Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 164432 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Siahaan, Charly Haposan
"Latar Belakang: Asam lemak rantai panjang Omega-3 dan Omega-6 selain penting
untuk perkembangan otak janin, diketahui juga dapat mempengaruhi kejadian
preeklamsia. Derivat omega-3 seperti DHA dapat membantu stimulasi Vascular
Endothelial Growth Factor (VEGF) yang berperan dalam angiogenesis saat implantasi
trofoblas. Belum tersedianya data pengaruh asam lemak rantai panjang terhadap kejadian
preeklamsia mendorong untuk dilakukannya penelitian ini.
Tujuan: Mengetahui perbedaan kadar Omega-3 dan Omega-6 pada ibu hamil dengan
preeklamsia dan normal
Metode: Penelitian dilakukan dengan uji potong-lintang menggunakan sampel ibu hamil
preeklamsia dan tidak preeklamsia yang telah dikumpulkan sebelumnya pada tahun 2018
di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo dan RSU Budi Kemuliaan dan RSUD Koja,
kemudian dilakukan pengolahan pada Januari 2020.
Hasil: Diperoleh 60 subjek penelitian dengan 30 subjek pada masing – masing kelompok.
Pada kelompok preeklamsia didapatkan hasil Omega-3 lebih rendah dengan median
kadar ALA 39 μmol/L dan EPA 9 μmol/L dengan perbedaan yang bermakna (p=0,01).
Sedangkan kadar Omega-6 ditemukan lebih tinggi pada preeklamsia, dengan kadar LA
4726 μmol/L dan AA 558 μmol/L. Indeks omega-3 pada kelompok preeklamsia juga
rendah yaitu 2%, begitu pula rasio Omega-6/Omega-3 yang tinggi (17 μmol/L) dan rasio
AA/EPA 61 μmol/L.
Kesimpulan: Ketidakseimbangan antara Omega-3 dan Omega-6, indeks Omega-3
rendah, rasio Omega-6/Omega-3 dan rasio AA/EPA yang tinggi didapatkan pada
preeklamsia.

Background: Omega-3 and Omega-6 long-chain fatty acids, besides being important for
fetal brain development, are also known to influence the incidence of preeclampsia.
Omega-3 derivatives such as DHA can help stimulate Vascular Endothelial Growth
Factor (VEGF) which plays a role in angiogenesis during trophoblast implantation. The
unavailability of data on the effect of long-chain fatty acids on the incidence of
preeclampsia is encouraging this study.
Objective: To determine differences in levels of Omega-3 and Omega-6 in pregnant
women with preeclampsia and normal
Methods: The study was carried out by cross-sectional testing using samples of
preeclampsia and non-preeclampsia pregnant women that had been collected earlier in
2018 at Dr. RSUPN. Cipto Mangunkusumo and Budi Kemuliaan Hospital and Koja
District General Hospital then processed in January 2020.
Results: Obtained 60 research subjects with 30 subjects in each group. Results with low
category were obtained in the preeclampsia group with median levels of Omega-3, ALA
39 μmol / L, EPA 9 μmol / L with significant differences (p = 0.01). While high levels of
Omega-6 in preeclampsia, LA 4726 μmol / L and AA 558 μmol / L. The omega-3 index
in the preeclampsia group was also low at 2%, as was the high Omega-6 / Omega-3 ratio
(17 μmol / L) and the 61 μmol / L AA / EPA ratio in the preeclampsia group.
Conclusion: An imbalance between Omega-3 and Omega-6, low index of Omega-3, a
ratio of Omega-6 / Omega-3, and ratio of high AA / EPA is found in preeclampsia.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nunki Febriastuti
"Latar Belakang : Preeklamsia terjadi akibat adanya gangguan pada proses implantasi dan desidualisasi pada awal kehamilan. Vitamin D memainkan peranan penting pada proses desidualisasi, implantasi dan plasentasi. Penelitian terbaru menunjukkan bahwa kadar 25(OH)D yang rendah dalam serum merupakan faktor risiko preeklamsia. Bukti terbaru mendukung peran suplementasi vitamin D yang dimulai pada saat sebelum, awal dan selama kehamilan dalam mengurangi risiko preeklamsia. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peranan suplementasi vitamin D 5000 IU/hari pada implantasi dan plasentasi melalui pemeriksaan PI A. Uterina dan PlGF serum maternal pada wanita hamil trimester pertama.
Metode : Uji klinis paralel acak tersamar tunggal. Subjek wanita hamil usia 7-11 minggu yang dibagi 2 kelompok, yaitu normal dan risiko tinggi berdasarkan kriteria risiko tinggi ACOG. Tiap kelompok dibagi lagi menjadi kontrol yang hanya mendapat obat standar dan perlakuan yang mendapat vitamin D 5000 IU/hari. Semua pasien diperiksa kadar 25(OH)D awal, kemudian diberikan intervensi selama 1 bulan dan diperiksa ulang kadar 25(OH)D akhir, PlGF serum maternal dan PI. A. Uterina. Menilai perbandingan kenaikan kadar 25(OH)D, PlGF, dan PI A. Uterina diantara semua kelompok
Hasil : Subjek awal berjumlah 92 orang, dieksklusi sebanyak 12 orang dan tersisa 80 subjek yang menyelesaikan penelitian. Semua subjek mengalami defisiensi vitamin D. Dibandingkan pasien kontrol kenaikan kadar 25(OH)D pada kelompok perlakuan normal masih lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok perlakuan risiko tinggi yaitu 12,33±6,26 ng/mL dan 10,45±5,09 ng/mL dengan nilai p<0,001. Kelompok normal, penurunan PI A. Uterina dibandingkan antara kontrol dan perlakuan bermakna sebesar 0,57±0,36 dan 1,08±0,29 (p<0,001) sedangkan kadar PlGF juga berbeda bermakna antara kontrol (84,27±10,02) dan perlakuan (107,87±31,97) dengan nilai p 0,005. Pada kelompok risiko tinggi, perbadingan rerata kadar PlGF pada kontrol dan perlakuan berbeda bermakna yaitu 37,59±9,67 dan 70,53±18,32) nilai p<0,001. Pada pasien intervensi baik kelompok normal dan risiko tinggi rerata penurunan PI A. Uterina (1,08±0,29 vs 0,43±0,26; nilai p<0,001) dan kadar PlGF (107,87±31,97 vs 70,53±18,32; nilai p<0,001) berbeda bermakna.

