Ditemukan 177199 dokumen yang sesuai dengan query
Claudya Carolina
"Masalah internalizing yang terjadi pada anak usia dini ditemukan berkaitan erat dengan parenting stress yang dialami ibu. Kapasitas kognitif berupa executive function (EF) diduga dapat menjembatani hubungan antara kedua variabel tersebut, di mana keberadaan kapasitas EF yang baik dianggap dapat menghindarkan anak dari risiko mengembangkan masalah internalizing di kemudian hari. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran dari defisit pada EF anak dalam memediasi hubungan antara parenting stress ibu dan masalah internalizing anak. Sebanyak 207 ibu kandung dari anak berusia 3 hingga 8 tahun tanpa masalah psikologis dan neurologis berpartisipasi di dalam penelitian. Melalui uji statistik mediasi menggunakan PROCESS Hayes, ditemukan bahwa defisit EF pada anak mampu memediasi secara penuh kaitan antara parenting stress ibu dan masalah internalizing anak. Hasil tersebut menunjukkan pentingnya mempertimbangkan kapasitas EF anak dalam memahami terjadinya masalah internalizing anak. Intervensi untuk mengatasi masalah internalizing anak juga dapat diarahkan melalui pengembangan kapasitas EF anak.
Research has demonstrated that internalizing problems in young children was associated to maternal parenting stress. A cognitive ability called the executive function (EF) is considered to mediates the relationship between these variables, where a good EF is considered a protective factor that helps to keep the children from developing further internalizing problems. This research is intended to study the role of the deficit in children’s EF in mediating the relationship between maternal parenting stress and a child’s internalizing problem. A total of 207 biological mothers of children aged 3 to 8 years old with no medical record of psychological and neurological problems participated in this study. Through statistical mediation analysis using PROCESS Hayes, we found that the deficit in children’s EF fully mediated the relationship between the maternal parenting stress and children’s internalizing problem. This result indicated the importance of considering the children’s EF capacity in understanding the manifestation of children’s internalizing problem. Interventions designed to reduce internalizing problems could also be directed through improving children’s EF capacity."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership Universitas Indonesia Library
Aditya Gunawan
"Stres merupakan salah satu reaksi psikologis yang menyertai mahasiswa selama pandemic COVID-19. Tingkat stres dapat mempengaruhi kesejahteraan psikologis mahasiswa. Terdapat penelitian-penelitian sebelumnya yang menemukan hubungan antara regulasi emosi dengan stres maupun kesejahteraan psikologis, dimana tingkat stress yang tinggi akan menurunkan kesejahteraan psikologis dan regulasi emosi mampu mengurangi stress serta menjaga kesejahteraan psikologis individu. Strategi regulasi emosi expressive suppression dan cognitive reappraisal diartikan sebagai cara individu dalam mempengaruhi, merasakan, serta mengekspresikan emosi yang dimiliki. Penelitian ini bertujuan untuk menguji efek strategi regulasi emosi expressive suppression dan cognitive reappraisal sebagai moderator antara stres dan kesejahteraan psikologis. Sebanyak 119 mahasiswa baru Universitas Indonesia 2020 terlibat dalam penelitian ini. Stres diukur menggunakan Perceived Stres Scale-10 for COVID-19 (PSS-10-C); strategi regulasi emosi diukur menggunakan Emotion Regulation Questionnaire (ERQ); dan kesejahteraan psikologis diukur menggunakan Ryff’s Scales of Psychological Well-being (RPWB). Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) stres dapat menjadi prediktor kesejahteraan psikologis secara signifikan; (2) strategi regulasi emosi expressive suppression signifikan dalam memperkuat hubungan negatif antara stres dan kesejahteraan psikologis; (3) strategi regulasi emosi cognitive reappraisal signifikan dalam memperlemah hubungan negatif antara stres dan kesejahteraan psikologis.
