Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 181155 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dion Hermawan
"Polusi udara menjadi salah satu masalah tersebar yang memberikan dampak buruk bagi kesehatan terutama pada pernafasan terutama di wilayah kot-kota besar seperti Provinsi DKI Jakarta. Salah satu penyakit yang ditimbulkan oleh polusi udara adalah penyakit ISPA. Polusi udara sendiri disumbangkan sebagian besar oleh polusi kendaraan. Pertumbuhan kendaraan di Jakarta yang semakin bertambah membuat kualitas udara di Provinsi DKI Jakarta semakin memburuk dan dapat menimbulkan penyakit pernafasan terutama ISPA. Tujuan dari penelitian ini yaitu menciptakan model spasial kualitas udara dan distribusi penyakit ISPA di Provinsi DKI Jakarta serta hubungan antara polusi udara dengan penyakit ISPA di DKI Jakarta. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu persamaan interpolasi, overlay, dan korelasi. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini yaitu menggunakan analisis deskriptif dengan menggunakan pendekatan keruangan dan analisis kuantitatif dengan menggunakan metode korelasi. Hasil penelitian ini yaitu menunjukan pola yang tersebar hampir di seluruh wilayah provinsi DKI Jakarta pada penyakit ISPA maupun polusi udara. Pola pada polutan (CO, PM10,NOx)) memiliki pola yang sama yaitu pola dengan konsentrasi sangat tinggi berada pada titik Kecamatan Duren Sawit dan Kecamatan Cilandak.Pada distribusi penderita penyakit ISPA kecamatan yang memiliki konsentrasi sangat tinggi yaitu ada pada kecamatan Kalideres, dan Kecamatan Cilincing . Kualitas udaradi DKI Jakarta berdasarkan ISPU untuk PM 10 masih dibawah ambang batas udara, pada CO diatas ambang batas udara, dan pada NO2 masih berada dibawah ambang batas udara.Terdapat hubungan antara ISPA dengan polutan (CO, PM10, NOx) dan kerapatan bangunan sedangkan untuk kepadatan penduduk dan kemacetan tidak terdapat hubungan.

Air Pollution is one of the biggest problems on health, especially on respiration in big cities such as Jakarta. One of the diseases caused by air pollution is ARI (Acute Respiratory Infections). Air pollution itself was contributed mainly by vehicles. The increasing number of vehicles makes Jakarta's air quality worse and causes respiratory diseases, especially ARI. This study aimed to create a spatial model of air quality, ARI distribution, and the relation between air pollution and ARI disease in Jakarta. The method used in this research is the equation of interpolation and correlation. The analysis used in this study is a qualitative analysis using the spatial approach and a quantitative analysis using the correlation method. The pattern on pollutants (CO, PM10, NOx) has the same pattern, and there is a pattern with very high concentrations at the point of Duren Sawit District and Cilandak District. In the distribution of patients with ARI, the sub-districts with very high concentrations are in the Kalideres sub-district and the Cilincing sub-district. Air quality in DKI Jakarta based on ISPU for PM 10 is still below the air threshold, for CO, it is above the air threshold, and for NO2, it is still below the air threshold. There is a relationship between ARI and pollutants (CO, PM10, NOx) and building density. Population density and traffic jams are not related."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Simbolon, Porman Tiurmaida
"Dampak pencemaran udara telah menyebabkan menurunnya kualitas udara yang dapat menimbulkan berbagai gangguan kesehatan khususnya Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA). Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar 2018, Provinsi DKI Jakarta merupakan provinsi 10 tertinggi dengan prevalensi ISPA sebesar 13,2%. Oleh karena itu perlu dilakukan kajian lebih mendalam mengenai korelasi antara kualitas udara ambien dengan kejadian ISPA pada balita di Provinsi DKI Jakarta Tahun 2018-2022. Desain penelitian ini adalah studi ekologi dengan analisis time series. Data yang digunakan adalah data bulanan jumlah kasus ISPA balita dan data kualitas udara ambien diperoleh dari data Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU) yang kemudian dikonversi menjadi nilai konsentrasi per bulan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa rata-rata jumlah kasus ISPA pada balita di Provinsi DKI Jakarta tahun 2018-2022 sebesar 6.048 kasus dengan jumlah kasus tertinggi sebesar 65.972 kasus. Konsentrasi parameter kualitas udara ambien yang melebihi baku mutu adalah parameter O3 dengan konsentrasi rata-rata sebesar 126 ug/m3. Hasil uji korelasi Rank Spearman menunjukkan bahwa O3 memiliki hubungan yang signifikan dan korelasi arah positif dengan nilai p=<0,001; r=0,307). Kesimpulan dari penelitian ini adalah parameter kualitas udara ambien yang memiliki hubungan dengan kejadian ISPA pada balita ialah O3, sedangkan PM10, PM2.5,NO2 dan SO2 tidak berhubungan kejadian ISPA pada balita di Provinsi DKI Jakarta tahun 2018-2022. Dari hasil temuan ini perlu dilakukan upaya dalam pengendalian pencemaran udara terkait parameter tersebut. Untuk peneliti selanjutnya perlu melakukan penelitian dengan rentang waktu yang lebih lama untuk melihat kekuatan hubungan antara kualitas udara ambien dan kejadian ISPA pada balita.<

