Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 143644 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rika Yuri Yamada
"Meskipun Facebook telah menjadi salah satu social networking sites (SNSs) yang paling populer dan bermanfaat di Internet, penggunaannya telah dikaitkan dengan kesejahteraan psikologis. Dengan demikian, tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji hubungan antara penggunaan Facebook dan kecemasan sosial, depresi, dan social belonging. 852 orang (545 perempuan, 289 laki-laki, 18 tidak mengidentifkasikan jenis kelamin; Mage = 28.94, SD = 13.98) direkrut secara acak melalui survei online. Penggunaan Facebook, kecemasan sosial, depresi, dan social belonging diukur dengan menggunakan item yang dipilih dari berbagai kuesioner. Analisis korelasi Pearson mengungkapkan korelasi negatif yang signifikan antara penggunaan Facebook dan kecemasan sosial (r = -.07, p = .033) serta depresi (r = -.11, p = .001) sementara korelasi positif yang signifikan ditemukan antara penggunaan Facebook dan social belonging (r = .13, p < .001). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan Facebook yang lebih besar dikaitkan dengan tingkat kecemasan dan depresi sosial yang lebih rendah serta social belonging yang lebih tinggi, menunjukkan bahwa platform ini dapat digunakan sebagai media untuk meningkatkan kesejahteraan psikologis.

Although Facebook has become one of the most popular and beneficial social networking sites (SNS) on the Internet, its prevalent use has been linked to problems associated with one’s psychological well-being. As such, the aim of this research was to examine the individual relationships between Facebook use and social anxiety, depression, and social belonging. A community sample of 852 people (545 female, 289 male, 15 non-binary, 3 other-identifying; Mage = 28.94, SD = 13.98) were randomly recruited through an online survey. Facebook use, social anxiety, depression, and social belonging were measured using selected items from various questionnaires. Pearson’s correlation analysis revealed significant negative correlations between Facebook use and social anxiety (r = -.07, p = .033) as well as depression (r = -.11, p = .001) while a significant positive correlation was found for social belonging (r = .13, p < .001). These findings demonstrated that greater Facebook use was associated with lower levels of social anxiety and depression as well as a higher sense of social belonging, suggesting that this platform may be utilised as a medium to improve one’s psychological wellbeing."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Detricia Tedjawidjaja
"Tahap perkembangan remaja seringkali ditandai dengan peningkatan kecemasan sosial. Meskipun Social Anxiety Disorder (SAD) merupakan gangguan yang umum terjadi pada remaja, SAD cenderung sulit untuk diidentifikasi. Faktor budaya diduga berpengaruh terhadap batasan antara tingkat kecemasan sosial yang normal dan patologis. Penelitian ini menggunakan explanatory sequential design (kuantitatif-kualitatif) untuk (1) menguji pengaruh self-construal terhadap kecemasan sosial melalui peran mediasi emosi malu pada remaja etnis Jawa dan (2) menjelaskan penghayatan kecemasan sosial remaja etnis Jawa yang dibandingkan dengan gejala SAD dalam DSM-5. Dalam penelitian kuantitatif, pengukuran terhadap kecemasan sosial, self-construal, dan emosi malu melibatkan 37 remaja berusia 14-17 tahun dengan kedua orang tua beretnis Jawa dan berdomisili di Provinsi DI Yogyakarta, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. Hasil uji mediasi menggunakan causal steps approach menunjukkan bahwa emosi malu tidak berperan dalam hubungan antara self-construal dengan kecemasan sosial. Selain itu, independent construal secara signifikan berpengaruh negatif dan emosi malu berpengaruh positif terhadap tingkat kecemasan sosial. Selanjutnya, empat partisipan dengan kecemasan sosial yang tinggi berdasarkan pengukuran pada penelitian kuantitatif diikutsertakan dalam wawancara mendalam tentang gejala kecemasan sosial yang mereka alami. Hasil dari inductive analysis menunjukkan bahwa tingginya kecemasan sosial tidak selalu mengarah pada penegakan diagnosis SAD. Norma dalam budaya Jawa yang cenderung menerima gejala kecemasan sosial menyebabkan dampak negatif tidak muncul terhadap fungsi sehari-hari remaja. Implikasi dari hasil penelitian ini menekankan pada pentingnya mempertimbangkan konteks budaya remaja dalam menegakkan diagnosis SAD.

