Hasil Pencarian

Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 105008 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Didik Priyo Utomo
"Perkembangan kendaraan bermotor terutama kepemilikan pribadi menciptakan fenomena baru. Perluasan kota, kemacetan, dan polusi membuat efektivitasnya dipertanyakan. Konsep tentang kota kompak kembali lagi naik ke permukaan. Salah satunya, DKI Jakarta yang mengarahkan kebijakannya menjadi kota berorientasi transit. Pembangunan fasilitas pejalan kaki digalakkan di simpul transportasi dan pusat kegiatan. Namun, aktivitas berjalan kaki tidak hanya dipengaruhi oleh fasilitas trotoar tetapi juga lingkungan di sekitarnya, terutama lingkungan terbangun. Konsep 5 Ds (Density, Diversity, Design, Distance to transit, dan Destination accessibility) sering digunakan dalam menilai lingkungan terbangun. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi karakteristik lingkungan terbangun untuk berjalan kaki di kawasan komersial, DKI Jakarta dengan menggunakan teknologi Sistem Informasi Geografis (SIG) dalam membangun walkability index. Hasilnya, terdapat variabel yang memiliki ketimpangan antar kawasan. Variabel tersebut meliputi kepadatan bangunan, rasio jalan, ketersediaan trotoar, kepadatan halte, ketersediaan koridor, dan kepadatan lokasi tujuan. Hasil walkability index pada penelitian ini menilai kawasan dengan karakteristik dominasi jalan minor dan fasilitas transportasi umum yang memadai merupakan kawasan dengan kualitas berjalan tinggi. Sedangkan, kawasan dengan karakteristik simpangan dan bangunan yang padat, pertokoan kecil, dan jalan yang terkoneksi memiliki kualitas sedang. Selanjutnya, Kawasan dengan karakteristik jenis penggunaan tanah beragam, trotoar yang tersedia memiliki kualitas rendah.

The development of motorized vehicles, especially private ownership, creates a new phenomenon. City expansion, congestion, and pollution put its effectiveness into question. The concept of a compact city has returned to the fore. One of them is DKI Jakarta which directs its policy to become a transit-oriented city. The construction of pedestrian facilities is encouraged at transportation nodes and activity centers. However, walking activity is not only influenced by the sidewalk facilities but also the surrounding environment, especially the built environment. The 5 Ds concepts (Density, Diversity, Design, Distance to transit, and Destination accessibility) are often used in assessing the built environment. This study aims to analyze the characteristics of commercial areas for walking in DKI Jakarta using Geographic Information System (GIS) technology in building a walkability index. As a result, there are variables that have disparities between regions. These variables include building density, road ratio, sidewalk availability, bus stop density, corridor availability, and destination location density. The results of the walkability index in this study assessed that areas with dominant characteristics of minor roads and adequate public transportation facilities were areas with high walking quality. Meanwhile, areas with the characteristics of intersections and dense buildings, small shops, and connected roads have medium quality. Furthermore, Areas with various characteristics of land use types, the available sidewalks are of low quality."
