Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 75485 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dina Nurmalisa
"Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan identitas ketegalan yang terlihat sebagai strategi budaya dalam memposisikan puisi tegalan yang berkontestasi dengan budaya dominan. Korpus penelitian berupa tiga antologi puisi tegalan yaitu Ruwat Desa (1998), Ngranggeh Katuranggan (2009), dan Ganti Lakon Sintren dadi Ratu (2014). Melalui pendekatan strukturalisme dan analisis stilistika, diketahui bahwa puisi tegalan ditulis dengan menggunakan bahasa tegalan, yang dipengaruhi oleh gaya puisi Indonesia modern, dan menjadi media untuk merepresentasikan identitas ketegalan. Kajian semiotik pada struktur teks puisi tegalan memperlihatkan adanya objek yang dibaca sebagai penanda semiosis dalam setiap antologi yang mengkonstruksi identitas ketegalan, yaitu identitas bahasa, identitas budaya, dan identitas wong cilik. Sebagai subbahasa Jawa, bahasa tegalan diposisikan marginal dan dilekati stigma negatif sebagai bahasa kelas rendah yang kasar, tidak santun, dan apa adanya. Di sisi lain, stigma ini dimanfaatkan untuk merepresentasikan identitas budaya Tegal dalam teks puisi dan pemosisian orang Tegal sebagai wong cilik yang terdominasi. Antologi puisi tegalan tidak hanya menyajikan simbol-simbol yang bermakna konotasi, tetapi juga menjadi cara menyajikan mitos. Mitos-mitos yang ada di dalam teks memperlihatkan ideologi perlawanan terhadap budaya dominan. Dengan demikian, puisi tegalan merupakan salah satu wujud budaya yang memperlihatkan resistensi, kontestasi, dan eksistensi sastrawan tegalan dalam mengkonstruksi identitas budayanya, sekaligus memosisikan sastra tegalan dalam khazanah kesusastraan Indonesia dan daerah.

This study aims to reveal the identity of Tegalness, which is seen as a cultural strategy in positioning Tegalan poetry that contests the dominant culture. The corpus of this research is taken from three tegalan poetry anthologies titled Ruwat Desa (1998), Ngranggeh Katuranggan (2009), and Ganti Lakon Sintren Dadi Ratu (2014). Through structuralism and stylistics approach, it is clear that tegalan poetry, which is written in tegalan language, influenced by modern Indonesian poetry, is a medium to represent tegalness identity. The semiotic study on the structure of Tegalan poetry shows the existence of the object that is read as semiosis markers in each anthology that constructs tegalness identity; language identity, cultural identity, and poor people identity. As a sub-language of Java, Tegal language has been positioned marginally with many negative stigmas. This language is known as a low-class language which is rude, disrespectful, and as it is. On the other hand, this stigma is also used to represent the cultural identity of Tegal people through the text of poetry. It also relates to the positioning of the people as the dominant underprivileged community. The anthology of tegalan poetry not only presents symbols with connotations but also becomes a way of presenting myths. The myths inside the text show the ideology of resistance to the dominant culture. Thus, tegalan poetry is a culture that shows resistance, contestation, and the existence of tegalan writers in constructing their cultural identity, as well as positioning tegalan literature in the Indonesian literature and local languages."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2021
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Annissa Ayu Maharani
"Skripsi ini membahas kemunculan musik Indorock yang dikaitkan dengan peristiwa repatriasi orang-orang Indo ke Belanda akibat peristiwa dekolonisasi. Penelitian ini akan memakai metode kualitatif deksriptif yang bertumpu pada teori identitas budaya Stuart Hall. Dalam proses penyesuaian terhadap kondisi kebudayaan yang baru, orang Indo menciptakan sebuah jenis musik baru yang dinamakan musik Indorock. Musik Indorock akan dikaitkan dengan proses pencarian identitas orang Indo sebagai pendatang baru di tengah masyarakat multikultural Belanda.