Stress is one of psychological reactions that has been experienced by college students during the COVID-19 pandemic. The level of stress can be affecting their psychological well-being. Previous studies show there is a significant relationship between emotional regulation and stress, also psychological well-being. A high level of stress will be declining psychological well-being. On the other hand, emotional regulation has proven to be reducing stress level as well as maintaining the condition of psychological well-being. Emotional regulation strategies are defined as the way individuals influence, feel, and express their emotions. The strategies divided into two which are cognitive reappraisal and expressive suppression. This study aims to examine the effects of expressive suppression and cognitive reappraisal regulatory strategies as a moderator between stres and psychological well-being. A total of 119 first-year students of Universitas Indonesia in 2020 were involved in this research. Stres was measured using the Perceived Stress Scale-10 for COVID-19 (PSS-10-C); Emotion regulation strategies were measured using the Emotion Regulation Questionnaire (ERQ); and psychological well-being was measured using Ryff's Scales of Psychological Well-being (RPWB). The results showed that (1) stress can be a significant predictor of psychological well-being; (2) expressive suppression as an emotional regulatory strategy is significant in strengthening the negative relationship between stress and psychological well-being; (3) on the other side, cognitive reappraisal strategy is significant in weakening the negative relationship between stress and psychological well-being."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
T-Pdf
UI - Tesis Membership Universitas Indonesia Library
Fathiya Karima
"Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji apakah terdapat hubungan antara parenting stress ibu dengan regulasi emosi anak usia prasekolah. Jenis penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan teknik pengujian Korelasi Pearson. Parenting stress ibu diukur menggunakan instrumen Parenting Stress Index - Short From (PSI-SF) dan regulasi emosi anak usia prasekolah menggunakan alat ukur Emotion Regulation Checklist (ERC). Jumlah partisipan pada penelitian ini sebanyak 128 ibu dengan anak usia prasekolah (3 - 6 tahun). Hasil utama penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan negatif yang signifikan antara parenting stress dengan regulasi emosi anak usia prasekolah. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi parenting stress yang dialami ibu, maka regulasi emosi anak usia prasekolah semakin rendah, dan sebaliknya ibu yang cenderung memiliki tingkat parenting stress rendah maka regulasi emosi anak akan semakin baik.
The study aims to examine whether there is a link between parental stress of mothers and emotional regulation of preschool children. It is a quantitative research with Pearson correlation testing technique. Parenting stress of mothers was measured using the Parenting Stress Index - Short From (PSI-SF) while the children's emotional regulation was measured using the Emotion Regulation Checklist (ERC). The total number of participants in the study was 128 mothers with children of preschool age (3 - 6 years). The main results of the study show that there is a significant negative relationship between parenting stress and preschool childhood emotional regulation. This suggests that the higher parental stress that mothers experience, the lower the emotional regulation of preschool children, and vice versa, mothers who tend to have low level of parenting stress, the better the regulations of their children's emotions."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Marcellina Yovita
"Masalah externalizing problem behavior (EPB) umum dialami anak di tahap early childhood. Pada tahap ini anak mengandalkan orang tua untuk membantu mengarahkan perilaku mereka. Namun, tidak semua orang tua mampu menangani EPB yang ditampilkan anaknya. Penelitian menunjukkan bahwa aspek kognitif pengasuhan, berupa parenting self-efficacy (PSE) memiliki kontribusi yang cukup konsisten terhadap EPB anak. Faktor internal anak berupa executive function juga ditemukan secara konsisten dapat memprediksi EPB anak. Berbagai hasil penelitian juga mengindikasikan bahwa PSE berkaitan dengan EF. Walaupun demikian, dinamika antar ketiganya belum pernah diteliti. Dalam penelitian ini akan diperiksa bagaimana kaitan antara PSE dengan EF anak. Secara lebih mendalam, penelitian ini juga memeriksa peranan EF anak sebagai mediator antara hubungan PSE dengan EPB anak. Partisipan dalam penelitian ini berjumlah 243 orang tua yang memiliki anak berusia 3 tahun 0 bulan sampai 8 tahun 0 bulan tanpa masalah perkembangan, neurologis, maupun psikologis. Berdasarkan hasil analisis mediasi melalui PROCESS Hayes, ditemukan bahwa PSE mampu memprediksi EF anak dan kaitan antara PSE dengan EPB anak sepenuhnya dimediasi oleh EF anak. Temuan ini menunjukkan bahwa dalam menangani EPB anak, perlu mempertimbangkan PSE orang tua dan kemampuan EF anak