Lengkap +
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Marpaung, Bahtiar
"Jalur Pejalan kaki di Velodrome Rawamangun telah terbangun sejak dimulainya Asian Games 2018, tetapi hasil pengamatan penggunaan jalur pejalan kaki masih rendah arus penggunanya. Penulisan ini bertujuan untuk mengetahui walkability index serta fasilitas pejalan kaki berdasarkan standar pelayanan jalur pejalan kaki dan faktor- faktor yang mempengaruhi minat berjalan. Penulisan ini menggunakan pendekatan penelitian yang menggabungkan atau mengkombinasikan bentuk data kualitatif dan kuantitiatif (mixed method). Analisa kualitatif berupa penilaian berdasarkan teori Global Walkability Index (GWI), perhitungan analisis kuantitatif untuk variabel minat berjalan dengan analisis statistik tabulasi silang (crosstab). Hasil analisis GWI adalah 39.77 artinya fasilitas bagi pejalan kaki terbatas untuk dijangkau dan rendah arus pejalan kaki, standar pelayanan jalur pejalan kaki sudah sesuai standar, fasilitas infrastuktur sudah tersedia fasilitas utama dan fasilitas pendukung dengan lebar rata-rata 2.2m’ – 6.5m’. Faktor-faktor yang mempengaruhi minat berjalan: lama berjalan dibawah 20 menit dipilih pegawai swasta, jarak berjalan tidak memiliki pengaruh, motivasi berjalan di dominasi alasan kesehatan, tujuan ke halte TJ/LRT dengan frekuensi berjalan 3-5 kali dalam seminggu, tujuan ke taman Jakarta International Velodrome (JIV) dikunjungi secara tidak rutin/tidak menentu dan pilihan moda transportasi umum di dominasi pilihan pekerja non swasta. Hasil temuan penulisan ini memberikan masukan bagi pengambil kebijakan Pemerintah DKI Jakarta untuk merevitalisasi jalur pejalan kaki di kota Jakarta.

Pedestrian paths in the Rawamangun Velodrome area have been built since the start of the 2018 Asian Games, but the results of observations of the use of pedestrian paths are still low in user traffic. This writing aims to identify the walkability index and pedestrian facilities based on pedestrian service standards and the factors that influence interest in walking. This writing uses mixed method approach that combines qualitative and quantitative data forms. Qualitative analysis in the form of an assessment based on the theory of the Global Walkability Index (GWI), the calculation of quantitative analysis for the variable of interest in walking with statistical analysis of cross tabulation. The results of the GWI analysis are 39.77, which means that the facilities for pedestrians are limited to reach and low pedestrian flow, the pedestrian path service standards are in accordance with the standards, the infrastructure facilities are already available for the main facilities and supporting facilities with an average sidewalk width of 2.2m' - 6.5m'. Factors influencing interest in walking: walking length of less than 20 minutes chosen by private workers, walking distance has no effect, motivation to walk is dominated by health reasons, destination to bus stops with a frequency of walking 3-5 times a week, destination to Jakarta International Velodrome (JIV) park is visited irregularly and the choice of public transportation mode is dominated by the choice of non-private workers. The findings of this paper provide input for DKI Jakarta Government policy makers to revitalize pedestrian paths in the city of Jakarta."
Lengkap +
Jakarta: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Univeristas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jihan Afifah Rifdah
"Penelitian ini mengkaji tentang tingkat walkability pada jalur pedestrian di Kawasan Kota Tua dalam mewujudkan walkable city di Provinsi DKI Jakarta. Penelitian ini tmenggunakan teori Global Walkabality Index sebagai teori utama. Teori Global Walkabality Index memiliki tiga dimensi, yaitu Keselamatan dan Keamanan, Kenyamanan dan Daya Tarik, serta Dukungan Kebijakan. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan teknik pengumpulan data mixed method melalui survei dan wawancara mendalam. Teknik pengambilan sampel untuk survei adalah convenience sampling, sedangkan untuk wawancara mendalam menggunakan teknik purposive sampling Jumlah responden dalam penelitian ini sebanyak 100 orang yang didapatkan dengan menyebarkan kuesioner secara daring dan luring kepada pengguna jalur pedestrian di Kawasan Kota Tua Jakarta. Data yang diperoleh telah diolah menggunakan software SPSS versi 25 melalui ukuran pemusatan berupa modus. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa jalur pedestrian Kawasan Kota Tua Jakarta memiliki tingkat walkability yang tinggi berdasarkan persepsi masyarakat dengan persentase sebesar 84%. Tingginya tingkat walkability tersebut diperoleh dari komputasi tiga dimensi dalam penelitian ini. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi gambaran terkait bagaimana walkability pada jalur pedestrian di Kawasan Kota Tua dalam mewujudkan walkable city di Provinsi DKI Jakarta yang diukur dari persepsi masyarakat.