Background : Preeclampsia occurs due to disruption of the implantation and decidualization in early pregnancy. Vitamin D plays an important role in decidualization, implantation, and placentation. Recent evidence supports the role of vitamin D supplementation initiated before, early and during pregnancy in reducing the risk of preeclampsia. The study aim is to determine the effect of vitamin D supplementation of 5000 IU/day on implantation and placentation through examination of Uterine Artery PI (UtA-PI) and maternal serum PlGF in first trimester pregnant women.
Methods: Using a single-blind, randomized parallel clinical trial. Subjects were pregnant women 7-11 weeks gestation and divided into 2 groups, normal and high risk, based on ACOG preeclampsia high risk criteria. Each group was further divided into controls who received the standard drug and interventions who received 5000 IU of vitamin D/day. Subjects were examined for 25(OH)D levels before and after the 1 month intervention, including maternal serum PlGF and UtA-PI levels. Both groups were compared for the difference of 25(OH)D levels, mean PlGF, and UtA-PI.
Results: We have 80 subjects who have vitamin D deficiency. The normal and high-risk intervention group showed the increase of 25(OH)D levels, 12.33±6.26 ng/mL and 10.45±5.09 ng/mL with p<0.001 accordingly. For the normal group, the decrease of UtA-PI compared between control and intervention was significant 0,57±0,36 and 1,08±0,29 (p<0.001) while PlGF levels were also significantly different between control (84,27±10,02) and intervention (107,87±31,97) with p<0.05. While in high-risk group, the PlGF levels of control and intervention were significantly different, 37.59±9.67 and 70.53±18.32 with p<0.001. In intervention patients, both normal and high-risk groups, the decrease of UtA-PI (1.08±0.29 vs 0.43±0.26; p<0.001) and PlGF levels (107.87±31.97 vs 70.53±18.32; p<0.001) were significantly different.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Murthy Mutmainah
"Latar Belakang: Prevalensi preeklamsia dalam kehamilan di Indonesia sebesar 7-10%, Asam asetilsalisilat yang mengandung senyawa aktif asam salisilat diketahui dapat mencegah terjadinya preeklamsia awitan dini terutama bila diberikan sebelum usia kehamilan 16 minggu. Tubuh memiliki asam salisilat natural yang didapatkan dari konsumsi sayuran yang mengandung asam salisilat. Asam salisilat merupakan senyawa aktif yang berperan sebagai anti inflamasi. Penelitian ini bertujuan menilai apakah kejadian preeklamsia dipengaruhi oleh kadar asam salisilat natural serum dan urin.
Metode: Penelitian ini menggunakan disain case-control berpasangan. Subjek adalah pasien hamil dengan preeklamsia awitan dini (PEAD) dibandingkan dengan hamil normotensi 20-34 minggu terdiri atas 35 pasien/kelompok, preeklamsia awitan lambat (PEAL) dibandingkan dengan hamil normotensi 34-40 minggu terdiri atas 39 pasien/ kelompok. Pemeriksaan kadar asam salisilat (SA) dan asam salisilurat (SUA) dalam serum diperiksa dari sampel darah vena, kadar SA dan SUA urin diperiksa dari sampel urin sewaktu yang terkoreksi dengan kadar kreatinin urin, semuanya diperiksa menggunakan kromatografi. Seluruh subjek dilakukan wawancara FFQ (Food Frequent Questionnaire) untuk mengetahui asupan makanan selama hamil. Analisis statistik yangdigunakan adalah uji Mann Whitney .
Hasil: Median usia kehamilan pasien PEAD adalah 31 minggu, kelompok normal adalah 30 minggu. Kadar SUA serum pada PEAD berbeda bermakna dibandingkan hamil normal dengan median 1,43 (min-max 0,001-9,32) vs 0,21 (0,002-15,78) nilai p<0,001. Kadar albumin pada PEAD berbeda bermakna dengan hamil normal median 3 (2,1 – 3,8) vs 3,7 (3,4-4,3) p<0,001. Kadar Asupan protein berbeda bermakna (13% vs 14%,
p<0,001)Kadar serat pangan pada PEAD berbeda bermakna dibandingkan hamil normal (8 gram/hari vs 9,6 g/hari, p<0,001). Kadar SA dalam serum dan urin, SUA urin pada kelompok ini tidak berbeda bermakna.
Median usia kehamilan PEAL dan normotensi adalah 37 minggu. Kadar SA serum dan urin dan SUA serum tidak berbeda bermakna antara kedua kelompok. Kadar albumin pada PEAL berbeda bermakna dengan median (3 (2,4-3,6) vs 3,4 (2,9-4,1) p<0,001).
Simpulan : Tidak terdapat perbedaan bermakna kadar asam salisilat dan asam salisilurat pada serum dan urin pada kehamilan preeklamsia dan normotensi. Kelompok PEAD terdapat kadar SUA serum yang lebih tinggi dan berkorelasi dengan kadar albumin dan asupan protein yang rendah. Asupan serat pangan berhubungan dengan kejadian PEAD, tetapi tidak berhubungan dengan kadar asam salisilat dan asam salisilurat