Externalizing problem behavior (EPB) is common in early childhood. During this phase, children will rely on parents to help them guiding their behavior, but not every parent are able to handle EPB of their children. Studies found that cognitive aspects of parenting, such as parenting self-efficacy (PSE), have a consistent contribution towards children’s EPB. Internal factor from children, which is executive function (EF) was also found consistently predicting children’s EPB. Results from several studies also indicated that PSE is related to EF. However, the dynamic between them have not been examined. In this study, the relationship between children’s PSE and EF will be examined. This study will also examine the role of children’s EF as a mediator between children’s PSE and EPB further. Participants were 243 parents who have 3 years old 0 months until 8 years old 0 months children without any developmental, neurological, or any psychological problem. Based on PROCESS Hayes mediation analysis, it was found that PSE is able to predict children’s EF, and relationship between PSE and children’s EPB is fully mediated by children’s EF. This result shows that in order to handle children’s EPB, parents’ PSE and children’s EF have to be considered"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
T-Pdf
UI - Tesis Membership Universitas Indonesia Library
Dinda Dian Citra Ramadhanty
"
ABSTRACTParental stress yang ada pada orang tua di keluarga miskin terbukti menjadi faktor risiko kekerasan pada anak. Penelitian ini ingin melihat peran moderasi dari dukungan sosial yang dipercaya dapat menurunkan parental stress dan potensi kekerasan anak pada orang tua. Partisipan pada penelitian merupakan 100 ibu dari keluarga yang masuk dalam kategori miskin menurut Badan Pusat Statistika dan juga memiliki anak berusia 3-6 tahun, Hasil pengujian moderasi menunjukkan bahwa dukungan sosial tidak memiliki peran moderasi dalam hubungan potensi kekerasan (t = 3,72, p = 0,0003, LLCI = -0,0105 ULCI = 0,019; R2 = 0,23) dan parental stress di ibu pada keluarga miskin. Hasil penelitian ini memberikan penemuan baru mengenai konsekuensi negatif dari dukungan sosial pada keluarga miskin.Parental stress in poor families has been proved to be one of the risk factors to child abuse. This research aims to see the moderation role of social support that is believed to be able to lower parental stress and potential of child abuse in parents. One hundred mothers from households that were below the poverty line with kids from the age of 3 - 6 years old were the participants of this study. Results show that social support does not have a moderation role in the relationship between child abuse and parental stress in mothers from poor families (= 3.72, = .0003, LLCI = -.0105 ULCI = .019; R> = .23). This research gives a new founding about the negative consequences of social support in poor families. "
[, ]:
2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Virra Priscilla Ayuningtyas
"
ABSTRAKPenelitian ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran mengenai perbedaan tingkat parenting stress dan coping stress pada ayah dan ibu yang memiliki anak dengan autisme. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dan kualitatif dalam proses pengumpulan data. Tingkat parenting stress diukur melalui Parenting Stress Index-Short Form PSI-SF dan coping stress melalui Brief COPE. Partisipan penelitian ini berjumlah 37 pasang ayah dan ibu yang memiliki anak dengan autisme. Hasil utama penelitian ini menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan parenting stress p = 0.850, p > 0.05 dan coping stress p = 0.899, p > 0.05 yang pada ayah dan ibu yang memiliki anak dengan autisme.
ABSTRACTThis research was conducted to decrypt the differences of parenting stress and coping stress in fathers and mothers of children with autism. This research used quantitative and qualitative design for collecting data. Level of parenting stress was measured by Parenting Stress Index Short Form PSI SF and coping stress was measured by Brief COPE. The participants of this research are 37 pairs of fathers and mothers of children with autism. The main result of this research showed that there are no differences of parenting stress p 0.850, p 0.05 and coping stress p 0.899, p 0.05 on fathers and mothers of children with autism."