This study examines the level of walkability on pedestrian streets in the Kawasan Kota Tua in realizing a walkable city in Provinsi DKI Jakarta. This study uses the theory of the Global Walkability Index as the main theory. The Theory of the Global Walkabality Index has three dimensions, namely Safety and Security, Convenience and Attractiveness, and Policy Support. This study uses a quantitative approach with mixed method data collection techniques through surveys and interviews. The sampling technique for surveys is convenience sampling, while for interviews using purposive sampling techniques. The number of respondents in this study were 100 people who were obtained by distributing online and offline questionnaires to pedestrian path users in the Kawasan Kota Tua of ​​Jakarta. The data obtained has been processed using SPSS version 25 software through a measure of concentration in the form of mode. The results of this study indicate that the pedestrian path in the Kawasan Kota Tua Jakarta has a high level of walkability based on public perception with a percentage of 84%. The high level of walkability is obtained from three-dimensional computing in this study. It is hoped that this research can provide an overview of how walkability on pedestrian paths in the Kawasan Kota Tua can create a walkable city in Provinsi DKI Jakarta as measured by public perception."
Lengkap +
Depok: Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Asri Widyaningrum
"Setiap negara memiliki permasalahan sistem transportasi yang dapat diselesaikan dengan berbagai cara berbeda. Namun sering kali, penanganan sistem transportasi tidak disertai dengan pengingkatan fasilitas jalan bagi pengguna jalan yang rentan. Salah satunya dan yang paling sering diabaikan adalah penyediaan fasilitas yang memadai bagi pejalan kaki. Terlebih bagi kota-kota besar yang sedang berkembang di Indonesia, seperti kota-kota satelit yang berada di sekitar Jakarta. Depok sebagai kota satelit di Jakarta pun memiliki masalah yang sama. Akibatnya, pertumbuhan penduduk yang diikuti pertumbuhan kendaraan dan tidak disertai dengan perencanaan tata wilayah yang baik dapat merugikan masyarakat khususnya pejalan kaki.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor penyebab tingkat keparahan pejalan kaki pada kecelakaan lalu lintas di Kota Depok. Tingkat keparahan korban kecelakaan pejalan kaki yang diamati adalahluka ringan, luka berat dan meninggal dunia. Analisis yang dilakukan menggunakan metode regresi multinomial logistik sehingga nantinya akan dihasilkan model peluang terjadinya keparahan kecelakaan lalu lintas berdasarkan variabel prediksi yang telah diuji. Hasilnya, faktor yang signifikan secara statistik mempengaruhi tingkat keparahan korban kecelakaan pejalan kaki adalah usia pejalan kakidanjenis kendaraan. Faktor lainnya yang tidak signifikan secara statistik mempengaruhi resiko luka berat dan meninggal dunia adalah adalahkecelakaan di siang hari, kondisi cahaya redup/ gelap, cuaca cerah, kendaraan sepeda motordan mobil kecil, pengendara tidak memiliki SIM, pejalan kaki perempuan, usia diatas 55 tahun, tipe jalan tidak terbagi, dan terjadi pada fungsi jalan lokalserta kolektor."
Lengkap +
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rizky Amalia
"Berjalan kaki bukan hanya merupakan moda transportasi dasar yang murah dan mudah di dalam suatu kota yang pergerakan manusia dan barangnya tinggi dan kompleks, namun disebut juga sebagai perekat moda transportasi. Trotoar adalah salah satu jalur bagi pejalan kaki. Namun sayangnya trotoar tidak dianggap sebagai infrastruktur yang melekat pada sistem transportasi dan perancangan kota yang baik. Tidak adanya standarisasi yang baku dari segi fasilitas dan pengontrolan terhadap pemanfaatan non pejalan kaki yang ada sehingga kondisi trotoar bervariasi dari segi fisik dan sosial. Untuk itu penelitian ini bertujuan menemukan persepsi pejalan kaki terhadap kondisi tersebut. Pengumpulan data dilakukan melalui pengamatan partisipasi aktif dan wawancara mendalam dengan informan sebagai pejalan kaki dengan menggunakan tiga indikator persepsi, yaitu motif, harapan, dan minat. Analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif. Hasil dari penelitian ini didapat kategori persepsi yang beragam dari tiap indikator persepsi di mana kelengkapan fasilitas dan penyalahgunaan oleh kelompok non pejalan kaki di tiap fungsi bangunan berbeda.