Background: The prevalence of preeclampsia in pregnancy in Indonesia is 7-10%. Acetylsalicylate which contains the active compound salicylic acid is known to prevent early onset preeclampsia, especially if given before 16 weeks of gestation. The body has natural salicylic acid which is obtained from the consumption of vegetables that contain salicylic acid. Salicylic acid is an active compound that acts as an anti-inflammatory. This study aims to assess whether the incidence of preeclampsia is influenced by the
levels of natural salicylic acid in the blood and urine.
Methods: : A matched case-control was adopted in this study. Subjects were pregnant patients with early onset preeclampsia (EOP) compared to normotensive pregnancies of 20-34 weeks consisting of 35 patients/group, late onset preeclampsia (LOP) compared with normotensive pregnancies of 34-40 weeks consisting of 39 patients/group. Examination of salicylic acid (SA) and salicylic acid (SUA) levels in serum was examined from venous blood samples, urine SA and SUA levels were examined from urine samples while corrected by urine creatinine levels, all were examined using chromatography. . To measure food intake during pregnancy, all subject were interviewed using the FFQ (Food Frequent Questionnaire). The Mann Whitney test was utilized in the statistical analysis.
Objective: The goal of this study is to see if natural blood and urine levels of salicylic acid affect the risk of preeclampsia.
Result :EOP subject had a median gestational age of 31 weeks, while normal group 30 wga. Serum SUA levels in EOP were considerably different from normal pregnant women, with a median of 1.43 (min-max 0.001-9.32) versus 0.21 (0.002-15.78) p value <0.001, while albumin levels in EOP were significantly different from normal pregnant women, with a median of 3 (2.1-3.8) vs. 3.7 (3.4-4.3) p<0.001, and protein intake significantly lower than normal (13 vs 14%, p<0,001).. Dietary fiber in EOP was significantly
different compared to normal pregnancy (8 g/day vs 9.6 g/day, p<0.001) SA levels in serum and urin, as well as urine SUA, were not substantially different in this group.
LOP and normotensive gestational age were both 37 weeks. The levels of SA and SUA in the serum and urine were not substantially different between the two groups. With a median of 3 (2.4-3.6) vs. 3.4, albumin levels in PEAL were substantially different (2.9-4.1).
Conclusion: In preeclampsia and normotensive pregnancies, there was no significant difference in salicylic acid and salicyluric acid levels in blood and urine. The serum SUA levels in the EOP group were greater and associated with low albumin levels and low protein intake. Fiber intake was linked to the development of EOP, but not to salicylic acid levels or salicyluric acid levels.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Novi Resistantie
"Preeklamsia merupakan salah satu penyebab kematian utama ibu dan perinatal di dunia. Inflamasi disertai tingginya indeks apoptosis di syncytiotrophoblast dan ekspresi Cyclophilin A diduga berperan pada preeklamsia. Faktor tersebut diasumsikan menyebabkan jejas jantung/pembuluh darah yang meningkatkan risiko morbiditas dan mortalitas ibu dan perinatal. Tujuan penelitan ini adalah menganalisis peran inflamasi, indeks apoptosis dan Cyclophilin A terhadap jejas jantung/pembuluh darah pada preeklamsia awitan dini, lanjut dan kehamilan normal.
Sebanyak 47 wanita hamil yang terpilih dilakukan pemeriksaan hematologi, ekokardiografi dan ultrasonografi Doppler. Plasenta diperiksa secara histopatologis untuk mengukur ekspresi NF-KB dan PARP-1, indeks apoptosis berdasarkan pemeriksan TUNEL, ekspresi Cyclophilin A dan pemeriksaan ultrastruktur mikroskopik pada syncytiotrophoblast. Analisis Anova digunakan untuk mengidentifikasi perbedaan antara ketiga kelompok, sedangkan regresi linier digunakan untuk mengetahui korelasi faktor yang diduga terhadap jejas jantung/pembuluh darah menggunakan SPSS 20.
Usia ibu, indeks massa tubuh (IMT), hitung trombosit, NF- KB dan indeks apoptosis lebih tinggi disertai Cyclophilin A lebih rendah pada preeklamsia awitan dini dibandingkan preeklamsia awitan lanjut dan kehamilan normal. Hitung leukosit lebih tinggi pada preeklamsia awitan lanjut dibandingkan awitan dini dan normal. Total peripheral resistance (TPR) paling tinggi pada kelompok awitan dini dibandingkan awitan lanjut dan kehamilan normal, sedangkan cardiac index (CI) tidak berbeda bermakna pada ketiga kelompok. Resistensi indeks (RI) lebih tinggi pada preeklamsia awitan dini dibandingkan awitan lanjut dan kehamilan normal.
Berdasarkan analisis regresi linier multivariat, membuktikan indeks apoptosis dan Cyclophilin A memiliki hubungan dengan jejas jantung/pembuluh darah. Hal tersebut menunjukkan inflamasi, indeks apoptosis, Cyclophilin A disertai pemeriksan ekokardiografi dan ultrasonografi Doppler merupakan metode yang cepat, tepat dan noninvasif faktor risiko terhadap jejas jantung/pembuluh darah pada preeklamsia. Penelitian yang dianjurkan di masa datang adalah menilai geometri jantung dengan ekokardiografi dan volumetri plasenta dengan ultrasonografi.