The impact of air pollution has caused a decrease in air quality which can cause various health problems, especially Acute Respiratory Infections (ARI). Based on the results of the 2018 Basic Health Research, DKI Jakarta Province is the 10th highest province with an ARI prevalence of 13.2%. Therefore, it is necessary to conduct a more in-depth study of the correlation between ambient air quality and the incidence of ARI in toddlers in DKI Jakarta Province in 2018-2022. The design of this research is an ecological study with time series analysis. The data used are monthly data on the number of cases of ARI under five and ambient air quality data obtained from Air Pollution Standard Index (ISPU) data which is then converted into concentration values per month. The results of this study show that the average number of ARI cases in toddlers in DKI Jakarta Province in 2018-2022 was 6,048 cases with the highest number of cases of 65,972 cases. The concentration of ambient air quality parameters that exceed quality standards is the O3 parameter with an average concentration of 126 ug/m3. The results of the Spearman Rank correlation test show that O3 has a significant relationship and a positive directional correlation with a value of p = <0.001; r=0.307). The conclusion of this study is that ambient air quality parameters that have a relationship with the incidence of ARI in toddlers are O3, while PM10, PM2.5, NO<2 and SO2 are not related to the incidence of ARI in under five in DKI Jakarta Province in 2018-2022. From these findings, efforts need to be made in controlling air pollution related to these parameters. For further researchers, it is necessary to conduct a study with a longer time span to see the strength of the relationship between ambient air quality and the incidence of ARI in toddlers."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eva Nurrahmi Lukman
"Kondisi Kota Makassar dengan berbagai macam aktivitas perkotaan menjadikan kota Makassar mengalami permasalahan lingkungan dan polusi udara adalah salah satunya. Adapun ketiga parameter pencemar pada udara yaitu NO2, CO, dan SO2. Akibat buruknya kualitas udara didalam maupun diluar rumah menyebabkan masyarakat rentan terkena penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA). Jumlah kasus ISPA di kota Makassar tahun 2015 sebanyak 204.848 dan pada tahun 2017 sebanyak 158.991 dan tahun 2019 sebanyak 218.060 kasus. Tujuan penelitian ini yaitu menganalisis sebaran polutan NO2, CO, dan SO2, menganalisis hubungan ketiga parameter tersebut dengan kejadian penyakit ISPA, serta mengetahui kebijakan pemerintah dalam menanganai masalah polusi udara.
Metode pengukuran yang digunakan yaitu menggunakan peralatan mobile laboratory, Aeroqual AQM60 Ambient Air Monitoring dan hasil pembacaan dengan satuan ppm kemudian dikonversi ke dalam satuan µg/m3 kemudian dapat dibandingkan langsung dengan baku mutu udara ambien Peraturan Pemerintah No.41 tahun 1999. Analisis yang digunakan yaitu analisis spasial dan analisis statistik uji korelasi.
Adapun hasil penelitan didapatkan yaitu pola sebaran nilai Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU) di kota Makassar untuk jenis parameter NO2 dan SO2 di kota Makassar masih tergolong baik sedangkan untuk parameter CO tergolong dalam kategori tidak sehat. Hasil uji korelasi didapatkan bahwa SO2 memiliki hubungan yang rendah dengan kasus ISPA, NO2 memiliki tingkat hubungan yang sedang, sedangkan CO memiliki tingkat hubungan yang sangat lemah. Kebijakan-kebijakan pemerintah kota Makasssar dalam mengontrol polusi udara yaitu mendukung program langit bitu, melaksakan car free day, memperluas jalur pesepeda dan pengadaan alat pemantau kualitas udara.

The condition of Makassar City with various kinds of urban activities makes Makassar City experience environmental problems and air pollution is one of them. The three pollutant parameters in the air are NO2, CO, and SO2. Due to poor air quality inside and outside the home, people are vulnerable to acute respiratory infections (ARI). The number of ARI cases in Makassar city in 2015 was 204,848 and in 2017 there were 158,991 and in 2019 there were 218,060 cases. The purpose of this study was to analyze the distribution of NO2, CO, and SO2 pollutants, to analyze the relationship between these three parameters with the incidence of ARI, and to find out government policies in dealing with air pollution problems.