Adolescence is often marked by increased social anxiety. Even though Social Anxiety Disorder (SAD) is one of the most common disorders among adolescents, SAD is likely to be difficult to recognize. Cultural factors may influence the boundary between the normal and pathological level of social anxiety to be ambiguous. Using an explanatory sequential design (quantitative-qualitative), the aims of this study were to (1) examine whether self-construal influence social anxiety through mediating role of and (2) explore the meaning and experience of social anxiety symptoms among Javanese adolescents by comparing them with SAD symptoms in DSM-5. For quantitative study, measurement of social anxiety, self-construal, and shame involved 37 adolescents aged 14-17 year-old with both parents are Javanese and settle in DI Yogyakarta, Central Java, and East Java Province. The result of mediation analysis using causal steps approach indicated that there is no mediation effect of shame in the relationship between self-construal and social anxiety. In addition, only independent construal have a negative effect and shame have a positive effect significantly on social anxiety intensity. Furthermore, four participants with high social anxiety based on measurement in the quantitative study were joined an in-depth interview about their social anxiety symptoms. Results of the inductive analysis indicated that high social anxiety does not necessarily lead to the diagnosis of SAD. Norms in Javanese culture that tends to tolerate social anxiety symptoms causes no negative impact on adolescents' functions of daily life. The findings suggest that considering adolescent cultural context is essential for diagnosing SAD."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Unix Ayushandra Xyzquo Saputri
"Media sosial sudah menjadi bagian penting dari kehidupan sehari-hari. Dengan lebih dari 3 miliar pengguna di dunia, Facebook adalah salah satu media sosial paling popular yang meningkatkan interkonektivitas. Orang- orang dapat menggunakan Facebook untuk membangun social belonging dan mengurangi loneliness, bahkan sebagian mungkin menjadi adiksi. Studi ini menyelidiki hubungan penggunaan Facebook pada social belonging,loneliness, dan adiksi media sosial. Sebanyak 852 partisipan (Mumur = 28.94 tahun; SD = 13.98) mengisi survei daring secara sukarela. Studi ini menggunakan skala dari General Belongingness Scale, UCLA Loneliness Scale, Bergen Social Media Addiction Scale, dan Facebook Intensity Scale yang sudah diadaptasi untuk mengukur variabel masing-masing. Hasil menemukan bahwa social belonging (M = 5.02, SD = 1.13) sebagai korelasi yang signifikan dan positif dengan penggunaan Facebook (p < .001), loneliness (M = 3.01, SD = 1.48) memiliki korelasi negatif dan signifikan dengan penggunaan Facebook (p < .001), dan adiksi terhadap media sosial (M = 3.30, SD = 1.23) signifikan dan berkorelasi positif dengan penggunaan Facebook (p < .001). Implikasi dari penemuan dibahas dengan melihat efek positif and negatif dari penerapan penggunaan Facebook dalam kehidupan sehari-hari para pengguna.

Social media has become an important part of our daily life. With more than three billion users worldwide, Facebook is one of the most popular social media that enhance interconnectivity. Individuals may use Facebook to find social belonging and reduce loneliness, some may also become addicted. The present study investigates the relationship of Facebook use on social belonging, loneliness, and social media addiction. 852 participants (Mage = 28.94 years; SD = 13.98) voluntarily participated by completing an online survey. This study adapted scales from General Belongingness Scale, UCLA Loneliness Scale, Bergen Social Media Addiction Scale, and Facebook Intensity Scale to measure the variables. Findings revealed that social belonging (M = 5.02, SD = 1.13) was significant and positively correlated with Facebook use (p < .001), loneliness (M = 3.01, SD = 1.48) has a significant negative correlation with Facebook use (p < .001), and social media addiction (M = 3.30, SD = 1.23) was significant and positively correlated with Facebook use (p < .001). Implications from findings were discussed in terms of the positive and negative effects from practical applications of Facebook into individuals’ daily life."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Azalia Syafitri Farisah Nabila
"Jaringan sosial seperti Facebook membuat para penggunanya untuk dapat berkomunikasi secara inovatif dengan membagikan informasi profil, foto, hingga mengirimkan pesan online secara publik dan pribadi melalui internet. Studi survei ini bertujuan untuk meneliti faktor psikologis yang mendasari penggunaan Facebook (FB) dan korelasi di antaranya. Faktor psikologis yang diteliti antara lain adalah fear of missing out (FoMO), rasa kesepian, dan social belonging. Penyebaran survei online digunakan untuk memperoleh 852 partisipan melalui convenience sampling. Para partisipan diminta untuk melengkapi kuesioner yang menilai penggunaan Facebook, FoMO, Kesepian, dan Social Belonging. Analisis korelasi Pearson menemukan tidak adanya korelasi yang signifikan antara penggunaan FB dan FoMO, tetapi, korelasi negatif yang signifikan ditemukan antara kesepian dan penggunaan FB, dan social belonging ditemukan berkorelasi secara positif dengan penggunaan FB. Keterbatasan dari studi ini dibahas lebih lanjut untuk dipertimbangkan di penelitian masa depan.