Preeclampsia is one of the leading cause of maternal and perinatal death in the world. Inflammation accompanied by a high apototic index of syncytiotrophoblast and Cyclophilin A were speculated to play a role in preeclampsia. Those response were assumed to cause cardiovascular injury which lead to the risk of maternal and perinatal morbidity and mortality in preeclampsia. The objective of the study was to investigate the role of inflammation, apoptotic index and Cyclophilin A in cardiovascular injury in early and late onset preeclampsia compared to normal pregnancy.
A total of 47 pregnant women were selected, consisting almost the same size of each group (30%) and assessed for maternal hematology, echocardiography and Doppler ultrasound. Placentae were assessed histopathologically by measuring nuclear factor kappa-light-chain-enhancer of activated B cells (NF- KB) and Poly (ADP-ribose) polymerase 1 (PARP-1) expression for inflammation marker, terminal deoxynucleotidyl transferase dUTP nick end labeling (TUNEL) assay for apoptotic index and Cyclophilin A. Confirmation by transmission electron microscopy (TEM) was done. Anova analysis was used to identify the differences between the three groups while linier regression was employed to assess the correlation between factors on cardiovascular injury using SPSS 20.
Maternal age, body mass index (BMI), platelet count, NF- KB and apoptotic index, resistance index (RI) were higher supported by low Cyclophilin A in early onset preeclampsia (EOP) than in late onset preeclampsia (LOP) and normal pregnancy. Leukocyte count was higher in late onset preeeclampsia than in early and normal pregnancy. Total peripheral resistance (TPR) was highest in the EOP compared to LOP and normal pregnancy, while the cardiac index (CI) was not significantly different in all groups.
Based on multivariate linear regression analysis, the apoptotic index and Cyclophilin A correlated to cardiovascular injury. Assesing inflammation, apoptotic index, Cyclophilin A, echocardiography examination and Doppler ultrasound examination might indicated timely and non-invasive detection as an alarm entry point for cardiovascular injury in both early and late onset preeclampsia. Cardiac geometry by echocardiography and placental volumetry by Doppler ultrasound should be performed in future research.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
D-Pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Karina Komala
"Latar belakang. Prevalensi preeklampsia masih tinggi pada ibu hamil dan janin di negara berkembang. Patofisiologi preeklampsia masih belum dapat dipahami sepenuhnya. Stres oksidatif, inflamasi dan malnutrisi masih menjadi hipotesis utama yang dihubungkan dengan kejadian preeklampsia. Koenzim Q10 merupakan komponen penting dalam tubuh sebagai antioksidan.
Tujuan. Studi ini merupakan studi potong lintang komparatif pertama di Indonesia. Subjek penelitian diambil dari dua rumah sakit di Jakarta. Studi untuk menilai status gizi ibu hamil di Indonesia, asupan koenzim Q10, dan kadar koenzim Q10 plasma pada ibu hamil yang dihubungkan dengan kejadian preeklampsia.
Metode. Sebanyak 72 subjek preeklampsia dan non-preeklampsia direkrut dari RS Cipto Mangunkusumo dan Koja, Jakarta pada bulan September 2018 sampai November 2018. Kriteria inklusi meliputi subjek usia >18 tahun, usia kehamilan >34 minggu dan in partu, kehamilan tunggal, intrauterin, hidup, dan kriteria ekslusi meliputi riwayat penyakit kronik misalnya hipertensi kronik, diabetes mellitus, dan penyakit ginjal sebelum dan saat hamil. Data karakteristik, data klinis, sampel plasma darah, kuesioner food recall 1x24 jam dan FFQ semikuantitatif diambil pada peneltian ini. Data dianalisis statistik menggunakan SPSS versi 20.0.
Hasil. Kejadian preeklampsia lebih banyak terjadi pada usia yang lebih tua yaitu >35 tahun (p = 0,001). Tingkat pendidikan, pekerjaan, usia kehamilan, riwayat obstetri yaitu paritas, dan status gizi antara perempuan hamil dengan preeklampsia dan non-preeklampsia secara statistik tidak berbeda bermakna. Semua subjek pada kelompok preeklampsia dan non-preeklampsia (termasuk hamil normal) memiliki kadar koenzim Q10 plasma yang rendah. Kadar koenzim Q10 di plasma pada kelompok preeklampsia cenderung lebih rendah daripada non-preeklampsia tetapi secara statistik tidak berbeda bermakna.
Kesimpulan. Semua subjek pada kelompok preeklampsia dan non-preeklampsia (termasuk hamil normal) memiliki kadar koenzim Q10 plasma yang rendah, walaupun asupan koenzim Q10 adalah kategori cukup namun kualitasnya rendah pada sebagian besar subjek preeklampsia dan non-preeklampsia.