The measurement method used is using mobile laboratory equipment, Aeroqual AQM60 Ambient Air Monitoring and the reading results in ppm units are then converted into g/m3 units then can be directly compared with the ambient air quality standard, Government Regulation No. 41 of 1999. The analysis used is spatial analysis. and statistical analysis of correlation test.
The results of the research showed that the distribution pattern of the Air Pollution Standard Index (ISPU) in the city of Makassar for the types of NO2 and SO2 parameters in the city of Makassar was still in the good category, while for the CO parameter it was in the unhealthy category. The correlation test results showed that SO2 had a low relationship with ARI cases, NO2 had a moderate relationship, while CO had a very weak relationship. The Makassar city government's policies in controlling air pollution are supporting the blue sky program, implementing a car free day, expanding cyclists' routes and procuring air quality monitoring equipment.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fariz Muhammad Putra Fajar
"

Polusi udara merupakan permasalahan krusial di Jakarta yang dapat berdampak pada berbagai sektor. Karena itu, penelitian ini mengembangkan model spasial-temporal kualitas udara di Jakarta menggunakan machine learning sebagai upaya manajemen kualitas udara yang efektif. Penelitian ini menggunakan PM2.5 sebagai variabel dependen dan kondisi meteorologi sebagai prediktor. Data PM2.5 diekstrak dari laman Jakarta Rendah Emisi sedangkan data meteorologi diekstrak dari laman Open Weather Map menggunakan API. Data yang terkumpul akan dirata-ratakan berdasarkan 4 interval waktu (00:00–05:00, 06:00–11:00, 12:00–17:00, dan 18:00–23:00) dan dua musim (kemarau dan hujan). Kemudian, data akan diinterpolasi dengan menggunakan Kriging interpolation. Hasil interpolasi akan digunakan sebagai input untuk model machine learning dengan menggunakan algoritma Random Forest (RF) dan XGBoost. Secara umum, algoritma RF memberikan performa yang lebih baik dilihat dari rendahnya nilai RMSE, MAE, dan MAPE yang dihasilkan. Selanjutnya, output machine learning digunakan untuk memetakan konsentrasi PM2.5 di Jakarta. Pemetaan tersebut menunjukan konsentrasi PM2.5 pada musim kemarau cenderung lebih tinggi daripada musim hujan yang disebabkan oleh proses washing out. Pada musim kemarau, konsentrasi PM2.5 pada malam hingga pagi bernilai lebih tinggi daripada siang hari yang disebabkan oleh rendahnya tinggi lapisan pencampuran udara yang membatasi pergerakan polutan udara. Sedangkan pada musim hujan, konsentrasi PM2.5 yang tinggi dipengaruhi oleh curah hujan yang rendah dan kelembapan yang tinggi. Selain itu, Kota Administrasi Jakarta Utara memiliki konsentrasi yang relatif lebih rendah dibandingkan kota administrasi lainnya akibat angin laut yang memicu dispersi polusi udara.


Air pollution is a crucial issue in Jakarta that can have impacts on various sectors. Therefore, this research develops a spatial-temporal model of air quality in Jakarta using machine learning as an effort for effective air quality management. This study uses PM2.5 as the dependent variable and meteorological conditions as predictors. PM2.5 data is extracted from the Jakarta Rendah Emisi website, while meteorological data is extracted from the Open Weather Map using an API. The collected data will be averaged based on four time intervals (00:00–05:00 a.m.; 6:00–11:00 a.m; 12:00–5:00 p.m; 6:00pm–11:00pm) and two seasons (dry and rainy). Then, the data will be interpolated using Kriging interpolation. The interpolation results will be used as input for the machine learning model using the Random Forest (RF) and XGBoost algorithms. The RF algorithm provides better performance with low values of RMSE, MAE, and MAPE. Furthermore, the output of the machine learning model is used to map the PM2.5 concentrations in Jakarta. The mapping shows that PM2.5 concentrations during the dry season tend to be higher than during the rainy season, due to the washing out process. During the dry season, PM2.5 concentrations are higher at night, due to low mixing layer height that restricts pollutants movement. During the rainy season, high PM2.5 concentrations are influenced by low rainfall and high humidity. In addition, the North Jakarta area has a relatively lower concentration compared to other area due to wind induced by the coastline which trigger the spread of air pollution.

