Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2082 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Azwar Manaf
"ABSTRAK
Dibicarakan alloy magnet dengan fasa Nd2Fe14B yang menjadi penting sejak penemuannya oleh dua kelompok peneliti terpisah masing-masing dari Sumitomo Special Metals di Jepang dan General Motors di USA pada tahun 1984; tidak saja dikarenakan alloy ini terdiri dari bahan dasar Fe yang murah dan banyak tersedia tetapi juga fasa Nd2Fe14B memiliki anisotropy field, HA sebesar 6800 kA/m dan polarisasi total, J, sebesar 1,6 T. Parameter intrinsik iri. secara teori akan memberikan maximum energy product, (BH) sebesar 512 kJ/m3 (- 64 MGOe) dan coercivity sebesar 6800 kA/m (- 85 kOe). Nilai teoritik (BH) ini kira-kira 14 kali nilai teoritik (BH)^ hard ferrite dan 2,5 kalinya nilai teoritik yang dapat diperoleh dari Sm-Co. Nilai (BH)^ yang cukup tinggi dari alloy Nd-Fe-B sangat diperlukan bagi produk-produk teknologi yang mengutamakan miniaturisasi ruang. Pada paper ini juga disajikan data hasil studi sistimatik dan pengukuran sifat-sifat kamagnitan alloy Nd-Fe-B yang diproses melalui teknik "rapid solidification". Juga dibahas korelasi empiris antar parameter-parameter kamagnitan dan efek struktur mikro yang dihasilkan terhadap sifat-sifat kemagnitannya."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, [Date of publication not identified]
LP-Pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Renaningsih Setjo A
"ABSTRAK
Telah dilakukan penelitian tentang sifat korosi dari empat macam "Ni base" aloi yaitu Incoloy 800 H, Hastelloy XR, Inconel 617 dan Ni-CR-W pada temperatur 950° C selama 300 jam di dalam lingkungan udara dan helium.
Dari pengamatan yang dilakukan terhadap laju korosi dan ketebalan lapisan film yang terbentuk pada permukaan spesimen, terjadinya korosi dalam butir dan batas butir, ternyata bahwa Hastelloy XR dan aloi Ni-Cr-W mempunyai ketahanan yang cukup tinggi terhadap korosi khususnya dalam lingkungan helium.
temperatur 950° C selama 300 jam di dalam lingkungan udara dan helium.
Percobaan "creep" dilakukan terhadap Hastelloy XR, Incoloy 800 H dan aloi Ni-CR-W, pada temperatur 900°C, dalam udara, dengan variasi tegangan. Diperoleh bahwa Ni-CR-W mempunyai ketahanan yang baik terhadap "Creep" karena presipitasi α -W yang homogen di dalam butir.
"
1988
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hasan
"ABSTRAK
Alloy FeSi adalah material softmagnetik yang banyak digunakan sebagai inti dalam transformator. Material ini memiliki sifat yakni magnetisasi saturasinya tinggi, koersivitasnya rendah, permeabilitasnya tinggi. Bertambahnya Si akan mengurangi koersivitas dan meningkatkan resistivitas sehingga core loss akibat hysterisis dan Eddy current menurun, dan didapatkan sifat magnetik material yang baik untuk apikasi transformer. Tetapi penambahan Si diatas 3 % menyebabkan alloy bersifat brittle. Penambahan Al pada alloy FeSi diharapkan dapat memperbaiki sifat magnetik dan sifat mekanik, sehingga efisiensi dari transformator dapat meningkat. Untuk itu dilakukan penelitian studi sifat magnetik beserta komposisi dan mikrostruktur dari FeSiAl. Dengan kadar Si 3% dan variasi kadar Al 4%,5% dan 6% serta kadar Fe100-3%-%Al . Dalam penelitian ini sifat magnetik yang diukur adalah koersivitas yang diperoleh dari hysterisis loop. dengan menggunakan alat VSM (Vibrating sample magnetometer). Dari hasil penelitian ini tampak bahwa koersivitas menurun dengan pertambahan Al yang berarti sifat magnetiknya lebih baik. Mikro struktur material diteliti dengan menggunakan XRD dan foto mikro yang menunjukkan fasa ketiga sampel sebagai body centered cubic.

