of risk management in the supply chain of livestock industry. In this research, case studies were conducted at PT Widodo Makmur Perkasa WMP, which is a big cattle livestock in West Java.
This study aims to study the risks in the supply chain by identifying and evaluating risks and designing for risk mitigation that may arise in supply chain of livestock industry.
The method used in this research is House of Risk HOR. HOR is divided into two phases, the first phase is the identification and evaluation of risk and the second phase is the design of risk mitigation. From the research that has been done, identification stage found 28 types of risk events and 22 risk agents.
Results of HOR phase 1 shown 11 risk agents that covering 80 of total Aggregate Risk Potential ARP. Lastly, the results of HOR phase 2 shown 6 recommendation of mitigation measures based on the largest ARP risk agents.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maysa Yasmine
"Manajemen risiko adalah aktivitas mengidentifikasi, menilai, menganalisis, dan mengendalikan risiko dalam seluruh kegiatan perusahaan dengan tujuan memperoleh efektivitas dan efisiensi yang lebih tinggi. Metode yang digunakan dalam manajemen risiko salah satunya adalah House of Risk (HOR). Metode tersebut merupakan modifikasi antara Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) dengan kerangka House of Quality (HOQ) dengan fokus utamanya merumuskan tindakan mitigasi terhadap sumber risiko prioritas yang merupakan penyebab kejadian risiko agregat. Pada penelitian ini, manajemen risiko dilakukan pada aktivitas aliran rantai pasok operasional produksi PT. XYZ. Analisis risiko pada HOR 1 diawali dengan identifikasi risiko melalui diskusi dengan expert dan studi literatur, kemudian dilakukan penilaian terhadap nilai severity dari risk events dan nilai occurrence dari risk agents. Hasil HOR tahap 1 menunjukkan terdapat 23 kejadian risiko dan 21 agen risiko. Berdasarkan perhitungan Pareto, terdapat 12 agen risiko yang mencakup 80% dari total Aggregate Risk Potential (ARP) dan dipilih sebagai prioritas untuk dilakukan mitigasi. Setelah itu, dari hasil HOR tahap 2, ditetapkan 11 tindakan pencegahan yang kemudian digabungkan menjadi 2 strategi mitigasi besar, yaitu menggunakan sistem Epicor Kinetic ERP dan inspeksi rutin.

Risk management is the activity of identifying, assessing, analysing and controlling risks in all company activities with the aim of achieving higher effectiveness and efficiency. One of the methods used in risk management is House of Risk (HOR). This method is a modification of Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) with the House of Quality (HOQ) framework with the main focus on formulating mitigation actions against priority risk sources which are the causes of aggregate risk events. In this research, risk management is carried out in production operational supply chain flow activities at PT. XYZ. Risk analysis in HOR 1 begins with risk identification through discussions with experts and literature studies, then an assessment of the severity value of risk events and the occurrence value of risk agents is carried out. The results of HOR stage 1 showed that there were 23 risk events and 21 risk agents. Based on Pareto calculations, there are 12 risk agents which cover 80% of the total Aggregate Risk Potential (ARP) and were selected as priorities for mitigation. After that, from the results of HOR stage 2, 11 preventive actions were determined which were then combined into 2 major mitigation strategies, namely using the Epicor Kinetic ERP system and routine inspections."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Naufal Setiawan
"Manajemen Risiko adalah metode yang fungsional dalam rantai pasok untuk mengidentifikasi, menganalisis, dan mengendalikan risiko guna meningkatkan resiliensi terhadap gangguan (disruption). Dalam penelitian ini, metode House of Risk (HOR), yang diadopsi dari Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) dan Quality Function Deployment (QFD), digunakan untuk meningkatkan resiliensi rantai pasok perusahaan manufaktur elektronika, di Gudang Material Print Circuit Board (PCB). Langkah pertama adalah mengidentifikasi potensi risiko dengan HOR 1, yang melibatkan diskusi dengan ahli dan studi literatur. Hasilnya, 18 dari 43 potensi risiko relevan terjadi di gudang. Wawancara lebih lanjut menentukan nilai severity dari 18 kejadian risiko dan nilai occurrence dari 27 agen risiko. Analisis Pareto dari HOR 1 mengidentifikasi 13 agen risiko prioritas, dimana 2 terbesar ialah ketidaksesuaian kualitas material dari supplier dan kesalahan pekerja dalam menyortir barang. HOR 2 mengidentifikasi 8 dari 13 langkah preventif yang prioritas dengan Analisis Pareto. Kemudian, dirancangkan 3 aksi mitigasi final yang mencakup 8 aksi mitigasi prioritas, yaitu standarisasi prosedur penyimpanan dan program pelatihan pembacaan dokumen secara berkala, integrasi Warehouse Management System (WMS) dengan visualisasi data material dengan dashboard sistem informasi, dan pemeliharaan dan pemantauan keterbaruan dan sinkronisasi dari server dan WMS dengan aplikasi infrastruktur pendukung IT yang mencakup resiliensi internal, konsumen, dan supplier.

