Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 192463 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Citra Mahardhika
"Tujuan: Meningkatkan peranan ultrasonografi sebagai alternatif Dual Energy X-Ray Absorptiometry (DXA) dalam menilai persentase lemak tubuh total secara akurat.
Metode: Dari April hingga September 2020, terdapat 28 pasien dewasa (14 laki-laki, 14 perempuan) yang menjalankan pemeriksaan DXA untuk menilai persentase lemak tubuh total (%LT total) dan pemeriksaan ultrasonografi untuk mengukur tebal lemak subkutis (TLS) pada beberapa lokasi tubuh. Dilakukan uji korelasi antara TLS pada beberapa lokasi tubuh menggunakan ultrasonografi serta data antropometri (IMT, lingkar pinggang, lingkar paha tengah) dengan %LT total berdasarkan DXA pada kedua jenis kelamin. Selanjutnya, variabel yang memiliki korelasi kuat dipilih untuk dimasukkan dalam analisis regresi multipel untuk mendapatkan formula regresi untuk memprediksi %LT total pada masing-masing jenis kelamin.
Hasil: Formula prediksi terbaik untuk menentukan %LT total pada laki-laki adalah %LT total = 13,7 + 5,5(TLS triceps) + 10,0(TLS paha depan); R2 0,91, sedangkan pada perempuan adalah %LT total = - 1,73 + 1,07(IMT) + 10,30(TLS paha depan); R2 0,88
Kesimpulan: Pemeriksaan TLS menggunakan ultrasonografi dikombinasikan dengan pengukuran antropometri dapat direkomendasikan untuk memperkirakan %LT total secara akurat dengan formula yang berbeda pada kelompok laki-laki dan kelompok perempuan.

Objective: To improve the use of ultrasonography as an alternative way to Dual Energy X-Ray Absorptiometry (DXA) in assesing total body fat percentage (%BF) accurately.
Methods: From April to September 2020, there were 28 adult patients (14 male, 14 female) underwent DXA examination to assess %BF and ultrasonography examination to measure subcutaneous fat thickness (SFT) at multiple sites. Correlation test was conducted between SFT sites using ultrasonography and anthropometric data (BMI, waist circumference, mid-thigh circumference) with %BF based on DXA in both genders. Furthermore, variables that had strong correlation were selected to be included in the multiple regression analysis in order to obtain a regression formula to predict the %BF for each gender.
Results: The best predictive formula to determine %BF for male is %BF = 13,7 + 5,5(SFT triceps) + 10,0(SFT quads); R2 0,91, while for female is %BF = - 1,73 + 1,07(BMI) + 10,30(SFT quads); R2 0,88. Conclusions: SFT examination using ultrasonography that is combined with anthropometric measurements can be recommended to estimate %BF accurately with different formulas in the male and female group.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yenny Rahmawati Mulyanto
"Latar belakang dan tujuan: Masalah osteoporosis merupakan masalah dalam kesehatan masyarakat terutama di negara berkembang. Kurangnya jumlah alat DXA menyebabkan minimnya penderita yang terdiagnosis dini osteoporosis dan mendapat terapi, hingga akhirnya mengalami patah tulang. Pengukuran indeks ketebalan korteks tulang radius distal merupakan parameter sederhana, objektif, dan mudah diterapkan, menggunakan radiografi konvensional yang berguna untuk memperkirakan kepadatan massa tulang, namun perlu dibuktikan korelasinya dengan nilai T-score.
Metode: Uji korelatif dengan pendekatan potong lintang pada nilai indeks ketebalan korteks radius distal menggunakan radiografi konvensional dan T-score kolum femur menggunakan DXA berdasarkan database populasi Indonesia, terhadap 38 subjek penelitian, menggunakan data primer, dalam kurun waktu Desember 2016 sampai Mei 2017.
Hasil: Uji korelasi Pearson antara indeks ketebalan korteks radius distal pada lokasi 1 dan 2 dengan nilai T-score kolum femur, didapatkan nilai koefisien korelasi r=0,46 p=0,096 untuk lokasi 1 dan r=0,45 p=0,093 untuk lokasi 2. Pada kelompok jenis kelamin perempuan, didapatkan nilai r=0,53 p

Background and objective: Osteoporosis is a problem in public health, especially in developing countries. DXA lacks of availability causing problem in osteoporosis early diagnosing and treatment until the occurance of bone fracture. Measurement of distal radius cortical thickness index using conventional radiography is a simple, objective and easy to applied methods for estimating bone density, but needs to be proven its correlation with T score.