ABSTRAK
The alloy FeSi is a softmagnetic material oftenly used as the core component of a transformer. This material has the properties of high saturation of magnetization, low coercivity and high permeability. Increased Si will reduce the coercivity and increase the resistance, so there is a reduction of core loss due to hysterisis and eddy current?properties of magnetic material that is good for application in transformers. But increasing Si more than 3% causes the alloy to become brittle. Adding aluminium to FeSi is hoped to improve the magnetic and mechanical properties of the alloy, so as to increase the efficiency of a transformer. To achieve the aims, a research was carried out to study the composition and microstructure of FeSiAl, with 3% Si concentration and varied concentrations of aluminium (4%, 5% and 6%), and Fe100-3%-%Al concentration. In this research, the magnetic property measured was coercivity obtained from loop hysterisis using VSM (vibrating sample magnetometer). In the research, it was observed that coercivity was reduced with the addition of Al, which means the alloy had better magnetic properties. The microstructure of the material was studied using XRD and microphotograph that showed the phase of the three samples as being body-centered cubic.
"
2008
T25326
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Djoko Triyono
"ABSTRAK
Studi sifat kemagnetan dan analisis kinetika alloy magnetic berbasis Nd-(Fe,Co)-B telah dilakukan. Ingot dan pita-pita alloy magnetic Nd10(Fel-xCox)14B6 (at %) dengan komposisi x = 0 ; 0.1; 0.2 ; dan 0.5 dibuat masing-masing dengan arc melting furnace dan Teknik melt spinning dengan kecepatan substrat 30 m s pita-pita sampel kemudial dianil dengan temperature 700 C selama 2 sampai 120 menit untuk meningkatkan derajat kristalisasi fasa yang terbentuk adalah Nd2(Fe,Co)14B sebagai fasa utama, dan fasa minar alpha-Fe serta Co. studi XD menunjukkan bahwa volume sel satuan fasa utama berkurang dengan peningkatan subsitusi Co. ukuran butir rata-rata fasa utama dievaluasi dengan menggunakan formula Scherrer dan ditemukan bahwa semua butiran berukuran dalam skala nanometer. Pengukuran sifat kemagnetan menggunakan VSM untuk alloy yang dipelajari diketahui bahwa nilai koersivitas masimum 499 kAm diperoleh untuk alloy dengan komposisi x = 0,1 setelah aniling pada temperature at 700 C selama 2 menit Remanen dari semua pita-pita alloy berkisar antara 0.80-1.10 T Peningkatan nilai remanen disebabkan oleh exchange coupling annatar fasa Nd2(Fe,Co)14B dan partikel alpha-Fe yang berukuran ultra halus (nanometer) di dalam alloy Nd-Fe-B dengan kandungan Nd rendah. Produk energi maksimum dari pita alloy yang telah dianil berkisar antara 28-115 kJ m3. Pengukuran temperature Curie, Tc dengan menggunakan differential scanning calorimeter (DSC) dari pita-pita kristalin menunjukkan bahwa terjadi kenaikan nilai Tc dari 304 C untuk alloy x = 0 sampai 650 C untuk alloy x = 0.5. kinetika kristalisasi dari fasa amorf alloy Nd10(Fe1-xCox)84B6 juga telah dianalisis dengan menggunakan DSC. Energi aktivasi Ec dan konstanta Avrami, n untuk kristalisasi alloy dengan komposisis X = 0 dan x = 01 dihitung dengan menggunakan metode Kissinger yang telah dimodifikasi. Hasil-hasil analisis kinetika menunjukkan bahwa transformasi fasa dikontrol oleh proses difusi dengan laju pertumbuhan dan nukleasi konstan.