Walking is not just a mode of transportation that is cheap and convenient base in a city. In a city, the movement of people and goods are high and complex, but is also known as adhesive mode of transportation. The sidewalk is one lane for pedestrians. But unfortunately the pavement is not considered as an infrastructure that is attached to the transport system and good urban design. The lack of standardization in terms of facilities and control of the use of non existing pedestrian sidewalk makes a varies condition of physical and social. This research aims to discover pedestrian perception because of those condition. Data collected through observation and active participation of in-depth interviews with informants as a pedestrian by using three indicators of perception, such as motive, expectation, and interest. The analysis used is descriptive analysis. The results of this study concluded that there are varies of perception category for each perception indicator which is facility completeness and use of non-pedestrian for each building function are different."
Lengkap +
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2014
S53220
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yoppy R.
"Menghadapi pertumbuhan motorisasi yang berkembang cepat dan kebutuhan dalam pengakomodasian kemacetan, kota-kota pada negara berkembang akan cenderung mengembangkan sisi kendaraannya saja dan mengenyampingkan pejalan kaki. Pada perkembangan transportasi perkotaan yang semakin berkembang dikenal suatu ukuran walkabilitas suatu kawasan yang biasa disebut walkability index atau walkability score yang mencerminkan kualitatif suatu kawasan tentang kenyamanan transportasi dengan berjalan kaki dengan skala penilaian 0-100.
Pada zona pendidikan di Jalan Margonda, yaitu dari lokasi Bundaran UI sampai dengan pertigaan Jalan Karet, dapat diketahui para pejalan kaki memiliki volume yang cukup tinggi. Selain itu jalan Margonda dipenuhi dengan bangunan-bangunan lainnya seperti pertokoan, bengkel, showroom, tempat sekolah dan tempat niaga lainnya. Kemudian jalan Margonda diketahui memiliki jalur yang padat dengan kendaraan yang melintas sepanjang jalan. Permasalahan arus kendaraan selalu menjadi sorotan untuk selalu dilakukan perubahan, tetapi kondisi fasilitas bagi pejalan kaki tidak mendapat perhatian yang optimal.
Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui dan menganalisis Walkability Index pedestrian yang difokuskan di kawasan pendidikan di Jalan Margonda. Kemudian ditinjau pula tingkat pelayanan (Level Of Service) dan karakteristik pejalan kaki serta peninjauan terhadap fasilitas pedestrian pada kawasan tersebut.
Pada penelitian ini, untuk menganalisis walkability index menggunakan analisis observasi lapangan dengan merujuk pada literatur terkait, sedangkan tingkat pelayanan (Level Of Service) dan karakteristik pejalan kaki serta peninjauan terhadap fasilitas pedestrian ditinjau berdasarkan panduan High Capacity Manual (HCM).
Hasil analisis mengenai walkability, didapatkan Walkability Score rata–rata sebesar 32.5, sehingga zona pendidikan memiliki kriteria sedikit fasilitas yang dapat terjangkau dengan berjalan kaki. Sedangkan hasil analisis mengenai tingkat pelayanan pejalan kaki secara keseluruhan, baik analisis terhadap arus, kecepatan maupun ruang memiliki LOS (tingkat pelayanan) A. Serta hasil analisis mengenai fasilitas diketahui pada zona pendidikan masih terdapat kekurangan fasilitas bagi pejalan kaki.

Facing motorization growth and needs, in developing countries tend to develop the vehicle facility and waive pedestrians. In the development of urban transportation's, walkability known as measure of an area commonly referred to walkability index, a qualitative score that reflection an area about the convenience of transportation by foot with rating scale of 0-100.