Risk Management is a crucial method in the supply chain to identify, analyze, and control risks, enhancing resilience in disruption threat. The House of Risk (HOR) method, adopted from Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) and Quality Function Deployment (QFD), is used to increase supply chain resilience for electronics manufacturing companies, particularly in Print Circuit Board (PCB) Material Warehouses. The process begins with identifying potential risks through HOR 1, involving expert discussions and literature reviews. This revealed that 18 out of 43 potential risks were relevant to the warehouse. Further interviews assessed the severity of these 18 risk events and the occurrence of 27 risk agents. Pareto analysis of HOR 1 identified 13 priority risk agents, with the largest being material quality discrepancies from suppliers and worker errors in sorting goods. HOR 2 then identified 8 of the 13 priority preventive steps. Finally, three main mitigation actions were designed: standardizing storage procedures and regular document training, integrating the Warehouse Management System (WMS) with material data visualization and information system dashboards, and maintaining and monitoring server and WMS updates and synchronization with IT infrastructure. These actions enhance internal, consumer, and supplier resilience."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Luthfiery Widiandito Martokoesoemo
"Manajemen risiko mencakup proses sistematis untuk mengenali, mengevaluasi, dan mengendalikan risiko dalam semua aktivitas perusahaan guna meningkatkan efektivitas dan efisiensi secara keseluruhan dalam upaya meningkatkan ketahanan rantai pasok. Dalam studi ini, metode House of Risk (HOR) diterapkan. Metode ini diadaptasi dari Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) dan model korelasi Quality Function Deployment (QFD). Penelitian ini difokuskan pada proses rantai pasokan gudang perakitan di PT XYZ. Analisis risiko pada HOR 1 dimulai dengan mengidentifikasi risiko melalui diskusi dengan para ahli dan tinjauan literatur, diikuti dengan penilaian tingkat keparahan kejadian risiko dan nilai kejadian agen risiko. Temuan dari HOR 1 mengidentifikasi 18 kejadian risiko dan 27 agen risiko. Dengan menggunakan analisis Pareto, 13 agen risiko prioritas telah diidentifikasi, dengan agen risiko tertinggi adalah ketidaksesuaian kualitas material dari pemasok, yang memiliki nilai ARP sebesar 3216. HOR 2 merumuskan 13 tindakan pencegahan untuk mengurangi risiko prioritas ini. Pemrosesan data pada HOR 2 mengungkapkan bahwa terdapat tiga kelompok tindakan pencegahan yang harus diimplementasikan yaitu tiga kelompok tindakan pencegahannya yaitu menyusun dan melaksanakan Standard Operating Procedure (SOP) yang komprehensif serta program pelatihan, mengevaluasi dan menerapkan sistem teknologi informasi terbaru, menerapkan Warehouse Management System (WMS) secara real-time.

Risk management includes a systematic process for identifying, evaluating, and controlling risks in all company activities to enhance overall effectiveness and efficiency in efforts to improve supply chain resilience. In this study, the House of Risk (HOR) methodology is applied. This method is adapted from the Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) and the Quality Function Deployment (QFD) correlation model. The research is focused on the assembly warehouse supply chain process at PT XYZ. The risk analysis in HOR 1 begins with identifying risks through expert discussions and literature review, followed by an assessment of the severity of risk events and the occurrence values of risk agents. The findings from HOR 1 indicate 18 risk events and 27 risk agents. Using Pareto analysis, 13 priority risk agents were identified, with the top risk agent being the unsuitability of material quality from suppliers, which has an ARP value of 3216. HOR 2 outlines 13 preventive measures to mitigate these priority risks. Data processing at HOR 2 revealed three groups of preventive measures to be implemented: developing and implementing comprehensive SOPs and training programs, evaluating and adopting the latest information technology systems, and implementing a real-time Warehouse Management System (WMS)."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>