ABTRACT
Magnetic studies and kinetic analysis on melt spun ribbon of Nd-(Fe,Co)-B based permanent magnets have been done. Ingot and ribbon samples of Nd10(Fel-xCox)14B6 (at %) with x = 0 ; 0.1; 0.2 ; and 0.5 compositions were prepared by arc melting furnace and melt spinning with substrate velocity of 30 mis respectively. The ribbon samples were subsequently annealed at 700 C for 2-120 minutes to promote crystallization. The phases present in the samples are Nd2(Fe,Co)14B type as main phase, alpha-Fe, and Co as the addition. X-ray diffraction studies indicate that the volume of unit cell of main phase tends to decrease by Co substitution. The mean grain size of main phase was also evaluated by line broadening analysis, using the Scherrer formula and found that all the grains were in nanometer scale. From magnetic measurements by VSM for the alloys under studied, it is found that the maximum coercivity of 499 kA per m was observed in the ribbon alloy of x = 0.1 composition after annealing at 700 C for 2 minutes. Remanence of all as-spun and heat treated ribbons are in the range of 0.80 to 1.10 T (above the theoretical value based on Stoner-Wohlfarth theory.L12; Js = saturation magnetization). The enhancement of remanence raised due to exchange coupling between nanosized Nd2(Fe,Co)14B and cc -Fe particles in the Nd-Fe-B alloys with lower Nd content. Maximum energy products of the annealed ribbon are in the range of 28 to 115 kJ per m3. The Curie temperature, T, measurement of crystallized melt spun ribbon by Differential Scanning Calorimeter (DSC) show an increase the value of L from - 304 C for alloy x = 0 to -650 C for alloy x = 0.5. The kinetic of crystallization process of amorphous Nd1o(Fe1-x Cox)14B6 alloy have also been analyzed by DSC employed modified Kissinger method from which activation energy, Ec and Avrami constant, n for the crystallization were determined for alloys with composition x = 0 and x = 0.1. Results of kinetic analysis show that the phase transformation is a diffusion-controlled transformation with initial growth of particles nucleated at a constant rate.
"
Depok: Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sitanggang, Maludin
"Dalam perancangan konstruksi tabung roket, perlu ditelifi bahan dan struktur rnaterialnya agar dapat menahan beban yang diberikan dan yang diterima oleh tabung tersebut. Beban atau load yang diberikan berupa bahan bakar propelant, hidung, sayap dan strip, nozel, peralatan kendaal dll. Beban yang diterima yaitu pada saat dilakukan peluncuran atau uji terbang berupa gaya angkat, gaya hambat, momen guling dan tukik dl/. Material tabung yang digunakan yaitu Aluminium Alloy 2024, dimana bahan ini belur dilakukan perancangan yang memadai, sehingga masih adanya akses berat yang menyebabkan ketinggian jelajah roket masih relatif rendah. Salah satu kendala ialah akibat berat tabung itu sendiri, maka perlu dilakukan penelitian material yang digunakan supaya relatzf ringan dan tahan terhadap beban mekanis.
Penelitian yang dilakukan meliputi pemeriksaan tabung dengan menggunakan sinar-X untuk meyakinkan dalam pembuatan tabung tersebut secara rolling atau ekstrusi, pengujian tabung dengan menggunakan tekanan fluida air, pengujian tarik untuk mengetahui kekuatan bahan, pengujian metalograji untuk memperoleh struktur mikro bahan, pengujian kekerasan untuk mendapatkan ketahanan bahan terhadap deformasi, pengufian impack untuk mengetahui energi yang terserap, penelitian komposisi kimia bahan untuk memastikan serf bahan dan pengujian aerodinamika untuk mengetahui karakteristik aerodinamisnya. Semua data yang diperoleh akan dianalisa dan dilakukan perbandingan secara teori maupun eksperiment supaya dapat diterapkan pada perancangan roket yang sebenarnya."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Suzanna Mubin
"Pada pesawat terbang terutama dibagian-bagian yang berhubungan dengan mesin penggerak pesawat terbang, sangat besar pengaruh panas yang akan diterima atau disalurkan melalui bahan sebelum diterima) dimanfaatkan pada bagian lain.
Oleh sebab itu kami berusaha untuk mengetahui sejauh mana pengaruh panas dan mesin penggerak pesawat terbang pada pipa saluran atau kabel-kabel yang berhubungan. Pada umumnya bahan pesawat terbang dipergunakan bahan alloy 2024. Diharapkan dari hasil yang didapat akan memberikan masukan bagi kalangan pengguna bahan pesawat terbang."