This undergraduate thesis examines the emergence of Indorock music pertaining to the Indo’ repatriation to the Netherlands due to decolonisation. It will use a descriptive qualitative research method based on Stuart Hall’s identity theory. During the process of adaptation with a new culture, the Indo created a new genre of music called Indorock. This music will be associated with the quest of identity by the Indo as newcomers within the multicultural society of the Dutch."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2014
S53217
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Indah Damai Hati
"Tesis ini memuat penelitian tentang proses representasi sosial dalam mengkonstruksi identitas tempat tinggal, Identitas tempat tinggal selama ini dikenal sebagai hasil dari kognisi manusia terhadap tempat tinggal yang dilihatnya (Prohansky, 1983). Hal ini bisa dilihat dari aktivitas, fasilitas, status sosial penghuni, dan suasana tempat tinggal. Dalam psikologi sosial, identitas tempat tinggal sebenarnya bukan merupakan bentuk yang sudah jadi dan dicerminkan dalam tempat tinggal, melainkan identitas tempat tinggal dikonstruksi sedemikian rupa sehingga tempat tinggal tersebut mampunyai identitas yang dapat diterima oleh masyarakat. Dalam mengkonstruksi identitas tempat tinggal ini terdapat proses representasi sosial sehingga terlihat bahwa identitas tempat tinggal merupakan hasil dari proses sosial yang direpresentasikan oleh agen sosial, yaitu kelompok produsen.
Dalam tesis ini, representasi sosial yang digunakan adalah tipe hegemonic, di mana kelompok produsen (pengembang, arsitek, media, dan marketer) aktif mengkonstruksi identitas tempat tinggal sedangkan kelompok konsumen (calon penghuni) hanya penerima representasi dari kelompok produsen.
Penelitian menunjukkan bahwa identitas tempat tinggal memang dikonstruksi dan awal pembangunan tempat tinggal. Konstruksi identitas tempat tinggal merupakan bagian dari tahap perencanaan dari kelompok produsen. Di dalam prosesnya, terdapat penambahan unsur-unsur bernilai guna menarik kelompok konsumen. Penerimaan identitas tempat tinggal disesuaikan kelompok konsumen sehingga identitas tempat tinggal mampu memberikan identitas kelompok konsumen."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2005
T18603
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Adam Maulana
"Pengakuan batik Indonesia sebagai warisan nonbendawi oleh UNESCO pada 2009, memunculkan beragam motif lokal di Indonesia. Batik dengan motif Gajah Oling dari Kabupaten Banyuwangi adalah salah satunya. Motif ini merupakan motif batik tertua dan terkenal di Kabupaten Banyuwangi. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis motif batik Gajah Oling sebagai identitas kebudayaan di tengah masyarakat Kabupaten Banyuwangi. Motif batik Gajah Oling menjadi identitas kebudayaan Kabupaten Banyuwangi dilihat berdasarkan Teori Kearifan Lokal (Meliono, 2011), Teori Ekonomi Ganda (Itagaki, 1968), dan Teori Transmisi kebudayaan (Tilaar, 1999). Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif, dengan korpus data berupa motif batik Gajah Oling yang dapat ditemui di berbagai sektor kehidupan masyarakat Kabupaten Banyuwangi. Hasil penelitian menunjukkan motif batik Gajah Oling merupakan salah satu identitas kebudayaan kabupaten Banyuwangi karena eksistensi motif ini sudah menyatu dengan kearifan lokal masyarakat Kabupaten Banyuwangi. Motif batik Gajah Oling ini juga mampu menghasilkan profit ekonomi bagi masyarakat maupun pemerintah daerah. Motif ini juga tidak bersifat eksklusif. Penggunaan motif batik Gajah Oling tidak ada batasan kalangan, promosi produk dengan unsur motif batik Gajah Oling juga sudah mencapai nasional dan internasional. Pengaplikasian motif batik Gajah Oling dalam elemen kemasyarakatan didukung dengan hasil transmisi kebudayaan yang berawal dari motif kain dan berkembang ke berbagai produk kreatif lainnya sehingga mempertegas argumen penelitian ini bahwa batik tersebut adalah bagian dari penanda identitas masyarakat Kabupaten Banyuwangi.