Background: Preeclampsia remains a major issue in developing countries. Studies on this disease have yet to clearly elucidate the precise mechanism of its pathogenesis. Oxidative stress, inflammation, and malnutrition have been correlated with preeclampsia. Coenzyme Q10 (CoQ10) is a vital nutrient for pregnant women as an antioxidant.
Aim: This was the first comparative cross-sectional study in two hospitals in Jakarta to investigate the nutrition status of pregnant women in Indonesia, CoQ10 intake and plasma levels during pregnancy, and correlation with the incidence of preeclampsia.
Methods: Seventy-two preeclamptic and non-preeclamptic pregnant mothers were enrolled in this study. We included patients above 18 years old, gestational age >34 weeks, singleton pregnancy, and excluded patients with history of chronic hypertension, diabetes mellitus, and renal diseases before or during current pregnancy. Clinical data and 24-hour food recall and semi-quantitative food frequency questionnaire were collected. Plasma CoQ10 levels were also obtained. Data was statistically analyzed using SPSS version 20.0.
Results: Age (above 35 years old) was significant when comparing preeclampsia and non-preeclampsia group (p = 0.001). Education, work status, gestational age, pregnancy history, BMI, dietary intake, and nutrition status were not statistically significant between both groups. The plasma CoQ10 levels in preeclampsia group were lower than non-preeclampsia group, albeit not statistically significant. The main results show all subjects were patients with severe late-onset preeclampsia with decreased plasma CoQ10 level.
Conclusions: Both preeclamptic and non-preeclamptic subjects in Indonesia show reduced plasma CoQ10 levels. Despite adequate intake, plasma CoQ10 levels in pregnant women remain low.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nissa Thoyyiba Oktavia
"Salah satu penyebab tingginya angka kematian ibu di Indonesia adalah adanya hipertensi pada kehamilan yang disebabkan oleh preeklampsia. Hingga saat ini, penyebab preeklampsia masih belum diketahui secara pasti, namun teori yang berkembang menyebutkan adanya iskemia plasenta. Iskemia plasenta disebabkan adanya kegagalan pada proses angiogenesis. Penelitian yang menggunakan desain potong lintang ini bertujuan untuk melihat perbedaan protein yang mempengaruhi proses angiogenesis pada plasenta normal dan preeklampsia serta melihat interaksinya. Sampel yang digunakan adalah 34 plasenta kehamilan normal dan 34 plasenta kehamilan preeklampsia. Kadar protein TGF- , TGF- Reseptor dan SMAD2 diperiksa menggunakan metode ELISA dan ekspresi relatif mRNA SMAD2 dan TSP-1 diperiksa menggunakan metode RT-qPCR.Kadar protein TGF- , TGF- Reseptor 1, TGF- Reseptor 2 dan protein SMAD2 meningkat pada preeklampsia p=0,0001, p=0,004, p=0,0001, p=0,0001 . Ekspresi mRNA SMAD2 dan TSP-1 pada preeklampsia juga mengalami peningkatan p=0,033, p=0,002 . Didapatkan korelasi positif kuat antara kadar protein TGF- Reseptor 1 dan TGF- Reseptor 2 pada plasenta normal p=0,0001 R=0,799 dan preeklampsia p=0,0001 R=0,783 . Korelasi positif sedang pada korelasi TGF- dan protein SMAD2 pada plasenta normal p=0,0001 R=0,672 dan korelasi positif ringan pada plasenta preeklampsia p=0,028 R=0,331 . Ada korelasi positif kuat antara TGF- Reseptor 1 dan protein SMAD2 0,0001 R=0,704 pada plasenta normal dan korelasi positif sedang pada plasenta preeklampsia p=0,0001 R=0,675 . Pada korelasi antara TGF- Reseptor 2 dengan protein SMAD2 plasenta normal diperoleh korelasi sedang p=0,0001 R=0,650 begitu juga pada plasenta preeklampsia 0,0001 R=0,675 . Kemudian pada uji korelasi antara protein TGF- dengan mRNA SMAD2 diperoleh korelasi positif ringan pada plasenta normal p=0,022 R=0,347 dan tidak ada korelasi pada plasenta preeklampsia. Pada uji korelasi antara protein TGF- Reseptor 1 dengan mRNA SMAD2 diperoleh korelasi positif ringan pada plasenta normal p=0,016 R=0,370 dan tidak ada korelasi pada plasenta preeklampsia. Tidak ditemukan korelasi antara TGF- Reseptor 2 dengan mRNA SMAD2 pada kedua kelompok. Kemudian tidak ditemukan korelasi protein SMAD2 dengan mRNA TSP-1 pada plasenta normal namun terdapat korelasi positif kuat pada plasenta preeklampsia p=0,0001 R=0,774 . Dari penelitian ini disimpulkan bahwa ada pengaruh peningkatan kadar TGF- , TGF- Reseptor, dan protein SMAD2 dengan ekspresi relatif TSP-1 pada proses angiogenesis.
One of the causes of high maternal mortality in Indonesia is the presence of hypertension in pregnancy caused by preeclampsia. Until now, the cause of preeclampsia is still not known, but the theory suggests the presence of placental ischemia. Placental ischemia is caused by failure of angiogenesis. This cross sectional study aims to examine the differences in proteins that affect angiogenesis in normal placenta and preeclampsia and see their interactions. The sample used was 34 placentas of normal pregnancy and 34 placental preeclampsia pregnancy. TGF protein levels, TGF receptors and SMAD2 were examined using the ELISA method and the relative expression of SMAD2 and TSP 1 mRNA was examined using the RT qPCR method.Levels of TGF protein, TGF Receptor 1, TGF Receptor 2 and protein SMAD2 increased in preeclampsia p 0.0001, p 0.004, p 0.0001, p 0.0001 . SMAD2 and TSP 1 mRNA expression in preeclampsia also increased p 0.033, p 0.002 . There was a strong positive correlation between protein content of TGF receptor 1 and TGF receptor 2 in normal placenta p 0.0001 R 0,799 and preeclampsia p 0.0001 R 0,783 . Moderate positive correlations in TGF and SMAD2 protein correla tion on normal placenta p 0.0001 R 0.672 and mild positive correlation of placenta preeclampsia p 0.028 R 0.331 . There was a strong positive correlation between TGF receptor 1 and the SMAD2 protein 0.0001 R 0.704 in normal placenta and moderately positive correlation in the preeclampsia placenta p 0.0001 R 0.675 . In the correlation between TGF Receptor 2 with normal placental SMAD2 protein obtained moderate correlation p 0.0001 R 0.650 as well as on preeclampsia placenta 0.0001 R 0.675 . Then the correlation test between TGF protein and SMAD2 mRNA obtained a mild positive correlation on normal placenta p 0,022 R 0,347 and no correlation on placenta preeclampsia. In the correlation test between TGF protein Receptor 1 and SMAD2 mRNA obtained a mild positive correlation on normal placenta p 0.016 R 0.370 and no correlation in placenta preeclampsia. No correlation was found between TGF receptor 2 and SMAD2 mRNA in both groups. Then there was no correlation of SMAD2 protein with TSP 1 mRNA in normal placenta but there was a strong positive correlation in placenta preeclampsia p 0.0001 R 0.774 . From this study it was concluded that there was an effect of increased levels of TGF , TGF receptor, and SMAD2 protein with relative expression of TSP 1 in angiogenesis process."
2018
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Rendra Hadi
"Omega-3 dan omega-6 berperan penting dalam kehamilan, asam lemak esensial yang saling terkait ini, berperan penting dalam penentuan masa gestasi ibu, pertumbuhan perilaku serta pembentukan saraf pusat janin, sehingga perlu dijaga rasio kadarnya. Angka gizi lebih semakin meningkat di Indonesia, dan diduga berpengaruh terhadap kadar omega-3 dan omega-6. Penelitian ini bertujuan melihat hubungan kadar omega-3 dan omega-6 serum dengan status gizi berdasarkan indeks massa tubuh ibu hamil trimester satu dalam rangka menurunkan angka kurangnya keseimbangan omega-3 dan omega-6 di Indonesia. Jumlah subjek penelitian adalah 70 ibu hamil trimester satu, menggunakan desain studi potong lintang dan simple random sampling. Dari penelitian ini diperoleh 57,1% subjek mengalami gizi lebih dan 7,1% mengalami gizi kurang. Kadar ALA 173,37 (1,18-724) μg/ml, EPA 9,74 (0,06-166) μg/ml, DHA 15,45 (1,2-96) μg/ml, total n-3 199,65 (22,7-776,51) μg/ml, LA 1849,93 (119-8986) μg/ml, ARA 263,48 (21-993) μg/ml, total n-6 2114,24 (210-9643) μg/ml dan perbandingan n-3:n-6 1:10 (1:20-1:2,7). Uji Spearman menunjukkan tidak ada korelasi bermakna antara kadar omega-3 dan omega-6 dengan indeks massa tubuh, Uji chi square antara rasio omega-3:omega-6 dengan Indeks massa tubuh tidak menunjukkan korelasi bermakna, p 0,307. Perlu perubahan asupan makanan lebih kaya omega-3 untuk mengatasi kekurangan rasio omega-3 dan omega-6 seiring mengurangi angka gizi lebih.