1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bimo Ramadhantyo Priyoga
"Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pengaruh homogenisasi dan metode pencelupan terhadap struktur mikro, kekerasan, transformasi martensit, dan sifat ingat bentuk dari paduan Cu-20,42Al-10,65Mn (at. %). Paduan dibuat menggunakan metode pengecoran gravitasi yang selanjutnya dihomogenisasi pada temperatur 900 °C selama 2 jam dan didinginkan pada temperatur ruang. Setelah paduan mencapai temperatur ruang, dilakukan perlakuan panas betatizing pada temperatur 900 °C selama 30 menit dan dilanjutkan dengan dua metode pencelupan yang berbeda, yaitu Pencelupan Langsung (Direct Quench/DQ) dan Pencelupan Naik (Up Quench/UQ). Pengujian yang dilakukan meliputi Optikal Mikroskop, SEM-EDS, XRD, Microvickers, dan Bending Test. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada kondisi as-cast menghasilkan matriks β dan terdapatnya fasa kedua γ dengan morfologi flakes-like. Proses homogenisasi melarutkan fasa kedua γ dan mengakibatkan pertumbuhan ukuran butir sebesar 15% serta penurunan kekerasan dari 588,16 HVN menjadi 544,79 HVN. Pencelupan DQ menghasilkan dua jenis martensit β'1 (18R) dengan bentuk needle-like dan γ1 (2H), serta menyisakan fasa β (L21) yang tidak bertransformasi, dengan nilai kekerasan sebesar 492,03 HVN. Sedangkan Pencelupan UQ menghasilkan fasa tunggal martensit β'1 (18R) yang lebih besar dan merata dengan nilai kekerasan 489,89 HVN. Nilai pemulihan regangan terbaik diperoleh pada sampel UQ dengan 98,51%, dibandingkan dengan 87,6% pada sampel DQ. Temperatur transformasi Ms pada kedua sampel DQ dan UQ diperkirakan berada di atas suhu ruangan (>25 ºC) sedangkan temperatur As diperkirakan berada di sekitar temperatur 180 ºC.

This study aimed to examine the effect of homogenization and quenching method on microstructure, hardness, martensitic transformation, and shape memory effect of Cu-20.42Al-10.65Mn alloy (at. %). In this study, the alloy was produced through gravitry casting method which was then homogenized at 900 ºC for 2 hours and air cooled. The betatizing treatment was carried out at 900 °C for 30 minutes and subsequently quenched with two different methods, such as Direct Quench (DQ) and Up Quench (UQ). Characterization was conducted by Optical Microscope, SEM-EDS, XRD, Microvickers, and bending test. The results showed that in the as-cast condition, β matrix was produced together with γ phase with a flakes-like morphology. The homogenization process dissolved the second phase of γ and increased the grain size from 398.28 μm to 573.97 μm and decreased the hardness from 588.16 HVN to 544.79 HVN. DQ produced two types of martensites, such as β'1 (18R) with a needle-like shape and γ1 (2H), nevertheless β (L21) were still retained, the hardness value was 492.03 HVN. Meanwhile, UQ produced a single phase β'1 (18R) with needle-like, v-shape and zig-zag morphology, the hardness was valued 489.89 HVN. The best strain recovery value was obtained in the UQ sample with 98.51%, compared to 87.6% in the DQ sample. The Ms transformation temperature in both DQ and UQ samples were estimated to be above room temperature (>25 ºC), while the As temperature was estimated to be at 180 ºC."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kevin Amadeo Christoffer
"Casting Aluminium telah menjadi salah satu material terpenting dalam industri. AC4C adalah salah satu dari banyak paduan Silikon-Aluminium yang digunakan ketika ketahanan terhadap korosi, kemampuan castability yang baik dan rasio kekuatan-terhadap-berat yang tinggi diperlukan. Paduan aluminium AC4C yang digunakan sebagai string set dibuat dengan komposisi Al 92,69% berat, Si 6,76% berat, Mn 0,25% berat, Fe 0,21% berat, Ag 0,09% berat. Terdapat penelitian tentang peningkatan ketahanan korosi dari casting aluminium yang sangat bervariasi dari metode casting yang digunakan, perawatan, penambahan impuritas, dan perlakuan pada permukaan. Dalam penelitian ini, sampel AC4C dianodisasi dalam larutan H2SO4 7,5 °C 5 M dalam 30, 60, dan 90 menit dengan sumber listrik DC 5V yang mengalirkan rapat arus 22,6mA/cm2 . Setelah itu, sampel disegel (sealing) dalam air mendidih selama 15 menit sebelum diuji perilaku korosinya. Pengujian dilakukan dengan melakukan polarisasi potensiodinamik dalam larutan NaCl 3,5% untuk setiap sampel. Difraksi sinar-X digunakan untuk menentukan fase dan struktur kristal sampel. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan meningkatkan waktu anodisasi, didapatkan perubahan pada perilaku korosi material AC4C. Hasil menunjukkan bahwa dengan peningkatan waktu anodisasi, laju korosi menurun dari nilai awal yaitu 2,01 x 10-1 mm/tahun menjadi 2,72 x 10-2 mm/year.