Methods: A cross sectional correlation study between the cortical thickness index of distal radius by conventional radiography and T score of femoral neck by DXA based on population database in Indonesia, conducted in 38 subjects in the period of December 2016 to May 2017.
Result: Using the Pearson correlation test between the cortical thickness index of distal radius in two location with T score of femur column by DXA, we obtained coefficient correlation value of r 0,46 p 0,096 for location 1 dan r 0,45 p 0,093 for location 2. In the female group we obtained r 0,53 p 0,05 for location 1 and r 0,52 p 0,05 for location 2. Based on age group, r value for location 1 and 2 in 60 years age group is r 0,31 p 0,194 and r 0,32 p 179 for location 1 and 2, respectively.
Conclusion: There is a weak positive correlation between the cortical thickness index of distal radius by conventional radiography and T score of femoral neck by DXA.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Faith Aisyah Azzahra
"Dual Energy Subtraction (DES) merupakan teknik pencitraan yang memanfaatkan kalsium untuk melemahkan energi foton yang lebih rendah dalam sinar-X yang menghasilkan dua gambar terpisah yaitu jaringan lunak pada dada dan tulang rusuk. Dalam memperoleh citra dari teknik Dual Energy Subtraction (DES) menggunakan radiografi digital dapat dibagi menjadi dua teknik terpisah yaitu single exposure dan double exposure. Studi ini menggunakan fantom Rando yang merepresentasikan anatomi thoraks dengan proyeksi Posterior-Anterior (PA). Dilakukan studi dengan menggunakan double exposure dengan memberikan variasi kombinasi tegangan kVp. Pada pengolahan data subtraksi citra didapatkan hasil yang signifikan pada variasi kombinasi tegangan sebesar 120 kVp dengan 60 kVp. Parameter Signal Difference to Noise Ratio (SDNR) dikalkulasi sebagai parameter kualitas citra yang akan diuji pada studi ini. Pada pengolahan data citra pada fantom Rando anatomi thoraks, nilai SDNR tertinggi pada variasi kombinasi tegangan 120 kVp dengan 60 kVp. Pada hubungan antara SDNR dengan dosis berpengaruh dalam optimasi dosis. Studi ini menunjukkan perlunya penelitian lebih lanjut untuk teknik single exposure dan variasi kombinasi faktor eksposi lain untuk menjadi perbandingan kedua teknik dan keperluan optimasi

Dual Energy Subtraction (DES) is an imaging technique that utilizes calcium to attenuate the lower energy photons in X-rays which produce two separate images of soft tissue in the chest and ribs. In obtaining images from the technique Dual Energy Subtraction (DES) using digital radiography it can be divided into two separate techniques, namely single exposure and double exposure. This study uses a Rando phantom which represents the thoracic anatomy with a Posterior-Anterior (PA) projection. Study was double exposure carried out by providing variations in the combination of kVp voltages. In image subtraction data processing, significant results were obtained at the variation of the voltage combination of 120 kVp to 60 kVp. The Signal Difference to Noise Ratio (SDNR) parameter is calculated as the image quality parameter to be tested in this study. In image data processing on the thoracic anatomical Rando phantom, the highest SDNR is at the variation of the voltage combination 120 kVp with 60 kVp. The relationship between SDNR and dose has an effect on dose optimization. This study shows the need for further research on techniques for single exposure and various combinations of other exposure factors to be a comparison of the two techniques and optimization needs"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fajar Winarto
"Tujuan : Mencari Korelasi antara ketebalan lemak subkutis dengan menggunakan ultrasonografi dibandingkan dengan persentase lemak total tubuh dengan metoda Bioelectric Impedance Analysis (BIA) dan mencari formula untuk memperkirakan persentase lemak total tubuh dengan menggunakan ketebalan lemak subkutis menggunakan ultrasonografi. Subjek dan Metode : Kami melakukan suatu studi prospektif antara bulan Januari sampai dengan April 2003 pada sebanyak 50 orang sukarelawan dengan indeks massa tubuh normal, dilakukan pemeriksaan Bioelectric Impedance Analysis (BIA) dan Ketebalan lemak subkutis dengan menggunakan ultrasonografi. Oari BIA dilakukan pengukuran impedance (Z) pada frekuensi 50 KHz yang selanjutnya dihitung massa bebas lemak dengan formulasi dari Oeurenberg kemudian dilakukan perhitungan persentase lemak total tubuh. Sedangkan USG jaringan lemak subkutis dilakukan dengan menggunakan transducel linier 7,5 MHz, dengan mengukur ketebalan lemak dari permukaan bawah kulit sampai batas atas otot pada daerah triceps, biceps, subscapula, midaxilla, suprailiaca dan abdominal. Menggunakan SPSS versi 10.0 dicari korelasi antara kedua indikator tersebut yang selanjutnya untuk menguji hubungan antara kedua variabel tersebut dilakukan suatu uji korelasi regresi.