2017
S68739
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Fathiya Hanisya
"
ABSTRACTDiabetes melitus merupakan penyakit kronis yang dapat mempengaruhi sisi psikologi penderitanya. Stres merupakan salah satu akibat dari penyakit kronis. Stres memiliki dampak negatif pada penderita diabetes melitus karena menyebabkan keadaan hiperglikemia. Hiperglikemia merupakan awal mula dari kerusakan fungsi kognitif, salah satunya kerusakan pada fungsi memori. Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan antara stres dengan fungsi memori. Desain penelitian ini adalah analitik korelatif dengan pendekatan cross sectional, menggunakan 85 responden penderita diabetes melitus di Kecamatan Sawangan Depok. Stres dinilai menggunakan Depression, Anxiety, Stres scale 42 DASS 42 khususnya pada subscale stres sebanyak 14 pernyataan. Sedangkan fungsi memori dinilai menggunakan digit span forward and backward. Uji analisis bivariat menggunakan uji Spearman Rank menyatakan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara stres dan fungsi memori pada penderita diabetes melitus di Kota Depok.
ABSTRACTDiabetes melitus is a chronic disease that affect psychological side of individual with diabetes.Stres is one of the result of chronic disease. Stres has a negative impact on people with diabetes melitus because it causes a state of hyperglycemia. Hyperglycaemia is the beginning of cognitive function impairment, one of which is damage to memory function. This study aims wasto determine the relationship between stres and memory function. The design of this study was correlative analytic with cross sectional approach, using 85 respondents with diabetes melitus in Kecamatan Sawangan Depok. Stress was assessed using Depression, Anxiety, Stres scale 42 DASS 42 , especially on stress subscales consists of 14 statements. While the memory function was assessed using the forward and backward digit span. Bivariate analysis test using Spearman Rank test stated that there was a significant relationship between stress and memory function in people with diabetes melitus in Depok City."
2017
S67459
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Elyska Imardini
"Situasi yang menekan dapat dialami oleh siapapun. Individu dapat mengalami stres akibat peristiwa hidup yang besar dan masalah hidup sehari-hari, dan stres yang bersifat kumulatif pada kehidupan seseorang dapat memprediksi hasil buruk pada kesehatan mental. Dalam mengatasi efek negatif dari kesulitan, kedekatan dengan alam dan makna hidup dapat berperan penting dalam membantu individu beradaptasi dan memperoleh hasil yang positif. Penelitian ini bertujuan untuk melihat peran makna hidup serta dimensi-dimensinya yakni accomplished life, exciting life, principled life, purposeful life, dan valued life dalam memediasi hubungan antara kedekatan dengan alam dan resiliensi pada 175 partisipan dengan rentang usia 18–63 tahun (M = 25,00). Analisis data dilakukan dengan menggunakan PROCESS Macro Model 4 dari Hayes. Penulis menemukan bahwa makna hidup secara keseluruhan, maupun dimensi accomplished life, dan dimensi exciting life memediasi secara penuh hubungan antara kedekatan dengan alam dengan resiliensi. Sementara itu, peran mediasi dari dimensi principled life, purposeful life, dan valued life tidak signifikan.
Anyone can experience stressful situations. Individuals can experience stress from major life events and everyday life problems, and stress that is cumulative in a person's life can predict adverse outcomes for mental health. In overcoming the negative effects of adversity, nature relatedness and the meaning in life can play an important role in helping individuals adapt and achieve positive results. The purpose of the present research is to investigate the role of meaning in life and its dimensions, namely accomplished life, exciting life, principled life, purposeful life, and valued life, in mediating the relationship between nature relatedness and resilience in 175 participants with an age range of 18–63 years (M = 25,00). Data analysis was performed using Process Macro Model 4 from Hayes. This study found that meaning in life in general, along with the accomplished life dimension, and the exciting life dimension fully mediated the relationship between nature relatedness and resilience. Meanwhile, the mediating role of the dimensions of principled life, purposeful life, and valued life was not significant"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Aini Rahmi
"Munculnya parenting stress terjadi karena terdapat ketidakseimbangan antara tuntutan pengasuhan dengan sumber daya yang dimiliki oleh orang tua dalam memenuhi tanggung jawab. Terlebih pada ibu usia remaja karena akan tergantung dengan kompetensi pengasuhan yang dimiliki oleh ibu. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara parenting stress dengan kompetensi pengasuhan pada ibu remaja. Desain penelitian ini adalah cross sectional dengan sampel 319 ibu remaja di Kota Depok. Alat ukur yang digunakan adalah kuesioner Parental Stress Scele (PSS) dan Parenting Sense of Competence Scale (PSOC). Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara domain parenting stress dengan domain kompetensi pengasuhan (p=0,00 dan0,005). Diharapkan bahwa pemberi asuhan keperawatan dapat meningkatkan perannya dalam memberikan intervensi berupa edukasi dan pendampingan psikologis terhadap ibu remaja mengenai kompetensi pengasuhan anak.