Omega-3 and omega-6 are important for pregnant mother. Those essential fatty acid affect gestation time, fetal behavior and central nervous system development. Overnutrition is becoming problem in Indonesia and nutritional status seems to have role in determining omega-3 and omega-6 serum level. This research observe the association between nutritional status and the serum level of omega-3 and omega-6 with the goal to reduce omega-3 and omega-6 deficiency in Indonesia. There are 70 subject of first semester pregnant woman. This study is done using cross sectional design with simple random sampling. It is found that 57.1% have overweight and 7.1% have underweight. Serum level of ALA 173.37 (1.18-724) μg/ml, EPA 9.74 (0.06-166) μg/ml, DHA 15.45 (1.2-96) μg/ml, total n-3 199.65 (22.7-776.51) μg/ml, LA 1849.93 (119-8986) μg/ml, ARA 263.48 (21-993) μg/ml, total n-6 2114.24 (210-9643) μg/ml and ratio of n-3:n-6 1:10 (1:20-1:2.7). Spearman correlation test shown no significant correlation between any omega-3 and omega-6 serum level with BMI. Chi square between omega-3 and omega-6 ratio does not shown significant correlation with BMI category, p 0.307. Modification of food intake with higher omega-3 is needed to reduce deficiency in omega-3 and omega-6 ratio while reducing overweight case.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Better Versi Paniroi
"

Latar Belakang: Preeklamsia merupakan gangguan hipertensi dalam kehamilan yang disebabkan oleh plasentasi abnormal dengan penyebab pasti yang belum diketahui. Perubahan pola makan dan pola makanan berubah drastis selama dekade terakhir baik di negara maju maupun berkembang terutama peningkatan konsumsi gula tambahan diantaranya fruktosa. Fruktosa memegang peranan penting pertumbuhan janin pada trimester pertama. Namun, konsumsi berlebih fruktosa dapat menyebabkan disfungsi endotel yang dapat mengakibatkan hipoksia plasenta sehingga terjadi preeklamsia. PRPP sebagai metabolit antara pada metabolisme fruktosa diduga meningkat pada kondisi preeklamsia yang diakibatkan oleh konsumsi fruktosa berlebih. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan kadar PRPP pada kondisi preeklamsia dan korelasinya dengan konsumsi fruktosa meternal serta jumlah leukosit.