Objective: To find the correlation between subcutaneous fat thickness by using ultrasound compared to the percentage of total body fat by Bioelectric Impedance Analysis (BIA) method and to find formula to estimate the total body fat percentage using subcutaneous fat thickness using ultrasound. Subject and Method: We conducted a prospective study between January and April 2003 on 50 volunteers with normal body mass index, Bioelectric Impedance Analysis (BIA) and subcutaneous fat thickness examination using ultrasound. Oari BIA is measured impedance (Z) at a frequency of 50 KHz which is then calculated as a fat-free mass with the formulation of Oeurenberg then calculates the total body fat percentage. Meanwhile, ultrasonography of subcutaneous fat tissue was performed using a 7.5 MHz linear transducel, by measuring the thickness of fat from the lower surface of the skin to the upper limit of the muscles in the triceps, biceps, subscapula, midaxilla, suprailiaca and abdominal regions. Using SPSS version 10.0, a correlation between the two indicators was sought, and then to test the relationship between the two variables, a regression correlation test was carried out."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2003
T-pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Steven Andreas
"Latar Belakang: Obesitas merupakan masalah kesehatan utama yang ditemui di berbagai negara. Massa lemak tubuh bagian atas (regio abdominal/android) berhubungan dengan profil kardiometabolik yang buruk sedangkan massa lemak tubuh bagian bawah (regio glutefemoral/gynoid) merupakan faktor protektif. Nilai rasio lemak android/gynoid (rasio A/G) yang didapatkan dari dual energy x-ray absorptiometry (DXA) merupakan prediktor parameter risiko kardiovaskular. Ultrasonografi (USG) merupakan modalitas yang menjanjikan untuk evaluasi komposisi tubuh serta memiliki korelasi yang sangat baik dengan DXA dalam memprediksi massa lemak tubuh total. Namun belum terdapat studi yang menggunakan USG untuk memperkirakan rasio A/G menurut DXA. Tujuan: Mengetahui korelasi antara tebal lemak subkutis dan viseral yang diukur dengan USG di regio abdominal serta gluteofemoral dan rasio A/G yang diukur dengan DXA. Metode: Sebanyak 28 subjek penelitian dilakukan pemeriksaan DXA untuk menilai rasio A/G. Kemudian subjek menjalani pemeriksaan USG untuk menentukan tebal lemak regio abdominal dan gluteofemoral pada hari yang sama atau maksimal tujuh hari setelah pemeriksaan DXA. Dilakukan analisis korelasi rasio A/G dengan tebal lemak subkutis dan viseral regio abdominal serta tebal lemak subkutis regio gluteofemoral. Setelah itu dilanjutkan dengan mencari formula regresi linear serta formula regresi multipel untuk mencari nilai rasio A/G berdasarkan tebal lemak pada pemeriksaan USG. Hasil: Pada jenis kelamin perempuan didapatkan korelasi kuat antara tebal lemak subkutis regio abdominal (R = 0,82 ; p = 0,000), krista iliaka (R = 0,77 ; p = 0,001), abdominal atas (R = 0,80 ; p = 0,001), dan abdominal bawah (R = 0,85 ; p = 0,000) dengan rasio A/G. Korelasi sedang didapatkan antara tebal lemak subkutis di regio supraspinale (ρ = 0,62 ; p = 0,017) dan erector spinae (ρ = 0,54 ; p = 0,049), serta tebal lemak viseral abdominal di pertengahan garis xipho-umbilikal (R = 0,66 ; p = 0,011), dan 5 cm di atas umbilikal (R = 0,55 ; p = 0,041) dengan rasio A/G. Analisis multivariat kelompok jenis kelamin perempuan menghasilkan formula rasio A/G = 0,295 - 0,019(tebal lemak subkutis abdominal atas) + 0,024(tebal lemak subkutis abdominal bawah) + 0,006(tebal lemak viseral abdomen di pertengahan xipho-umbilikal) dengan nilai koefisien determinasi (R2) = 0,823. Kesimpulan: Pada jenis kelamin perempuan, semakin tebal lemak subkutis dan viseral regio abdominal, semakin besar rasio A/G. Pada jenis kelamin perempuan, tebal lemak subkutis di regio abdominal atas, tebal lemak subkutis di regio abdominal bawah, dan tebal lemak intraabdominal di pertengahan garis xipho-umbilikal dapat digunakan untuk memprediksi rasio A/G jika tidak terdapat sarana pemeriksaan DXA.