Al-Si is one of many Silicon-Aluminium alloy used when corrosion resistance, good castability and high strength-to-weight ratio are required. This Al-Si alloy were used as string set were made with composition of Al 92.69 wt%, Si 6.76 wt%, Mn 0.25 wt%, Fe 0.21 wt%, Ag 0.09 wt%. There have been many studies on improving corrosion resistance of casting aluminium vary widely from the casting methods used, treatments, adding impurities, and surface finishing. In this research, AC4C samples were anodized in 7.5 °C H2SO4 solution in 30, 60, and 90 minutes with DC of 5V potential. Afterwards, samples were sealed in boiling water for 15 minutes before being tested for its corrosion behavior. Tests were carried out by performing potentiodynamic polarization in 3.5% NaCl solution for each sample. X-ray diffraction were used to determine the phases and crystal structure of the samples. The results show that by increasing the anodization time, the corrosion rate decreases from the initial of 2,01 x 10-1 mm/year to 2,72 x 10-2 mm/year.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Edy Priyanto Utomo
"Paduan Titanium telah banyak digunakan dalam beberapa aplikasi di industri karena mempunyai sifat mekanik yang unik dan mempunyai ketahanan korosi yang sangat baik. Salah satunya digunakan dalam industri kedokteran sebagai implan tulang, karena titanium mempunyai kemampuan biokompabilitas yang baik selain sifat mekanik dan ketahanan korosi yang baik. Saat ini paduan Ti yang banyak digunakan sebagai implan komersil adalah Ti-6Al-4V. Namun studi terbaru menunjukkan bahwa pelepasan ion Al dan V dari paduan Ti-6Al-4V dapat menyebabkan masalah kesehatan jangka panjang seperti neuropati perifer, osteomalacia, dan penyakit Alzheimer. Oleh karena itu dikembangkan paduan Titanium β-metastabil untuk menggantikan paduan Ti-6Al-4V. Desain paduan titanium β-metastabil biokompatibel terutama difokuskan pada penggunaan elemen paduan logam transisi yang banyak mengandung d-elektron seperti paduan Ti-Nb, Ti-Ni, Ti-Mo. Ion Ni diketahui dapat menyebabkan toxic, alergi, dan efek karsiogen. Paduan Ti-Mo mempunyai nilai kekerasan yang tinggi dibandingkan dengan tulang sehingga dapat menimbulkan stress-shielding yang dapat menyebabkan resorpsi pada tulang dan dapat menyebabkan kegagalan pada implant. Oleh karena itu dalam penelitian ini dikembangkan paduan Ti-Nb dengan tambahan unsur paduan Sn. Paduan metastabil Ti dipengaruhi oleh fasa yang terbentuk dan suhu pembentukan. Sedangkan Sn untuk mengendalikan keberadaan fasa ω yang mempunyai sifat getas dan modulus yang tinggi. Dalam penelitian ini dilakukan optimasi fabrikasi dengan variasi jumlah peleburan yaitu 3 dan 5 kali dan juga variasi konsentrasi Sn sebesar 2, 5, dan 8 wt%. Hasil optimasi jumlah peleburan menunjukkan bahwa dengan tiga kali peleburan didapatkan paduan dengan dua fasa yaitu fasa β dan α, sedangkan dengan lima kali peleburan didapatkan fasa tunggal β. Hasil optimasi variasi konsentrasi Sn didapat bahwa sifat mekanik dan korosi yang optimum diperoleh pada paduan yang mengandung 5 wt% Sn. Paduan hasil optimasi tersebut, Ti-30Nb-5Sn, kemudian dihomogenisasi pada suhu 1000C selama 5 jam dan didinginkan cepat. Hasil karakterisasi menunjukkan bahwa proses homogenisasi memicu timbulnya fasa α. Kehadiran fasa α dalam konsentrasi yang kecil pada paduan yang dilebur 3 kali dan paduan yang dilebur 5 kali namun dihomogenisasi berkontribusi dalam meningkatkan nilai kekerasan dan juga ketahanan korosi paduan.