Social networking websites such as Facebook allow users to communicate with others innovatively by sharing profile information, posting photographs, and sending public and private online messages through the internet. This survey study aims to investigate the underlying psychological factors that are correlated with Facebook (FB) use. The psychological factors examined in this study are the fear of missing out (FoMO), loneliness, and social belonging. An online survey dissemination was used to recruit 852 participants through convenience sampling. Participants were asked to complete a set of questionnaires that measure Facebook use, FoMO, Loneliness, and Social Belongingness. Pearson’s correlation analyses found no significant correlation between FB use and FoMO, but significant negative correlation was found between loneliness and FB use, and social belonging was revealed to be positively correlated with FB use. Limitations of the study that need to be taken into account in future research are further discussed."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2022
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Branitasandhini Wijayanto
"Penelitian terdahulu memperkirakan bahwa 81% orang Amerika tidak dapat melepaskan perhatian mereka dari telepon genggam saat makan dengan orang lain dan lebih memilih untuk mengunjungi media sosial dibanding berbincang dalam dunia nyata. Diperkirakan bahwa ada sejumlah faktor yang berkontribusi dalam kecenderungan individu untuk menggunakan media sosial. Untuk mencari tahu peran karakter psikologis dalam intensitas penggunaan sosial media seseorang, penelitian ini berfokus pada korelasi antara intensitas penggunaan Facebook dengan tiga variabel psikologis lainnya, yaitu ekstraversi, tingkat kesepian, dan depresi. 852 partisipan yang direkrut melalui convenience sampling mengikuti survei korelasional dengan menggunakan analisis berbasis kuesioner. Analisis korelasi Pearson menunjukkan bahwa individu ekstrovert cenderung lebih banyak mengkonsumsi Facebook daripada introvert. Di sisi lain, individu yang kesepian cenderung tidak memainkan media sosial. Demikian pula, individu dengan tingkat depresi yang tinggi juga menggunakan Facebook lebih jarang. Kekurangan studi ini beserta saran untuk penelitian lanjutan dibahas lebih lanjut.

Past research has suggested that 81% of Americans are unable to leave their phones unattended while eating with others and favour visiting social media pages over engaging in real-life conversations. A variety of factors are assumed to contribute to the tendency of social media use. To investigate the role of psychological traits in the intensity of social media use, the current research focuses on the correlations between Facebook use and three psychological variables, namely extraversion, loneliness, and depression. 852 participants recruited through convenience sampling took part in a correlational survey using a questionnaire-based analysis. Pearson’s correlation analyses indicated that extroverted individuals are more likely to consume Facebook than introverts. Lonely individuals, on the other hand, are less likely to partake in social media practices. Similarly, people with a high level of depression also use Facebook less intensely. The current study's weaknesses and suggestions for further studies are discussed further."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Yemima Celine Marvela
"Seiring dengan meningkatnya jumlah pengguna dari tahun ke tahun, dampak penggunaan Facebook telah menjadi topik yang menarik perhatian peneliti selama satu dekade terakhir. Kami bertujuan meneliti korelasi antara penggunaan Facebook dengan persepsi harga-diri, citra tubuh dan kecemasan sosial diantara 852 partisipan menggunakan Pearson’s r. Data dikumpulkan melalui survey online yang dibagikan secara masal. Skala tujuh-poin Likert digunakan untuk keseluruhan 19 item dalam kuesioner kami, yang diadaptasi dari empat skala berbeda untuk mengukur keempat variable yang terlibat. Kemudian, kami menganalisa data yang kami peroleh menggunakan SPSS dan penemuan hasil dibahas. Bertentangan dengan hipotesis kami, kami menemukan bahwa penggunaan Facebook memiliki korelasi positif dengan persepsi harga-diri (r = .14) dan korelasi negatif dengan kecemasan sosial (r = .07). Sementara itu korelasi dengan citra tubuh tidak signifikan (r = .01). Penemuan hasil kami tidak sesuai dengan sebagian besar literatur yang sudah ada dalam topik serupa, dan dapat menjadi potensi minat teoretis untuk penelitian selanjutnya di masa depan.