In the Educational zone at Margonda Road, whereas the location from University of Indonesia roundabout to Karet Road, have high volume of pedestrian. In addition, Margonda Road is filled with other buildings such as shops, garages, showrooms, schools and other commercial places. Furthermore the Margonda Road known to have a high volume passing vehicles along the road. The problem of the traffic is always to be changing, but the condition of pedestrian facilities do not get optimal attention.
The purpose of this study was to identify and analyze Pedestrian Walkability Index, focused on educational zone of Margonda Road. Then reviewed the level of service (LOS) and the characteristics of pedestrians as well as a review of pedestrian facilities in the area.
In this study, to analyze the walkability index using analysis of field observations with reference to relevant literature, while the level of service (Level Of Service) and the characteristics of pedestrians as well as a review of pedestrian facilities are reviewed based on the guidelines High Capacity Manual (HCM).
The Results of analysis that Walkability Score obtained an average of 32.5, so that the educational zone has few facilities criteria that can be reached on foot. While the results of an analysis of pedestrian level of service, analysis of current, speed or space has an A level of service. And the results of facilities analysis in the Educational zone, there is still a lack of facilities for pedestrians.
"
Lengkap +
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S53393
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dea Meirina Sari
"Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji karakteristik pejalan kaki, menganalisis kelayakan fasilitas pejalan kaki, dan menganalisis efektifitas pemanfaatan jembatan penyeberangan. Lokasi studi berada di ruas Jalan Raya Lenteng Agung arah Utara. Pengumpulan data dilakukan dengan dua cara. Pertama, penggunaan perangkat kamera untuk menentukan jumlah pejalan kaki dan kecepatan. Kedua, dengan kuesioner untuk mengetahui alasan penggunaan fasilitas dan saran.
Hasil perhitungan menghasilkan Level Of Service (LOS) dari semua ruas di daerah studi berkisar antara LOS A sampai C, dimana LOS C adalah LOS untuk fasilitas Jembatan Penyeberangan Orang (JPO). Adapun efektifitas penggunaan JPO ditunjukkan dalam bentuk persentase jumlah pengguna JPO terhadap jumlah total penyeberang, yaitu sebesar 50.26%.
Hasil analisis alasan penggunaan JPO dengan kuesioner menunjukkan keselamatan merupakan alasan utama pejalan kaki menggunakan JPO dan alasan kelelahan bagi pejalan kaki yang tidak menggunakan JPO. Selain itu, penerangan dan perbaikan trotoar adalah hal utama yang dibutuhkan untuk fasilitas pejalan kaki.
Berdasarkan kajian ini, perlu adanya evaluasi lebih lanjut tentang spesifikasi teknis fasilitas pejalan kaki yang ada saat ini dan perlu adanya kajian tentang penyeberang bawah tanah atau tambahan fasilitas untuk penyeberang lansia atau cacat tubuh.

Pedestrians are frequently blamed as one of the sources of traffic jam.The aims of this study are to examine the characteristics of pedestrians, to analyze the feasibility of pedestrian facilities, and to analyze the effectiveness of the utilization of the pedestrian bridge at a certain congested location. It is located on Jalan Lenteng Agung - north direction. Data collections were done in two ways. First, recorded by using camera to determine the number of pedestrians and speed. Second, the questionnaire to determine the reason of using facilities and suggestions.
The analysis shows that Level of Service (LOS) of all the segments are ranged from LOS A to LOS C, where LOS C for pedestrian bridge. The effectiveness of the use of the pedestrian bridge which is represented by the ratio of pedestrian bridge users to total number of crossing people is 50.26%.
The results of the questionnaire analysis indicate that safety is the main reason for pedestrian use the pedestrian bridge and exhausting is the reason for pedestrians who do not use the pedestrian bridge.
From this study it is suggested that it is necessary to provide more lighting and to repair the sidewalk, and it is needed further evaluation on the technical specification of pedestrian facilities that was created by Dirjen Bina Marga in 1990 and further study on the underground pedestrian facility or additional facilities for elderly and disable pedestrian.