The recognition of Indonesian batik as an intangible heritage by UNESCO in 2009 gave rise to various local motifs in Indonesia. Batik with the Gajah Oling motif from Banyuwangi District is one of them. This motif is the oldest and most famous batik motif in Banyuwangi District. This research aims to analyze the Gajah Oling batik motif as a cultural identity among the people of Banyuwangi District. The Gajah Oling batik motif has become the cultural identity of Banyuwangi District based on the Local Wisdom Theory (Meliono, 2011), Dual Economic Theory (Itagaki, 1968), and Cultural Transmission Theory (Tilaar, 1999). This research uses a qualitative descriptive method, with a corpus of data in the form of Gajah Oling batik motifs which can be found in various sectors of Banyuwangi District community life. The research results show that the Gajah Oling batik motif is one of the cultural identities of Banyuwangi District because the existence of this motif is integrated with the local wisdom of the people of Banyuwangi District. The Gajah Oling batik motif is also able to generate economic profits for the community and local government. This motif is also not exclusive. The use of the Gajah Oling batik motif has no boundaries, promotion of products with elements of the Gajah Oling batik motif has also reached national and international levels. The application of the Gajah Oling batik motif in social elements is supported by the results of cultural transmission which started from cloth motifs and developed into various other creative products, thus reinforcing the argument of this research that batik is part of the identity marker of the people of Banyuwangi District."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Bandung: Angkasa, 2009
808.81 SEB (1)
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Dwiditya Pamungkas
"Skripsi ini membahas gejala perwujudan kelompok hobi dalam kehidupan sosial masyarakat Jakarta, yaitu kelompok hobi Harley-Davidson. Kelompok hobi ini dalam kenyataanya memiliki identitas tertentu sebagai identifikasi perbedaan dengan kelompok-kelompok hobi lainnya serta persamaan bagi sesama anggota kelompok. Identitas kelompok hobi ini dapat diidentifikasi melalui bentuk atribut-atribut yang digunakan oleh para anggota yaitu motor Harley-Davidson, pakaian khusus, helm dan berbagai aksesoris. Para anggota kelompok motor Harley-Davidson memang umumnya berasal dari kelas sosial atas seperti tercermin dari latar belakang profesi mereka yaitu pejabat pemerintah dan pengusaha papan atas. Melalui kegiatan interaksi sosial antar anggota berbagai peluang bisnis pun dapat dinegosiasikan dan disepakati diantara mereka. Oleh karena itu, penelitian ini memfokuskan pada signifikansi identitas sosial dalam memanfaatkan peluang bisnis dan menunjukan status sosial. Kegiatan penelitian ini menerapkan metode dan pendekatan kualitatif dengan teknik wawancara mendalam dan pengamatan terlibat.

This undergraduate thesis examines urban social phenomenon of a hoby group whose members are fond to ride big bike motor particularly Harley-Davidson. This group as a matter of fact has and reflect an identity to distinct itself from other similiar groups and to identify their social and economic characteristics among the members. It can be identified by the use of attributes such as leather jacket, boots, and other Harley-Davidson’s accessories. All of these attributes are symbol which belong to members upper class social status. Most of the members have professions such as high level government official and rich enterpreneurs. Therefore, membership, in this matter, function as means to show their social status. Besides that, thiis hobby group functions as well providing arenas too deal business matters among members. This research was carried out based on qualitative methods, in paricular applying depth interview and observation."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2013
S53524
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fransiska Titiwening
"Dalam kehidupan masyarakat kota metropolitan Jakarta yang kompleks, persoalan identitas menjadi sebuah permasalahan yang penting. Media, seperti televisi majalah dan internet membewa pengaruh besar bagi kehidupan dan gaya hidup masyarakat kota, termasuk di dalamnya permasalahan identitas. Media membentuk image yang membangun identitas. Identitas sebagai hasil bentukan media menjadi sesuatu yang selalu berubah. Media menyediakan berbagai macam pilihan identitas bagi individu dan individu membangun identitas melalui media.