Titanium alloys have been widely used in several applications in the industry because they have unique mechanical properties and have very good corrosion resistance. One of them is used in the medical industry as a bone implant, because titanium has good biocompatibility in addition to mechanical properties and good corrosion resistance. At present Ti alloy which is widely used as commercial implant is Ti-6Al-4V. But recent studies have shown that the release of Al and V ions from Ti-6Al-4V alloys can cause long-term health problems such as peripheral neuropathy, osteomalacia, and Alzheimer's disease. Therefore Titanium β-metastable alloys are developed to replace Ti-6Al-4V alloys. The design of biocompatible titanium β-metastable alloys is mainly focused on the use of d-electron-containing alloy metal elements such as Ti-Nb, Ti-Ni, Ti-Mo alloys. Ni ions are known to cause toxic, allergic and carcinogenic effects. Ti-Mo alloy has a high hardness value compared to bone so it can cause stress-shielding which can cause resorption in the bone and can cause implant failure. Therefore in this study Ti-Nb alloys were developed with the addition of Sn alloy elements. Metastable alloy Ti is influenced by the phase formed and the temperature of formation. While Sn to control the existence of phase ω which has brittle properties and high modulus. In this study, fabrication optimization was carried out with variations in the number of smelters, namely 3 and 5 times and also variations in Sn concentration of 2, 5 and 8 wt%. The results of the optimization of the number of smelters indicate that with three fusions obtained a two-phase alloy namely phase β and α, whereas with five times the fusion obtained a single phase β. The results of optimization of variations in Sn concentration were obtained that optimum mechanical and corrosion properties were obtained in alloys containing 5 wt% Sn. Alloying the results of the optimization, Ti-30Nb-5Sn, is then homogenized at 1000˚C for 5 hours and cooled quickly. The characterization results show that the homogenization process triggers the α phase. The presence of α phase in small concentrations in alloys which are melted 3 times and alloys which are fused 5 times but homogenized contribute to increasing the hardness value and also corrosion resistance of alloys."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
T52434
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arya Wicaksana Ospara
"Silicon Carbide (SiC), juga dikenal sebagai carborundum merupakan komposisi kimia dari silikon dan karbon dengan formulasi kimianya adalah SiC. Terdapat di alam pada mineral langka mossanite. Butiran dari silikon karbida dapat mengikat dengan baik mengunakan metode sintering untuk menghasilkan keramik yang sangat keras, yang digunakan secara luas untuk penggunaan yang memerlukan tingkat ketahanan yang tinggi. Dalam penelitian tugas akhir ini, paduan SnPbSiC dibuat dengan menggunakan metode peleburan yang dilakukan pada udara terbuka. Variasi sampel paduan yang dibuat dengan persen berat SiC sebesar 4.26%, 7.41% dan 10.40%.
Dari hasil karakterisasi XRD menunjukkan pengaruh penambahan SiC terhadap parameter kisi dan crystallite size dari SnPb. Karakterisasi termal dari semua variasi paduan SnPbSiC yang didapatkan menggunakan DSC menunjukkan penurunan dan kenaikan titik lebur paduan SnPb akibat penambahan SiC. SiC dengan Persen berat 10.40% membuat titik leleh menjadi turun dan untuk SiC dengan persen berat 4.26% dan 7.41% membuat titik leleh naik. Pengaruh penambahan SiC juga terlihat pada sifat kekerasan dari semua variasi paduan SnPbSiC dengan menggunakan vickers hardness test yaitu kekerasan paduan meningkat seiring SiC yang bertambah pada paduan SnPb.

Silicon Carbide (SiC), also known as carborundum is chemical composition of silicon and carbon with the chemical formulation is SiC. There is a rare mineral in nature on mossanite. Grains of silicon carbide can bind well to the sintering method, produces a very hard ceramic, which is widely used for the use of which requires a high level of resilience. In this thesis, SnPbSiC alloys made using fusion methods are conducted in open air. Variation of alloy samples made with SiC weight percent for 4.26%, 7:41% and 10:40%.
From XRD characterization results showed the effect of adding SiC to The lattice parameters and crystallite size of SnPb. Thermal Characterization of all variations SnPbSiC alloys obtained using the DSC showed decrease and increase the melting point of SnPb alloys due to the addition of SiC. SiC Percent of 10.40% by weight makes the melting point to decrease and for Weight percent SiC with 4.26% and 7.41% resulted in increased melting point . Ussing Vickers Hardness test, Effect of addition of SiC also looks at the properties of hardness of all SnPbSiC alloy variation increases the hardness of SiC increases in SnPb alloys."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2010
S29382
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>