"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Harahap, Feby An'nisa Putri
"Pencemaran udara dan faktor meteorologis dapat mempengaruhi kualitas udara dan meningkatkan risiko penyakit pernapasan seperti Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA). Penelitian ini menganalisis hubungan antara kualitas udara ambien (PM10, SO2, NO2, O3) dan faktor meteorologis (suhu, kelembaban, curah hujan, kecepatan angin) dengan kejadian ISPA di Kota Bogor tahun 2019-2022. Menggunakan desain studi ekologi time trend, hasil bahwa terdapat hubungan antara konsentrasi SO2 dengan kejadian ISPA (p = 0,002). Sedangkan tidak terdapat hubungan antara konsentrasi PM10 dengan kejadian ISPA (p = 0,093), konsentrasi NO2 dengan kejadian ISPA (p = 0,283), konsentrasi O3 dengan kejadian ISPA (p = 0,439), suhu dengan kejadian ISPA (p = 0,571), kelembaban dengan kejadian ISPA (p = 1,000), curah hujan dengan kejadian ISPA (p = 0,732) dan kecepatan angin dengan kejadian ISPA (p = 0,334). Analisis regresi linear berganda menghasilkan persamaan: Kejadian ISPA = -41413,496 + 399,0079 (PM10) + 891,919 (SO2). Analisis spasial menunjukkan Kecamatan Tanah Sareal memiliki kejadian ISPA tertinggi. Dapat disimpulkan, hanya SO2 yang secara signifikan berhubungan dengan kejadian ISPA di Kota Bogor selama periode penelitian.

Air pollution and meteorological factors can affect air quality and increase the risk of respiratory diseases such as Acute Respiratory Infection (ARI). This study aimed to analyze the relationship between ambient air quality (PM10, SO2, NO2, and O3) and meteorological factors (temperature, humidity, rainfall, and wind speed) with the incidence of ARI in Bogor City from 2019 to 2022. A time-trend ecological study design was employed. Correlation test results indicated a significant relationship between SO2 concentration and ARI incidence (p = 0.002). However, no significant relationships were found between PM10 concentration and ARI incidence (p = 0.093), NO2 concentration and ARI incidence (p = 0.283), O3 concentration and ARI incidence (p = 0.439), temperature and ARI incidence (p = 0.571), humidity and ARI incidence (p = 1.000), rainfall and ARI incidence (p = 0.732), and wind speed and ARI incidence (p = 0.334). A multiple linear regression analysis between PM10 and SO2 with ARI incidence yielded the equation: ARI Incidence = -41413.496 + 399.0079 (PM10) + 891.919 (SO2). Spatial analysis results showed that during the study period, Tanah Sareal district had the highest ARI incidence in Bogor City. In conclusion, only SO2 concentration was significantly associated with ARI incidence in Bogor City from 2019 to 2022.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Edi Margono
"DKI Jakarta menunjukkan sebanyak 46% dari kasus-kasus penyakit adalah penyakit gangguan pernapasan (ISPA 43%, iritasi rnata l,7% dan asma 1,3%) yang terkait dengan kualitas udara ambien yang tidak memenuhi baku umum dimana polusi udara di DKI Jakarta mengalami fluktuasi dengan beberapa parameter telah melewati nilai ambang batas seperti Ozon, N02 dan nilai ISPU menunjukan bahwa selama setahun hanya terhitung 22 hari udara Jakarta berkualitas baik, 95 hari dinyatakan tidak sehat, dan selebihnya 233 hari berkualitas sedang.
Studi ekologi ini bertujuan untuk mengidentifikasi kualitas udara ambien, kondisi meteorologi., dan kejadian ISPA, mempelajari kecenderungan perubahan kualitas udara ambien, kondisi meteorologi dan mempelajari hubungan antara kondisi meteorologi dengan kualitas udara ambien serta mempelajari hubungan antara kualitas udara ambien, kondisi meteorologi dengan kejadian ISPA.
Alat ukur yang digunakan untuk mengukur kualitas udara ambien menggunakan : FH6-I (5-ray absorbtfon), APSA-360 (Fluorescence UV), APOA-360 (Chelwninescence) dan NDR sedangkan untuk kondisi meteorologi adalah Tennometer; Hygromeierg Cup anenmmeter dan Global Star Pymnameter.
Populasi yang dilibatkan sebanyak 820 data rata-rata harian kualitas udara ambien, kondisi meteorologi dan ISPA dengan sampei sebesar 118 data rata-rata mingguan kualitas udara ambien, kondisi meteorologi dan ISPA.
Dalam kurun waklu 2006 - Maret 2008 diperolch konscntrasi rata-rata PMN; 65,9 pg/m3, so; 31,1 pg/mi, co 1,1 pg/ma, 0, 51,4 pg/m3, NO; 31,6 pg/ma dan niiai ISPU 72,3. Sedangkan rata-rata suhu 27,6°C, kelembaban 75,6 %, arah angin l54,5° , kecepatan angin 0,7 mls, radiasi matahari l12,0 W/m2 Serta rata~rata angka ISPA sebanyak 54 kejadian.