"Punk" merupakan salah satu pilihan identitas remaja metropolitan yang keberadaannya tidak bisa dilepaskan dari image yang dibentuk oleh media. "Punker" menentukan "batas" identitasnya sendiri dan melalui media, fanzine dan newsletter mereka membentuk image "Punk", menyebarkannya ke berbagai tempat, melintasi "batas" teritorial.
"Punk" menjadi sebuah permasalahan metodologis ketika setiap individu yang mengaku sebagai "Punker" menentukan "batas" identitasnya sendiri dan ia masuk di dalamnya. Seorang yang mengaku sebagai "Anarcho Punk" punya `batas' identitas "Punk" yang berbeda dengan "Street Punk''dan "Eco Punk", demikian pula dengan pengakuan "Punk politis" dan "Punk non politis". Mereka masing-masing mengaku sebagai "Anak Punk" yang sebenarnya, mereka adalah representasi dan identitas "Punk".
Tesis ini menawarkan konsep "zona" sebagai alternatif penyelesaian permasalahan metodologis dalam penelitian antropologi pada masyarakat kompleks. "Zona" merupakan "ruang identita"', dilihat sebagai sebuah "arena" dengan "batas" abstrak yang dibentuk oleh komunitas, dan bersama dengan representativitas mewujudkan identitas. Identitas dibangun oleh komunitas melalui dialektika antara "zone" dan repesentativitas. "Zona" merupakan ide yang dibangun oleh komunitas dan representativitas, yang diaktualisasikan dalam penampilan fisik, tingkah laku; merupakan sarana untuk mewujudkan ide dan mendapat pengakuan dari yang lain.
"Zona Punk" dibentuk oleh kaum "Punker" melalui media, musik dan gaya hidup "Punk" sebagai representasi dari identitas "Punk". "Batas zona" menjadi ada ketika seseorang membuat pengakuan bahwa dirinya adalah "Punker", ketika ia menganggap dirinya adalah representasi dari identitas "Punk".
Konsep "zona" diharapkan bisa memberikan pemecahan persoalan identitas dalam metodologi antropologi, di mana peran media sangat besar dalam pembentukan identitas remaja kota metropolitan."
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2001
T9160
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dyandra Faza Qintara
"Bersamaan dengan perang informasi dan manipulasi media di bawah kontrol pemerintah semenjak operasi militer Rusia ke Ukraina pada Februari 2022, pemerintah Rusia memblokir akses masyarakat ke media sosial populer asal barat, seperti Instagram, Facebook, dan Twitter. Akibatnya, aplikasi asal Rusia, Telegram, meraih popularitas di Rusia dan dimanfaatkan oleh para millitary bloggers pro-Rusia untuk menyebarkan kesadaran akan konflik yang tengah menjadi sorotan masyarakat. Penelitian ini berusaha menjelaskan motivasi yang mendasari penyebaran informasi di kanal Telegram @maryananaumova. Dengan menggunakan metode analisis konten, penulis menemukan pola konten berulang yang didominasi oleh tuduhan dan ujaran kebencian terhadap Ukraina, serta narasi pencitraan/image branding Rusia selama bulan April-Mei 2022. Hasil penelitian ini membuktikan bahwa identitas nasional dan afiliasi politik Maryana memiliki pengaruh dalam membentuk narasi di kanal Telegram yang cenderung memprioritaskan harga diri kelompok pro-Rusia.