The emergence of parenting stress occurs because there is an imbalance between the parenting burden and the resources owned by parents in fulfilling their responsibilities. Especially for teenage mothers because it will depend on parenting competency owned by the mother. This study aims to analyze the relationship between parenting stress and parenting competency in teenage mothers. The design of this study was cross sectional with a sample of 319 teenage mothers in Depok City. The measuring instrument used is the Parental Stress Scale (PSS) and Parenting Sense of Competence Scale (PSOC) questionnaire. The results showed that there was a significant relationship between the stress parenting domain and the parenting competency domain (p = 0.00 and 0.005). Nurse expected have more increase their role in providing interventions in the form of education and psychological assistance to teenage mothers about parenting competence."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Nisrina Putri Anandiva
"Regulasi diri merupakan keterampilan yang penting untuk dimiliki oleh anak usia prasekolah. Walaupun sejumlah penelitian membuktikan bahwa regulasi diri anak dapat diprediksi oleh parenting self-efficacy melalui peran mediasi oleh faktor-faktor yang melekat pada orang tua, namun apakah hubungan keduanya diperantarai oleh faktor-faktor yang dimiliki anak masih belum diketahui. Penelitian ini bertujuan untuk melihat peran salah satu faktor kognitif anak, yaitu executive function, sebagai mediator hubungan antara parenting self-efficacy dan regulasi diri anak. Sebanyak 441 orangtua yang memiliki anak usia 48 hingga 72 bulan tanpa riwayat masalah perkembangan maupun psikologis mengikuti penelitian ini. Adapun alat ukur yang digunakan, yaitu Me as a Parent (MaaP) untuk mengukur parenting self-efficacy, Childhood Executive Functioning Inventory (CHEXI) untuk mengukur masalah executive function anak yang dipersepsikan orangtua, dan Self-Regulation Questionnaire (SRQ) untuk mengukur regulasi diri anak yang juga dipersepsikan oleh orangtua. Analisis PROCESS Hayes menunjukkan hasil bahwa executive function anak secara partial memediasi hubungan antara parenting self-efficacy dan regulasi diri anak usia 48 hingga 72 bulan. Hasil penelitian ini mengimplikasikan bahwa upaya untuk meningkatkan parenting self-efficacy dan executive function anak penting untuk dilakukan agar regulasi diri anak dapat berkembang secara optimal.
Self-regulation is an important skill for preschoolers to have. Although a number of studies have proven that children's self-regulation can be predicted by parenting self-efficacy through the mediation role of factors attached to parents, whether the relationship between the two is mediated by factors owned by children is still unknown. This study aims to look at the role of one of the children's cognitive factors, namely executive function, as a mediator of the relationship between parenting self-efficacy and children's self-regulation. A total of 441 parents of children aged 48 to 72 months without a history of developmental or psychological problems participated in this study. The measurement tools used are Me as a Parent (MaaP) to measure parenting self-efficacy, the Childhood Executive Functioning Inventory (CHEXI) to measure children's executive function problems perceived by parents, and the Self-Regulation Questionnaire (SRQ) to measure self-regulation. children who are also perceived by parents. Hayes' PROCESS analysis showed that children's executive function partially mediates the relationship between parenting self-efficacy and self-regulation in children aged 48 to 72 months. The results of this study imply that efforts to increase parenting self-efficacy and executive function of children are important so that children's self-regulation can develop optimally."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership Universitas Indonesia Library