Hubungan kualitas udara ambien dcngan ISPA didapatkan bahwa SO; mempunyai korelasi positif tcrhadap angka ISPA. PM|0_ 03, ISPU mempunyai korelasi negatif terhadap angka ISPA. Hubungan kondisi meteorologi dengan ISPA didapatkan bahwa kelembaban, arah angin mempunyai korelasi positif terhadap angka ISPA. Suhu, radiasi matahari mempunyai korelasi negatif terhadap angka ISPA. Hubungan kondisi meteorologi dengan kualiaias udara ambien didapatkan bahwa suhu mempunyai korelasi poritifdengan PMN, 03, N01 dan ISPU. Kelembaban mempunyai korelasi negatif dengan PM|g, 03, N02 dan ISPU, arah angin mempunyai korelasi PM|0, CO, 03, NCQ, ISPU, kecepatan angin mempunyai korelasi negatif dengan PMN), CO. 01, N02, ISPU, radiasi matahari mempunyai konelasi negatif dengan CO, radiasi matahari mempunyai korelasi positif dengan ISPU.
Disimpulkan bahwa dalam kurun waklu 2006 - Mamet 2008 didapatkan pola angka ISPA mengikuti pola konsentrasi kualitas udara ambien dan kondisi meteorologi hal ini dibuktikan dengan adanya hubungan S0;, dan S0;*O3 Serta SO2*Suhu secara bersamaan mempunyai pengaruh yang besar terhadap ISPA dengan nilai koeiisicn korclasi sebesar 0,616 dan nilai koefisien determinasi Sebesar 0,379 (kuat). Dengan demikian SO;, SO1*O3, dan SO;*Suhu secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap ISPA Namun konscmrasi CO, N02 , kecepatan angin tidak berhubungan denan kejadian ISPA di DKI Jakarta.

DKI Jakarta indicated 46% of disease cases were respirations problems (ISPA 43%, eye irritation of l,7% and asthma of 1,3%) related to ambient air quality which did not fulfill standard quality where air pollution in DKI Jakarta experienced fluctuation with a few parameter have passed boundary threshold value like Ozone, N02 and ISPA value indicated that Jakarta air had a good quality for 22 days each year, it was not health for 95 days, and it was a medium quality for 233 days.
This purpose of ecology study to identity an outdoor air quality, meteorology condition, and ISPA occurrence, studying a change tendency of outdoor air quality, meteorology condition and studying related between meteorology condition of outdoor air quality and also studying related between meteorology condition of outdoor air quality and ISPA occurrence.
Measurement instruments which are used for measuring outdoor air quality such as FI-I6-l (B-ray absorption), APSA-360 (Fluorescence UV), APOA-360 (Cheluminescence) and NIDR while the instruments which are used for measuring meteorology condition such as Thermometer, Hygrometer Cup Anemometer and Global Star Pyranometer.
Populations which are participated amount of 820 data on daily average of outdoor air quality, meteorology condition and ISPA by samples amount of ll8 data on weekly average of outdoor air quality, meteorology condition and ISPA. At period of 2006 - March 2008 obtained average concentrations were PM10 65,9p g/rn3,SO1 31,1p g/rn3, co up g/ms, 03 51,4u6§/ma, NO; 3l,6p g/m3 and ISPU value '?2,3. While temperature average was 27, C, dampness was 7S,6%, wind direction is l54,5°, wind velocity was 0,7 mls, sun radiation was 1l2,0 Wim! and also mean number of ISPA was amount 54 occurrences.
Related between outdoor air quality and ISPA indicated that S02 has a positive correlation of ISPA number. PMN, 03, ISPU have negative correlations of ISPA number. Related between meteorology condition and ISPA indicated that dampness, wind direction have positive correlations of ISPA number.
Temperature and sun radiation have negative correlations of ISPA number. Related between meteorology condition and outdoor air quality indicated that temperature has positive correlations of PM10, 03, NO; and ISPU. Dampness has negative correlation with PM1u, Og, NO; and ISPU, wind direction has correlation PMID, CO, 03, NO2, ISPU, wind velocity has negative correlation of PMN, CO, 03, N02, ISPU, sun radiation has negative correlation of cobalt, sun radiation has positive correlation of ISPU.