"
Lengkap +
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
S69112
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Based from the city planning area, this research is part of downtown planning. As we can see in the city planning of the advanced countries, especially the pedestrian in Yogyakarta and Indonesia in general, it is time for them to get a better attention in the planning. Malioboro street as the main street in the downtown of Yogyakarta has pedestrian with various activities, current, intensity and features. These various activity has become the reason why the researcher chose Malioboro street as the location of this research. The pedestrian's activity were analized by quantitative methods, emphasizing on the various current activities, current flow and intensity flow. There are 10 variables used in this research. The empirical findings were analized with the relevant theories. the findings from this research show 3 types of pedestrian spaces on Malioboro street and each has different pedestrian activities and various space factors. There are 2 conclusions based from empirical and theoritical point of view. a. the physical factors which are affect the pedestrian's activity, i.e: V1 (arcades), V4 (without arcades), V8 (trees), and V9 (street seller) b. the physical factors which are not affect the pedestrian's activity, i.e: V5 (with shopping area), V3 (bus shelter), V6 (view), V7 (near intersection), and V10 (street crossing). The research's recommendation for pedestrian planning, i.e; 1) the factors which are predicted to affect the pedestrian's activities show the pedestrian's social life, 2) across the street seen on all part, although without street crossing. According to the activity need controller, 3) the high intensity occurs if V1 (arcades), 3 (shelter), V9 (street seller) available."
Lengkap +
720 JAKUAJ 1:1 (2003)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Victorina Arif
"Peningkatan tinggi pada Urban Heat Island (UHI) merupakan salah satu kontributor utama perubahan iklim dan menjadi masalah lingkungan yang mendesak di kota-kota padat tinggi saat ini. Perkembangan lingkungan luar ruang mempengaruhi pola dan perilaku penduduk kota. Parameter iklim dan fisik mempengaruhi kenyamanan termal manusia dalam melakukan aktivitas di luar ruangan. Dalam konteks studi perkotaan, berjalan kaki merupakan salah satu aktivitas ruang luar utama. Namun, iklim sebagai faktor yang mengidentifikasi keberhasilan ruang luar tidak banyak dibahas dalam studi sebelumnya terutama dalam konteks kawasan tropis. Penelitian ini mengkaji iklim mikro dan kenyamanan termal di jalur pejalan kaki Jalan MH. Thamrin dan Sudirman, Jakarta. Analisis penelitian menggunakan simulasi Envi-met dan RayMan untuk mengetahui korelasi variabel fisik dan spasial terhadap iklim mikro dan kenyamanan termal. Tingkat kenyamanan berjalan kaki dianalisis menggunakan simulasi Outdoor Thermal Comfort (OTC). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui mengetahui pengaruh konfigurasi ruang dan modifikasi iklim mikro terhadap kenyamanan berjalan kaki melalui studi kenyamanan termal dan kenyamanan berjalan kaki di kawasan tropis. Penelitian telah menemukan bahwa hampir sembilan jam sehari, dari jam 8 pagi sampai jam 4 sore dianggap sebagai kondisi yang tidak nyaman karena radiasi matahari yang tinggi. Studi ini menunjukkan bahwa Sky View Factor (SVF) dan Rasio Lebar Tinggi (rasio H / W) secara signifikan berkorelasi dengan kenyamanan termal dan kenyamanan berjalan kaki. Berdasarkan penelitian, untuk mencapai kenyamanan termal di kawasan tropis nilai SVF berkisar 0-0,35 dan rasio H/W di atas 1. Penelitian ini berimplikasi pada teori Oke terutama pada konfigurasi spasial dan kenyamanan termal di wilayah beriklim tropis yang membutuhkan teduhan. Sedangkan bagi perencana kota, vegetasi merupakan strategi yang paling efektif terutama pada kawasan yang telah terbangun dan berkepadatan tinggi.