Along with the cyber war and media manipulation under government control since the Russian military operation of Ukraine in February 2022, the Russian government has blocked public access to popular western social media, such as Instagram, Facebook and Twitter. As a result, a Russia-based social media called Telegram gained popularity and is used by pro-Russian military bloggers to spread awareness of the issue that was currently in focus among society. This research seeks to explain the motivation underlying the dissemination of information on @maryananaumova Telegram channel. By utilizing content analysis methods, the author identified recurring content patterns dominated by accusations and expressions of hatred towards Ukraine, as well as Russia’s image branding narrative throughout April-May 2023. The findings of this research demonstrate that Maryana's national identity and political affiliation exert influence in shaping the narrative on the Telegram channel, which tends to prioritize the dignity of pro-Russian groups."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
C. Dewi Hartati
"Tesis ini pada dasarnya mengkaji bagaimana perubahan identitas orang Tionghoa di Jakarta dilihat dari penggunaan nama marga. Dalam hal ini fokus penelitian penulis adalah penggunaan nama marga di kalangan masyarakat Tionghoa di Jakarta sebagai suatu identitas , perubahannya yang disebabkan oleh peraturan pemerintah, fungsinya bagi masyarakat Tionghoa dan jenis jenis identitas yang terdapat dalam masyarakat Tionghoa di Jakarta berdasarkan penggunaan nama marga.
Dalam mengkaji masalah ini penulis menggunakan teori interaksionis yang menitikberatkan pada pandangan bahwa manusia adalah produk dari proses interaksi sosial. Pemilihan pada teori ini adalah didasarkan pada asumsi bahwa dalam teori interaksionis ini terdapat simbol-simbol dalam identitas kesukubangsaan yang salah satu di antaranya adalah nama marga. Di dunia saat ini nama marga digunakan sebagai salah satu simbol dari identitas kesukubangsaan.
Pengkajian dilakukan dengan pendekatan kualitatif dengan menggunakan metode etnografi, yang memusatkan perhatian pada penggunaan nama marga di kalangan masyarakat Tionghoa sebagai suatu identitas. Metode pengumpulan data dilakukan dengan pengamatan, wawancara mendalam, dan penggunaan literatur yang relevan.
Hasil penelitian yang penulis lakukan pada orang Tionghoa di Jakarta dari berbagai macam marga memperlihatkan bahwa mereka tetap menggunakan nama marga sebagai suatu identitas karena nama marga merupakan warisan leluhur yang digunakan dalam lingkup terbatas dan juga dalam interaksinya dengan sesama orang Tionghoa meskipun pada masa Orde Baru penggunaan nama marga. dan juga nama Tionghoa dilarang oleh pemerintah. Dalam mempertahankan penggunaan nama marga Tionghoa, orang Tionghoa juga tidak menolak untuk mengubah nama Tionghoanya menjadi nama Indonesia karena peraturan pemerintah.
Dengan cara yang tidak berbenturan langsung dengan pemerintah ataupun dengan orang-orang non-Tionghoa, orang Tionghoa berupaya mempertahankan nama marga dengan melakukan. resistensi pasif. Yang dimaksud dengan resistensi pasif adalah suatu penolakan untuk menyerah pada lingkungan yang berubah, kekuasaan, pemaksaan atau kekerasan tanpa memperlihatkan perlawanan (secara lisan atau lainnya) terhadap orang yang melakukan pemaksaan tersebut atau lingkungan yang berubah. (Horace B & English, 1958 : 460). Orang Tionghoa menolak untuk menyerah pada suatu keadaan yang berubah dan juga berbagai peraturan yang bersifat diskriminatif yang diterapkan pemerintah kepada golongan ini. Mereka tetap berupaya untuk mempertahankan nama marga karena nama marga merupakan suatu warisan dari leluhur yang harus dipertahankan. Namun juga tidak memperlihatkan perlawanan baik secara lisan atau lainnya.
Dengan seperangkat pengetahuan atau set of knowledge yang dimiliki orang Tionghoa akan konsep datong yang berarti satu dunia atau universal harmony dan juga konsep chuantong yang berarti tradisi sangat membantu orang-orangTionghoa berkompromi dan menggunakan kebijaksanaan yang praktis dalam memecahkan kesulitan yang mereka hadapi. Hal ini juga merupakan strategi adaptasi yang dilakukan oleh orang Tionghoa untuk mempertahankan budayanya dalam hal ini nama marganya."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2003
T12245
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>