It was concluded that at period of 2006 - March 2008 indicated ISPA number pattern follow pattem concentration of outdoor air quality and this meteorology condition was proved by the existence of related between SO; SO1* SO; and SO2* temperature, at the same time, it has a big effect of [SPA by correlation ooeflicient value was 0,616 and determination coefficient value was 0,379 (strong). Therefore S0;, S0;=, and SO# temperature, at the same time, it has an effect of ISPA significantly. But concentration of CO, NOQ, wind velocity does not relate to ISPA occurrence in DKI Jakarta.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2008
T32911
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
"Pengamatan kualitas air perairan Kepulauan Seribu Utara diperlukan agar menjaga stabilitas biota laut dan wisata bahari dari bahaya pencemaran air. Pesatnya pembangunan sarana wisata berdampak pada turunnya kualitas air. Kondisi perairan perlu dikontrol menggunakan baku mutu air laut kategori biota laut dan wisata bahari. Untuk itu, penelitian ini bertujuan untuk melakukan kajian spasial ekstraksi kualitas air perairan Kepulauan Seribu Utara. Hasil penelitian ini, dari algoritma Klorofil-a menggunakan MCI menghasilkan 61%, TSS dengan (Budhiman, 2004) dengan korelasi 51%, Salinitas dengan Cilamaya dengan korelasi 54%, CDOM dengan (Al-Kharusi,2020) dengan 55%, Suhu Permukaan Laut dengan algoritma (Syariz, 2015) menghasilkan korelasi 71% dan Turbiditas dengan NDTI menghasilkan korelasi 61%. Pada sebarannya hanya parameter TSS yang melebihi baku mutu sesuai aturan yang diterbitkan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia.

Observation of the water quality in North Seribu Islands is needed to maintan the stability of marine life and tourism from danger of water pollution. The rapid development of tourist facilities has an impact on the decline in water quality. Water conditions need to be controlled using water quality standards for marine biota and tourism categories. Therefore, this study aims to do spatial study of water quality extraction from the waters of North Seribu Island. The result of chlorophyll-a algorithm using MCI resulted in 61%, TSS using (Budhiman,2004) resulted 51%, salinity perform using Cilamaya resulted 54%, CDOM with (Al-Kharusi,2020) resulted 55%, turbidity using NDTI resulted 71% and SST using (Syariz,2015) resulted 61% correlation. Based on the distribution, only TSS parameter exceeds the quality standard according to the rules issued by the Ministry of Environment and Forestry of the Republic of Indonesia."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amanda Hana Ashillah
"Latar Belakang: Pada tahun 2019, air sumur menjadi sumber air bersih utama bagi 76,18% rumah tangga di Indonesia, tetapi Provinsi DKI Jakarta menjadi wilayah dengan nilai Indeks Kualitas Air terendah ke-3 di Indonesia. Tujuan: Menganalisis hubungan antara faktor topografi, sosio-demografi, dan kejadian banjir terhadap kualitas air sumur di Provinsi DKI Jakarta tahun 2017-2019. Metode: Desain studi ekologi dengan menggunakan data sekunder dan unit analisis kelurahan yang berjumlah 261. Analisis data menggunakan uji korelasi dan analisis spasial. Hasil: Kualitas air sumur selama kurun waktu 2017-2019 di wilayah Provinsi DKI Jakarta sebagian besar tidak memenuhi syarat sebanyak lebih dari 83%. Wilayah yang kualitas air sumurnya rentan tercemar adalah Kota Jakarta Utara. Faktor yang berhubungan signifikan terhadap kualitas air sumur adalah ketinggian wilayah (p = <0,001), kepadatan penduduk (p = 0,015), dan tingkat pendidikan rendah (p = 0,028). Kesimpulan: Kualitas air sumur di Provinsi DKI Jakarta tahun 2017-2019 sebagian besar tidak memenuhi syarat dengan faktor risiko berupa ketinggian wilayah, kepadatan penduduk, dan tingkat pendidikan. Saran: Pemerintah daerah dan swasta dapat berkolaborasi untuk memperluas jaringan air perpipaan agar kualitas air lebih terjamin serta melakukan publikasi dan edukasi kepada masyarakat terkait kondisi air sumur, pencegahan, serta cara mengatasi pencemaran air sumur.