Metode: Penelitian potong lintang pada 60 perempuan hamil yang dibagi menjadi dua kelompok. Kelompok preeklamsia dan hamil normal, masing-masing sebanyak 30 subjek yang dilakukan pemeriksaan kadar PRPP pada leukosit dan jumlah leukosit dari darah vena. Seluruh subjek dilakukan wawancara sFFQ (semiquantitative Food Frequent Questionnaire)konsumsi gula maternal.

Hasil: Kadar PRPP leukosit pasien preeklamsia lebih tinggi bermakna pada kelompok preeklamsia (7.015,67 vs 5.577,63, p=0,003). Jumlah leukosit pada kelompok preeklamsia lebih tinggi dibandingkan kelompok normal (15.905 (5.014,10) vs 8.078,33 (1.141,74) /mm3, p=0,000). Konsumsi fruktosa kelompok preeklamsia lebih tinggi dibandingkan kelompok normal namun tidak bermakna secara statistik (6,25 (0,6 – 10,54) vs 4,65(0,60 – 19,4) g/hari, p=0,32). Korelasi positif lemah kadar PRPP dengan jumlah leukosit (r=0,327, p=0,035). Tidak ada korelasi kadar PRPP dengan konsumsi fruktosa maternal (r=-0.013, p=0.923). Tidak ada korelasi jumlah leukosit dengan konsumsi fruktosa maternal (r=0.122, p=0.352).

Kesimpulan: Terdapat perbedaan bermakna kadar PRPP leukosit kelompok preeklamsia dibandingkan kelompok normal. Terdapat korelasi positif lemah kadar PRPP leukosit dengan jumlah leukosit. Tidak terdapat korelasi kadar PRPP leukosit dengan konsumsi fruktosa maternal dan jumlah leukosit dengan konsumsi fruktosa maternal.


 Preeclampsia is a hypertensive disorder in pregnancy caused by abnormal placentation with an unknown exact cause. Changes in diet pattern and diet composition have changed dramatically over the past decade, in both developed and developing countries, especially the increase in consumption of added sugars including fructose. Fructose plays an important role in fetal growth in the first trimester. However, excessive consumption of fructose can cause endothelial dysfunction which can result in placental hypoxia resulting in preeclampsia. PRPP as an intermediate metabolite in fructose metabolism is thought to increase in preeclampsia conditions caused by excess fructose consumption. This study aims to determine the increase in PRPP levels in preeclampsia conditions and its correlation with meternal fructose consumption and leukocyte count.

Method: Cross-sectional observational study on 60 pregnant women divided into two groups. The preeclampsia and normal pregnancy groups, each as many as 30 subjects were examined for PRPP levels in leukocyte and leukocyte counts from venous blood. All subjects were interviewed with sFFQ (semiquantitative Food Frequent Questionnaire) on maternal sugar consumption.

Results: Leukocyte’s PRPP levels in preeclampsia patients were significantly higher in the preeclampsia group (7,015.67 vs 5,577.63, p=0.003). The number of leukocyte in the preeclampsia group was higher than in the normal group (15,905 (5,014.10) vs 8,078.33 (1,141.74) /mm3, p=0.000). The fructose consumption of the preeclampsia group was higher than in the normal group but not statistically significant (6.25 (0.6 - 10.54) vs 4.65 (0.60 - 19.4) g / day, p=0.32). Weak positive correlation of PRPP levels with leukocyte count (r=0.327, p=0.035). There was no correlation between PRPP levels and maternal fructose consumption (r =-0.013, p=0.923). There was no correlation between leukocyte count and maternal fructose consumption (r=0.122, p=0.352).

Conclusion: There was a significant difference in PRPP leukocyte levels in the preeclampsia group compared to the normal group. There is a weak positive correlation of leukocyte PRPP levels with leukocyte count. There was no correlation between leukocyte PRPP levels with maternal fructose consumption and leukocyte counts with maternal fructose consumption.

"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fitriana
"Latar Belakang: Persalinan preterm adalah persalinan sebelum usia kehamilan 37 minggu lengkap. Persalinan preterm ini masih menjadi masalah di seluruh dunia. Pada laporan World Health Organization WHO , Indonesia menduduki peringkat kelima negara dengan persalinan preterm terbanyak yakni 675.700 persalinan pada tahun 2010. Berbagai faktor dihubungkan dengan penyebab terjadinya persalinan preterm, termasuk salah satunya adalah gangguan nutrisi selama kehamilan, terutama seng, selenium, besi dan tembaga.
Tujuan: Penelitian ini membandingkan kadar seng, selenium, besi dan tembaga pada serum maternal ibu hamil normal dan preterm.
Metode: Penelitian dilakukan dengan uji potong-lintang dengan subjek penelitian ibu hamil baik preterm maupun aterm yang akan melaksanakan persalinan di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo dan RS Budi Kemuliaan Jakarta pada Januari hingga April 2017. Penelitian dilakukan dengan membandingkan kadar masing-masing mikronutrien pada kedua kelompok subjek.
Hasil: Dalam jangka waktu Januari hingga April 2017 didapatkan 53 subjek penelitian yakni 30 ibu hamil normal dan 23 ibu dengan kehamilan preterm. Seluruh subjek dimasukkan dalam analisis data. Kadar seng, selenium, besi dan tembaga pada ibu dengan kehamilan preterm secara berurutan adalah 42 g/dL, 72,39 g/L, 74 g/L, dan 2144,52 g/dL. Sedangkan kadar seng, selenium, besi dan tembaga pada ibu hamil normal secara berurutan adalah 42 g/dL, 67,27 g/L, 70,5 g/L, dan 2221 g/dL. Tidak ada perbedaan bermakna kadar mikronutrien pada kedua kelompok subjek.
Kesimpulan: Penelitian ini menyimpulkan bahwa tidak ada perbedaan kadar seng, selenium, besi dan tembaga pada ibu hamil normal dan ibu dengan kehamilan preterm.