.....Background: Obesity is a major health problem that is encountered in various countries. Upper body fat mass (abdominal / android region) is associated with a poor cardiometabolic profile while lower body fat mass (glutefemoral / gynoid region) is a protective factor. The value of the android / gynoid fat ratio (A/G ratio) obtained from dual energy x-ray absorptiometry (DXA) is a predictor of cardiovascular risk parameters. Ultrasonography (US) is a promising modality for evaluation of body composition and has a very good correlation with DXA in predicting total body fat mass. However, there are no studies using ultrasound to estimate the A/G ratio according to DXA. Purpose: Knowing the correlation between the thickness of the subcutanoeus and visceral fat as measured by ultrasound in the abdominal and gluteofemoral regions and the A / G ratio as measured by DXA. Methods: A total of 28 subjects completed DXA examinations to assess the A/G ratio. Then the subject underwent US examination to determine the fat thickness in abdominal and gluteofemoral region on the same day or maximum of seven days after the DXA examination. Correlation analysis was performed between A/G ratio and the thickness of the subcutaneous and visceral fat in the abdominal region, and subcutaneous fat thickness in the gluteofemoral region. We also find linear regression formulas and multiple regression formulas to find the A/G ratio value based on the thickness of fat on ultrasound examination. Result: female group showed a strong correlation between the thickness of the subcutaneous fat in the abdominal region (R = 0.82; p = 0.000), iliac crest (R = 0.77; p = 0.001), upper abdominal (R = 0.80; p = 0.001), and lower abdominal (R = 0.85; p = 0.000) with A/G ratio. A moderate correlation was obtained between the thickness of the subcutaneous fat in the supraspinale region (ρ = 0.62; p = 0.017), erector spinae (ρ = 0.54; p = 0.049), and the thickness of the abdominal visceral fat in the middle of the xipho-umbilical line (R = 0.66; p = 0.011), and 5 cm above umbilical (R = 0.55; p = 0.041) with A/G ratio. Multivariate analysis of the female group resulted in the formula: A/G ratio = 0.295 - 0.019 (thickness of upper abdominal subcutaneous fat) + 0.024 (thickness of lower abdominal subcutaneous fat) + 0.006 (thickness of abdominal visceral fat in the middle of xipho-umbilical) with a coefficient of determination (R2) = 0.823. Conclusion: In female group, the thicker the subcutaneous and visceral fat in the abdominal region, the greater the A/G ratio. For female group, the thickness of the subcutaneous fat in the upper abdominal region, the thickness of the subcutaneous fat in the lower abdominal region, and the thickness of the intraabdominal fat in the middle of the xipho-umbilical line can be used to predict the A/G ratio if DXA is not available."
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Dedi Priadi
"Telah dilakukan penelitian tentang analisa tegangan sisa baja rol-temps. Pengujian tegangan sisa dilakukan dengan teknik difraksi sinar- dimana proses pengerolan ini merupakan proses rol-temps. Dalam proses desain dan produksi suatu produk sering terjadi kegagalan dari material tersebut baik sebelum dan saat digunakan. Hal ini karena adanya tegangan sisa yang tidak terhitungkan sebelumnya. Namun tegangan sisa ini tidak selalu merugikan, karena tergantung arahnya beban yang dikenakan. Secara umum adanya tegangan sisa ini lebih sering merugikan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa besarnya tegangan sisa juga dipengaruhi perubahan struktur akibat adanya transformasi fasa, walaupun besarnya tegangan sisa akibat rolling pra-tempa relatif kecil Dengan panas anil 700 °C dan waktu tahan 25 menit terlihat penurunan tegangan sisa Puncak-puncak difraksi yang dilaku rol lebih lebar daripada yang tidak dirol. Hal ini menunjukkan regangannya tidak homogen. Dari analisa penghalusan GSAS dapat menggambarkan ketidak homogenan regangan."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2002
LP-Pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Yessie Widya Sari
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2005
T39805
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agarwal, B.K.
Berlin: Springer-Verlag, 1991
543.62 AGA x
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>