Background: In 2019, well water was the primary clean water source for 76.18% of Indonesian households, but DKI Jakarta had the third-lowest Water Quality Index in Indonesia. Objective: To analyzed the impact of topographic, socio-demographic factors, and flood events on well water quality in DKI Jakarta from 2017 to 2019. Methods: Ecological study design used secondary data and analysis units consisting of 261 sub-districts. Data analysis used correlation tests and spatial analysis. Results: The quality of well water during the 2017-2019 period in the DKI Jakarta Province area mostly did not meet the standards by more than 83%. The area with vulnerable well water quality was North Jakarta City. Factors significantly related to well water quality were altitude (p = <0.001), population density (p = 0.015), and low education level (p = 0.028). Conclusion: Well water quality in DKI Jakarta from 2017 to 2019 was mostly substandard due to elevation, population density, and education levels. Recommendation: Local governments and private sectors should expand the piped water network and educate the public on well water quality, prevention, and solutions.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Orchidita Lystia
"Penyakit ISPA masih menjadi masalah kesehatan yang serius dinegara berkembang maupun Negara yang telah maju, tetapi jumlah angka morbiditas dan mortalitas di negera berkembang lebih banyak terutama di Indonesia. penemuan kasus ISPA menurut Data LB I SIMPUS (2017) yang dikutip dari Dinas Kesehatan Depok (2017) dengan angka kejadian sebesar 158.512 kasus, jumlah penderita ISPA merupakan data umum penderita yang merupakan gabungan dewasa dan balita. ISPA menempati urutan pertama diantara 10 penyakit besar di Kota Depok. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui mengetahui bagaimana hubungan kualitas udara ambien (NO2 dan SO2) dengan kejadian penyakit ISPA. Penelitian ini bersifat kuantitatif deskriptif menggunakan desain studi ekologi berdasarkan tempat. Dalam penelitian ini nantinya akan dilakukan pengamatan pola kecenderungan terhadap kualitas udara ambien (NO2 danSO2) dengan kejadian penyakit ISPA tahun 2017. Hasil penelitian menunjukan kualitas udara NO2 tidak terdapat hubungan bermakna dengan kasus ISPA (p=0,641). Variabel hubungan antara kualitas udara NO2 dengan kasus ISPA menunjukan korelasi yang searah (positif) dengan kekuatan/ keereatan hubungan yang sangat lemah (r=0,132). Sedangkan untuk kualitas udara SO2 dengan kasus ISPA tidak dapat dihitung secara statistik. Hal tersebut dikarenakan hasil data SO2 tidak terdeteksi.

ARI is still a serious health problem in developing and developed countries, but the number of morbidity and mortality in developing countries is more, especially in Indonesia. The discovery of ARI cases according to SIMPUS LB I Data (2017) quoted from Depok Health Office (2017) with an incidence of 158,512 cases, the number of ARI sufferers is general data of patients who are a combination of adults and toddlers. ARI ranks first among 10 major diseases in Depok City. This study aims to find out how the relationship between ambient air quality (NO2 and SO2) and the incidence of ARI disease. This research is descriptive quantitative study using ecological study design based on place. This study will observe the trend pattern of ambient air quality (NO2 and SO2) with ARI disease in 2017. The results showed that NO2 air quality was not significantly associated with ARI cases (p = 0.641). The variable relationship between NO2 air quality and ARI cases shows a direct (positive) correlation with the strength / severity of a very weak relationship (r = 0.132). Whereas for air quality SO2 with ARI cases cannot be calculated statistically. This is because the SO2 data results are not detected.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wakhyono Budianto, examiner
"Gambaran kondisi kota Bandung dengan segala aktivitasnya tersebut menunjukkan bahwa Kota Bandung telah mengalami permasalahan lingkungan dan salah satu masalah yang cukup serius adalah pecemaran udara. Aktivitas transportasi sangat berperan dalam pencemaran udara di kota Bandung. Jenis kendaraan, kapasitas mesin, umur kendaraan, jenis bahan bakar dan pemeliharaan kendaraan menjadi faktor yang penting dalam kandungan emisi gas buang yang dikeluarkannya. Pemantauan kualitas udara secara kontinyu di kota Bandung menunjukan kecenderungan memburuknya kualitas udara. Alat pemantau memantau pencemar debu dengan diameter 10 mikron (PM10), dan gas-gas pencemar berupa oksida nitrogen (NOx), sulfur dioksida (SO2), karbon monoksida (CO) dan ozon (O3).
Hasil pemantauan kualitas udara di Kota Bandung selanjutnya dinyatakan dengan Indeks Standar Pencemar Udara (ISPU) berupa angka 1-500 yang mengkategorikan hari dengan kualitas udara ?Baik?(0-50), ?Sedang? (51-100), ?Tidak Sehat? (101-199), ?Sangat Tidak Sehat? (200-299) dan ?Berbahaya? (>300). Data ISPU di kota Bandung sejak akhir tahun 2000 menunjukan kecenderungan kualitas udara yang semakin memburuk ditandai dengan meningkatnya jumlah hari yang dikategorikan sebagai Tidak Sehat dan Sangat Tidak Sehat.