Background: Preterm labor is delivery before 37 weeks of gestation. This preterm labor is still a worldwide burden. According to World Health Organization WHO report in 2010, Indonesia was ranked the fifth among other countries, with 675.700 preterm deliveries. Various factors were associated with the cause of preterm labour, including nutritional disorder in pregnancy, such as zinc, selenium, iron and copper.
Objective: The aim of this study is to compare zinc, selenium, iron and copper levels in maternal serum of normal and preterm pregnancy.
Methods: It is a cross sectional study with preterm and normal pregnant woman who will carry delivery in Dr. Ciptomangunkusumo National Hospital and Budi Kemuliaan Jakarta Hospital from January to April 2017. This study was conducted by comparing the levels of each micronutient in both groups of subjects.
Result: From January until April 2017, there were 53 subjects divided into 30 normal pregnant women and 23 preterm pregnant women. The levels of zinc, selenium iron and copper in preterm pregnancy were 42 g dL, 72,39 g L, 74 g L, and 2144,52 g dL. Levels of zinc, selenium, iron and copper ini normal pregnant women were 42 g dL, 67,27 g L, 70,5 g L, and 2221 g dL. There was no difference in micronutrients level in both groups.
Conclusion: This study concluded that there was no difference in zinc, selenium, iron and copper levels in normal and preterm pregnancy.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Achmad Feryanto
"Latar Belakang: Preeklamsia, yang menyerang sekitar 5%-7% wanita hamil dengan tekanan darah tinggi, proteinuria, dan risiko kerusakan organ, merupakan bidang medis kompleks yang masih perlu banyak dipelajari. Pada preeklamsia dimana terjadi inflamasi secara sistemik, kemungkinan terjadi perubahan kadar Delta Hemoglobin.
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk memahami perubahan kadar Delta Hemoglobin sebagai indikator inflamasi pada preeklampsia dan korelasinya dengan Omega-3 serta rasio sFLT-1/PlGF dalam serum pasien.
Metode: Dengan menggunakan metode pengambilan sampel konsekutif, penelitian cross-sectional ini mencakup analisis korelatif dan komparatif pada dua kelompok tidak berpasangan: pasien hamil dengan preeklampsia dan kehamilan normal.
Hasil: Hasil penelitian menunjukkan kadar Delta Hemoglobin pada preeklampsia lebih tinggi dibandingkan kelompok normal, sedangkan kadar total omega-3, EPA, DHA, dan ALA lebih rendah pada preeklamsia tanpa adanya korelasi yang signifikan antara Delta Hemoglobin dan Omega-3. Preeklampsia dikaitkan dengan tingkat sFLT-1, PlGF, dan rasio sFLT-1/PlGF yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan kelompok normal. Terdapat juga korelasi positif lemah yang ditemukan antara rasio sFLT-1/PlGF dan delta hemoglobin. Selain itu, terdapat korelasi positif sedang dan korelasi negatif sedang antara EPA dan rasio sFLT-1/PlGF.
Kesimpulan: Terdapat variasi nilai kadar Delta Hemoglobin dan parameter lainnya antara kelompok preeklampsia dan kelompok normal.

Background: Preeclampsia, which affects approximately 5%-7% of pregnant women with high blood pressure, proteinuria, and risk of organ damage, is a complex understudied medical field. In preeclampsia where there is systemic inflammation, there may be changes in Delta Hemoglobin levels.
Objectives: This study aims to understand changes in Delta Hemoglobin levels as an indicator of inflammation in preeclampsia and its correlation with Omega-3 and the sFLT-1/PlGF ratio in patient serum.
Methods: Using the consecutive sampling method, this cross-sectional study includes correlative and comparative analysis in two unpaired groups: pregnant patients with preeclampsia and normal pregnancies.
Results: The results showed that Delta Hemoglobin levels in preeclampsia were higher compared to the normal group, while total omega-3, EPA, DHA, and ALA levels were lower in preeclampsia without a significant correlation between Delta Hemoglobin and Omega-3. Preeclampsia was associated with higher levels of sFLT-1, PlGF, and sFLT-1/PlGF ratio compared to the normal group. There was also a weak positive correlation found between the sFLT-1/PlGF ratio and delta hemoglobin. Furthermore, there was a moderate positive correlation and a moderate negative correlation between EPA and the sFLT-1/PlGF ratio, respectively.
Conclusion: there are variations in the Delta Hemoglobin level values and other parameters between the preeclampsia and normal groups.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>