With increasing number of users throughout the years, impacts of Facebook use across various domains have been a topic of interest for the last decade. We aim to investigate the correlation between Facebook use and self-esteem, body satisfaction and social anxiety by calculating Pearson’s r within 852 participants. Data was gathered via online survey dissemination. A 7-point Likert scale was used for all the 19 items in the questionaire, which were adapted from four different scales to measure the four variables. Data was then analysed using SPSS and results were discussed. Against our hypotheses, Facebook use was found to be positively correlated with self-esteem (r = .14) and negatively correlated with social anxiety (r = .07). Meanwhile its correlation with body image satisfaction was found to be non-significant (r = -.01). Our results are did not align with most of the existing literature on similar topics, providing potential theoretical interest for future research.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
"Written by eminent researchers and clinicians, this book is divided into three broad sections i.e: general overview of anxiety disorders in the young; seven subtypes of anxiety disorders; and the progress has been made about this disorder."
New York: Taylor & Francis, 2001
152.46 ANX
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
"Written by eminent researchers and clinicians, this book is divided into three broad sections i.e: general overview of anxiety disorders in the young; seven subtypes of anxiety disorders; and the progress has been made about this disorder."
New York: Taylor & Francis Inc, 2001
152.46 ANX
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
New York: Plenum Press, 1990
R 152.46 HAN
Buku Referensi  Universitas Indonesia Library
cover
Rahmadia Latifa Kushardiani
"Pertumbuhan internet yang diikuti dengan munculnya berbagai aplikasi sosial menciptakan tuntutan agar aplikasi-aplikasi sosial dapat lama bertahan di pasar, salah satunya melalui kelanjutan penggunaan para penggunanya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dari perceived usefulness, perceived enjoyment, sense of belonging, dan social ties terhadap continuance usage intention pada aplikasi sosial TikTok melalui mediasi dari satisfaction dan habit. Data dikumpulkan melalui kuisioner dan dianalisis menggunakan Structural Equation Modeling (SEM) untuk memeriksa kecocokan keseluruhan model dan menguji hubungan antar konstruk. Sebanyak 406 pengguna TikTok selama minimal enam bulan di Indonesia berpartisipasi menjadi sampel penelitian. Hasil penelitian ini mengungkapkan bahwa kelanjutan penggunaan secara langsung dipengaruhi oleh perceived usefulness. Mediasi penuh melalui satisfaction dan habit terdapat pada hubungan antara perceived enjoyment dan continuance intention. Sementara itu, mediasi parsial oleh variabel satisfaction terdapat pada hubungan antara perceived usefulness dan continuance intention serta oleh variabel habit pada hubungan antara social ties dan continuance intention. Implikasi manajerial terkait dengan perceived usefulness, perceived enjoyment, sense of belonging, social ties, satisfaction, habit, dan continuance intention juga akan dibahas dalam penelitian ini

The growth of the internet followed by the emergence of various social apps creates a pressure so that social applications can last a long time in the market, one of which is through the use of their users. This study aims to determine the effect of perceived usefulness, perceived enjoyment, sense of belonging, and social ties on continuance intention of using TikTok social application through mediation of satisfaction and habit. Data collected through questionnaires and analyzed using Structural Equation Modeling (SEM) is done to check the overall fit of the model and test the relationship between constructs. A total of 406 TikTok users for at least six months in Indonesia participated as the research sample. The results of this study reveal that continuance usage intention is directly influenced by perceived usefulness. Full mediation through satisfaction and habit lies in the relationship between perceived enjoyment and continuance intention. Meanwhile, partial mediation by the satisfaction variable is found in the relationship between perceived usefulness and continuance intention and the habit variable on the relationship between social ties and continuance intention. Managerial implications related to perceived usefulness, perceived enjoyment, sense of belonging, social bonding, satisfaction, habit, and sustained intention will also be discussed in this study.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>