Permasalahan yang diajukan dalam penelitian ini adalah semakin menurunnya kualitas udara ambien di kota Bandung provinsi Jawa Barat. Pada lokasi penelitian yang dipilih adalah wilayah Kecamatan Bandung Wetan. Pemilihan lokasi tersebut didasarkan pada kondisi kecamatan tersebut yang menjadi pusat perdagangan, pusat perkantoran dan juga pusat pendidikan, sehingga kepadatan kendaraan sangat tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kualitas udara ambien dan faktor 15 meteorologis dan hubungannya dengan kejadian penyakit ISPA di kecamatan Bandung Wetan kota Bandung.
Penelitian menggunakan metode potong lintang (cross sectional study) yaitu suatu penelitian yang bertujuan untuk mempelajari dinamika hubungan atau korelasi antara faktor risiko dengan efek, dengan cara pendekatan, observasi atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat (point time approach). Tiap subyek dalam penelitian ini diobservasi sekali saja dan pengukuran dilakukan terhadap status karakter variabel atau faktor risiko yaitu keadaan yang mempengaruhi perkembangan suatu permasalahan lingkungan atau penyakit serta status kesehatan tertentu.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata temperatur udara di Kecamatan Bandung Wetan pada tahun 2007 adalah 24,05oC, rata-rata kelembaban relative adalah 75.39%, kecepatan angin 1,23 m/s. Sedangkan rata-rata konsentrasi PM10 adalah 91,24 µg/m3, SO2 sebesar 12,76 µg/m3, NO2 sebesar 3,15 µg/m3, CO sebesar 43,25 µg/m3 dan O3 sebesar 47,92 µg/m3. Rata-rata penderita penyakit ISPA di Kecamatan Bandung Wetan pada tahun 2007 adalah 148,98 orang.
Kesimpulan penelitian ini adalah faktor meteorologis yang berhubungan signifikan dengan konsentrasi pencemar yaitu kelembaban udara relatif dengan konsentrasi O3, kecepatan angin dengan PM10 dan O3. Konsentrasi parameter pencemar yang berhubungan signifikan dengan kejadian penyakit ISPA adalah PM10 dan NO2. Faktor meteorologis yang berhubungan signifikan dengan kejadian penyakit ISPA adalah kecepatan angin.

The description of Bandung City situation with its activity showed that Bandung had environmental problem and one of the most serious problem was air pollutant. Transportation activity took a huge role in Bandung?s air pollution. Kinds of vehicle, machine capacity, vehicle age, fuel, and vehicle maintenance has become the important factors in gas emission cencentration. Continuosly air quality monitoring in Bandung showed that the tendency of air quality became worse. The monitoring equipment monitored PM10 and gas pollutant such as NOx, SO2, CO and O3. The monitoring result of air quality in Bandung next declared with air pollution standard index into numbers 1-500.
Categorizing day with ?good? air (0-50), "medium" (51-100), "unhealthy" (101- 199), "very unhealthy" (200-299) and "dangerous" (> 300). The air pollution standard index in Bandung since at the end of year 2000 showed the tendency of air quality had become worst, noticed by increasing the day amounts that categorizing to be "unhealthy" and "very unhealthy".
Research problem wich carried out there has been a decrease in ambient air quality in Bandung Wetan. Research location that had been chosen is Bandung Wetan sub district. It was chosen based on the sub district?s condition which it became the trade center, office center and also education center, so the vehicle?s density very high. The goal of this research is to analized the ambient air quality with meteorologist factors and it correlation to incidence of acute infection of respiratory in Bandung Wetan.
The research itshelf used cross sectional study. It is a research which has goal for studying the correlation dinamyc between risk factors to the impact through approaching, observation or data collecting at the same time (point time approach). Every subject in this research was observe once and the measurement did to variable character status or risk factors which mean a condition that influence the developing environmental problem or disease and also a specific 17 healthiness status.
The result of this research showed that air temperature average in Bandung Wetan in 2007 was 24,05 oC. Relative humidity average was 75,39%, wind velocity was 1,23 m/s. In other hand, PM10 concentration average was 91,24 µg/m3, SO2 was 12,76 µg/m3, NO2 was 3,15 µg/m3, CO was 43,25 µg/m3 and O3 was 47,92 µg/m3. People who occurred ARI in Bandung Wetan in 2007 was about 148,98.
The conclution for this research is the meteorologist factor which has significant conection to pollutant concentration are. 1) air relative humidity with O3 contentration, 2) wind velocity to PM10 and NO3, 3) Pollutant parameter concentration which has significant correlation with ARI incidence are PM10 and NO2. Meteorologist factor which has significant correlation with ARI incidence is wind velocity.
"
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2008
T24981
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>