Rapid increase of high Urban Heat Island (UHI) intensity as one of the main contributors to climate change is an urgent environmental issue in high dense cities today. The development of outdoor environment influence the pattern and behavior of city dwellers. Climate and physical features parameters affect the thermal comfort of humans doing their outdoor activities. In the context of urban design studies, Walking is a main outdoor activity of pedestrians. However, climate factors in identifying the success of an outdoor design is not frequently discussed especially in the tropical context. This study investigates the microclimate and pedestrian’s thermal comfort in Sudirman and Thamrin sidewalk, Jakarta. Integration of computer simulation models of Envi-met and RayMan was used to determine the correlation of physical and spatial variables with the microclimate and thermal comfort. The level of walking comfort was analyzed using the correlation model Outdoor Thermal Comfort (OTC). This study aims to determine the effect of various spatial configuration and micro-climate modification on thermal comfort and walking comfort in tropical region. Research has found that nearly nine hours a day, from 8 a.m. to 4 p.m. is considered an uncomfortable condition due to high solar radiation. This study shows that Sky View Factor (SVF) and Height to Width Ratio (H / W ratio) are significantly correlated with thermal comfort and walking comfort. This study also found that to achieve thermal comfort in the tropical regions, the value of SVF need to be on the ranges from 0-0.35 while the H / W ratio is above 1. This research has implications on Oke’s theory, especially in spatial planning and thermal comfort in tropical climates that require shadings. Meanwhile, for urban planners, vegetation is the most effective strategy to achieve thermal comfort, especially in developed and high-density areas."
Lengkap +
Depok: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rizka Yuliani
"Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis tingkat layanan fasilitas pejalan kaki di Pasar Matin Jatinegara. Metode penelitian pertama digunakan untuk mencatat pergerakan pejalan kaki untuk mendapatkan arus, kecepatan, kepadatan dan ruang pejalan kaki. Yang kedua adalah wawancara tentang karakteristik perjalanan pejalan kaki untuk mendapatkan tujuan dan jarak perjalanan serta wawancara terkait tingkat layanan fasilitas pejalan kaki. Karakteristik arus pejalan kaki menunjukkan bahwa bagian dari timur ke pasar padat dengan LOS E dan akses ke sisi barat pasar LOS D sedangkan untuk bagian lain berada di LOS C. Tujuan perjalanan mayoritas pejalan kaki adalah berbelanja untuk kebutuhan pribadi selain belanja porsi kecil untuk dijual kembali. Moda transportasi yang paling banyak digunakan adalah transportasi umum, sepeda motor dan mobil dengan mayoritas jarak berjalan kaki berkisar antara 100-200 meter. Penilaian responden tentang kelayakan fasilitas pejalan kaki di sejumlah faktor dianggap masih jauh dari nilai yang baik. Ini berarti bahwa fasilitas pejalan kaki di Pasar Mester Jatinegara masih perlu diperbaiki. Perbaikan dilakukan dengan memfungsikan kembali trotoar yang digunakan oleh pedagang kaki lima untuk menjual, membuat zebracross dan memperbaiki trotoar dan jembatan penyeberangan lainnya.

This study aims to analyze the service level of pedestrian facilities in the Matin Market in Jatinegara. The first research method is used to record the movement of pedestrians to get current, speed, density and pedestrian space. The second is an interview about the characteristics of pedestrian travel to get the destination and distance of the trip as well as interviews related to the service level of pedestrian facilities. The pedestrian flow characteristics show that the eastern part is dense with LOS E and access to the western side of the LOS D market while the other part is LOS C. The majority of pedestrian travel destinations are shopping for personal needs in addition to shopping for small portions for resale. The most widely used modes of transportation are public transportation, motorbikes and cars with the majority walking distance ranging from 100-200 meters. Respondents assessment of the feasibility of pedestrian facilities on a number of factors was considered to be far from good value. This means that pedestrian facilities in the Matin Jatinegara Market still need to be improved. Repairs were made by re-functioning the sidewalks used by street vendors to sell, make zebracross and repair sidewalks and other pedestrian bridges."
Lengkap +
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>